BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas X2 Madrasah Aliyah Negeri Wonogiri semester gasal tahun pelajaran 2012/2013, yang beralamat di Jalan Raden Mas Sahid, Wonogiri. 2. Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada semester gasal tahun pelajaran 2012/2013 yaitu pada bulan September 2012 sampai Mei 2013. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan secara bertahap. Adapun tahap-tahap pelaksanaannya sebagai berikut: Tabel 3.1 Alokasi Waktu Penelitian No Kegiatan 1
2 3 4 5 6 7
Sep 12
Okt 12
Des 12
Persiapan Observasi Awal Pengajuan Judul Penyusunan Proposal Pembuatan Instrumen Analisis Instrumen Pengumpulan Data Pengolahan Data Penyusunan Laporan skripsi
34
Bulan Jan Feb 13 13
Mar 13
Jan 16
35
B. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X-2 semester ganjil Madrasah Aliyah Negeri Wonogiri tahun pelajaran 2012/2013. Pemilihan subjek dalam penelitian ini didasarkan pada pertimbangan bahwa subjek tersebut mempunyai permasalahan-permasalahan yang telah teridentifikasi pada saat observasi awal. Penggunaan metode dan media yang telah dirancang diharapkan tepat diterapkan pada siswa kelas X-2 semester ganjil Madrasah Aliyah Negeri Wonogiri. Sedangkan obyek dalam penelitian ini adalah prestasi belajar kimia dan pemahaman membaca melalui model pembelajaran problem posing.
C. Metode Penelitian Penelitian yang dilakukan peneliti ini merupakan desain penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) dimana ciri dari penelitian tindakan kelas yaitu bersifat praktis dengan tujuan utama untuk memecahkan masalah dalam
pembelajaran
yang
sehari-hari
dialami
oleh
guru
dan
siswa.
Pelaksanaannya dilakukan dalam kawasan kelas atau sekolah tujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Seperti yang telah dijelaskan oleh Suharsimi Arikunto (2006) dalam Sarwiji Suwandi (2009: 10) pengertian penelitian tindakan kelas dapat diperoleh dari unsur kata pembentuknya yakni penelitian, tindakan, dan kelas dimana penelitian mengacu pada suatu kegiatan mencermati suatu obyek dengan menggunakan cara atau aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti. Tindakan mengacu pada suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian tindakan kelas tindakan itu berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa. Istilah kelas mengacu pada sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama. Kelas bukan wujud ruang, tetapi sekelompok peserta didik yang sedang belajar. Dari ketiga pengertian kata tersebut dapat diambil kesimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar
36
berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan guru yang dilakukan siswa. Beberapa karakteristik dalam penelitian tindakan kelas antara lain: 1) perbaikan proses pembelajaran dari dalam (an inquiry on practice from within); 2) usaha kolaboratif antara guru dan dosen (a collaborative effort between school teachers and teacher educators); 3) bersifat fleksibel (a reflective practice made public). (Hopkins (1993) dalam Sarwiji Suwandi (2009: 14)) Data yang didapatkan (baik berupa kalimat atau angka) yang dikumpulkan melalui catatan observasi dan hasil evaluasi yang dilakukan sejak awal penelitian bersama mitra kolaborasi, diinterpretasikan secara kualitatif. Catatan observasi dipergunakan untuk mengetahui peningkatan kualitas proses belajar siswa, sedangkan tes dilakukan untuk mengukur peningkatan hasil belajar siswa. Teknik pengumpulan data meliputi pengamatan, wawancara atau diskusi, kajian dokumen, angket dan tes. Pengamatan yang peneliti lakukan adalah pengamatan secara pasif. Wawancara atau diskusi dilakukan setelah dan atas dasar hasil pengamatan di kelas maupun kajian dokumen. Kajian dokumen dapat berupa kajian kurikulum, RPP, buku dan materi pelajaran, hasil tulisan atau karangan siswa dan nilai yang diberikan guru. Angket diberikan siswa untuk mengetahui berbagai hal yang berkaitan dengan proses belajar yang akan diteliti. Tes dimaksudkan untuk mengukur seberapa jauh hasil yang diperoleh siswa setelah kegiatan pemberian tindakan (Sarwiji Suwandi, 2009: 57-59). Kurt Lewin dalam Sarwiji Suwandi (2009: 27) menggambarkan penelitian tindakan kelas sebagai serangkaian langkah yang berbentuk spiral. Setiap langkah memiliki empat tahap, yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Dalam penerapannya digunakan tindakan siklus pada setiap pembelajaran. Maksudnya, cara penerapan strategi pembelajaran ini pada pembelajaran siklus pertama hampir sama dengan
37
yang diterapkan pada pembelajaran siklus kedua, tergantung pada fakta dan interpretasi data yang ada pada siklus pertama. Pada bagian refleksi dilakukan analisis data mengenai proses, masalah atau hambatan yang dijumpai, kemudian dilanjutkan dengan refleksi dampak pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan. Salah satu aspek penting dari kegiatan refleksi adalah evaluasi terhadap keberhasilan dan pencapaian tujuan.
D. Data dan Sumber Data 1. Data Penelitian Dalam penelitian ini, data yang dikumpulkan meliputi data informasi tentang keadaan siswa dilihat dari aspek kualitatif dan kuantitatif. Aspek kualitatif berupa data hasil observasi, dokumentasi, dan wawancara yang menggambarkan proses pembelajaran di kelas dan kesulitan yang dihadapi guru baik dalam menghadapi siswa maupun cara mengajar di kelas. Aspek kuantitatif yang dimaksud adalah hasil penilaian prestasi belajar kimia dan pemahaman membaca, materi pokok hukum-hukum dasar kimia. Prestasi belajar berupa nilai yang diperoleh siswa dari tes kognitif dan tes afektif siswa terhadap pembelajaran baik siklus I maupun siklus lanjutan. Sedangkan pemahaman membaca berupa nilai yang diperoleh siswa dari tes pemahaman membaca siswa terhadap pembelajaran baik siklus I maupun siklus lanjutan. 2. Sumber Data Sumber data yang digunakan pada penelitian ini adalah informan, yaitu guru dan siswa. Selain itu juga berasal dari peristiwa atau perilaku yang dialami siswa selama melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas, serta dokumen atau arsip dari hasil tes.
E. Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini diperoleh dengan cara: 1. Tes Tes disusun dan dilakukan untuk mengetahui tingkat kemampuan kognitif siswa dan pemahaman membaca sesuai dengan siklus yang ada. Tes
38
dalam penelitian ini terdiri atas tes siklus 1 dan tes siklus lanjutan yang diberikan pada setiap akhir siklus. 2. Metode Angket Metode
angket
merupakan
metode
pengumpulan
data
yang
dilaksanakan dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan yang harus dijawab oleh responden. Angket yang digunakan adalah angket afektif. 3. Observasi atau Pengamatan Lapangan Pengamatan yang dilakukan oleh peneliti adalah pengamatan berperan serta secara pasif. Pengamatan ini dilakukan terhadap guru ketika melaksanakan kegiatan belajar-mengajar di kelas. Pengamatan yang dilakukan peneliti adalah dengan mengambil tempat duduk paling belakang. Dalam posisi itu peneliti dapat lebih leluasa melaksanakan pengamatan terhadap aktifitas belajarmengajar siswa. Pengamatan terhadap kinerja guru juga diarahkan pada kegiatan guru dalam penerapan pembelajaran model Problem Posing, kegiatan guru dalam menumbuhkan pemahaman membaca siswa, mengajukan pertanyaan dan menanggapi jawaban siswa, mengelola kelas, memberikan latihan dan umpan balik, serta melakukan penilaian terhadap prestasi belajar siswa. 4. Wawancara Wawancara erat kaitannya dengan observasi, sehingga hal ini dilaksanakan setelah dan atas dasar hasil observasi. Wawancara dilaksanakan dengan narasumber guru kimia dan siswa untuk memperoleh informasi balikan tentang proses pembelajaran serta dilakukan secara berulang kali untuk memperoleh masukan yang lebih mendalam sebagai bahan refleksi. 5. Kajian Dokumen Kajian juga dilakukan terhadap berbagai dokumen atau arsip yang ada seperti kurikulum, rencana pembelajaran yang dibuat guru, buku atau materi pelajaran.
39
F. Uji Validitas Data Data yang telah berhasil diperoleh, dikumpulkan, dan dicatat dalam pelaksanaan tindakan harus diusahakan kemantapan dan kebenarannya. Cara pengumpulan data dengan beragam tekniknya harus benar-benar sesuai dan tepat untuk menggali data yang diperlukan bagi penelitiannya. Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini digolongkan menjadi dua yaitu instrumen pembelajaran dan instrumen penilaian. Instrumen penilaian digunakan untuk memperoleh data hasil prestasi belajar dan kemampuan pemahaman membaca siswa. 1. Instrumen Pembelajaran Instrumen pembelajaran yang digunakan ada dua, yaitu silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). a. Silabus Silabus yang digunakan pada penelitian ini adalah silabus yang telah disusun oleh sekolah. Silabus mata pelajaran kimia MAN Wonogiri kelas X2 dapat dilihat pada Lampiran 1 (Halaman 106). b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) RPP yang digunakan disusun oleh peneliti dan disetujui oleh guru yang mengajar siswa sebagai subjek penelitian. Hal ini dimaksudkan supaya pelaksanaan tindakan dalam penelitian dapat terstruktur dengan baik. RPP yang dipakai pada penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 4 (Halaman 113). 2. Instrumen Penilaian a. Instrumen Penilaian Kognitif Dalam penelitian ini digunakan bentuk tes kognitif untuk penilaian kognitif. Adapun langkah pembuatan tes terdiri dari : (a) membuat kisi-kisi soal tes, (b) menyusun soal tes, (c) mengadakan uji coba tes (try out). Tes kognitif berupa tes objektif terdiri dari 15 butir soal pada siklus I, tetapi dalam try out siklus I soal dibuat rangkap/ganda menjadi 30 soal. Pada siklus II, tes kognitif juga berupa tes objektif yang terdiri dari 3 butir soal, tetapi dalam try out siklus II soal dibuat rangkap/ganda menjadi 6 soal.
40
Sebelum soal tes digunakan untuk mengambil data dalam penelitian, soal tes yang disusun dianalisis dahulu secara kualitatif dan kuantitatif untuk mengetahui apakah instrumen tes tersebut telah memenuhi persyaratan tes yang baik atau belum. Analisis kualitatif dimaksudkan untuk mengetahui apakah setiap butir soal telah sesuai dari segi materi, konstruksi, bahasa dan pedoman penskorannya. Teknik analisis kualitatif yang dilakukan adalah teknik panel. Teknik panel merupakan teknik analisis butir soal yang yang setiap butir soalnya ditelaah berdasarkan kaidah penulisan butir soal, yaitu ditelaah dari segi materi, konstruksi, bahasa dan pedoman penskorannya yang dilakukan oleh beberapa penelaah (Depdiknas, 2009: 3). Analisis kuantitatif maksudnya adalah penelaahan butir soal didasarkan pada data empirik dari butir soal yang bersangkutan. Data empirik diperoleh dari soal yang telah diujikan (Depdiknas, 2009: 8). Instrumen kognitif selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 7 (Halaman 157). 1)
Uji validitas Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukur (tes) dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila tes tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang tepat dan akurat sesuai dengan maksud dikenakannya tes tersebut. Suatu tes menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan diadakannya pengukuran dikatakan sebagai tes yang memiliki validitas rendah. Validitas yang diuji dalam penelitian ini adalah validitas butir soal dan validitas isi (content validity). Sisi lain yang sangat penting dalam konsep validitas adalah kecermatan pengukuran. Suatu tes yang validitasnya tinggi tidak saja akan menjalankan fungsi ukurnya dengan tepat akan tetapi juga dengan
41
kecermatan tinggi, yaitu kecermatan dalam mendeteksi perbedaanperbedaan kecil yang ada pada atribut yang diukurnya. Pengertian validitas sangat erat berkaitan dengan tujuan pengukuran. Tidak ada validitas yang berlaku secara umum untuk semua tujuan pengukuran. Suatu tes hanya menghasilkan ukuran yang valid untuk satu tujuan pengukuran saja yang spesifik. Oleh karena itu, suatu tes yang valid guna pengambilan suatu keputusan dapat saja tidak valid sama sekali guna pengambilan suatu keputusan lain dan bagi kelompok lain. (Saifuddin Azwar, 2009: 173-174) Rumus yang dipakai untuk mengetahui validitas isi secara keseluruhan adalah formula Gregory (2007:123). Pada formula ini, diperlukan dua panelis untuk memeriksa kecocokan antara indikator dengan butir-butir instrumen, dalam bentuk menilai relevan atau kurang relevan masingmasing indikator butir bila dicocokkan dengan butir-butirnya. Formula Gregory adalah sebagai berikut: Content Validity (CV) = Keterangan: A : Jumlah item yang kurang relevan menurut kedua panelis B : Jumlah item yang kurang relevan menurut panelis I dan relevan menurut panelis II C
: Jumlah item yang relevan menurut panelis I dan kurang relevan menurut panelis II
D
: Jumlah item yang relevan menurut kedua panelis
Kriteria yang digunakan adalah jika CV > 0,70 maka analisis dapat dilanjutkan. (Gregory, 2007: 123) Hasil uji validitas isi instrumen penilaian kognitif siklus I yang dilakukan terangkum dalam Tabel 3.2, sedangkan proses analisa selengkapnya dapat ditunjukkan pada Lampiran 10 (Halaman 175).
42
Tabel 3.2 Rangkuman Hasil Uji Validitas Isi Instrumen Penilaian Kognitif Siklus I Jumlah Soal 30
CV 0,93
Kesimpulan Analisis dapat dilanjutkan
Sedangkan hasil uji validitas isi instrumen penilaian kognitif siklus II terangkum dalam Tabel 3.3 dan analisanya ditunjukkan pada Lampiran 16 (Halaman 187). Tabel 3.3 Rangkuman Hasil Uji Validitas Isi Instrumen Penilaian Kognitif Siklus II. Jumlah Soal 6
CV 1,0
Kesimpulan Analisis dapat dilanjutkan
Dalam penelitian ini bentuk soal yang digunakan adalah bentuk soal pilihan ganda. Jenis data yang diperoleh dari hasil uji coba adalah jenis data dikotomi (pada pilihan ganda skor benar = 1 dan salah = 0) maka rumus yang harus digunakan adalah korelasi point biserial. Untuk menghitung validitas butir soal digunakan rumus korelasi point biserial sebagai berikut (Depdiknas, 2009: 14).
Keterangan:
=
−
rpbis
: koefisien korelasi point biserial
Mp
: rerata skor dari subjek yang menjawab betul bagi item yang dicari validitasnya
Mt
: rerata skor total
St
: standar deviasi dari skor total
p
: proporsi siswa yang menjawab benar
q
: proporsi siswa yang menjawab salah (q= 1-p)
43
Koefisien korelasi biserial (rpbis) menunjukkan validitas item dari suatu butir soal yang selanjutnya disebut sebagai rhitung. Taraf signifikan yang dipakai dalam penelitian ini adalah 5%. Item dikatakan valid bila harga rhitung ≥ rtabel. Penentuan validitas butir soal didasarkan pada harga rhitung yang melampaui harga kritik (rtabel) sebesar 0,423. Ringkasan hasil uji validitas soal kognitif siklus I setelah dilakukan tryout dapat dilihat pada Tabel 3.4. Sedangkan analisis hasil uji validitas soal kognitif siklus I selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 11 (Halaman 177). Tabel 3.4 Ringkasan Hasil Tryout Instrumen Penelitian untuk Uji Validitas Soal Kognitif Siklus I. Kriteria Jumlah Soal Valid Invalid 30 24 6 Ringkasan hasil uji validitas soal kognitif siklus II setelah dilakukan tryout dapat dilihat pada Tabel 3.5, Sedangkan analisis hasil uji validitas soal kognitif siklus II dapat dilihat pada Lampiran 17 ( Halaman 189). Tabel 3.5 Ringkasan Hasil Tryout Instrumen Penelitian untuk Uji Validitas Soal Kognitif Siklus II. Kriteria Jumlah Soal Valid Invalid 6 6 Dari hasil tryout tersebut, diketahui bahwa untuk instrumen soal siklus I diperoleh 24 soal dengan kategori valid dan 6 soal dengan kategori invalid. Soal dengan kategori invalid tidak dipakai/didrop karena 15 indikator soal siklus I telah terpenuhi dalam soal kategori valid. Sementara itu, dari hasil tryout instrumen soal siklus II diketahui keseluruhan soal valid. Soal dengan kategori valid dipakai sebagai instrumen tes siklus I sebanyak 3 soal.
44
2)
Reliabilitas Soal Reliabilitas adalah keajegan suatu soal apabila diteskan kepada subjek yang sama, dalam waktu yang berlainan atau kepada subjek tidak sama pada waktu yang sama. Dengan kata lain, suatu soal dikatakan reliabel apabila soal tersebut diujikan berkali-kali hasilnya relatif sama. Menurut Depdiknas (2009: 16), untuk menghitung koefisien reliabilitas soal bentuk objektif digunakan rumus Kuder Richardson (KR 20) yaitu sebagai berikut:
k
pq
KR-20 = 1 Sx 2 k 1 Keterangan: KR-20 : koefisien korelasi k
: banyaknya item dalam tes
p
: proporsi peserta yang menjawab benar
q
: proporsi peserts yang menjawab salah (q=1-p)
Sx2
: varians skor total
Tes dikatakan reliable jika r11> rtabel Kriteria reliabilitas adalah: 0,91 – 1,00
: sangat tinggi
0,71 – 0,90
: tinggi
0,41 – 0,70
: cukup
0,21 – 0,40
: rendah
>0,00 – 0,20
: sangat rendah (Depdiknas, 2009 : 16)
Hasil tryout reliabilitas instrumen soal kognitif siklus I dan siklus II terangkum dalam Tabel 3.6 dan 3.7. Untuk analisis hasil tryout reliabilitas instrumen soal kognitif silkus I dan II dapat dilihat pada Lampiran 11 (Halaman 177 ) dan 17 (Halaman 189). Tabel 3.6. Ringkasan Hasil Tryout Instrumen Penelitian Uji Reliabilitas Soal Kognitif Siklus I Jumlah Soal Reliabilitas Kriteria 30 0,891 Sangat Tinggi
45
Tabel 3.7. Ringkasan Hasil Tryout Instrumen Penelitian Uji Reliabilitas Soal Kognitif Siklus II Jumlah Soal Reliabilitas Kriteria 6 0,717 Tinggi 3)
Taraf Kesukaran Soal Tingkat kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab benar suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan dalam bentuk indeks. Indeks tingkat kesukaran ini pada umumnya dinyatakan dalam bentuk proporsi yang besarnya berkisar 0,00 – 1,00. Semakin besar indeks tingkat kesukaran yang diperoleh dari hasil hitungan, berarti semakin mudah soal itu. Perhitungan indeks tingkat kesukaran ini dilakukan untuk setiap nomor soal. Pada prinsipnya, skor rata-rata yang diperoleh peserta didik pada butir soal yang bersangkutan dinamakan tingkat kesukaran butir soal tersebut. Untuk menghitung tingkat kesukaran soal bentuk obyektif digunakan rumus sebagai berikut: Tingkat Kesukaran (TK) =
jumlah siswa yang menjawab benar butir soal jumlah siswa yang mengikuti tes
Indeks kesukaran : 0,00 – 0,30 : Sukar (S) 0,31 – 0,70 : Sedang (Sd) 0,71 – 1,00 : Mudah (M) (Depdiknas, 2009: 9) Hasil tryout taraf kesukaran soal penilaian kognitif siklus I dan siklus II terangkum dalam Tabel 3.8 dan 3.9 Untuk hasil uji taraf kesukaran instrumen soal penilaian kognitif siklus I dan siklus II dapat dilihat pada Lampiran 11 (Halaman 177 ) dan 17 (Halaman 189). Tabel 3.8 Ringkasan Hasil Tryout Instrumen Penilaian untuk Uji Taraf Kesukaran Soal pada Aspek Kognitif Siklus I Taraf Kesukaran Soal Jumlah Soal Mudah Sedang Sukar 30 10 19 1
46
Tabel 3.9 Ringkasan Hasil Tryout Instrumen Penilaian untuk Uji Taraf Kesukaran Soal pada Aspek Kognitif Siklus II Taraf Kesukaran Soal Jumlah Soal Mudah Sedang Sukar 6 1 5 4)
Daya Pembeda Soal Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu butir soal untuk dapat membedakan antara siswa yang telah menguasai materi yang ditanyakan dan siswa yang tidak/kurang/belum menguasai materi yang ditanyakan. Indeks daya pembeda setiap butir soal biasanya juga ditanyakan dalam bentuk proporsi. Semakin tinggi indeks daya pembeda soal berarti semakin mampu soal yang bersangkutan membedakan siswa yang telah memahami materi dengan siswa yang belum memahami materi. Untuk mengetahui daya pembeda soal bentuk pilihan ganda adalah dengan menggunakan rumus sebagai berikut: DP=
BA BB JA JB
Keterangan: DP
: Daya Pembeda
BA
: jumlah jawaban benar yang diperoleh dari siswa tergolong
kelompok atas BB
: jumlah jawaban benar yang diperoleh dari siswa tergolong
kelompok bawah JA
: jumlah siswa yang tergolong kelompok atas
JB
: jumlah siswa yang tergolong bawah
Kualifikasi daya pembeda adalah sebagai berikut: 0,71─ 1,00
: Baik Sekali
0,41 ─ 0,70
: Baik
0,21 ─ 0,40
: Cukup
0,00 ─ 0,2
: Jelek
Bertanda negatif
: daya pembedanya jelek sekali
47
(Depdiknas, 2009: 26-27) Hasil tryout daya pembeda soal instrumen penilaian kognitif siklus I terangkum dalam Tabel 3.10.
Tabel 3.10. Ringkasan Hasil Tryout Instrumen Penelitian untuk Uji Daya Pembeda Soal pada Aspek Kognitif Siklus I Kriteria Jumlah Soal Baik Sekali Baik Cukup Jelek Jelek Sekali 30 0 6 19 3 2 Sedangkan hasil tryout daya pembeda instrumen soal penilaian kognitif siklus II terangkum dalam Tabel 3.11. Hasil uji daya pembeda instrumen penilaian kognitif selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 11 (Halaman 177 ) dan 17 (Halaman 189). Tabel 3.11. Ringkasan Hasil Tryout Instrumen Penelitian untuk Uji Daya Pembeda Soal pada Aspek Kognitif Siklus II Kriteria Jumlah Soal Baik Sekali Baik Cukup Jelek Jelek Sekali 6 5 1 . . Soal yang memiliki daya pembeda jelek dan jelek sekali tidak dipakai/didrop dalam tes siklus I karena 15 indikator soal siklus I telah terpenuhi dalam soal yang memiliki daya pembeda baik dan cukup. Sementara itu, soal yang memiliki daya pembeda jelek tidak dipakai/didrop dalam tes siklus II karena 3 indikator soal siklus II telah terpenuhi dalam soal yang memiliki daya pembeda baik. b. Instrumen Penilaian Afektif Instrumen penilaian afektif digunakan dalam penelitian ini berupa angket. Jenis angket yang digunakan adalah angket langsung dan sekaligus menyediakan alternatif jawaban. Responden atau siswa memberikan jawaban dengan memilih salah satu alternatif jawaban yang disediakan. Penyusunan item-item angket berdasarkan indikator yang telah ditetapkan sebelumnya.
48
Dalam menjawab pertanyaan, siswa hanya dibenarkan dengan memilih salah satu alternatif jawaban yang telah disediakan. Pemberian skor untuk angket afektif digunakan skala 1 sampai 4. Pemberian skornya untuk angket adalah sebagai berikut: Skor 4 untuk jawaban Sangat Setuju (SS) Skor 3 untuk jawaban Setuju (S) Skor 2 untuk jawaban Tidak Setuju (TS) Skor 1 untuk jawaban Sangat Tidak Setuju (STS) Sedangkan untuk item yang mengarah jawaban negatif, pemberian skornya sebagai berikut: Skor 1 untuk jawaban Sangat Setuju (SS) Skor 2 untuk jawaban Setuju (S) Skor 3 untuk jawaban Tidak Setuju (TS) Skor 4 untuk jawaban Sangat Tidak Setuju (STS) Sebelum digunakan untuk mengambil data penelitian, instrumen tersebut diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui kualitas item angket: 1) Uji Validitas Untuk mengetahui validitas butir soal angket menggunakan Formula Gregory adalah sebagai berikut: Content Validity (CV) :
D A B C D
Dimana, A = jumlah item yang kurang relevan menurut kedua panelis B = jumlah item yang kurang relevan menurut panelis I dan relevan menurut panelis II C = jumlah item relevan menurut panelis I dan kurang relevan menurut panelis II D = jumlah item relevan menurut kedua panelis Kriteria yang digunakan adalah jika CV > 0,700 maka analisis dapat dilanjutkan. (Gregory, 2007: 123)
49
Hasil uji validitas isi instrumen penilaian afektif terangkum dalam Tabel 3.12, sedangkan analisa selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 22 (Halaman 198).
Tabel 3.12. Rangkuman Hasil Uji Validitas Isi Instrumen Penilaian Afektif Jumlah Soal CV Kesimpulan 30 0,97 Analisis dapat dilanjutkan Sedangkan untuk menghitung validitas butir soal angket digunakan rumus product moment sebagai berikut:
Keterangan: rxy
: koefisien korelasi suatu butir soal (koefisien validitas)
X
: hasil pengukuran suatu tes yang ditentukan validitasnya
Y
: kriteria yang dipakai
N
: jumlah subjek.
Kriteria item dinyatakan valid jika rxy > rtabel Kriteria item dinyatakan tidak valid jika rxy ≤ rtabel Penentuan validitas item didasarkan pada harga rhitung yang melampaui harga kritik (rtabel) sebesar 0,423. Ringkasan uji validitas instrumen aspek afektif setelah dilakukan tryout disajikan dalam Tabel 3.13, sedangkan hasil analisis selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 23 (Halaman 200).
Tabel 3.13. Ringkasan Hasil Tryout untuk Validitas Soal pada Aspek Afektif Kriteria Jumlah Soal Valid Invalid 30 26 4 Dari hasil tryout instrumen penilaian aspek afektif siswa tersebut diketahui terdapat soal 26 soal dengan kategori valid dan 4 soal dengan
50
kategori invalid. Semua item soal hasil tryout ini dipakai sebagai instrumen penelitian. Soal yang invalid dilakukan perbaikan terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai instrumen penelitian. 2) Uji Reliabilitas Digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengukuran dapat memberikan hasil yang relatif tidak berbeda bila dilakukan pengukuran kembali pada subyek yang sama. Untuk mengetahui tingkat reliabilitas digunakan rumus alpha (digunakan untuk mencari reliabilitas yang skornya bukan 1 dan 0), yaitu sebagai berikut: 2 N S i r11 = α = 1 2 St N 1
Keterangan: r11
: koefisien realibilitas instrumen
N
: banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
ΣSi2
: jumlah kuadrat S tiap-tiap item
St2
: kuadrat dari S total keseluruhan item.
St
1 2 N X 2 X N
Kriteria reliabilitas adalah sebagai berikut: 0,91 ─ 1,00
: Sangat Tinggi (ST)
0,71 ─ 0,90
: Tinggi (T)
0,41 ─ 0,70
: Cukup (C)
0,21 ─ 0,40
: Rendah (R)
>0,00 ─ 0,20 : Sangat Rendah (SR) (Azwar, 2009: 87) Ringkasan hasil uji reliabilitas instrumen penilaian aspek afektif setelah dilakukan tryout disajikan dalam Tabel 3.14, sedangkan analisis selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 23 (Halaman 200).
51
Tabel 3.14. Ringkasan Hasil Tryout Reliabilitas Soal Aspek Afektif Jumlah Soal Reliabilitas Kriteria 30 0,953 Sangat Tinggi c.
Instrumen Penilaian Kemampuan Pemahaman Membaca Tes kemampuan pemahaman membaca berupa tes objektif terdiri dari 5 wacana hukum-hukum dasar kimia dengan 15 butir soal pada siklus I. pada siklus II, tes kemampuan pemahaman membaca juga berupa tes objektif yang terdiri dari 5 wacana hukum-hukum dasar kimia dengan 15 butir soal. 1) Validitas Soal Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukur (tes) dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila tes tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang tepat dan akurat sesuai dengan maksud dikenakannya tes tersebut. Suatu tes menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan diadakannya pengukuran dikatakan sebagai tes yang memiliki validitas rendah. Validitas yang diuji dalam penelitian ini adalah validitas butir soal dan validitas isi (content validity). Sisi lain yang sangat penting dalam konsep validitas adalah kecermatan pengukuran. Suatu tes yang validitasnya tinggi tidak saja akan menjalankan fungsi ukurnya dengan tepat akan tetapi juga dengan kecermatan tinggi, yaitu kecermatan dalam mendeteksi perbedaanperbedaan kecil yang ada pada atribut yang diukurnya. Pengertian validitas sangat erat berkaitan dengan tujuan pengukuran. Tidak ada validitas yang berlaku secara umum untuk semua tujuan pengukuran. Suatu tes hanya menghasilkan ukuran yang valid untuk satu tujuan pengukuran saja yang spesifik. Oleh karena itu, suatu tes yang valid guna pengambilan suatu keputusan dapat saja tidak valid sama sekali guna pengambilan suatu keputusan lain dan bagi kelompok lain (Saifuddin Azwar, 2009: 173-174).
52
Rumus yang dipakai untuk mengetahui validitas isi secara keseluruhan adalah formula Gregory (2007: 121-123). Pada formula ini, diperlukan dua panelis untuk memeriksa kecocokan antara indikator dengan butir-butir instrumen, dalam bentuk menilai relevan atau kurang relevan masingmasing indikator butir bila dicocokkan dengan butir-butirnya. Formula Gregory adalah sebagai berikut: Content Validity (CV) = Keterangan: A : Jumlah item yang kurang relevan menurut kedua panelis B : Jumlah item yang kurang relevan menurut panelis I dan relevan menurut panelis II C
: Jumlah item yang relevan menurut panelis I dan kurang relevan menurut panelis II
D
: Jumlah item yang relevan menurut kedua panelis
Kriteria yang digunakan adalah jika CV > 0,70 maka analisis dapat dilanjutkan (Gregory, 2007: 123). Hasil uji validitas isi instrumen penilaian kemampuan pemahaman membaca siklus I yang dilakukan terangkum dalam Tabel 3.15, sedangkan proses analisa selengkapnya dapat ditunjukkan pada Lampiran 29 (Halaman 227). Tabel 3.15. Rangkuman Hasil Uji Validitas Isi Instrumen Kemampuan Pemahaman Membaca Siklus I Jumlah Soal CV Kesimpulan 19 0,79 Analisis dapat dilanjutkan Sedangkan hasil uji validitas isi instrumen penilaian pemahaman membaca siklus II terangkum dalam Tabel 3.16 dan analisanya ditunjukkan pada Lampiran 35 (Halaman 265).
53
Tabel 3.16. Rangkuman Hasil Uji Validitas Isi Instrumen Penilaian Kemampuan Pemahaman Membaca Siklus II. Jumlah Soal CV Kesimpulan 24 1 Analisis dapat dilanjutkan Dalam penelitian ini bentuk soal yang digunakan adalah bentuk soal pilihan ganda. Jenis data yang diperoleh dari hasil uji coba adalah jenis data dikotomi (pada pilihan ganda skor benar = 1 dan salah = 0) maka rumus yang harus digunakan adalah korelasi point biserial. Untuk menghitung validitas butir soal digunakan rumus korelasi point biserial sebagai berikut (Depdiknas, 2009: 14).
Keterangan: rpbis
: koefisien korelasi point biserial
Mp
: rerata skor dari subjek yang menjawab betul bagi item yang dicari validitasnya
Mt
: rerata skor total
St
: standar deviasi dari skor total
p
: proporsi siswa yang menjawab benar
q
: proporsi siswa yang menjawab salah (q= 1-p)
Koefisien korelasi biserial (rpbis) menunjukkan validitas item dari suatu butir soal yang selanjutnya disebut sebagai rhitung. Taraf signifikan yang dipakai dalam penelitian ini adalah 5%. Item dikatakan valid bila harga rhitung ≥ rtabel. Penentuan validitas butir soal didasarkan pada harga rhitung yang melampaui harga kritik (rtabel) sebesar 0,423. Ringkasan hasil uji validitas soal pemahaman membaca siklus I setelah dilakukan tryout dapat dilihat pada Tabel 3.17. Sedangkan analisis hasil uji validitas soal kemampuan pemahaman membaca siklus I selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 30 (Halaman 229).
54
Tabel 3.17. Ringkasan Hasil Tryout Instrumen Penelitian untuk Uji Validitas Soal Kemampuan Pemahaman Membaca Siklus I. Kriteria Jumlah Soal Valid Invalid 19 17 2 Ringkasan hasil uji validitas soal 3.17. pemahaman membaca siklus II setelah dilakukan tryout dapat dilihat pada Tabel 3.18, Sedangkan analisis hasil uji validitas soal 3.17. pemahaman membaca siklus II dapat dilihat pada Lampiran 36 (Halaman 267).
Tabel 3.18. Ringkasan Hasil Tryout Instrumen Penelitian untuk Uji Validitas Soal Kemampuan Pemahaman Membaca Siklus II. Kriteria Jumlah Soal Valid Invalid 24 17 7 Dari hasil tryout tersebut, diketahui bahwa untuk instrumen soal siklus I diperoleh 17 soal dengan kategori valid dan 2 soal dengan kategori invalid. Soal dengan kategori valid dipakai sebagai instrumen tes siklus I sebanyak 15 soal. Sedangkan soal yang invalid didrop atau tidak digunakan sebagai instrumen tes karena 15 indikator soal telah terpenuhi dalam soal berkategori valid. Sementara itu, dari hasil tryout instrumen soal siklus II diketahui sebanyak 17 soal valid sedangkan 7 soal invalid. Soal dengan kategori valid dipakai sebagai instrumen tes siklus I sebanyak 15 soal. Sedangkan soal yang invalid didrop atau tidak digunakan sebagai instrumen tes karena 15 indikator soal telah terpenuhi dalam soal berkategori valid.. 2) Reliabilitas Soal Reliabilitas adalah keajegan suatu soal apabila diteskan kepada subjek yang sama, dalam waktu yang berlainan atau kepada subjek tidak sama pada waktu yang sama. Dengan kata lain, suatu soal dikatakan reliabel apabila soal tersebut diujikan berkali-kali hasilnya relatif sama. Menurut
55
Depdiknas (2009: 16), untuk menghitung koefisien reliabilitas soal bentuk objektif digunakan rumus Kuder Richardson (KR 20) yaitu sebagai berikut: k pq KR-20 = 1 Sx 2 k 1
Keterangan: KR-20
: koefisien korelasi
k
: banyaknya item dalam tes
p
: proporsi peserta yang menjawab benar
q Sx
: proporsi peserts yang menjawab salah (q=1-p) 2
: varians skor total
Tes dikatakan reliable jika r11> rtabel Kriteria reliabilitas adalah: 0,91 ─ 1,00
: Sangat Tinggi (ST)
0,71 ─ 0,90
: Tinggi (T)
0,41 ─ 0,70
: Cukup (C)
0,21 ─ 0,40
: Rendah (R)
>0,00 ─ 0,20
: Sangat Rendah (SR) (Depdiknas, 2009: 15-16)
Hasil tryout reliabilitas instrumen soal pemahaman membaca siklus I dan siklus II terangkum dalam Tabel 3.19 dan 3.20. Untuk analisis hasil tryout reliabilitas instrumen soal pemahaman membaca silkus I dan II dapat dilihat pada Lampiran 30 (Halaman 229) dan 36 (Halaman 267). Tabel 3.19. Ringkasan Hasil Tryout Instrumen Penelitian Uji Reliabilitas Soal Kemampuan Pemahaman Membaca Siklus I Jumlah Soal Reliabilitas Kriteria 19 0,884 Tinggi Tabel 3.20. Ringkasan Hasil Tryout Instrumen Penelitian Uji Reliabilitas Soal Kemampuan Pemahaman Membaca Siklus II Jumlah Soal Reliabilitas Kriteria 24 0,907 SangatTinggi
56
3) Taraf Kesukaran Soal Tingkat kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab benar suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan dalam bentuk indeks. Indeks tingkat kesukaran ini pada umumnya dinyatakan dalam bentuk proporsi yang besarnya berkisar 0,00 – 1,00. Semakin besar indeks tingkat kesukaran yang diperoleh dari hasil hitungan, berarti semakin mudah soal itu. Perhitungan indeks tingkat kesukaran ini dilakukan untuk setiap nomor soal. Pada prinsipnya, skor rata-rata yang diperoleh peserta didik pada butir soal yang bersangkutan dinamakan tingkat kesukaran butir soal tersebut. Untuk menghitung tingkat kesukaran soal bentuk obyektif digunakan rumus sebagai berikut: Tingkat Kesukaran (TK) =
jumlah siswa yang menjawab benar butir soal jumlah siswa yang mengikuti tes
Indeks kesukaran : 0,00 – 0,30 : Sukar (S) 0,31 – 0,70 : Sedang (Sd) 0,71 – 1,00 : Mudah (M) (Depdiknas, 2009: 9) Hasil tryout taraf kesukaran soal penilaian pemahaman membaca siklus I dan siklus II terangkum dalam Tabel 3.21 dan 3.22. Untuk hasil uji taraf kesukaran instrumen soal penilaian pemahaman membaca siklus I dan siklus II dapat dilihat pada Lampiran 30 (Halaman 229) dan 36 (Halaman 267).
Tabel 3.21. Ringkasan Hasil Tryout Instrumen Penilaian untuk Uji Taraf Kesukaran Soal pada Aspek Kemampuan Pemahaman Membaca Siklus I Taraf Kesukaran Soal Jumlah Soal Mudah Sedang Sukar 19 15 4 0
57
Tabel 3.22. Ringkasan Hasil Tryout Instrumen Penilaian untuk Uji Taraf Kesukaran Soal pada Aspek Kemampuan Pemahaman Membaca Siklus II Taraf Kesukaran Soal Jumlah Soal Mudah Sedang Sukar 24 21 3 0 4) Daya Pembeda Soal Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu butir soal untuk dapat membedakan antara siswa yang telah menguasai materi yang ditanyakan dan siswa yang tidak/kurang/belum menguasai materi yang ditanyakan. Indeks daya pembeda setiap butir soal biasanya juga ditanyakan dalam bentuk proporsi. Semakin tinggi indeks daya pembeda soal berarti semakin mampu soal yang bersangkutan membedakan siswa yang telah memahami materi dengan siswa yang belum memahami materi. Untuk mengetahui daya pembeda soal bentuk pilihan ganda adalah dengan menggunakan rumus sebagai berikut: DP=
BA BB JA JB
Keterangan: DP : Daya Pembeda BA : jumlah jawaban benar yang diperoleh dari siswa tergolong kelompok atas BB : jumlah jawaban benar yang diperoleh dari siswa tergolong kelompok bawah JA : jumlah siswa yang tergolong kelompok atas JB : jumlah siswa yang tergolong bawah Kualifikasi daya pembeda adalah sebagai berikut: 0,71─ 1,00
: Baik Sekali
0,41 ─ 0,70
: Baik
0,21 ─ 0,40
: Cukup
0,00 ─ 0,2
: Jelek
Bertanda negatif
: daya pembedanya jelek sekali
58
(Depdiknas, 2009: 26-27) Hasil tryout daya pembeda soal instrumen penilaian pemahaman membaca siklus I terangkum dalam Tabel 3.23.
Tabel 3.23. Ringkasan Hasil Tryout Instrumen Penelitian untuk Uji Daya Pembeda Soal pada Aspek Kemampuan Pemahaman Membaca Siklus I Kriteria Jumlah Soal Baik Sekali Baik Cukup Jelek Jelek Sekali 19 1 14 1 3 Sedangkan hasil tryout daya pembeda instrumen soal penilaian pemahaman membaca siklus II terangkum dalam Tabel 3.24. Hasil uji daya pembeda instrumen penilaian pemahaman membaca selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 30 (Halaman 229) dan 36 (Halaman 267).
Tabel 3.24. Ringkasan Hasil Tryout Instrumen Penelitian untuk Uji Daya Pembeda Soal pada Aspek Kemampuan Pemahaman Membaca Siklus II Kriteria Jumlah Soal Baik Sekali Baik Cukup Jelek Jelek Sekali 24 3 15 2 4 Soal yang memiliki daya pembeda jelek sekali tidak dipakai/didrop dalam tes siklus I karena 15 indikator soal siklus I telah terpenuhi dalam soal yang memiliki daya pembeda baik sekali, baik, dan cukup. Sementara itu, soal yang memiliki daya pembeda jelek tidak dipakai/didrop dalam tes siklus II karena 15 indikator soal siklus II telah terpenuhi dalam soal yang memiliki daya pembeda baik sekali, baik, dan cukup.
G. Analisis Data Analisis data dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dimulai sejak awal sampai berakhirnya pengumpulan data. Cara interpretasi data seperti ini akan membantu peneliti dalam menjelaskan kejadian atau situasi yang berlangsung di dalam kelas yang dihadapi oleh peneliti ketika melakukan penelitian. Data-data
59
dari hasil penelitian di lapangan diolah dan dianalisis secara deskriptif kualitatif. Teknik analisis data secara kualitatif mengacu pada model analisis Miles dan Huberman (1995: 16-19), yakni analisis yang dilakukan dalam tiga komponen yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan dan verifikasi. Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan tertulis di lapangan. Reduksi data dimulai dari data diperoleh sejak awal penelitian dan terus berlanjut hingga sesudah penelitian sampai laporan akhir lengkap tersusun. Penyajian data dilakukan dalam rangka mengorganisasikan data yang merupakan penyusunan informasi secara sistematik dari hasil reduksi data dimulai dari perencanaan, pelaksanaan tindakan observasi, dan refleksi pada masingmasing siklus. Penarikan kesimpulan merupakan upaya pencarian makna data, mencatat keteraturan, dan penggolongan data. Data yang terkumpul disajikan secara sistematik dan diberi makna. Selanjutnya, data diidentifikasi secara khusus dalam tiap-tiap siklus pembelajaran untuk mempermudah verifikasi dan analisis guna menjawab permasalahan yang ada. Skema pemeriksaan validitas data yang digunakan pada penelitian ini disajikan dalam Gambar 3.1. Wawancara / Arsip Data
Observasi
Sumber Data
Tes / Angket Gambar 3. 1. Skema Pemeriksaan Validitas Data (Moleong, 1995: 179)
60
H. Indikator Kinerja Penelitian Menurut Suwandi (2007: 36), indikator kinerja penelitian merupakan rumusan kinerja yang akan dijadikan acuan dalam menentukan keberhasilan atau keefektifan penelitian. Dalam penelitian ini indikator keberhasilannya meliputi peningkatan hasil belajar siswa yang berupa prestasi belajar. Dan kemampuan pemahaman membaca siswa. Prestasi belajar yang dimaksud meliputi hasil belajar kognitif dan afektif siswa. Adapun indikator kerjanya adalah sebagai berikut : 1. Indikator Keberhasilan Aspek Kognitif
Indikator keberhasilan prestasi belajar kognitif siswa disajikan dalam Tabel 3.25. Tabel 3.25. Indikator Keberhasilan Prestasi Belajar Kognitif Capaian (%) Indikator Target Target Siklus I Siklus II Tercapainya kriteria ketuntasan minimal (KKM) 35 45
2. Indikator Keberhasilan Aspek Afektif
Adapun indikator keberhasilan prestasi belajar aspek afektif siswa seperti yang disajikan dalam Tabel 3.26. Tabel 3.26. Indikator Keberhasilan Hasil Belajar Aspek Afektif Capaian (%) Aspek Target Siklus I Target Siklus II Sikap 60 70 Minat 60 70 Nilai 60 70 Konsep diri 60 70 Moral 60 70 3. Indikator Keberhasilan Kemampuan Pemahaman Membaca
Adapun indikator keberhasilan kemampuan pemahaman membaca siswa seperti yang terdapat pada Tabel 3.27.
61
Tabel 3.27. Indikator Keberhasilan Kemampuan Pemahaman Membaca Capaian (%) Komponen Target Target Siklus I Siklus II Pemahaman Literal 70 80 Pemahaman 70 80 Reorganisasi Pemahaman Evaluasi 70 80
I. Prosedur Penelitian Prosedur yang digunakan dalam melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini mengikuti model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart dalam Kasbolah (2001: 63-65) yakni berupa model spiral. Ada empat tahap dalam sistem spiral refleksi diri menurut Kemmis, yaitu rencana tindakan (planing), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Menurut Arikunto (2006: 117), kegiatan ini disebut dengan satu siklus kegiatan pemecahan masalah. Apabila dalam satu siklus hasil penelitian belum menunjukkan peningkatan kualitas, maka penelitian dilanjutkan pada siklus berikutnya hingga peneliti merasa berhasil dalam penelitian tersebut. Pada penelitian ini, pembelajaran dilaksanakan secara kolaboratif antara peneliti dengan guru kimia. 1. Tahap Persiapan Pada tahap persiapan, hal-hal yang dilakukan adalah observasi sekolah dan identifikasi permasalahan. a. Observasi sekolah bertujuan untuk mendapatkan gambaran awal mengenai keadaan belajar mengajar di Madrasah Aliyah Negeri Wonogiri, khususnya mata pelajaran kimia. b. Identifikasi permasalahan untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi guru maupun siswa dalam pelaksanan pembelajaran di kelas. 2. Tahap Perencanaan (Planning) Kegiatan dalam tahap perencanaan (planning) meliputi:
62
a. Menyusun serangkaian kegiatan yang berupa siklus tindakan kelas dengan menerapan pembelajaran dengan penggunaan model pembelajran Problem Posing dilengkapi modul pada materi hukum – hukum dasar kimia. a. Menyusun instrumen penelitian meliputi lembar observasi PBM di kelas, soal tes kognitif, soal tes pemahaman membaca. 3. Tahap Tindakan (Acting) Tindakan yang dilakukan peneliti untuk memecahkan masalah. Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap tindakan (acting) adalah: a. melaksanakan proses belajar mengajar sesuai langkah-langkah yang telah disusun dalam RPP bersama dengan guru mata pelajaran kimia, b. memantau kegiatan proses belajar mengajar melalui observasi langsung, c. melaksanakan evaluasi untuk mengukur prestasi siswa, d. melakukan perbaikan atau penyempurnaan tindakan apabila proses dan prestasi belajar masih kurang memuaskan. 4. Tahap Observasi (Observing) Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap observasi (observing) adalah sebagai berikut: a. melakukan pengamatan terhadap PBM yang dilakukan baik oleh peneliti maupun guru mata pelajaran kimia, b. mencatat semua hasil pengamatan ke dalam lembar observasi, c. mendiskusikan hasil pengamatan yang diperoleh dengan guru maupun dosen (sebagai critical friend) setelah proses pembelajaran selesai, dan d. membuat kesimpulan hasil pengamatan. Adapun langkah-langkah pelaksanaan evaluasi dalam penelitian ini adalah: a. menyiapkan instrumen evaluasi, b. melaksanakan evaluasi setelah proses pembelajaran selesai, c. melaksanakan analisis hasil evaluasi, dan d. menyususn kriteria keberhasilan tindakan.
63
5. Tahap Refleksi (Reflecting) Refleksi adalah kegiatan mengulas secara kritis tentang perubahan yang terjadi pada siswa, suasana kelas, dan guru. Langkah-langkah dalam kegiatan analisis dapat dilakukan sebagai berikut: a. Menganalisis tanggapan siswa pada lembar angket. b. Mencocokkan pengamatan oleh guru pada lembar monitoring. Apabila hasil pengamatan ternyata siswa mengikuti pelajaran dengan antusias yaitu siswa aktif, perhatian siswa tertuju pada pelajaran, siswa merespon dan terjadi
komunikasi
multi
arah maka model
pemnelajaran
yang
dilaksanakan dinyatakan menarik dan dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa yang ditandai dengan daya serap yang tinggi. Berdasarkan hasil refleksi, peneliti mencoba untuk mengatasi kekurangan atau kelemahan yang terjadi akibat tindakan yang telah dilakukan. Dari data hasil refleksi, baik keberhasilan maupun kegagalan dalam pelaksanaan tindakan maka peneliti dengan guru mengadakan diskusi untuk mengambil kesepakatan menentukan tindakan perbaikan berikutnya (siklus II) dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru. Dengan adanya penelitian ini diharapkan ada tindak lanjut dari guru yang bersangkutan untuk melakukan perbaikan serta mengembangkan strategi pembelajaran yang tepat agar proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal. Adapun prosedur penelitian secara skematis dapat dilihat pada Gambar 3.2 di bawah ini :
64
Perencanan Tindakan 1 Pelaksanaan Tindakan 1
Terselesaikan
Refleksi 1
Masalah
SIKLUS 1
Observasi dan Evaluasi 1
Pelaksanaan Tindakan II
SIKLUS II
Belum Terselesaikan
Observasi dan Evaluasi II
Perencanaan Tindakan II
Refleksi II
Belum
Terselesaikan
Terselesaikan SIKLUS III (dilakukan oleh guru)
Gambar 3.2. Skema penelitian