BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Seting dan Karakteristik Subjek Penelitian Pada sub judul seting dan karakteristik subjek penelitian ini akan diuraikan kedalam tiga sub judul yaitu setting tempat, seting waktu dan karakteristik subjek penelitian. Seting tempat akan membahas lokasi atau tempat dilaksanakannya penelitian, selanjutnya seting waktu membahas mengenai penentuan waktu atau jadwal penelitian, sementara pada sub judul karakteristik subjek penelitian akan dibahas mengenai kondisi siswa kelas 5 yang dijadikan sebagai subjek penelitian. 3.1.1 Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di SD Negeri Jubelan 01 Dusun Jubelan Sumowono. SD ini terletak dekat dari kota Sumowono dan terletak di pedesaan. SD Negeri ini terletak di desa Jubelan dan siswa yang bersekolah di SD tersebut terdiri dari 2 desa yaitu, desa Sumowono dan desa Jubelan. Penduduk sekitar SD tersebut sebagian besar berpenghasilan sebagai petani. Fasilitas yang dimiliki sekolah ini adalah 1 ruang guru dan kepala sekolah, 6 ruang kelas, 1 perpustakaan dengan buku-buku yang menunjang, 1 ruang untuk tinggal guru, tempat parkir dan halaman yang cukup luas, kamar mandi dan WC, 1 ruang komputer, 1 ruang UKS, 1 warung atau kantin sekolah, 1 dapur, dan 1 ruang kesenian. Peneliti mengambil SD Negeri Jubelan 01 sebagai tempat penelian karena SD tersebut termasuk SD yang cukup maju, setrategis, dan mudah dijangkau dari rumah peneliti.
3.1.2 Waktu Penelitian Penelitian Tindakan Kelas ini di laksanakan pada semester II pada tahun ajaran 2013/2014. Waktu penelitian menggunakan kalender akademik sekolah karena Penelitan Tindakan Kelas memerlukan beberapa siklus yang membutuhkan proses belajar mengajar yang efektif dan efesien. Selain itu disesuaikan dengan Kompetensi 32
33
Dasar yaitu mengungkapkan pemikiran dan perasaan secara lisan dalam diskusi dan bermain drama, dengan Kompetensi Dasarnya adalah menerankan tokoh drama dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat. Table 3.1 Waktu penelitian
No
1.
Pelaksanaan penelitian
Februari 1
Maret
2 3 4 1 2 3 4 1
Proposal PTK SIKLUS I Perencanaan
2.
Tindakan Observasi Refleksi SIKLUS II Perencanaan
3.
Tindakan Observasi Refleksi
4.
Pelaporan
April 2
3
Mei 4
1
2
3
4
34
Penelitian ini dilakukan selama 4 bulan yakni dari bulan Februari sampai Bulan Mei 2014. Pada bulan Februari digunakan peneliti untuk persiapan, yaitu menyusun proposal penelitian dan instrument yang diperlukan. Selanjutnya bulan Maret pada minggu yang ke 3 peneliti mulai melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas siklus yang pertama. Pada minggu yang ke 4 peneliti melanjutkan Penelitian Tindakan Kelas Pada siklus yang ke dua, kemudian di blan April smapai dengan bulan Mei peneliti melaksanakan pengolahan data hasil penelitian, menyusun laporan hasil penelitian, serta konsultasi laporan serta persiapan ujian.
3.1.3 Subjek Penelitian Subjek penelitian tindakan kelas yaitu siswa kelas 5 SD Negeri Jubelan 01 Dusun Jubelan Sumowono pada semester II tahun Pelajaran 2013/2014. Siswa kelas 5 dengan jumlah 20 siswa, yang terdiri dari 11 siswa perempuan dan 9 siswa laki-laki dengan karakteristik yang heterogen. Pada dasarnya tingkat kemampuan antara siswa satu dengan siswa yang lain berbeda, ada yang kurang, sedang, dan ada beberapa siswa yang pandai atau di atas rata-rata. Mereka berasal dari dari beberapa latar belakang keluarga yang berbeda-beda pula. Latar belakang yang yang berbeda itu juga di pengaruhui dengan pekerjaan orang tua mereka yang berbeda yaitu ada sebagai petani, pekerja kelurahan dan kecamatan, guru, dan pedagang. Dari beberapa pekerjaan diatas mayoritas bekerja sebagai petani sehingga siswa kurang mendapat perhatian dari orang tua dikarenakan para orang tua berangkat pagi sebelum anak berangkat sekolah dan pulang sore jadi anak tersebut tidak di perhatikan dalam mereka mau berangkat sekolah ataupun mereka belajar dirumah. Penelitian ini dilakuakn di kelas 5 dikarenakan hasil belajar kelas 5 terhadap mata pelajaran Bahasa Indonesia masih sangat rendah. Dari data UTS semester I tahun pelajaran 2013 mata pelajaran Bahasa Indonesia yang baru dilaksanakan masih banyak sekali siswa di SD tersebut yang kesulitan membaca, memahami kalimat, membuat pertanyaan, dan membuat kalimat, serta banyak tulisan yang masih susah dipahami. Hal ini dapat dilihat dari rendahnya hasil nilai UTS pada semester I tahun
35
2013. KKM mata pelajaran Bahsa Indonesia di SD tersebut adalah 65, tetapi pada kenyataanya banyak sekali siswa yang mendapat nilai dibawah KKM yaitu nilai ratarata yang mereka peroleh 55 sampai 59 walau ada banyak siswa yang mendapat nilai diatas KKM yaitu 66 sampai 90. Dari hasil UTS siswa diatas yang masih sangat jauh dari KKM maka peneliti ingin meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran role playing.
3.2 Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian yang peneliti gunakan adalah PTK (Penelitian Tindakan Kelas) dengan menggunakan desain penelitian dari Kemmis dan Mc Taggart dengan tiga tahap pelaksanaan.
3.2.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini yaitu Penelitian Tindakan Kelas kolaboratif (Classroom Action Research) yang biasa disebut Penelitian Tindakan Kelas yang biasa disikat dengan PTK. Menurut Carr dan Kemmis (1986) penelitian tindakan adalah suatu bentuk penelitian refleksi diri kolektif yang dilakukan oleh peserta-pesertanya dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran dan keadilan praktik pendidikan dan praktik sosial mereka serta pemahaman mereka terhadap praktik-praktik mereka dan terhadap situasi tempat praktik-praktik tersebut dilakukan. Sedangkan menurut Sukardi (2007) penelitian tindakan adalah cara suatu kelompok atau seseorang dalam mengorganisasi dalam suatu keadaan sehingga mereka dapat mempelajari pengalaman mereka dan membuat pengalaman mereka dapat diakses oleh orang lain. Dan menurut Bogdan dan Biklen (1982) penelitian tindakan merupakan pengumpulan informasi yang sistematis yang dirancang untuk menghasilkan perubahan sosial.
3.2.2 Desain Penelitian Penelitian tindakan kelas ini mengambil desain yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart yang terdiri dari empat bagian yaitu perencanaan, tindakan,
36
pengamatan dan refleksi. Kemmis dan Mc Taggart mengatakan bagian tindakan dan pengamatan sebagai satu kesatuan. Hasil dari pengamatan dijadikan dasar berikutnya yaitu refleksi. Dari refleksi disusun sebuah modifikasi yang diaktualisasikan dalam bentuk rangkaian tindakan dan pengamatan lagi, begitu seterusnya. (gambar)
Gambar 3.1 Tahap Pelaksanaan PTK Rancangan dalam penelitian ini mengacu pada model spiral atau siklus menurut Kemmis dan Mc Taggart Arikunto (2010). Tujuan menggunakan model ini adalah apabila pada awal pelaksanaan tindakan ditemukan adanya kekurangan, maka tindakan perbaikan dapat dilakukan pada tindakan berikutnya sampai target yang diinginkan tercapai. Pada masing-masing siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan observasi , refleksi. a) Tahap (1): Menyusun Rancangan Tindakan Penyusunan rancangan mempunyai kesepakatan bersama antara guru yang melakukan tindakan dengan peneliti yang akan mengamati proses jalannya tindakan. Upaya tersebut dilakukan untuk mengurangi unsur subjektivitas pengamat serta mutu kecematan pengamatan yang dilakukan. Rencana penelitian tindakan merupakan tindakan yang terstruktur dan terencana, namun tidak menutup kemungkinan untuk mengalami perubahan sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada.
37
b) Tahap (2) dan (3): Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan Tahap 2 dan 3 mempunyai sifat yang berbeda, tetapi tahap 2 dan 3 dilakukan secara berasamaan karena pelaksana pembelajaran dan pengamat berbeda yaitu terdiri dari 2 orang. Pelaksanaan tindakan merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan pembelajaran di kelas. Dalam hal ini guru harus mentaati apa yang sudah dirumuskan dalam rancangan dan tidak dibuat-buat. Pada tahap ini, rancangan starategi dan skenario penerapan pembelajaran akan dilaksanakan. Kemudian pelaksanaan pengamatan dilakukan oleh guru lain (observer). Pengamat melakukan pengamatan dan mencatat semua hal yang terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Hal-hal yang perlu diamati oleh pengamat antara lain: proses tindakan, pengaruh tindakan, keadaan dan kendala tindakan, serta persoalan lain yang timbul. Untuk mempermudah observasi peneliti menggunakan lembar observasi sebagai panduan. c) Tahap (4): Refleksi Pada tahap ini menerapakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan, berdasarkan data dari lembar observasi dan dapat pula bertanya jawab dengan subjek tentang apa yang dialami, kemudian dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan berikutnya. Keempat tahapan tersebut adalah unsur untuk membuat siklus. Siklus adalah putaran kegiatan berurutan yang kembali kelangkah semula. Satu siklus terdiri dari tahap perencanaan sampai dengan refleksi, yang tidak lain adalah evaluasi. Bentuk penelitian tindakan kelas tidak pernah berupa kegiatan tunggal, tapi selalu harus berupa rangkaian kegitan yang kembali ke asal, yaitu dalam bentuk siklus Suharsimi Arikunto (2007). Penelitian tindakan kelas dengan model spiral tersebut, jika guru dan peneliti mendapati letak keberhasilan dan hambatan maka selanjutnya adalah merancang untuk siklus kedua. Apabila pada pelaksanaan siklus kedua yang dilaksanakan guru
38
dan peneliti belum sesuai dengan indikator keberhasilan maka dapat dilanjutkan ke siklus ketiga, dimana tahapan kegiatannya sama dengan siklus sebelumnya.
3.3 Variabel yang Akan Diteliti Menurut Slameto (2013) variabel penelitian adalah sebagai faktor yang apabila diukur memberikan nilai yang bervariasi. Dalam penelitian tindakan kelas terdapat 2 variabel yang digunakan, yaitu : a. Variabel Bebas (X) Variabel bebas atau independent variabele adalah variabel yang digunakan sebagai penyebab timbulnya variabel lain. Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah model pembelajaran role plaing. Menurut Fogg (2001) Role playing atau bermain peran adalah sejenis permainan gerak yang didalamnya ada tujuan, aturan, dan edutainment. Langkah-langkah pembelajarn role playing adalah guru menyusun atau menyiapakan sknario yang akan ditampilkan. Guru menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari scenario dalam beberapa hari sebelum kegiatan pembelajaran. Guru membentuk kelompok. Guru menjelaskan kompetensi yang akan dicapai. Memanggil para siswa untuk melakonkan skenario. Siswa duduk dikelompoknya dan memperhatikan scenario yang sedang ditampilkan. Masing-masing siswa diminta untuk membahas apa yang ditampilkan dalam selembar kertas. Kelompok menyampaikan hasil kesimpulanya. Dalam evaluasi guru dapat menilai kemampuan dan keseriusan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Dengan kegiatan pembelajaran yang bervariasi juga dapat menumbuhkan keaktifan dan kerja sama antar siswa sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. b. Variabel Terikat (Y) Variabel terkait atau dependent variable adalah variabel yang timbul sebagai akibat langsung dari manipulasi dan pengaruh variabel bebas. Penelitian ini mengambil variabel terkaitnya adalah hasil belajar siswa kelas 5 SD Negeri Jubelan 01 terhadap pemahaman konsep mata pelajaran Bahasa Indonesia. Hasil belajar merupakan nilai
39
yang didapat siswa pada akhir proses belajar mengajar sehingga akan diketahui keberhasilan siswa dalam mengikuti pelajaran yang telah di sajikan guru. Table 3.2 Kisi-kisi variabel X No
Langkah Role Playing
Indikator
Item
1.
Guru menyusun skenario pembelajaran yang akan ditampilkan
Menyusun skenario pembelajaran yang ingin ditampilkan dalam pembelajaran
1) Apakah guru membuat skenario dengan benar? 2) Apakah isi skenario mudah dipahami?
2.
Guru menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario
Meminta siswa untuk mempelajari skenario dari guru dengan benar
Apakah siswa sungguh-sungguh dalam bejar scenario yang diberikan guru?
3.
Guru membentuk siswa kedalam kelompok
Membentuk kelompok
1) Apakah guru membagi siswa kedalam kelompok? 2) Apakah guru membagai kelompok berdasrkan hetrogenitas?
4.
Guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai dan memberikan motivasi
Menyampaikan kompetensi yang akan dicapai dalam proses pembelajaran dan memotivasi siswa
1) Apakah guru menyampaikan kompetensi pembelajaran yang akn dicapai? 2) Apakah guru memberiakn motivasi kepada siswa?
5.
Guru memanggil siswa untuk melakukan skenario yang sudah dipelajari oleh siswa.
Bermain peran
Apakah guru sudah memberikan bimbingan yang baik dalam mengajari siswa bermain peran?
6.
Guru meminta siswa membahas sekenario yang ditampilkan secara individu
Membahas scenario ditulis disembark kertas
Apakah guru membimbing siswa dalam membahas scenario?
7.
Guru meminta kelompok menyampaikan kesimpulanya
Kesimpulan kelompok
Apakah guru memperhatikan keaktifan setiap anggota kelompok dalam menyampaikan pendapat?
8.
Guru memberikan kesimpulan
Kesimpulan dari guru
Apakah guru sudah menyampaikan kesimpulananya?
40
3.4 Rencana Tindakan Penelitian tindakan kelas ini akan penulis laksanakan dalam dua siklus, satu siklus terdiri dari tiga kali pertemuan. Kemmis dan Mc Taggart menyatakan ada tiga tahap dalam melaksanakan rencana tindakan yang paling utama dalam penelitian tindakan adalah perencanaan (planning), tindakan (acting) dan pengamatan (observing), serta refleksi (reflecting) Arikunto (2010). Berikut adalah rincian dari ketiga tahap penelitian tindakan kelas :
Siklus I
Perencanaan :
1.
Peneliti menetapkan seluruh perencanaan tindakan kelas yang akan dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan metode role playing .
2.
Tindakan
1.
Pelaksanaan tindakan adalah penerapan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan rencana.
Pengamatan
Refleksi
3. 4. 5. 6.
Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tentang drama kelas V. Membuat materi pembelajaran yang berkaitan dengan drama. Mempersiapkan sumber, media pembelajaran yang sesuai dengan drama. Menyiapkan soal untuk siswa. Menyiapkan lembar observasi. Menyusun alat evaluasi siswa untu mengetahui hasil belajar siswa.
Apersepsi, siswa diingatkan lagi tentang kompetensi dasar yang berkaitan dengan drama. 2. Guru memotivasi siswa supaya lebih semangat dalam mengikuti pelajaran. 3. Guru menyapaikan tujuan dan kegiatan yang akan dilakukan dalm proses pembelajaran. 4. Guru membagi siswa kedalam 4 kelompok 5. Guru member gambaran tentang drama. 6. Guru meminta siswa untuk menemukan sendiri materi tentang drama. 7. Siswa mengerjakan soal bersama kelompoknya. 8. Guru membimbing setiap kelompok (guru sebagai fasilitator). 9. Setiap kelomok diminta untuk mempersentasikan hasil diskusi kelompoknya. 10. Kelompok lain menanggapi hasil dari kelompok yang sedang melaksanakan persentasi. 11. Guru memberikan evaluasi terhadap pembelajaran yang telah berlangsung.
Observer mengamati jalanya kegiatan pembelajaran untuk mengamati dan mencatat setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi saat penerapan model Role playing. 1. 2.
Menganalisis hasil pengamatan saat melakukan observasi. Menganalisis kelemahan dan keberhasilan guru
41
3. 4.
Siklus II
Perencanaan
1.
Berdasarkan refleksi siklus I kemudian dilakukan perwncanaan ulang seperti pada perencanaan di siklus I. selanjutnya peneliti mencatat permasalahan dan kendalaya yang terjadi pada saat pembelajaran dan merencanakan perbaikan terhadap masalah yang terjadi di siklus I.
2.
Tindakan
1.
Pelaksanaan siklus II sesuai dengan perencanaan yang sesuai program.
2.
3. 4. 5. 6. 7.
3.
Pengamatan
Refleksi
saat menerapkan model pembelajaran role playing. Membuat daftar permasalahaan yang terjadi pada siklus I. Merencanakan perencanaan tindak lanjut untuk siklus II agar dapat memperbaiki pendekatan yang dilakukan pada siklus I. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tentang drama kelas V. Membuat materi pembelajaran yang berkaitan dengan drama. Melatih siswa untuk membuat drama. Melatih siswa bermain drama. Menyiapkan soal untuk siswa. Menyiapkan lembar observasi. Menyusun alat evaluasi siswa untu mengetahui hasil belajar siswa. Melakukan tindakan seperti pada siklus I sesuai dengan hasil refleksi pada siklus I. Memberikan bimbingan kepada setiap kelompok supaya mereka mendapat porsi yang sama dalam proses pembelajaran. Guru melakukan bimbingan dengan mengamati kesalahan dan kesulitan setiap anggota kelompok.
Observer mengamati jalanya kegiatan pembelajaran untuk mengamati dan mencatat setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi saat penerapan model Role playing. Dengan menggunakan pedoman dari pengamatan sebelumnya pada siklus I. 1. 2. 3.
Menganalisis hasil pengamatan saat melakukan observasi. Menganalisis kelemahan dan keberhasilan guru saat melaksanakan model role playing. Melakukan evaluasi proses dan hasil pembelajaran pada siklus II, apakah pemberian tindakan siklus II sudah mengalami peningkatan.
3.5 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data Peneliti melakukan pengumpulan data dengan menggunakan beberapa teknik yaitu dengan tes tertulis dan non tes yang disertai dengan kisi-kisi instrument pengumpulan data.
42
3.5.1 Teknik Pengumpulan Data Peneliti melakukan pengumpulan data dengan mempergunakan beberapa teknik yakni teknik tes tertulis dan non tes yang di lengkapi dengan kisi-kisi instrument pengumpulan data. a) Teknik Tes Teknik tes dipergunakan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar siswa. Tes menggunakan butir soal atau instrument soal untuk mengukur hasil belajar siswa. tes dilaksanakan pada akhir proses belajar mengajar pada siklus I maupun siklus II. Bentuk instrument tes pada penelitian ini berupa lembar evaluasi atau lembar kerja siswa. b) Teknik Non tes Teknik nontes adalah suatu penilaiaan dengan mengamati secara langsung. Teknik nontes yang dilaksanakan dalam penelitian ini ada dua yaitu: 1) Observasi Dipergunakan untuk mengumpulkan data tentang aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar. Dalam melaksanakan observasi menggunakan lembar observasi untuk mengukur tingkat aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar. Dalam observasi ini peneliti ingin mengamati aktivitas perindividu siswa dan ketrampilan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar dengan menggunakan model role playing. 2) Dokumentasi Dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui daftar nama siswa dan nilai awal Bahasa Indonesia sebelum dilakukan penelitian. Dari data tersebut dapat diketahui kemampuan awal siswa, sehingga dapat digunakan sebagai perbandingan setelah penelitian dilakukan.
3.5.2 Instrumen Pengumpulan Data Instrument yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penenelitian suapa peneliti mengetahui hasil belajar kelas 5 dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia di
43
SD Negeri Jubelan 01 Dusun Jubelan Sumowono setelah memakai model pembelajaran role playing yaitu : 1) Tes Tes yang dipakai dalam penelitian ini yaitu tes tertulis dan non tes. Bentuk tes yang digunakan adalah pilihan ganda. Tes pihan ganda dipilih karena mengukur kemampuan siswa dalam memahami pembelajaran dan soal yang sedang dikerjakan siswa pada tahap ini disebut tahab kognitif. Selain dari itu dalam soal pilihan ganda hanya ada satu jawaban yang benar tidak bisa lebih. Tes tertulis dengan soal pilihan ganda ini berfungsi untuk mengukur sejauh mana keberhasilan dalam proses pembelajaran berlangsung yang dilakukan pada akhir kegiatan pembelajaran tiap siklus dengan memberikan sejumlah soal tes kepada siswa sebagai subjek penelitian. Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Soal Evaluasi Siklus I Kompetensi Dasar 6.2 Memerankan tokoh drama dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat
Indikator 1. Menyebutkan macammacam drama 2. Menyebutkan unsure-unsur drama
Tingkat Kesukaran Soal
Teknik Penilaian
Bentuk InstruMen
Mudah
Sedang
Sukar
3 soal
7 soal
4 soal
Teknik tes : tertulis
Pilihan ganda
1 soal
3 soal
2 soal
Teknik tes: tertulis
Pilihan ganda
44
Kompetensi Dasar
Table 3.4 Kisi-Kisi Instrumen Soal Evaluasi Siklus II Tingkat Teknik Kesukaran Soal Indikator Penilaian Mudah Sedang Sukar
6.2
1.
Memerankan
Membuat
tokoh drama
drama
dengan lafal,
2.
intonasi, dan
4 soal
Men Pilihan
: tertulis
ganda
Teknik
Pilihan
Memerankan
tes:
ganda
ekspresi yang
drama
tertulis
tepat
didepan kelas
3 soal
3 soal
Instru-
Teknik tes
2 soal
7 soal
Bentuk
1 soal
2) Lembar Observasi Observasi dilaksanakan bersamaan dengan proses belajar mengajar di kelas. Lembar observasi harus berisi tentang hal-hal yang bisa digunakan untuk mengukur aktifitas siswa dan kemampuan guru dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan model role playing. Lembar observasi yang mengisi ialah observer dengan memberikan tanda centang pada kolom skor. Jawaban disusun dalam bentuk skala likret yakni skor 4-1, dengan ketentuaan 4 adalah baik sekali, 3 adalah baik, 2 adalah cukup, dan 1 adalah kurang.
45
Tabel 3.5 Kisi-kisi Lembar Observasi Pembelajaran Role Playing No I
Aspek Pra Pembelajaran
1. 2. 3. 4.
II
Kegiatan Awal
1. 2.
III
Kegiatan Inti
1. 2. 3. 4. 5.
IV
Bimbingan
1. 2. 3. 4. 5.
6. V
Kegiatan akhir
1. 2. 3.
Indikator Nomor Persiapan guru dalam membuat bahan 1 ajar (membuat RPP) Memilih dan mempersiapkan peran siswa 2 Kesiapan instrumen materi pembelajaran 3 Kesiapan instrumen untuk mengukur 4 kemampuan siswa Menyampaikan tujuan pembelajaran 5 Memberikan motivasi kepada peserta 6 didik Menunjukkan penguasaan penggunaan 7 model Role Playing Kejelasan dalam menyamaikan langkah8 langkah kegiatan Membentuk kelompok secara heterogen 9 dan adil Keterkaitan antara materi yang 10 disampaikan dengan tujuan pembelajaran Materi dapat dikuasai dengan baik oleh 11 siswa Guru membimbing kelompok belajar 12 Guru membimbing jalannya pementasan 13 Role Play Memberikan kesempatan terjadinya 14 model pembelajaran Role Play Menumbuhkan partisipasi aktif siswa 15 dalam kelompok Pemberian peringatan kepada siswa yang 16 melakukan kegiatan diluar proses kegiatan pembelajaran Menyusun rangkuman beserta peserta 17 didik Menyamakan persepsi antar peserta didik 18 tentang materi yang telah dipelajari Melakukan refleksi 19 Memberikan umpan balik 20
46
Tabel 3.6 Kisi-kisi Observasi Aktifitas Siswa No I
II
Aspek Pra Pembelajaran
1)
2) Kegiatan Awal 1) 2)
3) 4) III
Kegiatan Inti Pembelajaran
1) 2) 3)
4)
5) 6) IV
Penutup
1) 2) 3)
Indikator Mempersiapkan perlengkapan pembelajaran (buku, kerapian pakian dan tempat duduk). Antusias mengikuti pembelajaran. Mampu menjelaskan kembali isi materi terdahulu. Mendengarkan secara seksama ketika dijelaskan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Menjawab apersepsi dari guru Muncul rasa ingin tau siswa melalui pernyaan yang di berikan guru Melakukan kerja secara kelompok Memerankan drama yang sudah dipelajari sebelumnya Adanya penilaian, pertanyaan, dan masukan dari kelompok lain terhadap kelompok yang sedang maju didepan kelas Persentasi hasil kerja kelompok didepan kelas sedangkan kelompok lain boleh bertanya pada kelompok yang sedang persentasi Bertanya jawab dengan guru tentang materi yang telah diajarkan Membuat kesimpulan dari materi yang telah dipelajari Membuat rangkuman secara runtut Merefleksikan pembelajaran Menjawab salam penutup
Nomor 1 2 3 4
5 6 7 8 9
10
11 12 13 14 15
3.6 Validitas dan Reliabilitas Uji keabsahan data dalam penelitian, hanya ditekankan pada uji validiitas (ketepatan) dan reliabilitas (keajegan). Dengan menggunakan instrument yang valid dan reliabl dalam pengumpulan data, maka diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid dan reliabl sebelum digunakan oleh peneliti.
47
3.6.1 Uji Validitas Pengujian validitas tiap butir digunakan analisis item, yaitu mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir. Untuk menentukan item tersebut valid atau tidak dapat diukur menggunakan program SPSS 17. Item yang memiliki korelasi positif dengan skor total dan korelasi yang tinggi maka data tersebut valid. Biasanya syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat kalau koefisien corrected item to total correlatation ≥ 0,2. Penulis mengambil dari Ari Kunto. Berikut ini nomer item soal yg dinyatakan valid dan tidak valid:
Tabel 3.7 Hasil Validitas Item Soal Siklus I Nomor Item Valid
Tidak valid
3, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 17, 19, 21, 22, 23, 24, 3, 33
1, 2, 4, 16, 18, 20, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 32, 34, 35
20
15 Table 3.8 Hasil Validititas Item Soal Siklus II Nomor Item
Valid 1, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 14, 15, 16, 1, 19, 20, 22, 23, 24, 25, 26, 28, 30, 32, 35 26
Tidak valid 2, 13, 17, 21, 27, 29, 31, 33, 34
9
48
3.6.2 Uji Reliabilitas Pengujian reliabilitas dapat dilakukan secara eksternal maupun internal. Secara eksternal pengujian dapat dilakukan dengan test-retest (stability), equivalent, ataupun gabungan keduanya. Secara internal reliabilitas instrument dapat diuji dengan menganalisis konstensi butir-butir yang ada pada instrument dengan teknik tertentu. Reliabilitas alat penilaian yaitu ketetapan atau keajegan alat tersebut dalam menilai apa yang dinilai. Kapan pun alat penilaian tersebut digunakan akan member hasil yang relatif sama. Keajegan instrument dapat dinyatakan dengan koefisien alpha (α). Tes dapat diterima jika nilai koefisien alpha (α) > 0,7, berikut ini penggolongan nilai koefisien alpha: α ≤ 0,7
: tidak dapat diterima
0,7 <α ≤ 0,8 : dapat diterima 0,8 <α ≤ 0,9 : reliabilitas bagus α > 0,9
: reliabilitas memuaskan
Uji reliabilitas ini dihitung dengan menggunakan SPSS 17.
Tabbel 3.9 Data Hasil Uji Reliabilitas Siklus I Bentuk Instrumen
Koefisien Reliabilitas
Kategori
Pilihan ganda
0,800
Dapat diterima
Tabel 3.10 Data Hasil Uji Reliabilitas Siklus II Bentuk Instrumen
Koefisien Reliabilitas
Kategori
Pilihan ganda
0,867
Reliabilitas bagus
49
Dari hasil uji reliabilbitas dengan program SPSS 17 maka dapat diketahui bahwa koefisien pada siklus I adalah 0,867 sedangkan siklus II adalah 0,800, maka kesimpulan dari instrumen yang digunkan adalah dapat diterima karena nilai koefisin alpha lebih dari 0,7.
3.7 Taraf Kesukaran Sebelum melaksanakn penelitian disetiap siklus peneliti harus membuat soal tes. Tersebut digunakan untuk mengukur keberhasilan siswa selama mengikuti pembelajaran. Kualitas soal dari lembar tes harus validitas atau ketepatan dan reliabilitas atau ajeg. Selain itu hal yang harus ada dalam membuat soal yaitu tingkat kesukaran setiap butir soal. Harus ada kesimbangan dalam membuat setiap butir soal yaitu mudah, sedang, dan sukar. Tingkat kesukaran adalah peluang siswa untuk menjawab benar suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan dengan indeks Arifin (2012). Analisis untuk menghitung kesukaran soal dengan rumus : I=
𝐵 𝑁
Keterangan : I : indeks kesulitan untuk setiap butir soal B : banyaknya siswa yang menjawab benar setiap butir soal N : banyaknya siswa yang memberikan jawaban pada soala yang dimaksudkan Kriteria tersebut yang digunakan adalah makin kecil indeks yang diperoleh, maka makin sulit soal tersebut. Sebaliknya, makin besar indeks yang diperoleh, makin mudah soal tersebut. Kriteria indeks kesulitan soal adalah sebagai berikut : I=0
– 0,30 = soal kategori sukar
I = 0,31 – 0,70 = soal kategori sedang I = 0,71 – 1,00 = soal kategori mudah
50
Berikut adalah table hasil analisis tingkat kesukaran pada soal pilihan ganda yang berjumlah 20 soal yang sudah di uji cobakan pada siswa SD Negeri 03 Yosorejo Desa Dranan Kecamatan Petungkriyono kota pekalongan. Table 3.11 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Soal Siklus I No
Indeks
Interprestasi
1. 2.
0 – 30 0,31 - 0,70
Sukar Sedang
3.
0,71 – 1,0
Nomor Item
1, 18, 32 2, 3, 4, 5, 11, 19, 24, 26, 27, 30, 31, 33, 34, 35 Mudah 6, 7, 8, 9, 10, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 20, 21, 22, 23, 25, 28, 29 Total
Jumlah 3 14 18 35
Dari data 3.11 dapat dijabarkan bahwa untuk tingkat kesukaran soal pilihan ganda kategori mudah sebanyak soal pilihan ganda kategori mudah ada 1 soal, sedang 14 soal, dan sukar 3 soal. Table 3.12 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Soal Siklus II No
Indeks
Interprestasi
1. 2.
0 – 30 0,31 - 0,70
Sukar Sedang
3.
0,71 – 1,0
Nomor Item
18, 30, 32, 34 2, 5, 6, 7, 10, 12, 13, 15, 16, 17, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 33, 35 Mudah 1, 3, 4, 8, 9, 11, 14, 19, 31 Total
Jumlah 4 22
9 35
Dari data 3.12 dapat dilihat data bahwa tingkat kesukaran soal pilihan ganda kategori mudah 9 soal, kategori sedang 22 soal, dan sukar ada 4 soal.
3.8 Analisis Data Data yang dioperoleh dari hasil observasi dianalisis dengan menggunakan teknik analisis data deskriptif kalitatif. Sedangkan tes hasil belajar dianalisis dengan
51
menggunakan analisis rata-rata, persentase ketuntasan belajar secara klasikal. Berikut ini rumus untuk mengukur ratra-rata, persentase ketuntasan secara klasikal dan daya serap klasikal: a. Mengukur rata-rata X=
Σ𝜒 Ν
Keterangan: X : nilai rata-rata Ex : jumlah nilai yang diperoleh N : jumlah siswa b. Persentase ketuntasan belajar secara klasikal KB =
𝑁𝑆 𝑁
x 100%
Keterangan: KB : ketuntasan belajar NS : jumlah siswa yang diatas KKM (nilai ≥ 65) N : jumlah siswa Sedangkan untuk aktivitas siswa dan keterampilan guru dibagi menjadi lima kategori, yaitu tinggi, sedang, rendah, kurang, sangat rendah. Sebelum itu dilakukan penilaian terhadap perolehan skor pada lembar observasi dengan rumus persentase. Rumus persentase: Nilai maksimum guru = 4 x 20 = 80 Nilai maksimum siswa = 4 x 21 = 84 Persentase =
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒 ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚
x 100%
Selanjutnya hasil persentase lembar observasi dikonversikan pada table kualifikasi. Berikut ini disajikan tabel kualifikasi hasil persentase skor observasi aktivitas siswa dan keterampilan guru dalam pembelajaran di kelas menurut pendapat Arikunto (2007)
52
Tabel 3.13 Tabel Kualifikasi Persentase Skor Observasi Persentase skor yang diperoleh
Kategori
80% ≤ μ ≤100%
Tinggi
60% ≤ μ ≤79%
Sedang
40% ≤ μ ≤ 59%
Rendah
20% ≤ μ ≤ 39%
Kurang
0% ≤ μ ≤ 19%
Sangat rendah
3.9 Indikator Keberhasilan Indikator keberhasilan dari penelitian yang dilakukan pada siswa kelas 5 SD Negeri Jubelan 01 dengan menggunakan pendekatan kooperatif tipe Role Playing pada pembelajaran Bahasa Indonesia meliputi indikator proses dan hasil dijabarkan sebagai berikut: a) Indikator Proses Indikator proses merupakan indikator keberhasilan dari tindakan yang dilakukan oleh guru terhadap siswa dalam
penerapan pendekaatn pembelajaran tipe Role
Playing pada pembelajaran Bahasa Indonesia. Aktivitas guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran Bahsa Indonesia dengan menggunakan Pendekatan kooperatif tipe Role Playing dapat dikatakan berhasil apabila terjadi peningkatan secara signifikan minimal dengan kualifikasi B (Baik) 80% ≤ 𝑁𝑅 ≤ 90%. b) Indikator Hasil Indikator keberhasilan dalam penelitian ini terdiri dari satu aspek yaitu hasil belajar Bahasa Indonesia. Penerapan pendekatan kooperatif tipe Role Playing dikatakan dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia apabila siswa mengalami ketuntasan belajar individual dengan perolehan hasil belajar Bahasa Indonesia ≥ 70 atau mengalami ketuntasan belajar klasikal sebesar 80% dari 24 siswa.