BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan bimbingan konseling (PTBK). PTBK merupakan jenis penelitian tindakan yang oleh Kunandar (2011) dijelaskan sebagai berikut: Penelitian tindakan (action reseach) memiliki ruang lingkup yang lebih luas dari PTK karena objek penelitian tindakan tidak hanya terbatas didalam kelas, tetapi bisa di luar kelas, seperti sekolah, organisasi, komunitas, dan masyarakat, ada beberapa pengertian dari penelitian tindakan, yaitu sebagai berikut: 1. Kurt Lewin: penelitian tindakan adalah suatu rangkaian langkah yang terdiri atas empat tahap, yakni perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. 2. Kemmis dan Mc.Taggat: penelitian tindakan adalah suatu bentuk self-inquiri kolektif yang dilakukan oleh para partisipan di dalam situasi sosial untuk meningkat rasionalitas dan keadilan dari praktik sosial atau pendidikan yang mereka lakukan, serta mempertinggi pemahaman mereka terhadap praktik dan situasi di mana praktik itu dilaksanakan. 3. Ebut (1985) dalam Hopkins (1999): penelitian tindakan adalah kajian sistemik dari upaya perbaikan pelaksanan praktik pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut. 4. Elliott (1991): penelitian tindakan sebagai kajian dari sebuah situasi sosial dengan kemungkinan tindakan untuk memperbaiki kualitas situasi sosial tersebut. 5. Carr & Kemmis, 1986 dalam Burns, (1999): penelitian tindakan adalah suatu bentuk penelitian refleksif diri kolektif yang dilakukan oleh peserta-pesertanya dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran dan keadilan praktik pendidikan dan praktik sosial mereka serta pemahaman mereka terhadap praktipraktik mereka dan terhadap situasi tempat prakti-praktik tersebut dilakukan. 6. Hasley, 1972 dalam Cohen & Manion, (1994): penelitian tindakan adalah intervensi skala kecil dalam memfungsikan dunia nyata dan pemeriksaan cermat terhadap efek dari intervensi tersebut. 7. Bogdan & Biklen, 1982 dalam Burns (1999): penelitian tindakan merupakan pengumpulan informasi yang sistemmatis yang dirancang untuk menghasilkan perubahan sosial. 8. Burns, 1999: penelitian tindakan merupakan penerapan penemuan fakta pada pemecahan masalah dalam situasi sosial dengan pandangan untuk meningkatkan kualitas tindakan yang dilakukan di dalamnya, yang melibatkan kolaborasi dan kerja sama para peneliti, praktis, dan orang awam. 9. Wallace, 1998 dalam Burns,1999: penelitian tindakan dilakukan dengan mengumpulkan data atau informasi secara sistemmatis tentang praktik 27
keseharian dan menganalisisnya untuk dapat membuat keputusan-keputusan tentang praktik yang seharusnya dilakukan di masa mendatang. 10. Reason & Breadbury, 2001: penelitian tindakan adalah proses partisipatori, demokratis yang berkenaan dengan pengembangan pengetahuan praktis untuk mencapai tujuan-tujuan mulai manusia, berlandaskan pandangan dunia partisipatori yang muncul pada momentum histori sekaran ini. Ia berusaha memadukan tindakan dengan refleksi, teori dengan praktik, dengan menyertakan pihak-pihak lain, usaha menemukan solusi praktik terhadap persoalan-persoalan yang menyesakkan, dan lebih umum lagi demi pengembangan individu-individu bersama komunitasnya. Sesuai penjelasan tentang penelitian tindakan seperti di kemukakan di atas, dapat dikatakan bahwa penelitian tindakan dilakukan dalam situasi sosial untuk meningkatkan rasionalitas dari perilaku responden. Berarti, dalam bidang bimbingan dan konseling, penelitian tindakan adalah sebagai suatu penelitian tindakan (action research) yang dilakukan oleh guru pembimbing sekaligus sebagai peneliti di kelasnya atau bersamasama dengan orang lain (kolaborasi) dengan jalan merancang, melaksanakan dan merefleksi tindakan secara kolaboratif dan partisipatif. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian tindakan di bidang bimbingan dan konseling adalah untuk memperbaiki atau meningkatkan perkembangan perilaku siswa di kelas melalui suatu tindakan (treatment) tertentu dalam suatu siklus. Di dalam PTBK terdapat 5 kegiatan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, evaluasi, dan refleksi. Dalam pelaksanaan Penelitian Tindakan Bimbingan Konseling peneliti memberikan layanan berupa Konseling Kelompok. Adapun rencana tindakan peneliti adalah sebagai berikut: Perencanaan yang dilakukan berkaitan dengan kegiatan pada setiap siklus adalah: a. Merancang layanan kegiatan konseling kelompok b. Menyediakan media yang akan digunakan c. Menyediakan lembar format tugas untuk siswa 28
d. Menyediakan lembar observasi Pada tahap perencanaan ini dilakukan persiapan-persiapan untuk mengatasi masalah yang dihadapi siswa yaitu masalah pacaran tidak sehat. Rancangan disusun oleh peneliti sendiri. Pada siklus I direncanakan 4 kali pertemuan, sedangkan pada siklus II direncanakan 3 kali pertemuan. Bentuk tindakan yang direncanakan dalam pertemuan siklus I dan siklus II dirangkum dalam Tabel 3.1 dan Tabel 3.2 berikut ini. Tabel 3.1 Rencana awal PTBK Siklus I Komponen Siklus 1 Perencanaa n Tindakan
Tindakan
1. Bentuk Tindakan 2. Item Observasi 3. Item Evaluasi 4. Item Refleksi 5. Menyiapkan Format Pelaksanaan Pertemuan 1 Tindakan 1. Anggota kelompok menyimak penjelasan tentang tujuan kegiatan dan mekanisme kegiatan kelompok. 2. Anggota kelompok menyimak video tentang berpacaran. 3. Anggota kelompok mencatat pada kertas yang telah disediakan tentang bentuk-bentuk perilaku pacaran yang dilakukan dalam video yang baru ditontonnya. Pertemuan 2 1. Secara berpasangan, anggota kelompok saling mendiskusikan bentuk perilaku pacaran yang dicatatnya. 2. Anggota kelompok menetapkan bentuk perilaku pacaran yang sehat dan tidak sehat. Pertemuan 3 1. Setiap anggota kelompok mengidentifikasi perilaku pacaran yang dilakukan bersama pacar masing-masing. 2. Anggota kelompok menetapkan bentuk perilaku pacaran yang sehat dan tidak sehat.
Hasil yang diharapkan 1. Tersusunnya rencana bentuk tindakan. 2. Tersedianya format yang dibutuhkan.
Waktu Mei 2011
1. Semua anggota kelompok menyimak dengan sungguh-sungguh penjelasan tentang tujuan dan mekanisme kegiatan kelompok. 2. Semua anggota kelompok menyimak video tentang berpacaran. 3. Semua anggota mencatat minimal 6 bentuk perilaku pacaran pada format yang telah disediakan.
1. Setiap pasangan saling memberi penjelasan dengan sungguh-sungguh tentang catatan bentuk perilaku pacaran. 2. Setiap anggota menetapkan secara benar perilaku pacaran yang sehat dan tidak sehat.
1. Setiap anggota kelompok mengidentifikasi secara jujur bentuk perilaku pacaran yang dilakukan bersama pacar masing-masing. 2. Anggota kelompok menetapkan bentuk perilaku pacaran yang sehat dan tidak sehat.
Pertemuan 4 1. Anggota kelompok dengan dipimpin 1. Semua anggota kelompok terlibat secara aktif peneliti membahas perilaku pacaran dan serius dalam pembahasan perilaku yang sehat dan tidak sehat. pacaran yang sehat dan tidak sehat. 2. Peneliti mengajak setiap anggota 2. Semua anggota kelompok secara serempak kelompok berikrar secara personal mengucapkan ikrar dengan suara nyaring untuk melakukan perilaku pacaran untuk melakukan perilaku pacaran yang yang sehat. sehat. 3. Setiap anggota kelompok mengisi 3. Semua anggota kelompok mengisi format format refleksi yang sudah refleksi dan menyerahkannya kepada peneliti. disediakan.
29
Tabel 3.2 Rencana Awal PTBK Siklus II Komponen Siklus 2 Perencanaan Tindakan
Pelaksanaan Tindakan
Tindakan 1. Bentuk Tindakan 2. Item Observasi 3. Item Evaluasi 4. Item Refleksi 5. Menyiapkan Format Pertemuan 1 1. Anggota kelompok menyimak video pacaran yang ditonton bersama. 2. Secara berpasangan, anggota kelompok saling mendiskusikan bentuk perilaku pacaran yang dicatatnya. 3. Anggota kelompok menetapkan bentuk perilaku pacaran yang sehat dan tidak sehat. Pertemuan 2 1. Setiap anggota kelompok mengidentifikasi perilaku pacaran yang dilakukan bersama pacar masing-masing. 2. Anggota kelompok menetapkan bentuk perilaku pacaran yang sehat dan tidak sehat. 3. Kelompok membahas bentuk perilaku pacaran yang sehat dan tidak sehat. Pertemuan 3 1. Anggota kelompok dengan dipimpin peneliti membahas perilaku pacaran yang sehat dan tidak sehat. 2. Peneliti mengajak setiap anggota kelompok berikrar secara personal untuk melakukan perilaku pacaran yang sehat. 3. Setiap anggota kelompok mengisi format refleksi yang sudah disediakan.
Hasil yang diharapkan 1. Tersusunnya rencana bentuk tindakan. 2. Tersedianya format yang dibutuhkan.
Waktu Juni 2011
1. Semua anggota kelompok menyimak dengan sungguh-sungguh tayangan video pacaran. 2. Setiap pasangan saling memberi penjelasan dengan sungguh-sungguh tentang catatan bentuk perilaku pacaran. 3. Setiap anggota menetapkan secara benar perilaku pacaran yang sehat dan tidak sehat.
1. Setiap anggota kelompok mengidentifikasi secara jujur bentuk perilaku pacaran yang dilakukan bersama pacar masing-masing. 2. Anggota kelompok menetapkan bentuk perilaku pacaran yang sehat dan tidak sehat. 3. Semua anggota kelompok aktif dan serius membahas perilaku pacaran yang sehat dan tidak sehat. 1. Semua anggota kelompok terlibat secara aktif dan serius dalam pembahasan perilaku pacaran yang sehat dan tidak sehat. 2. Semua anggota kelompok secara serempak mengucapkan ikrar dengan suara nyaring untuk melakukan perilaku pacaran yang sehat. 3. Semua anggota kelompok mengisi format refleksi dan menyerahkannya kepada peneliti.
Setelah menyusun rencana dalam kegiatan, peneliti melakukan kegiatan penelitian. Dalam pelaksanaan penelitian ini, peneliti menggunakan 2 media film tentang pacaran. Film pertama adalah video pacaran yang masih bersifat umum, yang menceriterakan 2 orang wanita kakak beradik. Sang adik bernama Olivia dengan nama panggilan Ole, mereka berasal dari satu keluarga yang masing-masing anggota keluarga memiliki kesibukan sendiri-sendiri. Sang ayah sibuk dengan hobby berkaraoke sedangkan sang ibu sibuk berolahraga untuk menjaga bentuk tubuhnya. Sedangkan sang kakak adalah 30
seorang mahasiswi yang sering berganti-ganti pasangan, dan berperilaku pacaran secara bebas. Ole sebagai tokoh utama dalam film ini dihadapkan pada pilihan untuk melakukan hubungan suami istri dengan sang pacar atau tidak. Karena Ole sering dihasut oleh kakaknya agar berani melakukan hubungan seks dengan sang pacar, maka pada saat merayakan hari ulang tahun pacarannya dengan Raskal, Ole akhirnya mulai memikirkan kembali kata-kata sang kakak. Ole memikirkan kata-kata sang kakak bahwa kalau Ole tidak segera menyerahkan keperawanannya pada Raskal, maka Raskal akan meninggalkan Ole. Film kedua bercerita tentang empat remaja bernama Raka, Topan, Chanisa dan Helen. Ke empat remaja ini disatukan oleh nasib, mengekspresikan cinta dengan caranya sendiri, dan hidup dengan gayanya yang bebas, sehingga Raka, Topan, Chanisa dan Helen begitu menghargai nilai cinta yang sejati. Topan yang berasal dari keluarga yang tidak harmonis menyibukkan dirinya untuk merawat Chanisa yang terkena penyakit kanker paru-paru. Sebelum berpacaran dengan Chanisa, Topan pernah menjalin hubungan dengan seorang wanita yang bernama Nayla.
Topan selalu mendapatkan
gangguan dari Nayla wanita cantik yang cenderung berkuasa walaupun jiwanya rapuh, sehingga hubungan Topan dan Chanisa seringkali terintimidasi Nayla. Namun Topan tidak pernah tertarik dengan Nayla dan tetap setia kepada Chanisa. Bahkan Topan sangat memperhatikan Chanisa walaupun tahu Chanisa menderita penyakit yang cukup parah. Penyakit Chanisa yang semakin kronis, membuatnya dirawat di Rumah Sakit. Semua biaya rumah sakit membuat Topan harus menyediakan uang yang sangat besar, Topan pun mengusahakan berbagai cara untuk mendapatkan uang. Topan sangat menjaga Chanisa dan bertanggung jawab penuh terhadap Chanisa. Raka menaruh hati pada sahabat Chanisa, yaitu Helen. Melalui perjuangan yang panjang, Raka dan Helen akhirnya pacaran. 31
Untuk memperlancar kegiatan konseling kelompok, peneliti menyiapkan format perilaku pacaran 1 (Format 1) dengan tujuan untuk mengetahui lebih detail tentang jenis perilaku pacaran yang dilakukan siswa. Setiap anggota diminta mengidentifikasi perilaku pacaran yang mereka tulis dalam Format 1 dan menggolongkannya ke dalam perilaku pacaran sehat dan perilaku pacaran tidak sehat, kemudian menulisnya pada format perilaku pacaran 2 (Format 2). Di samping Format 1 dan Format 2, disediakan pula Format 3 untuk mencatat perilaku pacaran yang ada di dalam film. Disediakan pula Format Observasi untuk mencatat hal-hal yang ditemukan selama proses kegiatan penelitian. Instrumen yang digunakan dalam observasi ini adalah (a) Lembar penilaian, digunakan untuk mengamati hasil belajar siswa, dan (b) Lembar observasi, digunakan untuk mengamati kegiatan siswa selama proses layanan konseling kelompok. Sedangkan kegiatan evaluasi dilaksanakan untuk memeriksa hasil pekerjaan siswa baik pre test maupun post test untuk mengetahui sejauh mana perubahan perilaku pacaran siswa setelah diberikan layanan konseling kelompok. Pada akhir pertemuan siklus I dan siklus II, anggota kelompok diminta melakukan refleksi dengan mengisi format refleksi yang telah disiapkan peneliti. Refleksi dari peneliti yakni akan lebih ditingkatkan kegiatan layanan konseling kelompok dengan mengidentifikasi perilaku pacaran teman siswa. Dalam siklus I ini peneliti bertindak sebagai pemimpin dibantu seorang pengamat dalam diskusi kelompok siswa. Setelah siklus I berjalan, dan belum berhasil, maka diadakan tindakan selanjutnya yaitu siklus II, akan tetapi jika dalam tindakan siklus I telah berhasil maka tindakan siklus II hanya sebagai pemantapan saja. 3.2. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IX SMP N 2 Suruh Tahun Ajaran 2010/2011 yang telah berpacaran. Sesuai tujuan penelitian kepada semua siswa yang 32
berjumlah 149 orang diminta mengisi angket pacaran. Berdasarkan hasil analisis data angket pacaran akan ditetapkan subjek penelitian yang akan dilibatkan dalam PTBK. Dari hasil angket pacaran diketahui sejumlah 90 siswa yang telah berpacaran. Setelah perilaku pacaran siswa dianalisis, diketahui 9 siswa (5 perempuan dan 4 laki-laki) yang melakukan perilaku pacaran tidak sehat. Dengan demikian ditetapkan subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IX SMP N 2 Suruh yang berjumlah 9 orang. Penelitian ini dilaksanakan di SMP N 2 Suruh pada siswa kelas IX Tahun Ajaran 2010/2011 yang didasarkan pada hasil survei yang menemukan sebagian besar siswanya sudah berpacaran (90 siswa). Setelah dilakukan analisis lebih lanjut, dari 90 siswa yang sudah berpacaran tersebut ditemukan kecenderungan bahwa siswa melakukan perilaku pacaran secara tidak sehat, seperti bertengkar (dengan kata-kata kasar sampai terjadi kekerasan fisik), berduaan ditempat sepi, berciuman, meraba, memeluk sampai melakukan hubungan seks di luar nikah. Melalui PTBK ini diharapkan terjadi perubahan perilaku pacaran siswa dari tidak sehat menjadi perilaku pacaran sehat. Berdasarkan jumlah siswa yang terindikasi melakukan perilaku pacaran tidak sehat sebanyak 9 orang yang terdiri atas (4 orang laki-laki dan 5 orang perempuan), maka PTBK ini dilakukan dalam bentuk layanan Konseling Kelompok dengan menggunakan Pendekatan Behavioral. 3.3. Variabel Penelitian Sugiyono (2006) berpendapat bahwa variabel penelitian adalah segala sesuatu yang apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah konseling kelompok dengan pendekatan behavioral. Sedangkan variabel terikatnya adalah perubahan perilaku pacaran siswa.
33
3.4. Tekhnik Pengumpulan Data Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti melakukan wawancara dengan guru BK dan guru kelas, agar memperoleh data tentang pola pacaran yang dilakukan siswa. Selain melakukan wawancara penulis juga menyebarkan angket kepada siswa kelas IX, untuk mengetahui secara pasti apakah di kelas IX mengalami pola pacaran tidak sehat. 3.4.1.Angket Variabel pola pacaran diukur dengan menggunakan angket pacaran yang berisi 10 item pertanyaan. Prosedur pengisian tes ini sangat mudah karena responden hanya diminta untuk memilih jawaban “Pernah” atau “Tidak Pernah” pada kolom yang sudah tersedia sesuai dengan keadaan dirinya. Item favorabel dalam angket ini ditunjukkan pada nomor : 1, 2, 3, 4. Sedangkan item unfavorabel dalam angket ini ditunjukkan pada nomor : 5, 6, 7, 8, 9, 10. Item favorabel ini mengandung tentang ungkapan diri yang positif, sedangkan item unfavorabel mengandung tentang ungkapan diri yang negatif. Adapun tujuan penggunaan angket dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pola pacaran siswa sebelum dikenai perlakuan. Kisi-kisi angket pacaran yang digunakan dalam penelitian ini diadaptasi dari angket pacaran (http://www.sahabatsurgawi.net/dremaja2009/derap_okt0309.html) seperti tertera dalam Tabel 3.3 berikut ini: Tabel 3.3. Angket Pacaran NO 1 2 3 4
5 6
JENIS KEGIATAN Berpegangan tangan Mengungkapkan perasaan Mengagumi Memberikan semangat (belajar, mengerjakan tugastugas sekolah, saat pasangan sedang menghadapi suatu permasalahan) Bertengkar (dengan kata-kata kasar sampai terjadi kekerasan fisik) Berduaan ditempat sepi
JUMLAH ITEM 1 1 1 1
1 1 34
7 8 9 10
Berciuman Meraba Memeluk Melakukan hubungan seks di luar nikah
1 1 1 1
3.4.2. Observasi Penulis melakukan observasi untuk mengetahui perilaku siswa dalam berpendapat. Tabel 3.3 Pedoman observasi No. Pengamatan 1. Keaktifan siswa 2. Semangat siswa dalam mengikuti konseling kelompok 3. Keterbukaan siswa dalam menjawab pertanyaan dari peneliti 4. Keaktifan siswa dalam bertanya dan mengeluarkan pendapat
Ya
Tidak
3.4.3. Wawancara Wawancara dilaksanakan sesuai dengan data yang diperoleh dari data angket dengan data observasi. Pelaksanaan wawancara menggunakan pedoman yang sesuai dengan kisi-kisi angket dengan pedoman observasi. 3.4.4. Tekhnik Analisis Data Untuk menganalisis data yang terkumpul melalui angket, wawancara dan observasi, penulis menggunakan tekhnik analisis deskriptif, artinya menganalisis data yang sesuai dengan gambaran apa adanya. Model rancangan dalam menganalisis data peneliti menggunakan Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling. Bila dalam siklus 1 belum berhasil, maka diberi tindakan konseling kelompok siklus 2. Apabila siklus 1 berhasil, maka siklus 2 diberikan sebagai tindakan pemantapan dan apabila siklus 1 belum berhasil, maka siklus 2 dilakukan sebagai tindakan lanjutan.
35