BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini peneliti menguraikan mengenai metode penelitian yang digunakan untuk mengkaji pokok atau tema skripsi peneliti. Metode penelitian merupakan prosedur, cara atau teknik yang menuntun peneliti, mengarahkan dan penyusunan penelitian dalam suatu bidang ilmu (Sjamsuddin, 2007, hlm. 13), dalam bahasan ini adalah bidang ilmu sejarah. Metode yang digunakan oleh peneliti ialah metode historis. Metode historis adalah proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman peninggalan masa lampau. Termasuk di dalamnya metode dalam menggali, memberikan penilaian, mengartikan dan menafsirkan fakta-fakta masa lampau untuk kemudian di analisis dan ditarik sebuah kesimpulan dari peritiwa tersebut (Gottschalk, 1986, hlm. 32). Metode historis ini digunakan oleh peneliti sesuai dengan skripsi yang dikaji yakni dengan judul “Patron dan Klien Petani Padi di Rengasdengklok PadaTahun1974-1998”. 3.1 Metode Penelitian Menurut Ismaun (2005, hlm.34) bahwa pengertian mengenai metode historis, yaitu rekonstruksi imajinatif tentang gambaran masa lampau peristiwaperistiwa sejarah secara ktitik dan analisis berdasarkan bukti-bukti dan data peninggalan masa lampau yang disebut sumber sejarah. Selanjutnya Ismaun mendeskripsikan langkah-langkah dari metode historis terdiri atas: 1. Heuristik, yaitu pencarian dan pengumpulan sumber-sumber yang relevan dengan masalah yang akan diangkat oleh peneliti (Ismaun, 2005, hlm. 49). Pada bagian ini penulis mengumpulkan sumber-sumber literatur seperti buku-buku, jurnal, skripsi (penelitian terdahulu) yang relevan dengan tema yang akan dikaji, serta melakukan wawancara kepada narasumber yang bersangkutan. Wawancara dilakukan karena jika dilihat dari tahun fokus penelitian yaitu pada tahun 1974-1998, pelaku dan juga saksi dianggap Daman, 2015 PATRON DAN KLIEN PETANI PADI DI RENGASDENGKLOK PADA TAHUN 1974-1998 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
32
33
masih dapat ditemui, pelaku dan saksi disini akan menjadi satu sumber penting dalam kajian penelitian. Wilayah atau daerah yang dijadikan objek penelitian adalah Kecamatan Rengasdengklok, Kabupaten Karawang. 2. Kritik, Ismaun (2005, hlm. 50) juga menjelaskan bahwa kritik merupakan suatu usaha menilai sumber-sumber sejarah. Pada bagian ini penulis melakukan penyaringan sumber, pemilihan sumber yang dimiliki oleh peneliti melalui kritik sumber yakni kritik internal dan kritik eksternal sehingga menemukan fakta dan data yang relevan dengan kajian. 3. Interpretasi, pada tahap ini penulis melakukan usaha memahami, menafsiran, menyusun keterhubungan fakta sejarah satu dengan fakta sejarah lainnya sehingga menghasilkan fakta sejarah yang rasional. 4. Historiografi, pada tahap ini penulis menyajikan kajian penelitian, menyusun hasil penelitian yang diperoleh hingga membentuk satu-kesatuan yang utuh, sistematis, sebagai penulisan karya ilmiah. Selain empat langkah dalam melakukan penelitian sejarah, adapula tahap dimana dalam penulisan sejarah diperlukan ilmu bantu sosial lainnya. Kartodirdjo (1992, hlm. 4) mengungkapkan bahwa dalam menggambarkan suatu peristiwa sangat tergantung pada pendekatan yang digunakan yaitu dari perspektif mana kita memandangnya, dimensi mana yang menjadi perhatian, dan unsur-unsur apa atau mana yang diungkapkan dan lain sebagainya. Sesuai
dengan
tema
kajian,
peneliti
menggunakan
pendekatan
interdisipliner. Artinya peneliti tidak hanya menggunakan sejarah dalam penelitian penulisan, tetapi beberapa disiplin ilmu sosial lainnya seperti disiplin ilmu sosiologi, ekonomi, dan antropologi untuk menjelaskan konsep-konsep masing-masing disiplin ilmu yang digunakan dalam penulisan sejarah tersebut. Pada tahap selanjutnya penulis merumuskan kegiatan penelitian yang akan dilakukan agar meraih data dan fakta yang diperlukan dengan baik. 3.2Persiapan Penelitian Daman, 2015 PATRON DAN KLIEN PETANI PADI DI RENGASDENGKLOK PADA TAHUN 1974-1998 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
34
Persiapan penelitian merupakan langkah awal yang dilakukan peneliti untuk menentukan kajian yang dibahas dalam skripsi. Adapun beberapa persiapan yang dilakukan antara lain yakni penentuan dan pengajuan tema penelitian, bimbingan, mengurus perizinan penelitian, dan pelaksanaan penelitian.
3.2.1 Penentuan dan Pengajuan TemaPenelitian Dalam langkah awal yang dilakukan oleh peneliti sebelum melakukan penelitian lebih lanjut adalah memilih topik kajian penelitian yang penulis memiliki minat terhadap tema atau topik penelitian yaitu mengenai Patron dan Klien Petani Padi di Rengasdengklok pada tahun 1974-1998.selain itu, daerah ini merupakan daerah asal penulis sehingga memiliki ketertarikan tersendiri dengan topik kajian tersebut. Penulis melakukan konsultasi kepada beberapa dosen perihal judul, topik kajian yang akan diajukan sebagai calon skripsi peneliti. Adapun dosen tersebut ialah Bapak Drs. H. Ayi Budi Santosa, M.Si sebagai ketua TPPS Pendidikan Sejarah, dan Bapak Drs. H, Achmad Iryadi selaku pembimbing akademik. Pada tahap selanjutnya yang dilakukan oleh peneliti adalah mengajukan sebuah rancangan penelitian kepada Tim Pertimbangan Penulisan Skripsi (TPPS). Judul yang diajukan “Patron Dan Klien Petani Padi Di Rengasdengklok Karawang Pada Tahun 1974-1998”. Setelah didaftarkan sebagai peserta Seminar Proposal Skirpsi, kemudian ditindak lanjuti dengan pemberian jadwal Seminar Proposal Skripsi dan pemberian Dosen Pembimbing yakni dengan Dosen Pembimbing 1 Bapak Wawan Darmawan, S. Pd, M. Hum. dan pembimbing 2 yaitu Bapak Drs. H. Ayi Budi Santosa, M. Si. Setelah mendapat tanda tangan persetujuan dari pembimbing 1 dan 2, selanjutnya di seminarkan proposal yang dilakukan pada tanggal 24 Januari 2014 di Lab. Jurusan Pendidikan Sejarah, untuk mempresentasikan proposal tersebut yang kemudian disusul oleh beberapa Daman, 2015 PATRON DAN KLIEN PETANI PADI DI RENGASDENGKLOK PADA TAHUN 1974-1998 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
35
pertanyaan dosen terkait sumber dan juga saran serta komentar yang ditujukan untuk kelanjutan judul proposal tersebut sampai akhirnya disetujui dan mendapatkan SK sebagai langkah awal untuk melanjutkan proposal tersebut menjadi tugas akhir skripsi. 3.2.2 Bimbingan Pada bagian ini peneliti melakukan konsultasi dan mendapatkan masukan mengenai apa saja yang harus diperbaiki terkait draft sementara skripsi karena masih bisa dirubah dengan maksud memperbaiki kesalahan yang ada pada skripsi. Konsultasi dilakukan kepada pembimbing 1 dan pembimbing 2 mengenai subtansi maupun prosedur untuk mendapatkan hasil penelitian skripsi yang baik dan benar. Hal yang terjadi pada konsultasi biasanya dimulai dari judul dan fokus permasalahan yang dihadapi dalam setiap bab dari skripsi. Sedangkan untuk jadwal bimbingan atau konsultasi kepada dosen pembimbing biasanya bersifat kondisional, yang artinya bimbingan atau konsultasi disesuaikan dengan keadaan sesuai dengan persetujuan antara peneliti dengan pembimbing 1 maupun pembimbing 2. Hal ini dilakukan untuk membahas per-bab yang telah dikerjakan oleh peneliti, biasanya antara pembimbing 1 dan pembimbing 2 memiliki kebijakannya masing-masing tentang prosedur dalam setiap bimbingan untuk menghimbau peneliti agar datang dengan membawa satu bab, dua bab, atau tiga bab sekelaigus. 3.2.3 Mengurus Perizinan Penelitian Di bagian ini peneliti memilih dan menentukan lembaga, instansi, dan juga individu yang dapat memberikan informasi data yang dibutuhkan terkait kajian peneliti sehingga peneliti dapat melanjutkan penelitiannya pada langkah berikutnya. Untuk itu, penulis memerlukan surat keterangan dari pihak universitas sebagi bukti bahwa penulis akan melakukan penelitian mengenai judul skripsinya.
Daman, 2015 PATRON DAN KLIEN PETANI PADI DI RENGASDENGKLOK PADA TAHUN 1974-1998 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
36
Tahapan pengurusan perizinan dimulai dari meminta surat izin penelitian dari pihak Departemen Pendidikan Sejarah sebagai instansi yang memberikan surat pengantar untuk diserahkan kepada bagian akademik FPIPS agar mendapatkan atau memperoleh izin dari dekan fakultas. Setelah tahap tersebut, surat
perizinan
tersebut
kemudia
diserahkan
kepada
bagian
akademik
kemahasiswaan UPI untuk memperoleh izin dari pembantu rektor bagian akademik kemahasiswaan UPI. Adapun surat izin tersebut akan di tujukan kepada: 1. KepalaKesatuanBangsaPolitikdanPerlindunganMasyarakatKabupatenKar awang 2. Dinas Pertanian Kehutanan Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Karawang 3. Kantor ArsipdanDokumentasiKabupatenKarawang 4. KepalaBadanPusatStatistikKabupatenKarawang 5. KepalaPerpustakaanNasionalRepublik Indonesia 3.3.Pelaksanaan Penelitian Pada tahap pelaksaan penelitian, peneliti melakukan langkah-langkah yang mengkaji topik permasalahan di dalam skripsi sesuai dengan metode yang digunakan yaitu metode historis. Di dalam metode historis terangkum beberapa langkah dalam melaksanakan penelitian, di antaranya heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Seperti yang telah dikemukakan oleh Ismaun (dalam Notosusanto, 1971, hlm. 17) bahwa: Prosedur kerja sejarawan untuk menuliskan kisah masa lampau berdasarkan bukti-bukti yang ditinggalkan oleh masa lampau itu, terdiri atas langkah langkah sebagai berikut: (1) Mencari jejak-jejak masa lampau; (2) Meneliti dari jejak-jejak itu secara kritik; (3) Berdasarkan informasi yang diperoleh dari jejak-jejak itu berusaha membayangkan bagaimana gambaran masa lampau; dan (4) menyampaikan hasil-hasil rekonstruksi imajinatif dari masa lampau itu sehingga sesuai dengan jejak-jejaknya maupun dengan imajinasi ilmiah. Daman, 2015 PATRON DAN KLIEN PETANI PADI DI RENGASDENGKLOK PADA TAHUN 1974-1998 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
37
Setiap langkah dalam metode historis wajib dilaksanakan sesuai prosedur yang ada, jika tidak, maka krebilitas penelitian tersebut dipertanyakan. Maka dari itu peneliti melakukan langkah awal penelitiannya dengan mengumpulkan sumber atau heuristik sampai dengan historigrafi. 3.3.1Pengumpulan Sumber (Heuristik) Heuristik
merupakan
kegiatan
pencarian
sumber-sumber
untuk
mendapatkan data-data, materi atau evidensi sejarah adalah kegiatan yang banyak menyita waktu, tenaga, pikiran, dan juga perasaan (Sjamsuddin, 2007, hlm. 86). Pada tahap ini peneliti melakukan pencarian sumber yang relevan dengan masalah yang diangkat dalam penelitan. Sumber yang dikumpulkan oleh peneliti adalah sumber tertulis dan sumber lisan. Adapun sumber yang ditemukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
3.3.1.1Pengumpulan Sumber Tertulis Demi memenuhi sumber tertulis, peneliti banyak mengunjungi tempat atau lembaga yang menyediakan sumber tertulis, di antaranya: Pada tanggal 9 Desember 2013, peneliti melakukan penelusuran sumber tertulis di Perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia. Di perpustakaan tersebut peneliti menemukan banyak sumber tertulis seperti buku James C. Scott yang berjudul Moral Ekonomi Petani, selain itu, didapatkan juga beberapa skripsi. Skripsi dengan judul Analisis Penerapan Teori Modernisasi Rostow di Indonesia dalam Rencana Pembanguan Lima Tahun (1969-1999) yang ditulis oleh Yanuar Mandiri. Selanjutnya skripsidengan judul Politik Beras di Indonesia pada Masa Orde Baru(1969-1998): Dari Subsistensi Pangan Hingga Ketergantungan Impor merupakan skripsi dari Rina Anggraeni. Skripsi selanjutnyaberjudul Gerakan Donghak: Suatu Kajian Sosio-Historis Gerakan Sosial Petani di Korea Tahun 1894-1895 merupakan skripsi yang ditulis Rosinah tahun 2013 ini adalah Daman, 2015 PATRON DAN KLIEN PETANI PADI DI RENGASDENGKLOK PADA TAHUN 1974-1998 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
38
penelitian yang dilatarbelakangi oleh Gerakan Donghak yang merupakan gerakan sosial petani tanpa adanya pengaruh Barat. Skripsi keempat, dari Hadikusumah dengan judul Kehidupan Petani Sayur di Desa Cibodas Kecamatan Lembang Tahun 1992-2010. Selanjutnya pada tanggal 12 Februari 2014, peneliti melakukan penelusuran sumber tertulis di Perpustakaan Konferensi Asia Afrika (KAA). Perpustakaan ini memiliki banyak buku-buku sejarah, sosial, ekonomi, maupun buku umum lainnya. Maka dari itu peneliti mendatangi perpustakaan ini dan mendapat beberapa buku yang diantaranya adalah buku dengan judul Petani dan Konflik Agraria yang merupakan terbitan Yayasan AKATIGA yang ditulis oleh Endang Suhendar dan Yohana Budi Winarni. Buku Selanjutnya berjudul Pergolakan Petani dan Perubahan Sosial yang ditulis oleh Henry A. Landsberger dan YU.G. Alexandrov. Buku lain yang didapat ialah Menuju Keadila Agraria yang ditulis oleh Gunawan Wiradi. Penelusuran sumber berikutnya pada tanggal 19 November 2014 adalah mendatangiKantorKesatuanBangsaPolitikdanPerlindunganMasyarakatKabupaten Karawanguntukmemintasuratpengantarkebeberapalembagapemerintahan yang ada di KabupatenKarawang. LembagatersebutialahkantorDinasPertanianKehutanan Perkebunan
danPeternakanKabupatenKarawang,
KantorArsipdanDokumentasiKabupatenKarawang, KantorBadanPusatStatistikKabupatenKarawang. Setelahsuratpengantar didapat oleh penelti, satu-persatulembaga-lembagapemerintahantersebutdidatangi peneliti untukmeminta
data,
informasi
yang
dibutuhkan.
PenelitimendapatkansumberberupadokumenlaporantahunandariDinasPertanianKe hutanan
Perkebunan
danPeternakanKab.Karawang,
laporantahunantersebutdibuatpadatahun 1993.SelanjutnyapenelitimengujungankantorArsipdanDokumentasiKab. Karawang,
Daman, 2015 PATRON DAN KLIEN PETANI PADI DI RENGASDENGKLOK PADA TAHUN 1974-1998 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
39
disinipenelitimendapatsumberdokumendenganjudulKabupatenKarawangtahun 1980-1981. PenelusuranselanjutnyaditujukanpadaPerpustakaanBatuApi yang ada di Jatinangor,
Sumedang.Di
perpustakaantersebut,
penelitimenemukanbeberapabukusumbersepertibuku
Hans
Antlov
yang
membahaspatronasekepemimpinanlokal.Lalubuku lain dari James C. Scott yang berjudulSenjatanya Orang-Orang yang Kalah, danbeberapabukulainnya. Untuk bisa membawa pulang buku-buku tersebut, peneliti harus mendaftar menjadi anggota penyewa buku di perpustakaan tersebut. Peneliti sudah beberapa kali datang ke Perputakaan Batu Api, diantaranya pada tanggal 16 November, 16 Desember, 19 Desember 2014, dan 7 Januari 2015. Penelusuran
sumber
selanjutnyapada
tanggal
9
Desember
2014
adalahdengan mendatangi PerpustakaanNasionalRepublik Indonesia (PNRI). Di perpustakaan
tersebut
penelitimendapatbanyaksumberliteraturberupabukusertajurnal,
dan
lain-lain.
DiantaranyabukudenganjudulMinawang: Hubungan Patron-Klien di Sulawesi Selatan yang ditulisolehHeddyShri Ahimsa Putra. Adapun untuk dapat mengakses jurnal nasional maupun internasional, peneliti diharuskan untuk mendaftarkan keanggotaan PNRI tersebut. Jurnal yang online yang tersedia pada situs perpustakaan tersebut merupakan buku, jurnal, dan lain sebagainya yang dibeli dari beberapa produsen agar bisa diakses oleh para pengunjung situs pnri.go.id. Pada tanggal 10 Desember 2014, peneliti melakukan penelusuran sumber ke Perpustakaan Centre For Strategic And International Studies (CSIS) yang terletakdi
Jl.
Tanah
Abang
III,
di
perpustakaan
tersebutpenelitimendapatbeberapasumberliteratur. Misalnyaadabukudari STEKPI denganjudulKajianImplementasiKebijakanTrilogi
Pembangunan
Indonesia,
sertamajalahilmu-ilmusosial Indonesia. Tempat tujuan penelusuran sumber lainnya adalah Kantor Arsip Balai Iklan di Jl. Kopo, Bandung. Di tempat tersebut peneliti mendapatkan berita media cetak Daman, 2015 PATRON DAN KLIEN PETANI PADI DI RENGASDENGKLOK PADA TAHUN 1974-1998 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
40
mengenai harga gabah di Kabupaten Karawang, berita mengenai serangan hama, dan berita lain tentang pertanian Indonesia pada masa pemerintahan Orde Baru. Penelusuran tersebut dilakukan sebanyak dua kali yaitu pada tanggal 16 dan 17 Desember 2014. Pada tanggal 20 Januari 2015, peneliti melakukan penelusuran sumber dengan mendatangi Kantor Badan Pusat Statistik Jawa Barat. Di BPS Jawa Barat tersebut, peneliti mendapatkan data mengenai Kecamatan Rengasdengklok sejak tahun 1994 s/d 1999. Sumber tersebut memuat mengenai luas wilayah Kecamatan Rengasdegklok, jumlah penduduk, pendidikan, jumlah sawah, dan lain sebagainya. Peneliti juga melakukan penelususran sumber yang tersedia di internet dengan browsing untuk mendapatkan jurnal dari beberapa Universitas di Indonesia yang menyediakan jurnal Online untuk dibaca maupun Jurnal dengan format PDF yang bisa di download. 3.3.1.2 Pengumpulan Sumber Lisan Teknik wawancara merupakan langkah atau suatu cara untuk mendapatkan informasi lisan dari narasumber sebagai pelengkap sumber tertulis (Kuntowijoyo, 2003, hlm. 74). Karena keterbatasan sumber yang tersedia di Kecamatan Rengasdengklok yang bisa diperoleh peneliti mengenai topik kajian, maka dari itu peneliti berusaha melengkapiya dengan melakukan metode wawancara kepada tokoh atau pelaku yang bersangkutan atau memiliki keterhubungan dengan apa yang menjadi kajian penelitian skripsi ini. Wawancara narasumber dilakukan untuk mendapatkan data dilapangan yang baik, wawancara akan dilakukan kepada beberapa orang pelaku, saksi dan beberapa orang yang dianggap kompeten untuk dijadikan narasumber. Adapun wawancara dibagi ke dalam beberapa bagian susuai dengan fokus untuk siapa pertanyaan wawancara ditujukan, karena pertanyaan wawancara yang ditujukan kepada pelaku dengan pertanyaan wawancara kepada saksi akan berbeda, begitu Daman, 2015 PATRON DAN KLIEN PETANI PADI DI RENGASDENGKLOK PADA TAHUN 1974-1998 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
41
pula kepada narasumber yang berkompeten. Peneliti akan melakukan wawancara terencana dan wawancara tak terencana, seperti yang diungkapkan oleh Kuntowijoyo (2003, hlm. 138) bahwa wawancara ada dua tipe, yakni wawancara berencana dan tak terencana. Wawancara terencana yang artinya wawancara yang terdiri atas beberapa daftar pertanyaan yang sebelumnya telah peneliti persiapkan, sedangkan wawancara tak terencana adalah wawancara yang tidak memiliki persiapan daftar-daftar pertanyaan yang telah dibuat sebelumnya. Dalam melakukan wawancara, peneliti melakukan wawancara dengan menggabungkan kedua teknik wawancara yaitu wawancara terencana dan tak terencana. Tahap berikutnya peneliti mencari tokoh atau individu yang menjadi pelaku, dan saksi yang dianggap relevan untuk dijadikan narasumber. Dalam pencarian narasumber, pada tanggal 4 November 2014 peneliti mendapat informasi dari Bapak H. Yakub dari key informant yang memberikan informasi awal, informasi mengenai beberapa orang yang sudah lama menjadi petani, mengenai petani pemilik sawah yang memiliki petani petani penggarap. Bapak H. Yakub merupakan petani padi, ia mengenal beberapa petani padi di antaranya Bapak Daus yang merupakan Pamannya, lalu Bapak H. Karna, Bapak Kombri, dan Ibu Hj. Habibah. Selain itu, peneliti juga mendapat informasi mengenai petani padi lainnya dengan cara mencari tahu dengan mendatangi beberapa desa di Kecamatan Rengasdengklok. Pada tanggal 21 November 2014, peneliti melakukan penelusuran sumber lisan dan berhasil mewawancarai Bapak H. Karna yang merupakan petani pemilik sawah yang memiliki petani penggarap yaitu Bapak Rusdi. Keesokan harinya pada tanggal 22 November 2014, peneliti melakukan wawancara kepada Bapak Rusdi. Bapak H. Karna dan Bapak Rusdi merupakan warga Dusun Waluya Desa Sampalan. Pada tanggal
22 November tersebut,
peneliti
tidak hanya
mewawancarai Bapak Rusdi saja, akan tetapi melakukan wawancara lainnya kepada Bapak Karsan yang merupakan petani penggarap yang bekerja kepada Bapak Kombri. Bapak Karsan merupakan warga Desa Kutajaya. Kemudian pada Daman, 2015 PATRON DAN KLIEN PETANI PADI DI RENGASDENGKLOK PADA TAHUN 1974-1998 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
42
hari selanjutnya yakni tanggal 23 November, peneliti mengunjungi Rumah Bapak Kombri di Desa Jati, melakukan wawancara kepada Bapak Kombri yang merupakan petani pemilik sawah yang memperkerjakan dua petani penggarap yakni Bapak Karsan dan Bapak Sadi. Selanjutnya, penelusuran sumber lisan lainnya dilakukan pada hari yang sama yakni pada tanggal 23 November 2014, wawancara dilakukan kepada Bapak H. Kunji, Bapak H. Kunji adalah warga Dusun Kanyere Desa Kutamukti. Bapak H. Kunji ini merupakan petani padi yang mengurus sawahnya sendiri tanpa bantuan petani pengarap. Wawancara lainnya dilakukan pada tanggal 24 November kepada Bapak Daus, Bapak Daus adalah warga Dusun Poris Desa Kutamukti yang merupakan petani pemilik sawah yang mengurus sawahnya sendiri sama seperti Bapak H. Kunji. Wawancara lainnya di tanggal 24 November adalah kepada Ibu Hj. Rohanah. Ibu Hj. Rohanah adalah warga Dusun Ciagem Desa Jayamakmur. Sedangkan pada tanggal 26 November 2014, peneliti datang ke Desa Kemiri untuk melakukan wawancara dengan Bapak Jamal. Selanjutnya pada tanggal 26 dan 27 November 2014, peneliti melakukan wawancara kepada Ibu Hj. Habibah dan Bapak Endih. Ibu Hj. Habibah dan Bapak Endih adalah warga Dusun Citeureup Desa Kutamukti. Wilayah objek penelitian adalah Kecamatan Rengasdengklok, Kecamatan Kutawaluya, Kecamatan Jayakerta. Hal tersebut dikarenakan Kecamatan Rengasdengklok
pada
tahun
1999
dimekarkan
menjadi
Kecamatan
Rengasdengklok dan Kecamatan Kutawaluya, lalu dimekarkan kembali menjadi Kecamatan Jayakerta. Sampel narasumber tersebut diambil dari masing-masing tiga kecamatan yang sebelum tahun 1998 merupakan termasuk dalam wilayah administratif Kecamatan Rengasdengklok. 3.4
Kritik Sumber Setelah pengumpulan sumber penelitian selesai, yaitu baik sumber tulis
maupun lisan, langkah berikutnya yang dilakukan oleh peneliti ialah melakukan kritik sumber. Dengan sumber-sumber yang telah didapatnya, peneliti tidak boleh Daman, 2015 PATRON DAN KLIEN PETANI PADI DI RENGASDENGKLOK PADA TAHUN 1974-1998 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
43
langsung menerima informasi data yang diperoleh dengan begitu saja sebelum dilakukan kriktik terhadap sumber-sumber sejarah tersebut. Kritik tersebut dilakukan kepada sumber tulisan maupun lisan. Luccy (dalam Sjamsuddin, 2007, hlm. 133) mengemukakan bahwa ada lima pertanyaan yang harus digunakan untuk memperoleh kejelasan dan keamanan mengenai sumber-sumber yang didapatkan, yaitu: 1. Siapa yang mengatakan itu? 2. Apakah dengan satu atau cara lain kesaksian itu telah diubah? 3. Apakah orang yang memberikan kesaksian itu seorang saksi mata yang kompeten, apakah ia mengetahui fakta? 4. Apakah saksi itu mengatakan yang sebenarnya dan memberikan kepada kita fakta yang diketahuinya itu? Kritik sumber terdiri atas dua bagian, kritik eksternal dan kritik internal (Sjamsuddin, 2007, hlm. 131). 3.4.1Kritik Eksternal Kritik eksternal merupakan cara melakukan pengujian terhadap aspek-aspek luar dari sumber sejarah. Sama halnya dengan apa yang diungkapkan oleh Sjamsuddin (2007, hlm.137), bahwa: Kritik eksternal ialah suatu penelitian atas asal-usul dari sumber, suatu pemeriksaan atas catatan atau peninggalan itu sendiri untuk mendapatkan semua informasi yang mungkin, dan untuk mengetahui apakah pada suatu waktu sejak asal mulanya sumber itu telah diubah oleh orang-orang tertentu atau tidak. Kritik eksternal dilakukan untuk menilai dan menguji kelayakan sumbersumber yang dijadikan bahan penunjang penulisan skripsi dari aspek luarnya, sebelumnya telah dilihat dari aspek isinya. Dalam melakukan kritik terhadap sumber lisan, ada beberapa yang harus diperhatikan adalah tokoh yang menjadi narasumber, umur, serta daya ingatnya. Kritik eksternal dilakukan untuk meminimalisir subjektivitas dari sumber-sumber yang didapat. Daman, 2015 PATRON DAN KLIEN PETANI PADI DI RENGASDENGKLOK PADA TAHUN 1974-1998 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
44
Dalam melaksanakan kritik eksternal pada sumber tertulis, peneliti melakukannya terhadap sumberdokumendanlaporantahunanKabupatenKarawang yang
dikeluarkan
pada
masapemerintahan
Orde
Baru.
Dokumentersebutberupasebuahcatatan
yang
dikeluarkanpemerintahKabupatenkarawangpadatahun
1980,
juduldokumentersebutadalahKabupatenKarawangtahun 1980/1981.PenelitimendapatkandokumeninidarikantorArsipdanDokumentasiKabu patenKarawang.
Jikamelihattahunterbitdandarimanaditerbitkannya,
penelitimeyakinibahwadokumentersebutadasejakmasapemerintahanOrdeBaru, dilihatdariwarnakertas yang menguningmenandakanbahwadokumenitusudah lama atausudahusang.Selainitu, jikadilihatdarijenisalat yang digunakanuntukmenulis di dokumentersebutadalahmesinketik,
dimanadisetiaptulisanbelumsebagus,
sepertihasilketikanpadakomputermaupun dokumentersebutpenelitimendapatkan
rata,
laptop.Dari data
otentiksejarah
merupakansumbersejaman
yang yang
sangatpentinguntukpenulisansejarahatauhistoriografi. Selaindokumen,
penelitijugamendapatkantulisan
yang
dikeluarkanolehpemerintahKabupatenKarawangkhusunyaDinasPertanianTanaman PanganKab.Karawang, yakniberupalaporantahunan.Laporantahunantersebutdibuatpadatahun dimana
1993, di
dalamlaporantersebutdimuatperkembanganKabupatenKarawangdalamangka.Misal nya,
perkembanganpertanian,
jumlahtanahproduktifpertanian,
hasilpanenpertanian,
maupunjumlahpenghasilansektorlain,
dll.Dari
laporantersebutpenelitimeraih data otentikmengenaiperkembanganpertanianpadi di
KabupatenKarawangkhususnyaKecamatanRengasdengklokdalamkurunwaktu
1993. Sedangkan dalam melakukan kritik eksternal terhadap sumber lisan, peneliti melakukan kritik ekternal tersebut kepada narasumber yang telah diwawancara. Daman, 2015 PATRON DAN KLIEN PETANI PADI DI RENGASDENGKLOK PADA TAHUN 1974-1998 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
45
Narasumber tersebut telah di seleksi oleh peneliti melalui uji kelayakan, misalnya seperti memperhatikan tingkat daya ingat narasumber, hal tersebut dikarenakan rata-rata umur narasumber 50 tahun ke atas, sehingga dalam memberikan kesaksian atau informasi yang diberikan tidak terdapat kesalahan. Kritik eksternal tersebut dilakukan kepada narasumber petani padi di antaranya kepada Bapak H. Yakub, umur beliau 50 tahun, ia menjadi petani padi sejak tahun 1994 sampai sekarang. Selanjutnya kepada Bapak Daus, bapak Daus saat ini berusia 72 tahun, ia menjadi petani padi sejak tahun 1970-an. Secara garis besar, narasumber yang telah diwawancara adalah masyarakat petani yang hidup dan menjadi petani mulai dari awal pemerintahan Orde Baru maupun yang menjadi petani saat pertengahan pemerintahan Orde Baru hingga yang menjadi petani pada saat akhir pemerintahan Orde Baru. Dengan begitu, kritik eksternal terhadap sumber tulis maupun lisan telah peneliti lakukan untuk menjaga kedribilitas dan validitas sumber-sumber tersebut. 3.4.2Kritik Internal Setelah melakukan kritik eksternal, langkah yang harus dilakukan berikutnya adalah kritik internal. Kritik internal merupakan kebalikan dari kritik ekternal, kritik internal merupakan penilaian aspek dalam, yaitu sumber sejarah setelah sebelumnya disaring melalui kritik eksternal (Sjamsuddin, 2007, hlm. 143). Dalam melakukan kritik internal, peneliti melakukan perbandingan antara isi sumber tertulis yang satu dengan sumber tertulis lainnya yang memiliki isi bahasan serupa. Kritik ini dilakukan bertujuan untuk mempertanyakan kredibilitas dan realibilitas terhadap isi sumber atau teks. Pada proses kritik internal peneliti melakukannya dengan cara cross check dengan membandingkan data dan fakta yang terdapat pada sumber-sumber yang telah dikategorikan baik dalam sumber skripsi, jurnal, buku, maupun sumber tertulis lainnya. Kritik internal dilakukan pada buku James C. Scott yang berjudul Moral Ekonomi Petanidengan buku Dua Abad Penguasaan Tanah (Pola Penguasaan Daman, 2015 PATRON DAN KLIEN PETANI PADI DI RENGASDENGKLOK PADA TAHUN 1974-1998 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
46
Tanah Pertanian di Jawa dari Masa ke Masa) yang ditulis oleh S.M.P Tjondronegoro
dan
Gunawan
Wiradi.
Kedua
buku
kesamaanpandanganterkaitmasalahpolapenguasaantanah.
ini
James
memiliki C.
Scott
mengemukakanbahwanegaramenjaminhakmilikatastanahtelahsemakinmengurangi faedahdaripemupukansuatukliensetempat
yang
kuatsebagaialatkekuasaan.Dengandemikian, padakenyataannyadalamhubunganantaratuantanahdanpenyewa, yaknitingkateksploitasimerupakanfungsidaripergeseranperimbangankekuasaan di perdesaan. SementaraituSoemardjan di dalambuku S.M.P Tjondronegoro, yang menyebutkanbahwapolapenguasaantanahtradisional
di
Jawa
yang
umumnyamemberikanhakistimewakepadapemiliktanah.Dalamhalinicontohnya adalahkepaladesa
di
Kabupaten
masingkepaladesaberhakmendapatkantanah
Karawang, yang
merupakan
masingperangkat
desadimanaiamenjabat. Disebutkan bahwa ketimpangan sosial-ekonomi dalam kehidupan antar petani adalah akibat sistem kepemilikian tanah yang merupakan fenomena sosial yang terjadi pada masyarakat Indonesia, terutama di Pulau Jawa. Dalam proses kritik internal, penulis juga harus cermat dalam membandingkan isi kedua buku tersebut. Penulis harus menilai apakah buku-buku tersebut banyak memuat unsur subjektivitas
penulisnya
atau
tidak.
Hal
ini
penting dilakukan
untuk
meminimalisir tingkat subjektivitas dalam penelitian ini, sehingga interpretasi peneliti akan lebih objektif. Kritik internal juga peneliti lakukan kepada sumber lisan melalui narasumber yang diwawancarai. Hal tersebut diuji dari apa yang telah dikatakan ketika peneliti memberikan pertanyaan-pertanyaan wawancara. Kritik internal kepada narasumber dilakukan untuk meminimalisir unsur subjektivitas sehingga hasil wawancara dapat dikatakan memiliki kredibilitas dan validitas yang tinggi. 3.5Interpretasi Daman, 2015 PATRON DAN KLIEN PETANI PADI DI RENGASDENGKLOK PADA TAHUN 1974-1998 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
47
Setelah melakukan kritik sumber, tahap selanjutnya yang dilakukan oleh peneliti ialah memberikan interpretasi. Pada tahap interpretasi atau penafsiran ini, merupakan tahap pemberian tafsiran terhadap fakta-fakta yang telah didapatkan oleh peneliti sehingga menghasilkan sebuah temuan yang kemudian dituliskan dengan utuh. Dalam melakukan interpretasi, peneliti melakukan penafsiran sintetis yaitu dengan menggabungkan beberapa faktor yang menjadi pemicu sejarah karena tidak ada satu kategori penyebab tunggal yang cukup untuk menjelaskan semua fase serta periode dalam pemkembangan sejarah (Barnes dalam Sjamsuddin, 2007, hlm. 170).Dalam upaya rekonstruksi sejarah masa lampau, pertama-tama interpretasi memiliki makna memberikan kembali relasi antar fakta-fakta. Tahapan tersebut ialah untuk mencari dan membuktikan adanya relasi antara fakta yang satu dengan yang lainnya, sehingga terbentuk suatu rangkaian makna faktual dan logis tentang Hubungan Patron dan Klien Petani Padi di Kecamatan Rengasdengklok pada tahun 1974-1998. Cara yang dilakukan peneliti dengan membandingkan berbagai sumber, hal ini berguna untuk mengantisipasi penyimpangan informasi yang berasal dari narasumber. Dari hubungan antara sumber dan fakta inilah kemudian dijadikan sebagai dasar untuk membuat penafsiran.Interpretasi telah memberikan eksplanasi terhadap fenomena sejarah. Interpretasi menjelaskan argumentasi-argumentasi jawaban peneliti terhadap pertanyaan-pertanyaan kausal, misalnya mengapa dan bagaimana peristiwa-peristiwa atau gejala-gejala di masa lampau bisa terjadi. Setelah sumber-sumber tersebut berhasil melalui tahapan kritik sumber (internal dan ekstenal), yang dilakukan dengan upaya menyusun dan tahap rekonstruksi terhadap data dan fakta sejarah. Sumber-sumber yang ditafsirkan terutama berupa informasi berasal dari masyarakat petani padi, masyarakat non petani padi setempat yang diwawancarai oleh peneliti dengan membandingkan data yang diperoleh dengan sumber lainnya, baik sumber primer maupun sumber sekunder sebagai pembanding. Hal tersebut
Daman, 2015 PATRON DAN KLIEN PETANI PADI DI RENGASDENGKLOK PADA TAHUN 1974-1998 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
48
dilakukan untuk mengantisipasi data yang diperoleh dari hasil wawancara tersebut tidak mengalami abrasi atau penyimpangan. Penelitian skripsi yang berjudul Patron dan Klien Petani Padi di Rengasdengklok pada tahun 1974-1998 ini, interpretasi peneliti berikan adalah melakukan penafsiran terhadap data-data dan fakta-fakta yang sudah diperoleh dari hasil studi literatur. Sebagai contoh, dalam interpretasi yang dilakukan oleh penulis adalah mengenai Orde Baru dengan kesuksesannya pada pertanian padi dengan kondisi sosial-ekonomi masyarakatnya. PemerintahanOrde Baru yang telah mampu melakukan swasembada pangan nyatanya tidak serta merta membuat rakyatnya mendapatkan kemakmuran yang merata. Karena seiring berjalannya waktu, fakta-fakta mengatakan bahwa hanya golongan tertentu yang menikmati hasil dari keberhasilan tersebut. Di dalam pertanian masih tetap ada sistem penguasaan tanah yang timpang sehingga menimbulkan ketimpangan sosial maupun ekonomi yang terjadi pada para petani. Upah minim, namun sayangnya pertanian merupakan penyedia lapangan pekerjaan paling banyak. Peneliti juga memberikan interpretasi terhadap sumber lisan yang diraih dari wawancara kepada narasumber. Di dalam wawancara, peneliti menggunakan teknik wawancara terencana dan wawancara tak terencana. Yang artinya peneliti sudah menyiapkan beberapa pertanyaan untuk dipertanyakan kepada narasumber ketika wawancara, ditambah dengan wawancara tak terencana yang peneiliti tanyakan secara spontan kepada narasumber ketika peneliti mendengar fakta, data diluar perkiraan peneliti. Pertanyaan wawancara tidak terencana ini biasanya berbeda antara petani satu dengan lainnya, karena masing-masing petani memiliki jawaban yang bervariasi. Pada kaitannya, peneliti memposisikan penulisan sebagai sejarah sosial. Karena perhatian utama pada sejarah sosial ialah bagaimana masyarakat mempertahankan dirinya, mengatur hubungan sesamanya, dan bagaimana pula memecahkan masalah dalam berhadapan dengan lingkungannya (alamiah atau sosial) dan dengan tetangganya. Jadi bukanlah untaian dan tindakan para aktor Daman, 2015 PATRON DAN KLIEN PETANI PADI DI RENGASDENGKLOK PADA TAHUN 1974-1998 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
49
sejarah yang terlalu dipentingkan tetapi pola dari perilaku itu. Bagaimanakah kaitan antara pelaku yang menghasilkan ‘event’, yang merupakan bahan cerita sejarah dengan situasi sosial yang mengitarinya (Abdullah dalam Mulyana, 1990, hlm. 316). 3.6 Historiografi Tahap terakhir dalam metode historis ini adalah historiografi atau penulisan sejarah setelah sebelumnya melakukan langkah awal berupa heuristik atau pengumpulan sumber-sumber sejarah, lalu melakukan kritik (kritik eksternal dan kritik internal), dilanjutkan dengan memberikan interpretasi atau penafsiran. Historiografi merupakan cara penulisan, pemaparan, atau pelaporan hasil penelitian sejarah yang telah dilakukan (Abdurahman, 2007, hlm. 76). Dapat diartikan bahwa historiografi adalah penulisan sejarah hasil penelitian yang dilakukan oleh seorang sejarawan setelah sumber-sumber sejarah selesai diberikan sebuah analisis, serta diinterprestasikan dan dituangkan ke dalam bentuk tulisan. Peneliti menyajikan hasil analisis dan interpretasi atau penafsirannya terhadap
topik
pembahasan
Patron
dan
Klien
Petani
Padi
di
Rengasdengklokpadatahun1974-1998ke dalam bentuk penulisan sejarah atau historiografi. Penulisan tersebut disusun secara kronologis hingga alur peristiwa sejarah dapat dipahami bagaimana peristiwa tersebut terjadi. Selain itu, di dalam historiografi juga dimuat daftar pustaka, lampiran-lampiran, serta riwayat hidup peneliti. Daftar pustaka merupakan kegiatan mencantumkan semua sumber yang berbentuk tulis yakni seperti skripsi, jurnal, buku, dan dokumen. Penulisan daftar pustaka dilakukan secara berurutan sesuai hurup alphabet tanpa nomor urut. Selanjutnya lampiran-lampiran, lampiran berisi mengenai teknis penelitian berupaSK pembimbing skripsi, surat ijin penelitian, surat pernyataan wawancara, dokumentasi, transkip wawancara, dokumen, dan frekuensi bimbingan. Riwayat
Daman, 2015 PATRON DAN KLIEN PETANI PADI DI RENGASDENGKLOK PADA TAHUN 1974-1998 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
50
hidup memuat informasi tentang peneliti berupa nama lengkap, tempat tanggal lahir, serta riwayat pendidikan ke dalam bentuk uraian singkat. Dalam melakukan historigrafi, peneliti menggunakan sistem penulisan karya ilmiah berdasarkan pedoman yaitu Buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah UPI Tahun 2014. Pada buku pedoman tersebut dijelaskan cara dan struktur penulisan karya ilmiah, dalam hal ini skripsi. Sesuai dengan rekomendasi di lingkungan UPI, penulisan sistem karya ilmiah yang digunakan adalah sistem American Psychological Association (APA).
Daman, 2015 PATRON DAN KLIEN PETANI PADI DI RENGASDENGKLOK PADA TAHUN 1974-1998 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu