BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1.
Tempat Penelitian Tempat penelitian merupakan lokasi dimana penelitian dilakukan untuk memperoleh data yang dibutuhkan. Penelitian ini akan dilaksanakan di SLB-A YKAB Surakarta yang berlokasi di Jl. HOS. Cokroaminoto No.43 Surakarta, merupakan salah satu Sekolah Luar Biasa yang melayani sebagian besar anak dengan gangguan penglihatan.
2.
Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2015/2016 selama 6 bulan terhitung dari bulan November 2015 sampai bulan April 2016. Penelitian ini dibagi menjadi 3 tahap mulai dari konsultasi pengajuan judul hingga laporan hasil penelitian selesai. Waktu pelaksanaan penelitian akan dilaksanakan melalui tiga tahap, yaitu: a. Tahap persiapan penelitian Pada tahap persiapan meliputi: pengajuan judul skripsi, penyusunan proposal, penyusunan instrumen penelitian, dan
mengurus perizinan,
dilakukan pada bulan November 2015- Januari 2015. b. Tahap pelaksanaan penelitian Pada tahap pelaksanaan penelitian meliputi semua kegiatan yang berlangsung di lapangan, diantaranya pengumpulan data, mengambil data pretest, mengadakan treatment, melakukan posttest, pengolahan data, dan analisis data, hal ini dilakukan pada bulan Februari-Maret 2016. c. Tahap penyusunan laporan/skripsi Pada tahap ini meliputi penyusunan draf dan pengetikan naskah yang dilakukan pada bulan April 2016.
39
40
B. Desain Penelitian Penelitian adalah usaha seseorang yang dilakukan secara sistematis mengikuti aturan-aturan metodologi misalnya observasi secara sistematis, dikontrol, dan mendasarkan pada teori yang ada dan diperkuat dengan gejala yang ada (Sukardi, 2013: 3). Pengertian penelitian menurut Sukmadinata (2013: 5) adalah suatu proses pengumpulan dan analisis data yang dilakukan secara sistematis dan logis untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Sedangkan menurut Narbuko dan Achmadi (2013: 13), penelitian adalah usaha-usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran, di mana dalam usahausaha itu dilakukan dengan metode ilmiah. Metode-metode ilmiah tersebut sering dikenal dengan istilah metode
penelitian atau desain penelitian.
Metode
penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya (Arikunto, 2013: 203) Berkaitan
dengan
desain
penelitian,
Sukardi
(2013:
183-184),
memberikan batasan bahwa desain penelitian mengandung dua macam pengertian, yaitu secara luas dan sempit. Secara luas, desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Sedangkan dalam arti sempit, desain penelitian dapat diartikan sebagai penggambaran secara jelas tentang hubungan antar variabel, pengumpulan data, dan analisis data. Menurut Sugiyono (2013: 6), menyatakan bahwa “metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat
digunakan untuk memahami,
memecahkan, dan
mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan”. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode eksperimen dalam bentuk Pre-Experimental Design. Metode penelitian kuantitatif merupakan metode yang berlandaskan pada filsafat positivisme, dugunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel
pada
umumnya
dilakukan
secara
random,
pengumpulan
data
menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik
41
dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2013:14). Sedangkan pengertian metode penelitian eksperimen merupakan metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan (Sugiyono, 2013: 107). Desain penelitian eksperimen dalam bentuk Pre-Experimental Design dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu: One-Shot Case Study, One-Group Pretest-Posttest Design, Intact-Group Comparison. Desain yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan jenis One Group Pretest-Posttest Design, dimana sekelompok subyek diberikan perlakuan untuk jangka waktu tertentu. Sebelum perlakuan dilakukan, subyek diberikan pretest terlebih dahulu dan setelah perlakuan dilakukan subyek diberikan posttest, dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan. Hasil pengukuran awal atau prettest ditulis dengan simbol T1 dan hasil pengukuran akhir atau posttest ditulis dengan simbol T2. Hasil pengukuran akhir (T2) merupakan pengaruh dari perlakuan yang diberikan. Desain metode eksperimen One Group Pretest-Posttest Design dapat digambarkan sebagai berikut : Pretest
Treatment
Posttest
T1
X
T2 (Suryabrata 2004: 41)
Tabel 3.1 Bagan Rancangan Penelitian One Group Pretest-Posttest
Keterangan : T1 : pretest atau tes yang diberikan sebelum diberi perlakuan X : perlakuan (treatment) yang diberikan oleh peneliti T2 : posttest atau tes yang akan diberikan setelah diberikan perlakuan
42
Menurut Suryabrata (2004: 42) prosedur penelitian eksperimen jenis One Group Pretest-Posttest Design adalah sebagai berikut: 1.
Kenakan T1, yaitu pretest untuk mengukur mean Ilmu Pengetahuan Alam sebelum subjek diberi perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Giving Question and Getting Answer.
2.
Kenakan subjek dengan (X) atau perlakuan, yaitu dengan memberikan perlakuan (treatment) dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Giving Question and Getting Answer.
3.
Berikan T2, yaitu posttest untuk mengukur mean Ilmu Pengetahuan Alam setelah subjek diberikan model pembelajaran kooperatif tipe Giving Question and Getting Answer.
4.
Bandingkan T1 dan T2 untuk menentukan seberapa besarkah perbedaan yang timbul sebelum dan sesudah diberi perlakuan sebagai akibat dari digunakannya
perlakuan
dengan
menggunakan
model
pembelajaran
kooperatif tipe Giving Question and Getting Answer. 5.
Terapkan tes statistik yang cocok dalam hal ini tes untuk menentukan apakah perbedaan itu signifikan apa tidak. Dalam penelitian ini menggunakan Wilcoxon Signed Rank Test
untuk menentukan apakah perbedaan itu
signifikan. Pada penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Menurut Sugiyono (2013: 60), “Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga
diperoleh
informasi
tentang
hal
tersebut,
kemudian
ditarik
kesimpulannya”. Sedangkan menurut Darmawan (2013: 109) “Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Variabel
bebas
(variabel
independen)
adalah
variabel
yang
mempengaruhi atau menjadi penyebab terjadinya perubahan pada variabel lain (Widoyoko, 2012: 4). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Model pembelajaran kooperatif tipe Giving Question and Getting Answer.
43
Variabel terikat (variabel dependen) adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Widoyoko, 2012: 5). Adapun variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Alam kelas IV semester II di SLB-A YKAB Surakarta.
C. Populasi dan Sampel 1.
Populasi Menurut Sugiyono (2013: 117) menyatakan bahwa “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Menurut Hasan (2003: 84), “ Populasi adalah totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang akan diteliti (bahan penelitian). Sedangkan menurut
Arikunto
(2013: 173), “Populasi adalah
keseluruhan subyek penelitian”. Tujuan dari adanya populasi ini adalah agar peneliti dapat menentukan besarnya anggota sampel yang diambil dari anggota populasi dan membatasi berlakunya daerah generalisasi. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa populasi merupakan keseluruhan individu dalam penelitian yang dijadikan sebagai subjek penelitian, yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa tunanetra kelas IV yang berjumlah 5 siswa di SLB-A YKAB Surakarta tahun pelajaran 2015/2016. 2.
Sampel Menurut Arikunto (2013: 174) mendefinisikan sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Menurut Sugiyono (2013: 118), sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.
44
Sedagkan menurut
Hasan (2003: 84), menjelaskan bahwa sampel
adalah bagian dari populasi yang diambil melalui cara-cara tertentu, jelas, dan lengkap yang dianggap bisa mewakili populasi. Arikunto (2013:177) menyatakan bahwa: Mengenai berapa banyak subjek yang diambi, atau dengan kata lain berapa besar sampel, maka peneliti perlu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut : a) Kemampuan peneliti dilihat dari segi waktu, tenaga dan dana; b) Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subyek, karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya data; c)Besar kecilnya resiko yang ditanggung peneliti. Untuk penelitian yang resikonya besar, tentu saja jika sampel lebih besar hasilnya akan lebih baik. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti yang mana pengambilannya dapat dilakukan dengan cara-cara tertentu. Sampel dari penelitian ini yaitu siswa kelas IV yang berjumlah 5 siswa di SLB-A YKAB Surakarta tahun ajaran 2015/2016. Artinya jumlah seluruh populasi yang ada dijadikan sampel penelitian. D. Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel dikenal dengan istilah teknik sampling. Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang digunakan. Menurut Sugiyono (2013: 119), teknik sampling dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu : 1) Probability Sampling Probability Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Teknik ini meliputi: a) Simple Random Sampling Pada teknik ini pengambilan sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.
45
b) Proportionate Stratified Random Sampling Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional. c) Disproportionate Stratified Random Sampling Teknik ini digunakan untuk menentukan jumlah sampel, bila populasi berstrata tetapi kurang proporsional. d) Cluster Sampling (Area Sampling) Teknik sampling daerah digunakan untuk menentukan sampel bila obyek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas. 2) Nonprobability Sampling Nonprobability Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik pengambilan sampel ini meliputi: a) Sampling Sistematis Sampling sistematis adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut. b) Sampling Kuota Sampling kuota adalah teknik pengambilan sampel untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan. c) Sampling Insidental Sampling insidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data. d) Sampling Purposive Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. e)
Sampling Jenuh Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah
46
populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel. f)
Snowball Sampling Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar. Berdasarkan pendapat tersebut, teknik pengambilan sampel yang
digunakan pada penelitian ini adalah nonprobability sampling dengan teknik sampling jenuh. Peneliti menggunakan teknik ini karena jumlah populasi relatif kecil yaitu sebanyak 5 orang , sehingga seluruh populasi dijadikan sampel penelitian. E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang ditempuh dan alat-alat yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan datanya (Darmawan, 2013:159). Teknik pengumpulan data bertujuan untuk mendapatkan data yang menjelaskan atau menjawab permasalahan peneliti secara obyektif. Dalam penelitian ini data diperoleh dengan menggunakan teknik tes. 1.
Pengertian Tes Menurut Arifin (2013: 118), menjelaskan bahwa tes merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan dalam rangka melaksanakan kegiatan pengukuran, yang di dalamnya terdapat berbagai pertanyaan, pernyataan, atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh peserta didik untuk mengukur aspek perilaku peserta didik. Menurut Nurkancana dan Sumartana dalam Suwandi (2009: 39), menyatakan bahwa tes adalah suatu cara untuk melakukan penilaian yang berbentuk tugas-tugas yang harus dikerjakan siswa untuk mendapatkan data tentang nilai dan prestasi siswa tersebut yang dapat dibandingkan dengan yang dicapai kawan-kawannya atau nilai standar yang ditetapkan.
47
Sedangkan menurut Arikunto (2013: 193)
“Tes adalah serentetan
pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok”. Berkaitan dengan pengertian tes, Widoyoko (2012:50), menjelaskan bahwa tes merupakan satu alat untuk melakukan pengukuran, yaitu alat untuk mengumpulkn informasi karakteristik suatu objek. Karakteristik objek dapat berupa keterampilan, pengetahuan, bakat maupun minat yang dimiliki oleh individu maupun kelompok. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa tes adalah serangkaian cara yang digunakan
sebagai alat penilaian
atau
pengukuran yang harus dijawab untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan inteligensi, tingkah laku, kemampuan dan atau prestasi yang berbentuk pemberian tugas baik
yang diberikan kepada individu atau kelompok
sehingga dapat memperoleh data tentang nilai dan prestasi belajar siswa. 2.
Jenis-jenis Tes Menurut Heaton dalam Arifin (2013: 118) membagi tes menjadi empat bagian, yaitu tes prestasi belajar (achievement test), tes penguasaan (proficiency test), tes bakat (aptitude test), dan tes diagnostik (diagnostic test). Menurut Widoyoko (2012: 50-51) ditinjau dari sasaran atau objek yang akan diukur, maka dibedakan adanya beberapa macam tes, yaitu: a. Tes kepribadian (personality test), yaitu tes yang digunakan untuk mengungkap kepribadian seseorang. Yang diukur bisa self-concept, kreativitas, disiplin, kemampuan khusus, dan sebagainya. b. Tes bakat (aptitude test), yaitu tes yang digunakan untuk mengukur atau mengetahui bakat seseorang. c. Tes intelegensi (intelligence test), yaitu tes yang digunakan untuk mengadakan estimasi atau perkiraan terhadap tingkat intelektual seseorang dengan cara memberikan berbagai tugas kepada orang yang akan diukur intelegensinya.
48
d. Tes sikap (attitude test), yang sering juga disebut dengan istilah skala sikap, yaitu tes yang digunakan untuk mengukur berbagai sikap seseorang. e. Tes minat (interest test), adalah alat untuk menggali minat seseorang terhadap sesuatu. f. Tes prestasi (achievement test), yaitu test yang digunakan untuk mengukur pencapaian maupun kompetensi seseorang setelah mempelajari sesuatu. Tes prestasi diberikan sesudah orang yang dimaksud mempelajari sesuatu hal sesuai dengan yang akan diteskan. Sejalan dengan pendapat Widoyoko tersebut, Arikunto (2013:
150-
151) juga berpendapat yang sama mengenai macam-macam tes jika ditinjau dari segi sasaran atau objek yang akan diukur atau dievaluasi , hanya saja pada pembagian tes ini ditambah tes teknik proyeksi atau projective technique. Istilah projective technique ini mulai dipopulerkan oleh L.K. Frank tahun 1949 di dalam bukunya : Projective Methods for The Study of Personality” (Borg & Gall) Sebagai contoh projective technique adalah metode tetesan tinta yang diciptakan oleh Rorschach dan disebut Rorschach Inkblot Technique. Berdasarkan pendapat tersebut, jenis tes yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu tes prestasi atau achievement test untuk mengukur prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Alam materi manfaat energi. 3.
Bentuk-bentuk Tes Bentuk tes mengacu pada pengertian bentuk-bentuk tugas, pertanyaan, atau latihan yang harus dikerjakan. Menurut Suwandi (2009: 47-48), secara garis besar bentuk tes dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: a. Tes subjektif atau tes esai. Tes subjektif atau tes esai adalah suatu bentuk pertanyaan yeng menuntut jawaban siswa dalam bentuk uraian dengan menggunakan bahasa sendiri. b. Tes objektif. Tes objektif atau disebut juga tes jawaban singkat (short answer test) merupakan tes yang menuntut siswa hanya dengan memberikan jawaban
49
singkat, bahkan hanya memilih kode-kode tertentu yang mewakili alternatif-alternatif jawaban yang telah disediakan. Lebih lanjut, Suwandi (2009: 49) menyatakan bahwa jenis-jenis tes objektif
yang banyak dipergunakan adalah tes jawaban benar-salah (true-
false), pilihan ganda (multiple choice), isian (completion), dan menjodohkan (matching). Arifin (2013: 124) mengemukakan bahwa dilihat dari bentuk jawaban peserta didik, maka tes dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu tes tertulis, tes lisan, dan tes perbuatan. Selanjutnya Sudijono (2005: 107) mengemukakan bahwa tes gaya obyektif memiliki beberapa bentuk tes, yaitu: a. Tes obyektif bentuk benar-salah (True-False Test) Bentuk soal benar-salah adalah bentuk tes yang soal-soalnya berupa pernyataan yang benar dan sebagian lagi merupakan pernyataan yang salah.Butir-butir soal tes benar salah terdiri atas serangkaian pernyataan yang ditanyakan pada siswa untuk menetapkan jawaban yang bernilai benar atau salah. b. Tes obyektif bentuk menjodohkan (Matching Test) Bentuk soal menjodohkan terdiri atas dua kelompok pernyataan yang parallel.Kelompok sebelah kiri merupakan bagian yang berisis soal yang harus dicari jawabannya dari jawaban yang tersedia pada kelompok kanan. c. Tes obyektif bentuk melengkapi (Completing Test) Merupakan pertanyaan yang menuntut siswa menjawabnya dalam bentuk menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan, memberi alasan, dan bentuk lain yang sejenis sesuai tuntutan pertanyaan dengan menggunakan kata-kata dan bahasa sendiri. d. Tes lisan di kelas Pertanyaan lisan dapat digunakan untuk mengetahui taraf peserta didik untuk masalah yang berkaiatan dengan kognitif. e. Tes obyektif bentuk isian (Fill in Test) Merupakan soal yang menghendaki jawaban dalam bentuk kata, bilangan, kalimat, atau simbol yang jawabannya hanya dapat dinilai benar atau salah.bentuk jawaban singkat ditandai dengan adanya tempat kosong yang disediakan bagi pengambil tes untuk menuliskan jawabannya sesuai petunjuk. f. Tes obyektif bentuk pilihan ganda (Multiple Choice Item Test) Soal pilihan ganda adalah bentuk tes yang mempunyai satu jawaban benar atau paling tepat.
50
Berdasarkan penjelasan mengenai bentuk-bentuk tes tersebut, maka bentuk tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes obyektif pilihan ganda (Multiple Choice Item Test) untuk mengukur prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Alam pada anak tunanetra kelas IV di SLB-A YKAB Surakarta tahun pelajaran 2015/2016. Pemberian tes berpedoman pada silabus dan buku pedoman guru kelas IV semester II yang lebih ditekankan pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi pokok manfaat energi dalam kehidupan sehari-hari. Peneliti menggunakan tes dalam bentuk pilihan ganda yang terdiri dari 10 soal untuk pretest dan 10 soal untuk posttest dengan pilihan jawaban 4 buah (a, b, c, atau d). Standar kriteria penilaian pada tes prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Alam yaitu: a. Jika siswa menjawab benar, maka skor tiap nomor nilainya 1. b. Jika siswa menjawab salah, maka skor tiap nomor nilainya 0. c. Skor total jika benar semua adalah 10 d. Nilai akhir NA =
F. Teknik Uji Validitas Menurut Arikunto (2013: 168) “Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen”. Uji validitas digunakan untuk perbaikan dalam instrumen penelitian ini. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah item soal tersebut mampu mengukur keadaan siswa yang sebenarnya dengan cepat. Menurut Sudjana (2014: 12), validitas berkenaan dengan ketetapan alat penilaian terhadap konsep yang dinilai sehingga betul-betul menilai apa yang seharusnya dinilai. Ada empat jenis validitas yang sering digunakan, yakni validitas isi, validitas bangun pengertian (construct validity), validitas ramalan (predictive validity), dan validitas kesamaan (councurrent validity).
51
Menurut Sukardi (2013 :122) validitas suatu tes dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu validitas isi, validitas konstruk, validitas konkruen, dan validitas prediksi”. Arikunto (2005: 67-69), membagi jenis validitas menjadi empat macam yakni : 1. Validitas isi (content validity). Sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila dapat mengukur tujuan tertentu sesuai materi atau bahan ajar yang telah diberikan kepada siswa. 2. Validitas konstruksi (construct validity). Sebuah tes dikatakan memiliki validitas konstruksi apabila butir-butir soal yang dimuat dalam soal tersebut bisa mengukur aspek-aspek ingatan, perbuatan/aplikasi, pemahaman sesuai dengan tujuan instruksional atau indikator-indikator yang telah disusun dalam rencana pembelajaran. 3. Validitas ada sekarang (concurrent validity). Sebuah tes dikatakan memiliki validtas concurrent apabila tes tersebut memiliki nilai banding dengan tes yang sudah ada. 4. Validitas prediksi (predictive validity). Tes dikatakan valid berdasar validitas prediksi apabila tes tersebut memiliki kemampuan untuk memprediksi atau meramalkan apa yang akan terjadi pada saat yang akan datang. Menurut Sukmadinata (2013: 229), terdapat beberapa macam validitas diantaranya sebagai berikut : 1. Validitas isi, berkenaan dengan isi dan format dari instrument. Apakah instrument tepat mengukur hal yang ingin diukur, apakah butir-butir pertanyaan telah mewakili aspek-aspek yang akan diukur. 2. Validitas konstruk, berkenaan dengan konstruk atau struktur dan karakteristik psikologis aspek yang akan diukur dengan instrumen. Apakah konstruk tersebut dapat menjelaskan perbedaan kegiatan atau perilaku individu berkenaan dengan aspek yang diukur. 3. Validitas kriteria, berkenaan dengan tingkat ketepatan instrument mengukur segi yang akan diukur dibandingkan dengan hasil pengukuran dengan instrument lain yang menjadi kriteria. Instrument yang menjadi kriteria adalah instrument yang sudah standar. Validitas kriteria dihitung dengan mengkorelasikan skor yang diperoleh dari penggunaan instrument lain menjadi kriteria. Sedangkan menurut Pengujian validitas instrumen ada tiga macam menurut Sugiyono (2013: 352-353) sebagai berikut:
52
1. Pengujian Validitas Konstruk (Construct Validity) Untuk menguji validitas konstruk dapat digunakan pendapat dari ahli (judgment esperts). Dalam hal ini setelah instrumen dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli. 2. Pengujian Validitas Isi (Content Validity) Untuk instrumen yang berbentuk test, pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah diajarkan. 3. Pengujian Validitas Eksternal Validitas eksternal instrumen diuji dengan cara membandingkan (untuk mencari kesamaan) antara kriteria yang ada pada instrumen dengan fakta-fakta empiris yang terjadi di lapangan. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, peneliti menggunakan validitas isi (content validity), karena instrumen penelitian yang digunakan adalah dalam bentuk tes, yang mengukur tentang efektivitas pelaksanaan program, maka validitas isi dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah diajarkan. Menurut Sukardi (2013: 123) yang dimaksud validitas isi ialah derajat dimana sebuah tes mengukur cakupan substansi yang ingin diukur”. Validitas isi dapat dilakukan dengan cara: 1.
Menentukan materi, indikator dan menyusun instrumen tes.
2.
Membuat item soal berupa pilihan ganda untuk materi manfaat energi.
3.
Meminta para ahli untuk mengamati secara cermat semua item tes yang hendak divalidasi.
4.
Validator mengoreksi semua item-item yang telah dibuat.
5.
Pada akhir perbaikan, validator diminta untuk memberikan pertimbangan tentang bagaimana tes tersebut menggambarkan cakupan isi yang hendak diukur. Pada penelitian ini, penyusunan perangkat penelitian dalam bentuk
instrumen berpedoman pada kisi-kisi instrumen mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi manfaat energi yang telah dikembangkan berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SKKD) yang disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku. Instrumen penelitian ini berbentuk tes, sehingga perlu diuji
53
validitasnya. Penilaian validitas ini dapat dilakukan melalui penilaian pakar yaitu ahli sesuai dengan materi yang diambil. Adapun daftar validator instrumen tes prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Alam anak tunanetra dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 3.2 Nama Validator Instrumen Tes Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
No. Nama
Pekerjaan
Ahli
1
Dosen Pendidikan Luar biasa
Ahli Konstruk
Drs. Subagya, M.si
Universitas Sebelas Maret 2
Sugini, S.Pd, M.Pd
Dosen Pendidikan Luar biasa
Ahli Bahasa
Universitas Sebelas Maret 3
Erma Kumalasari, Dosen Pendidikan Luar biasa S.Psi, M.Psi.
4
Universitas Sebelas Maret
Idam Ragil W.A., Dosen S.Pd, M.Si
Ahli Psikometri
PGSD,
Universitas Ilmu
Sebelas Maret
Pengetahuan
Alam
Validator dari segi materi (isi) memberikan masukan untuk mengubah kalimat dalam soal agar mudah dipahami. Setelah instrumen diperbaiki, kemudian dikonsultasikan kepada validator untuk dikoreksi kembali, dan validator menyatakan bahwa semua item instrumen dinyatakan valid untuk mengukur prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Alam anak tunanetra. Berdasarkan hasil validasi para ahli dapat disimpulkan bahwa semua butir soal dinyatakan valid dari segi materi (isi), konstruk, dan bahasa oleh validator. Dari jumlah soal yang berjumlah 10 butir, baik soal pretest maupun posttest dapat digunakan untuk mengukur mengukur prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Alam anak tunanetra materi manfaat energi dalam kehidupan seharihari. G. Teknik Analisis Data Analisis data merupakan kegiatan yang dilakukan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Teknik analisis data dalam
54
penelitian kuantitatif menggunakan statistik.
Menurut Sugiyono (2013: 207)
terdapat dua macam statistik yang digunakan untuk analisis data dalam penelitian, yaitu statistik deskriptif dan statistik inferensial. Statistik inferensial meliputi statistik parametris dan statistik nonparametris. 1. Statistik deskriptif Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. 2. Statistik Inferensial Statistik inferensial adalah teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi. a. Statistik Parametris Statistik parametris digunakan untuk menguji parameter populasi melalui statistik, atau menguji ukuran populasi melalui data sampel. Statistik parametris kebanyakan digunakan untuk menganalisis data nominal, ordinal b. Statistik Nonparametris Statistik nonparametris digunakan untuk menganalisis data yang berbentuk nominal dan ordinal. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data statistik non parametrik dengan menggunakan uji Wilcoxon Sign Rank Test, karena uji ini dapat digunakan untuk mengetahui perbedaan antara sebelum dan sesudah diberikan perlakuan. Adapun langkah-langkah analisis Wilcoxon Sign Rank Test menurut Hartono (2011: 68) adalah sebagai berikut: 1.
Perumusan Hipotesis Rumusan hipotesis dua pihak: Ho: T1= T2 (Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Giving Question and Getting Answer tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Alam anak tunanetra kelas IV di SLB-A YKAB Surakarta tahun pelajaran 2015/2016 )
55
Ha: T1< T2 (Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Giving Question and Getting Answer berpengaruh terhadap prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Alam anak tunanetra kelas IV di SLB-A YKAB Surakarta tahun pelajaran 2015/2016) 2.
Pemilihan taraf signifikansi (α) Penelitian ini menggunakan taraf signifikansi (α) = 5 % (0,05)
3.
Penentuan statistik uji Statistik uji yang digunakan adalah Wilcoxon Sign Rank Test dengan program SPSS 23. Langkah-langkah mencari probabilitas (Asymp. Sig) dalam SPPS adalah sebagai berikut: a. Mencari Z hitung
T = Ranking dari selisih terkecil antara nilai sebelum dan sesudah (tanda tidak perlu disertakan N = Jumlah sampel b. Mencari Z tabel c. Mencari probabilitas d. Angka kumulatif = angka pada tabel Z ditambah dengan 50%, karena tabel Z dibaca untuk separuh kurva Probabilitas = 1 – angka kumulatif. (probabilitas dalam uji dua sisi (Asymp.Sig) adalah dikalikan 2). 4.
Keputusan uji statistik dan membuat kesimpulan Keputusan uji dalam penelitian ini adalah: a. Jika Asymp.Sig Z < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima. Maka hipotesis dalam penelitian ini berbunyi : model pembelajaran kooperatif tipe Giving Question and Getting Answer berpengaruh terhadap prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Alam pada siswa tunanetra kelas IV di SLB-A YKAB Surakarta tahun pelajaran 2015/2016 dapat diterima kebenarannya.
56
b. Jika Asymp.Sig Z > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak Maka hipotesis dalam penelitian ini berbunyi : model pembelajaran kooperatif tipe Giving Question and Getting Answer tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Alam pada siswa tunanetra kelas IV di SLB-A YKAB Surakarta tahun pelajaran 2015/2016 tidak dapat diterima kebenarannya.
H. Prosedur Penelitian Prosedur
pelaksanaan
penelitian
pengaruh
model
pembelajaran
kooperatif tipe Giving Question and Getting Answer dapat diuraikan sebagai berikut: 1.
Tahap Pra Lapangan Pada tahap ini merupakan tahap dimulainya kegiatan penelitian, yang pertama yaitu dengan menentukan lokasi penelitian, peninjauan lokasi penelitian, dan penyusunan prososal penelitian. Lokasi penelitian telah ditetapkan yaitu di SLB-A YKAB Surakarta.
2.
Tahap Pelaksanaan Lapangan Tahap pelaksanaan lapangan merupakan tahap pengumpulan data dengan rincian kegiatan sebagai berikut: a. Persiapan Pada tahap ini peneliti mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan dalam melakukan penelitian, yang meliputi persiapan materi, rencana pelaksanaan pembelajaran, dan alat-alat yang mendukung pelaksanaan penelitian. b. Pelaksanaan Pada tahap pelaksanaan ini masih dilaksanakan dengan menggunakan beberapa tahap yakni: 1) Pretest Pengukuran kemampuan
kognitif
pada
mata
pelajaran
Ilmu
Pengetahuan Alam materi manfaat energi sebelum siswa diberi
57
perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Giving Question and Getting Answer. 2) Perlakuan (Treatment) Perlakuan atau treatment pada penelitian ini dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Giving Question and Getting Answer
yang
dilakukan
sesuai
dengan rencana
pelaksanaan
pembelajaran. 3) Posttest Dalam tahap ini peneliti melakukan pengukuran kemampuan kognitif pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi manfaat energi setelah
siswa
diberikan
perlakuan
atau
treatment
dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe giving question and getting answer . c. Tahap Analisis Tahap ini dilakuakan dengan menganalisis data yeng diperoleh antara sebelum diberikan perlakuan (pretest) dan sesudah diberikan perlakuan (posttest). Kemudian dari data tersebut dicari pengarunya menggunakan uji tanda Wilcoxon secara kuantitatif. Perhitungan menggunakan program komputer SPSS 23. d. Tahap Penyusuanan Laporan Setelah melalui tahap analisis data, tahap yang selanjutnya akan dilakukan adalah menyusun laporan penelitian menjadi bentuk ilmiah.
58
Berikut disajikan dalam bentuk bagan mengenai gambaran prosedur penelitian ini. Pengajuan Judul
Penyusunan Proposal
Treatment
Pretest
Posttest
Analisis Data
Perizinan
Penyusunan Instrumen
Penyusunan Laporan
Gambar 3.1 Skema Prosedur Penelitian One Group Pretest-Posttest Design