BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan salah satu jenis metode penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan dan menginterpretasi objek secara sistematis, faktual dan berhubungan antar fenomena yang diamati sehingga metode ini berkehendak untuk mengadakan akumulasi data dasar semata (Nazir, 1988).
B. Desain Penelitian Penelitian ini diawali dengan melakukan kegiatan pra penelitian yang dilakukan survei kondisi dan rona lingkungan pada lahan perkebunan yang akan digunakan sebagai lahan penelitian. Pada survei di dalamnya terdiri dari kegiatan wawancara yakni dengan mengumpulkan informasi mengenai kondisi dan rona lingkungan dari perkebunan selama beberapa waktu belakangan dan informasi mengenai pemakaian pupuk dan pestisida yang digunakan pada perkebunan kubis, sehingga dapat memenuhi pertumbuhan dan zat yang diperlukan dalam penanaman kubis. Selanjutnya dilakukan tahapan pra penelitian, yaitu dengan melihat kondisi lokasi perkebunan, sehingga dapat mempermudah untuk menentukan lokasi dan titik-titik pengamatan. Faktor abiotik lingkungan perkebunan diukur pada titik pengamatan yang telah ditentukan untuk mengetahui kondisi suhu, kecepatan angin, dan faktor lainnya sehingga diharapkan dapat mendukung penelitian yang nantinya akan dilaksanakan di lokasi tersebut. Tahapan pra penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengenal dengan jelas kondisi lapangan lokasi penelitian, sehingga dapat membantu pemilihan teknik pengamatan yang tepat untuk penelitian yang akan dilaksanakan. Selain itu dilakukan pula pengujian sampel tanah pada lokasi sampling plot atas dan bawah yang bertujuan untuk mengetahui titik plot mana yang akan digunakan untuk penelitian. 19
Gayatri Anggi, 2013 Analisis Pertumbuhan Tanaman Kubis (Brassica oleracea) Pada Tanah Yang Terakumulasi Logam Berat Kadimium (Cd) Di Perkebunan Pangalengan Kabupaten Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
20
Tahapan selanjutnya adalah melakukan penelitian. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian adalah metode acak, yakni dengan menentukan titik sampling yang didasarkan pada perbedaan ketinggian dan kondisi tanah perkebunan kubis yang miring. Berikut adalah gambaran mengenai metode pengambilan sampel secara random pada dua kontur berbeda di kebun kubis yang akan dilakukan pada penelitian ini (Gambar 3.1).
A
Atas
B
C
F
Bawah D
E
Gambar 3.1 Gambaran metode pengamatan kubis Keterangan: = tanaman kubis yang dicuplik secara acak
Pengumpulan data sampel tanaman kubis dikoleksi secara random. Dari masing-masing lokasi penelitian yang telah ditentukan diambil tiga buah tanaman kubis. Sampel tanaman kubis A adalah kubis yang dicuplik dari tanah paling tinggi, dan seterusnya hingga sampel kubis F merupakan kubis yang dicuplik dari tanah yang lebih rendah. Sampel-sampel ini kemudian diukur kriteria pertumbuhan yang telah ditentukan. Tanah pada bagian kebun yang memiliki kontur paling tinggi dan rendah diambil untuk proses penghilangan kadar air dan kemudian disaring untuk dilakukan pengujian logam Cd. Seluruh pengujian logam baik pada tanaman dan krop kubis maupun pada tanah perkebunan dilakukan selama empat kali, yaitu Gayatri Anggi, 2013 Analisis Pertumbuhan Tanaman Kubis (Brassica oleracea) Pada Tanah Yang Terakumulasi Logam Berat Kadimium (Cd) Di Perkebunan Pangalengan Kabupaten Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
21
pada awal tanam, akhir masa tanam dan saat panen. Pada akhir pengamatan ketika krop muncul dan saat panen, maka uji logam Cd dilakukan pada daun luar tanaman kubis dan krop kubis. Pengambilan data pertumbuhan kubis diambil dalam rentang waktu dua minggu sampai masa panen. Selanjutnya dilakukan pengujian logam Cd di laboratorium. Kemudian dilakukan pengolahan data.
C. Populasi dan Sampel Populasi dari objek penelitian adalah semua kubis yang ada di salah satu area perkebunan kubis di Pangalengan, Bandung, Jawa Barat. Sampel yang akan diamati adalah daun kubis dan tanah perkebunan yang dikumpulkan dari dari lokasi penelitian.
D. Lokasi dan Tempat Penelitian Lokasi penelitian ini bertempat di Perkebunan Kubis di daerah Pangalengan, desa Margaluyu, Bandung, Jawa Barat. Pengambilan data dilakukan antara bulan Februari-Mei 2013. Pengambilan waktu penelitian ini dilakukan dengan perhitungan waktu masa panen kubis.
E. Analisis data Data hasil parameter pertumbuhan yang telah didapatkan kemudian dianalisis secara deskriptif dengan menginterpretasikan data tersebut karena penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Kandungan logam Cd pada tanaman dan tanah dibandingkan dengan data Badan Standarisasi Nasional SNI 7387:2009 mengenai batas maksimum pencemaran logam dalam pangan dan tanah.
F. Langkah-Langkah Penelitian Beberapa langkah yang dilakukan pada penelitian ini terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap survey, pra penelitian, dan penelitian inti.
Gayatri Anggi, 2013 Analisis Pertumbuhan Tanaman Kubis (Brassica oleracea) Pada Tanah Yang Terakumulasi Logam Berat Kadimium (Cd) Di Perkebunan Pangalengan Kabupaten Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
22
1. Survei a. Menentukan lokasi penelitian. b. Mengamati rona lingkungan lokasi penelitian. c. Melakukan wawancara pada warga dan petani di sekitar lokasi penelitian, dan pemilik kebun (Lampiran 4). d. Mengukur luas area penelitian.
2. Pra Penelitian a. Menentukan faktor abiotik lokasi pengamatan (Lampiran 4). b. Menentukan teknik pengamatan yang digunakan. c. Menyimpulkan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan satu kali pengamatan. d. Melakukan wawancara pada petani kubis mengenai teknik pemberian pupuk dan pestisida, serta cara pembuatan formula pestisida yang digunakan untuk mengurangi hama (Lampiran 4). 3. Penelitian Inti Setelah dilakukannya survei dan tahap pra penelitian, penelitian dilanjutkan pada tahap penelitian inti. Berikut ini adalah runtutan tahap-tahap penelitian inti yang dilakukan setiap dua minggu sekali: a. Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan selama penelitian. (Lampiran 1). b. Mencuplik sampel tanaman kubis pada plot yang telah ditentukan. Jika krop kubis telah terbentuk, maka krop ditimbang di lokasi pengambilan sampel segera sesaat setelah tanaman dicabut dari tanah yakni pada minggu ke 14 pada saat panen, hal ini dilakukan untuk mengurangi kemungkinan kubis kehilangan kadar air. Sedangkan untuk daun terluar sebelum terdapat krop dilakukan dari minggu pertama, hingga masa panen secara berkala setiap 2 minggu. c. Mencuplik sampel tanah. Sampel tanah ini diambil sebanyak tiga kali yaitu pada awal, tengah, akhir penanaman, dan saat panen (Lampiran 4). Gayatri Anggi, 2013 Analisis Pertumbuhan Tanaman Kubis (Brassica oleracea) Pada Tanah Yang Terakumulasi Logam Berat Kadimium (Cd) Di Perkebunan Pangalengan Kabupaten Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
23
d. Mengukur faktor abiotik pada lokasi pengamatan atas dan bawah. e. Mengamati pertumbuhan tanaman kubis yaitu biomassa (berat basah dan berat kering) dan kadar klorofil tanaman (Lampiran 4). Untuk pengukuran kadar klorofil (klorofil a, klorofil b) ditentukan menggunakan
metode Arnon (Dube et al,2001). Daun tanaman segar yang
dijadikan sampel pengamatan diambil daun ke-3 terbawah dan kemudian dimasukkan ke dalam termos yang berisikan es untuk menjaga agar klorofil yang terdapat dalam sel-sel pada daun tanaman tidak mudah hilang dan bertujuan pula agar tanaman tetap segar dan tidak layu. Daun sebanyak 0,2 gram dihaluskan dengan menggunakan mortar (Gambar 3.1).
Gambar 3.2 Penghalusan daun kubis (Sumber: Dokumen pribadi) Daun yang telah dihaluskan kemudian ditambahkan aseton sebanyak 20 ml. Penggunaan aseton tersebut bertujuan untuk melarutkan klorofil yang terdapat di dalam sel sel daun, selain itu juga untuk mengikat agar klorofil tidak mudah menguap ke udara. Larutan klorofil tersebut dimasukkan ke dalam tabung reaksi (Gambar 3.2), yang kemudian disentrifugasi pada kecepatan 1500 rpm selama 10 menit (Gambar 3.3).
Gayatri Anggi, 2013 Analisis Pertumbuhan Tanaman Kubis (Brassica oleracea) Pada Tanah Yang Terakumulasi Logam Berat Kadimium (Cd) Di Perkebunan Pangalengan Kabupaten Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
24
Gambar 3.3. Sampel Larutan Klorofil (Sumber: Dokumen pribadi)
Gambar 3.4. Alat Sentrifugasi (Sumber: Dokumen pribadi) Setelah disentrifugasi selama 10 menit, kadar klorofil daun diukur dengan menggunakan Spektrofotometer. Panjang gelombang (λ) yang digunakan adalah 663 dan 645 nm (Gambar 3.4). Hasil pengukuran kemudian dihitung dan dimasukan ke dalam rumus klorofil sebagai berikut (Arnon , 1949): Total Klorofil
(mg/L) =
(20,2) x (A.645) + (8,02) x (A.663)
Klorofil a
(mg/L) =
(12,7) x (A.663) - (2,69) x (A.645)
Klorofil b
(mg/L) =
(22,9) x (A.645) - (4,68) x (A.663)
Gayatri Anggi, 2013 Analisis Pertumbuhan Tanaman Kubis (Brassica oleracea) Pada Tanah Yang Terakumulasi Logam Berat Kadimium (Cd) Di Perkebunan Pangalengan Kabupaten Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
25
Gambar 3.5. Pengukuran Kadar Klorofil dengan Spektrofotometer (Sumber : Dokumen Pribadi) Untuk pengukuran biomassa yang meliputi berat basah dan berat kering tanaman dilakukan sesaat setelah tanaman kubis dicabut dari tanah. Penimbangan berat basah tanaman kubis dilakukan dengan menggunakan timbangan digital. Sama halnya dengan pengukuran krop tanaman, ketika krop kubis telah terbentuk, maka pengukuran berat segar krop dilakukan sesaat setelah sampel tanaman dicabut dari tanah, hal ini dilakukan untuk mengurangi kemungkinan pengurangan atau perubahan berat segar krop kubis tersebut. Seluruh sampel tanaman kubis dikeringkan dengan menggunakan oven dengan suhu 70oC selama ±24 jam hingga beratnya konstan untuk menghasilkan berat kering dari tanaman kubis.Tanaman kubis yang telah dicuplik dari perkebunan dan di keringkan kemudian ditimbang berat keringnya untuk kemudian dilakukan proses pengabuan menggunakan furnace. Hasil proses tersebut dari tanaman kubis tersebut kemudian digunakan untuk pengujian logam Cd. f. Pengujian kandungan logam Cd pada sampel kubis. Sampel tanah, batang, daun dan akar yang telah dikeringkan kemudian ditimbang masing-masing berat/sampel. Sampel batang, daun dan akar yang telah dikeringkan di abukan dengan menggunakan furnace pada suhu 600°C selama ± 8 jam, sementara sampel tanah yang telah dikeringkan disaring hingga mencapai ukuran kurang dari 0,1 mm. Setelah semua sampel disaring kemudian didestruksi dengan menggunakan 10 ml HNO3 pekat 6,5%. Hasil destruksi diuapkan dipemanas selama ± 5 menit, dan ditambahkan akuades sampai volumenya 50 ml. Kemudian diukur kadar kadmiumnya dengan Atomic Absorbtion Spectometery (AAS) (Lampiran 4). Gayatri Anggi, 2013 Analisis Pertumbuhan Tanaman Kubis (Brassica oleracea) Pada Tanah Yang Terakumulasi Logam Berat Kadimium (Cd) Di Perkebunan Pangalengan Kabupaten Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
26
G. Alur Penelitian Dalam penelitian ini memiliki beberapa tahap kegiatan yang dilakukan. Kegiatan tersebut dapat dilihat pada alur penelitian sebagai berikut (Gambar 3.6). PENENTUAN JUDUL PEMBUATAN PROPOSAL SEMINAR PROPOSAL SURVEY LOKASI PENELITIAN
Pengamatan rona lingkungan perkebunan
Pengumpulan informasi kondisi perkebunan
PRA PENELITIAN
Pendataan mengenai bibit yang akan ditanam
Penyimpulan waktu dan plotting
Pengumpulan informasi mengenai pemakaian pestisida
PENGAMBILAN DATA Sampling
Pengujian Laboratorium (Uji akumulasi logam Cd dan gas kromatografi)
ANALISIS DATA DAN SIMPULAN PEMBUATAN LAPORAN
Gambar 3.6 Alur Penelitian.
Gayatri Anggi, 2013 Analisis Pertumbuhan Tanaman Kubis (Brassica oleracea) Pada Tanah Yang Terakumulasi Logam Berat Kadimium (Cd) Di Perkebunan Pangalengan Kabupaten Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu