BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Subjek 3.1.1 Lokasi Penelitian Lokasi
yang dituju
oleh peneliti untuk
mendapatkan informasi
selengkapnya mengenai transformasi nilai-nilai religi sebagai kearifan lokal masyarakat Panji yaitu Desa Riding Panjang Kecamatan Belinyu Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Terdapat beberapa alasan bagi peneliti untuk menjadikan Desa Riding Panjang sebagai lokasi karena sebagian masyarakat Panji masih melaksanakan upacara ritual adat kuno, namun saat ini sifat keyakinan masyarakat mulai berubah lebih kearah tauhid, selain itu peneliti memilki alasan lain, dimana; Pertama, ditengah arus globalisasi dan modernisasi masyarakat Panji khususnya yang mendiami desa Riding Panjang disebagian kampung masih melaksanakan budayanya yang berkitan dengan sistem religi dibandingkan dengan masyarakat lainnya. Sebab sebagian masyarakat Panji lainnya telah meninggalkan budaya lokal yang telah diwarisi secara turun temurun, padahal budaya lokal tersebut merupakan kearifan lokal yang merupakan identitas dari masyarakat tersebut. Kedua, budaya yang masih dilesatrikan dan dijaga nilai-nilai kearifan lokalnya oleh sebagian masyarakat Panji. Selain itu, adanya perpedaan persepsi, dalam pemaknaan budaya lokal mereka yang berkaitan dengan sistem religi dimana dalam prosesnya masih menggunakan simbol dan lantra yang dinilai bertentangan dengan ajaran agama, sebab mayoritas masyarakat Panji telah memeluk agama Islam. Sehingga peneliti merasa hal ini menarik untuk dikaji, bagaimana mereka tetap mempertahankan budaya lokal mereka ditengah perbedaan persepsi dan perkembangan zaman. Ketiga, sistem religi yang diangkat dalam penelitian ini karena sistem religi merupakan salah satu unsur yang sering bermasalah dan sering menimbulkan pertentangan dibandingkan keenam unsur kebudayaan yang lainnya (bahasa, sistem pengetahuan, organisasi sosial, sistem peralatan hidup dan
Suzana Paranita, 2015 TRANSFORMASI NILAI-NILAI RELIGI SEBAGAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT PANJI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
56
teknologi, sistem mata pencaharian dan kesenian). Sehingga peneliti mengangkat sistem religi yang berkaitan dengan nilai Ketuhanan, sebab saat kearifan lokal dicanangkan untuk dipertahankan sebagai identitas nasional dan pemerkaya khasanah budaya Indonesia tetapi kenapa ada kearifan lokal yang mengandung unsur religi dan tetap mempertahankannya mendapat kritikan padahal kearifan lokal yang ada dalam suatu budaya lokal merupakan identitas dan jati diri bangsa yang merupakan causa prima (sebab keberadaan) dari nilai-nilai luhur Pancasila termasuk sila pertama yang berkaitan dengan nilai Ketuhanan. Keempat, Masyarakat Panji saat ini sedang menagalami kebingungan, untuk tetap dapat melestarikan budaya lokal sebagai kearifan lokal mereka. Selain itu, peneliti menjadikan desa Riding Panjang sebagai lokasi penelitian karena belum adanya penelitian terdahulu yang melakukan penelitian pada masyarakat Panji. Kelima, alasan peneliti memilih SMPN 5 Belinyu sebagai lokasi penelitian karena di desa Riding Panjang hanya ada satu Sekolah Menengah Pertama sedangkan dua sekoah lainnnya adalah Sekolah Dasar. Sementara untuk melihat transformasi nilai-nilai religi sebagai kearifan lokal masyarakat Panji peneliti lebih memilih SMPN 5 sebab sekolah ini masih tergolong baru karena baru empat tahun berdiri dan berhasil mengeluarkan lulusan pertaanya pada tahun 2014. Sehingga, dapat melihat bagaimana pengaruh SMPN 5 terhadap masyarakat Panji di Desa Riding Panjang. Selain itu, siswa/siswi yang bersekolah di SMPN 5 Belinyu merupakan anak-anak dari masyarakat Panji yang tinggal di Desa Riding Panjang.
3.1.2 Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah pihak-pihak yang dapat memberikan informasi secara detail dan mendalam mengenai hal-hal yang akan dicari informasinya oleh peneliti. Adapun peneliti memilih secara sengaja dengan pertimbangan bahwa data yang diberikan dapat menjawab pertanyaan penelitian yang ada. Sebagaimana yang dikemukakan Kuntjara (2006, hlm.55) “Dalam Penelitian kebudayan yang penting bukan jumlahnya tetapi mutu sampel yang dipakai, apakah sampel tersebut dapat memberi informasi yang banyak dan mendalam
Suzana Paranita, 2015 TRANSFORMASI NILAI-NILAI RELIGI SEBAGAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT PANJI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
57
tentang masalah yang dihadapi”. Adapun menurut Sprandley (2007, hlm.68) ada lima persyaratan minimal untuk memilih informan yang baik, yakni: (a)Enkulturasi penuh, artinya mengetahui budaya miliknya dengan baik, (b)Keterlibatan langsung, artinya ketika informan terlibat dalam suasana budaya, informan mengguanakan pengetahannya untuk membimbing tindakannya, informan meninjau hal-hal yang diketahuinya dan informan menerapkannya setiap hari (c)Suasana budaya yang tidak dikenal, biasanya akan semakin menerima tindak budaya sebagaimana adanya, dia tidak akan basa basi, (d)Memiliki waktu yang cukup, (e)Non-analitis, dimana informan menggunakan bahasa mereka untuk menggambarkan berbagai kejadian dan tindakan dengan cara yang hampir tanpa analisis. Untuk subjek penelitian ini yaitu masyarakat Panji, Desa Riding Panjang, Kecamatan Belinyu Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Peneliti mendatangi subjek secara langsung dan mewawancara subjek penelitian. Peneliti melaukan wawancara dengan mereka melalui pendektan-pendekatan secara khusus agar mereka dapat memberikan data yang akurat. Adapun subjek penelitian difokuskan pada masyarakat Desa Riding Panjang yang masih menjaga warisan budayanya yakni berkaitan dengan sistem religi atau kepercayaan masyarakat setempat dibandingkan dengan masyarakat Panji di desa-desa lain. Diantaranya, tetua adat atau orang yang dituakan, masyarakat Panji yang masih melakukan atau melaksanakan budayanya, pemuka agama desa Riding Panjang, Budayawan Bangka, wakil dari Pemerintah Kabupaten Bangka, dalam hal ini Dinas pariwisata dan kebudayaan Bangka, masyarakat Bangka serta guru di SMP Negeri 5 Belinyu serta beberapa masyarakat Panji lainnya yang ikut terlibat dalam perayaan budaya lokalnya sebagai data pembanding. Adapun, peneliti dengan sengaja memilih informan tersebut sebagai subjek penelitian karena peneliti menganggap jika mereka cukup banyak memiliki pengetahuan dan informasi yang dapat peneliti gunakan untuk menggali informasi yang dibutuhkan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian yang ada.
3.2 Desain Penelitian Desain dalam penelitian ini dibagi kedalam tiga bagian yaitu dimulai dari tahapan persiapan, tahapan pelaksanaan peneltian dan tahapan penyusunan laporan penelitian. Tahap persiapan dimulai dari penentuan masalah, penentuan Suzana Paranita, 2015 TRANSFORMASI NILAI-NILAI RELIGI SEBAGAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT PANJI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
58
objek penelitian dan penyusunan proposal. Tahapan selanjutnya yaitu pelaksanaan penelitian terdiri dari proses pengumpulan data sampai dengan pengolahan data. Sedangkan tahapan terakhir ialah penyusunan laporan penelitian dari hasil pengolahan data. Arikunto (2010, hm.13) mengemukakan alur penelitian apapun jenis penelitiannya selalu dimulai dari adanya permasalahan atau ganjalan yang merupakan suatu kesenjangan yang dirasakan oleh peneliti. Kesenjangan tersebut terjadi karena terdapat perbedaan antara kondisi nyata dengan kondisi harapan. Dengan adanya kesenjangan maka peneliti berupaya untuk memecahkan permasalahan yang ada melalui penelitian dengan mencari teori dan penyebab yang berhubungan dengan keadaan tersebut. Hasil yang didapatkan dari proses penelitian tersebut dapat digunakan untuk mengatasi persoalan yang ada sehingga kesenjangan yang ada dapat teratasi dengan baik dan terdapat kesesuaian antara kondisi nyata dengan kondisi yang diharapkan.
3.3 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode etnografi seperti diungkapkan oleh Sukmadinata (2007, hlm.60) bahwa “penelitian kualitatif merupakan penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktifitas sosial, sikap kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok”. Selain itu, menurut Nasution (2003, hlm.5) “penelitian kualitatif pada hakekatnya mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya”. Adapun Moleong (2003, hlm.3) mengatakan jika “penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data kualitatif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dan perilaku orang-orang yang diamati”. Berikutnya, Craswell (2012, hlm.4) mengatakan pendekatan kualitatif merupakan “metode-metode untuk mengeksplorasi dan memahami makna yang oleh sejumlah individu atau sekelompok orang diangap berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan”. Oleh sebab itu, peneliti harus turun langsung dan mencari sendiri data-data yang diperlukan. Jadi dalam melakukan penelitian, peneliti mengumpulkan data berdasarkan observasi situasi yang wajar, Suzana Paranita, 2015 TRANSFORMASI NILAI-NILAI RELIGI SEBAGAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT PANJI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
59
sebagaimana adanya, tanpa dipengaruhi dengan sengaja. Bogdan dan Biklen (1982, hlm.27) mengemukakan bahwa: Pengumpulan data kualitatif hendaknya dilakukan sendiri oleh peneliti dan mendatangi sumbernya secara langsung. Dengan begitu data yang didapat oleh peneliti merupakan fakta dari fenomena yang terjadi, sehingga dapat benar-benar menjawab pertanyaan penelitian yang ada. Berikutnya, Creswell (1998, hlm.15) mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai berikut: Qualitative research is an inquiry process of understanding based on distinct methodological traditions of inquiry that explore a social or human problem, the researcher build a compex, holistic picture, analysis words, report detailed views of informants and conducts the study in a natural setting. Dapat diambil kesimpulan bahwa penelitain kualitatif merupakan penelitian yang bertujuan memahami realitas sosial yang bersifat naturalistik, selain itu dalam penelitian kualitatif peneliti bertindak sebagai instrumen dengan menganalisis kata-kata serta melihat secara mendalam hal-hal yang terjadi. Dapat dipahami bahwa penelitian kualitatif berusaha mengeksplore masalah sosial ataupun manusianya itu sendiri dengan menganalisis kata-kata serta melihat secara rinci hal-hal yang terjadi. Adapun dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, karena pendekatan kualitatif cocok digunakan untuk mengamati manusia dan lingkungannya. Dalam Penelitian ini, peneliti akan mengeksplore fenomena sosial terkait transformasi nilai-nilai religi sebagai kearifan lokal masyarakat Panji. Selain itu, peneliti mengamati masyarakat Panji dalam lingkungan hidupnya, peneliti berinteraksi dengan mereka, dan peneliti berusaha memahami bahasa dan tafsiran serta makna simbol sistem religi mereka. Peneliti bertindak sebagai instrumen dengan menganalisis kata-kata serta melihat secara mendalam hal-hal yang terjadi terkait dengan sistem religi masyarakat Panji. Metode yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah metode etnografi, sebagaimana yang diungkapakan Kuntjara (2006, hlm.7) “berbicara penelitian naturalistik kualitatif sering dikaitkan dengan penelitian etnografi”.
Suzana Paranita, 2015 TRANSFORMASI NILAI-NILAI RELIGI SEBAGAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT PANJI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
60
Adapun yang dikemukakan Le Compte, Preissle, & Tesch, 1993, hal. 5 (dalam Creswell, 2012, hlm.462) yakni: Ethnographic designs are qualitative research procedures for describing, analyzing, and interpreting a culture-sharing group’s shared patterns of behavior, beliefs, and language that develop over time. Central to this definition is culture. A culture is “everything having to do with human behavior and belief” Selain itu, menurut Spradley (2006, hlm. 8) ciri-ciri metode etnografi yaitu sifatnya yang holistik-integratif, thick description, dan analisis kualitatif dalam rangka mendapatkan native’s point of view. Teknik pengumpulan data yang utama adalah observasi partisipan dan juga wawancara mendalam. Lebih lanjut Spradley (2006,
hlm.15)
mengemukakan
bahwa
metode
etnografi
disebut
The
Developmental Research Sequence atau alur penelitian maju bertahap. Metode etnografi didasarkan atas lima prinsip yaitu tunggal, identifikasi tugas, maju bertahap, penelitian orisinal dan problem solving. Dapat disimpulkan bahwa etnografi berusaha menguraikan suatu kebudayaan bangsa/kelompok dalam hal penafsiran terhadap keyakinan, tingkah laku, bahasa, norma, dan sistem nilai yang dianut. Selain itu, etnografi merupakan penelitian untuk
mendeskripsikan
kebudayaan dengan
mempelajari dan
memahami pandangan hidup dan pola budaya yang secara rinci melalui cara berpikir, berbicara, dan bertingkah laku penduduk asli dalam kurun ruang dan waktu. Adapun etnografi ini lebih terkhusus pada transformasi nilai-nilai religi sebagai kearifan lokal masyarakat Panji di desa Riding Panjang. Peneliti melibatkan diri sendiri yang berperan dalam fokus penelitian agar dapat memahami situasi dan permasalahan akan keberadaan, peran dan makna budaya dalam sebuah masyarakat. Penelitian melihat nilai religi yang terdapat pada budaya lokal Panji, dimana peneliti mencari makna di balik budaya lokal yang berunsur religi pada masyarakat Panji sehingga, diharapkan bisa memberikan sumbangan kepada lembaga pendidikan untuk dijadikan kajian etnopedagogi, karena sebagaimana menurut Alwasilah (2009, hlm.50): Etnopedagogi adalah praktek pendidikan berbasis kearifan lokal dalam berbagai aspek kehidupan. Etnopedagogi memandang pengetahuan atau kearifan lokal (indigenous knowledge, local wisdom) sebagai sumber inovasi dan keterampilan yang dapat diberdayakan untuk kesejahteraan
Suzana Paranita, 2015 TRANSFORMASI NILAI-NILAI RELIGI SEBAGAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT PANJI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
61
masyarakat. Kearifan lokal adalah koleksi fakta, konsep, keyakinan, dan persepsi masyarakat terhadap lingkungan mereka. 3.4 Penjelasan Istilah Penjelasan istilah merupakan penjelasan mengenai konsep-konsep pokok dalam sebuah penelitian. Adapun yang menjadi konsep pokok dalam penelitian ini yaitu transformasi nilai-nilai religi sebagai kearifan lokal masyarakat Panji berupa sistem religi atau kepercayaan masyarakat Panji yang merupakan kearifan lokal setempat. Berikut ini dijabarkan konsep pokok dalam penelitian ini sebagai berikut: 3.4.1 Kebudayaan Masyarakat Panji Kebudayaan masyarakat Panji berpendirian terhadap beberapa aspek diantaranya keyakinan, adat istiadat, sistem hukum serta kebiasaan lainnya yang diperoleh sebagai anggota masyarakat Panji. Kepercayaan masyarakat Panji akan adanya Tuhan telah ada sejak dulu dan kepercayaan akan adanya satu Tuhan sebagai pencipta bumi dan alam jagat raya termaktub dalam lantra–lantra. Masyarakat Panji juga menyakini akan adanya hari-hari yang baik untuk memulai suatu aktifitas seperti acara pernikahan, bertani dan sebagainya. Sealin itu terdapat upacara-upacara adat diantaranya; seperti Nuju Jerami, taber kampung, bulan purnama ke-15 dan Taber Laut. Berdasarkan beberapa konsep tentang kebudayaan masyarakat Panji, maka peneliti mengidentifikasi budaya masyarakat Panji bewujud upacara ritual adat. Dari beberapa penjelasan tersebut, peneliti mengatakan bahwa dari keseluruhan berkaitan dengan sistem religi dan mengandung nilai-nilai religi yang akan digali dan dijadikan landasan penelitian ini. 3.4.2 Kearifan Lokal Menurut Wales (1961, hlm.18) local genius diberikan pengertian yakni: “The sum of the cultural characteristic which the vast majority of a people have in common as a result of their experience in early life”. Soebadio (dalam ayatrohaedi, 1986, hlm.18) memberikan pengertian local genius yakni: Secara keseluruhan meliputi, dan mungkin malahan dapat dianggap sama dengan apa yang dewasa ini terkenal dengan cutural identity dan yag diartikan sebagai identitas atai kepribadian budaya suatu bangsa, yang mengakibatkan bahwa bangsa brsangkutan menjadi lebih mampu Suzana Paranita, 2015 TRANSFORMASI NILAI-NILAI RELIGI SEBAGAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT PANJI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
62
menyerap dan mengolah pengaruh kebudayaan yang mendatanginya dari luar wilayah sendiri sesuai dengan watak dan kebuthan pribadinya. Moendardjito (dalam Ayatrohaedi, 1986, hlm.40) mengatakan bahwa unsur budaya daerah potensial sebagai local genius karena telah teruji kemampuannya untuk bertahan sampai sekarang. Ciri-cirinya adalah: 1. Mampu bertahan terhadap budaya luar 2. Memiliki kemampuan mengakomodasi unsur-unsur budaya luar 3. Mempunyai kemampuan mengintegrasikan unsur budaya luar ke dalam budaya asli 4. Mempunyai kemampuan mengendalikan 5. Mampu memberi arah pada perkembangan budaya Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (2011, hlm.7) mengatakan mengenai kearifan lokal bahwa: Nilai yang hanya dapat disimpulkan dan ditafsirkan dari ucapan, perbuatan dan materi yang dibuat manusia yang diturunkan melalui suatu aktivitas ritual atau pendidikan. Karena itu, fungsi langsung nilai adalah untuk mengarahkan tingkah laku individu dalam situasi sehari-hari, sedangkan fungsi tidak langsungnya adalah untuk mengekspresikan kebutuhan dasar yang berupa motivasional. Berdasarkan
beberapa
konsep
mengenai
kearifan
lokal,
maka
penulis
mengidentifikasi beberapa indikator kearifan lokal sebagai berikut: 1. Pengetahuan 2. Kemampuan 3. Ucapan 4. Perbuatan 5. Pemanfaatan ruang dan waktu 6. Perpaduan antara nilai budaya dan kepercayaan 7. Pengalaman sudah teruji secara turun temurun 3.4.3 Sistem Religi Pengunaan istilah religi dan agama pada prinsipnya sama yakni mengandung arti adanya hubungan antara manusia dengan kekuasan gaib dimana agama juga berkaitan dengan kepercayaan manusia terhadap yang gaib, yang super natural dan lain-lain. Sebagaimana menurut Kahmad (2006:13) bahwa: Pengertian agama itu, mengikuti inti maknanya yang khusus, dapat disamakan dengan kata religion dalam Bahasa Inggris; religie dalam
Suzana Paranita, 2015 TRANSFORMASI NILAI-NILAI RELIGI SEBAGAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT PANJI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
63
Bahasa Belanda; dan keduanya berasal dari Bahasa Latin, religio, dari akar kata religare, yang berarti ”mengikat”. Lebih lanjut, dikemukakan Madjid (1995:124), dalam arti teknis dan terminologis, ketiga istilah tersebut mempunyai arti yang sama, walaupun masingmasing mempunyai etimologis dan sejarahnya sendiri. Berdasarkan pemaparan tersebut, pemaknaan religi lebih luas yang mencakup semua keyakinan masyarakat dan hubungan masyarakat dengan Tuhan, tidak saja menggambarkan agama samawi saja tetapi juga agama ardhi. 3.4.4 Nilai Religi Notonagoro (dalam Hakam, 2007, hlm.199) nilai religius/nilai Ketuhanan merupakan nilai kerohanian tertinggi dan mutlak. Nilai religius ini bersumber kepada
kepercayaan
atas
keyakinan
manusia.
Selanjutnya
menurut
Daryanto&Darmiatun (2013, hlm.70) mengatakan nilai religius merupakan sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan agama yang dianutnya, toleransi terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, serta hidup rukun dengan pemeluk agama lain. Lathief (2008, hlm.175) memberikan pengertian religiusitas lebih melihat aspek yang di dalam lubuk hati, moving in the deep hart, riak getaran hati nurani pribadi, sikap personal yang sedikit banyak merupakan misteri bagi orang lain. Dengan demikian sikap religius ini lebih mengajuk pada pribadi seseorang dengan Khaliqnya, bertata laku sesuai dengan karsa Tuhan. 3.4.5 Transformasi Budaya Transformasi menurut Kuntowijoyo (2006, hlm.56) merupakan konsep ilmiah atau alat analisis untuk memahami dunia. Karena dengan memahami perubahan setidaknya dua kondisi/keadaan yang dapat diketahui yakni keadaan pra perubahan dan keadaan pasca perubahan. Transformasi ini sendiri sebagai usaha yang dilakukan untuk melestarikan kearifan lokal agar tetap bertahan dan dapat dinikmati oleh generasi berikutnya. Transformasi dapat dilihat baik secara fisik ataupun secara substansial. Adapaun proses transformasi dapat dilakukan melalui bahasa, sikap atau prilaku atau dengan kata lain proses transformasi dapat dilakukan melalui belajar berupa sosialisasi. Sedangkan untuk cara mentransformasikan budaya lokal melalui sosialisasi dapat melalui pendidik, baik formal dan nonformal.
Suzana Paranita, 2015 TRANSFORMASI NILAI-NILAI RELIGI SEBAGAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT PANJI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
64
3.5 Instrumen Penelitian Dalam penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif instrumennya adalah peneliti itu sendiri yakni peneliti adalah “key instrument” atau merupakan alat peneliti utama. Peneliti dalam pendekatan kualitatif harus menguasai metodelogi penelitiannya, pemahaman terhadap bidang yang akan diteliti, dan kesiapan untuk memasuki objek penelitian. Sebab semua proses penelitian akan dilakukan oleh peneliti itu sendiri. Sebagaimana yang dikemukakakn Sugiyono (2011, hlm.222) “dalam penelitian kualitatif yang menjadi instumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri”. Adapun hal serupa dikemukakan oleh Nasution (2003, hlm.9) “hanya manusia sebagai instrumen dapat memahami makna interaksi antar manusia, membaca gerak muka, menyelami perasaan dan nilai yang terkandung dalam ucapan atau perbuatan responden. Walaupun digunakan alat rekam atau kamera peneliti tetap memegang peran utama sebagai alat penelitian.” Selanjutnya menurut Kuntjara (2006, hlm.59) “pengamatan dalam metode penelitian kualitatif meliputi keseluruhan keajadian, kelakukan, dan benda-benda yang ada pada latar peneliti tempat subjek berada sebagaimana yang diamati peneliti sendiri”. Walaupun peneliti dalam pendekatan kualitatif sebagai instrumen utama, tetapi peneliti dalam pendekatan kualitatif merupakan subjek yang tidak memiliki pengaruh dan hanya bertindak sebagai pengamat fenomena yang ada saja. Oleh sebab itu, dalam penelitian ini peneliti menggunakan lembar observasi dan pedoman wawancara sebagai penunjang dalam mencari data-data yang dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian. Lembar observasi meliputi semua pengamatan dan pengalaman peneliti ketika di lapangan, hal ini guna melakukan pengamatan langsung terhadap transformasi nilai-nilai religi sebagai kearifan lokal yang masih dilaksanakan oleh masyarakat Panji yakni melihat bagaimana mereka melaksanakan budaya lokalnya yakni sistem religi atau kepercayaan mereka dengan cara memperhatikan pola tingkah laku dan tata cara dalam melakukan dan melaksanakannya terutama sistem religi. Adapun pedoman wawancara guna menggali informasi yang dibutuhkan yakni lebih mendalami halhal mengenai bagaimana kearifan lokal pada masyarakat Panji dan nilai-nilai apa saja yang terdapat dari kearifan lokal mereka.
Suzana Paranita, 2015 TRANSFORMASI NILAI-NILAI RELIGI SEBAGAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT PANJI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
65
Sebagaimana telah dijelaskan diatas bahwa dalam penelitian kualitatif instrumen penelitiannya dilakukan oleh manusia. Oleh karena itu, peneliti sebagai instrumen juga harus “divalidasi” seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang akan terjun ke lapangan, sebab peneliti merupakan instrumen kunci dalam penelitian kualitatif.
3.6 Teknik Pengumpulan Data Untuk memperolah data yang sesuai dengan tujuan penelitian dan agar hasil penelitian tersebut dapat dipertanggung jawabkan maka diperlukan pengumpulan
data
secara
sistematis.
Dan
dalam
penelitian
kualitatif,
pengumpulan data dilakukan di dalam “natural setting” (kondisi yang alamiah). Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik pengumpulan data triangulasi, yaitu usaha mengecek kebenaran data atau informasi yang diperoleh peneliti. Sugiyono (2011, hlm.241) menyatakan bahwa “Triangulasi teknik, berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber data yang sama”. Selain itu, Kuntjara (2006, hlm.96) mengungkapkan “pengumpulan dan perekaman data kualitatif sering dicurigai mengandung banyak bias. Untuk itu perlu dilakukan triangulasi yaitu pengumpulan informasi dari berbagai tempat dan individu dengan berbagai cara”. Dapat disimpulakan, triangulasi dapat meningkatkan kedalaman pemahaman peneliti. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam melaksanakan penelitian ini yaitu teknik observasi, wawancara dan dokumentasi.
3.6.1 Teknik Observasi Teknik observasi yaitu suatu pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap suatu obyek penelitian. Creswell (2012, hlm.267) menyatakan “observasi yang dilakukan dalam penelitian kualitatif merupakan observasi yang didalamnya peneliti lngsung turun kelapangan untuk mengamati perilaku dan aktivitas individu-individu di lokasi penelitian”. Selanjutnya, menurut Kuntjara (2006, hlm.60) “pengamatan kulitatif peneliti terlibat, memusatkan pengamatannya pada detail masalah yang berpengaruh pada subjek
Suzana Paranita, 2015 TRANSFORMASI NILAI-NILAI RELIGI SEBAGAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT PANJI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
66
dan perolehan data. Dapat disimpulkan bahwa observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran nyata suatu peristiwa atau kejadian untuk menjawab pertanyaan penelitian. Maka proses observasi merupakan proses yang dilakukan sendiri oleh peneliti untuk melihat fenomena-fenomena yang terjadi di lapangan. Observasi ini meliputi semua pengamatan dan pengalaman peneliti ketika di lapangan. Teknik ini digunakan untuk melakukan pengamatan langsung terhadap budaya lokal yang masih dilaksanakan oleh masyarakat Panji yakni melihat bagaimana mereka melaksanakan sistem religinya terutama budaya lokal mereka seperti upacara adat dengan cara memperhatikan pola tingkah laku dan tata cara dalam melakukan dan melaksanakan budaya lokal tersebut. Selain itu, peneliti berusaha melihat nilai-nilai apa saja yang terkandung dari sistem religi masyarakat setempat.
3.6.2 Teknik Wawancara Wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan berita, data, atau fakta di lapangan. Sebagaimana yang dikemukakan Sugiyono (2011, hlm.137): “Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang digunakan apabila ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit atau kecil”. Selanjutnya menurut Moleong (2004, hlm.186) “wawancara merupakan percakapan dengan maksud tertentu, percakapan itu dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu”. Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara dengan tetua adat masyarakat Panji Desa Riding Panjang, Kecamatan Belinyu Kabupaten Bangka. Selain itu, peneliti juga melakukan wawancara dengan masyarakat Panji yang masih melakuakan budayanya terutama yang berkaitan dengan sistem religi seperti upacara-upacara adat, pemuka agama Riding Panjang, budayawan bangka dan peneliti juga mewawancarai pemerintah setempat, dalam hal ini pemerintah kabupaten Bangka tepatnya pemerintah di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Bangka serta Suzana Paranita, 2015 TRANSFORMASI NILAI-NILAI RELIGI SEBAGAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT PANJI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
67
budayawan Bangka. Lalu peneliti juga mewawancarai sebagian masyarakat Bangka. Adapun alasan peneliti melakukan wawancara kepada mereka atas dasar mereka cukup banyak memiliki pengetahuan yang dapat peneliti gunakan sebagai sumber dalam menggali informasi yang dibutuhkan. Melalui wawancara ini, peneliti ingin lebih mendalami hal-hal mengenai bagaimana transformasi yang terjadi pada budaya lokal yang merupakan kearifan lokal masyarakat Panji terutama dalam sistem religi masyarakat Panji dan bagaimana masyarakat Panji memaknai sistem religi mereka berkaitan dengan nilai-nilai Ketuhanan pada sistem religi mereka serta bagaimana persepsi masyarakat tentang budaya lokal masyarakat Panji saat ini.
3.6.3 Teknik Dokumentasi Teknik dokumentasi yakni teknik mengumpulkan data yang dilakukan dengan mengumpulkan bahan-bahan tertulis. Menurut Arikunto (2006, hlm.158), “Dokumentasi dari asal katanya dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Didalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan hariannya dan sebagainya”. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa teknik dokumentasi merupakan teknik mengumpulkan data yang bersumber dari catatan, buku-buku serta dokumen lainnya yang ada hubungannya dengan penelitian. Adapun menurut Creswell (2012, hlm.267) Pengumpulan data dalam kualitatif melalui dokumen dapat dilakukan melalui dokumen publik (seperti koran, majalah, laporan kantor) ataupun dokumen privat (buku harian, diary, surat, email) dan materi audio visual berupa foto, objek-objek, seni, video tape atau segala jenis suara atau bunyi. Di dalam penelitian ini teknik dokumentasi penulis gunakan untuk mendapatkan data tentang kearifan lokal dalam sistem religi masyarakat Panji yakni materi audio visual berupa foto, video dan segala jenis yang berhubugan dengan budaya masyarakat Panji yang dapat didokumentasikan.
Suzana Paranita, 2015 TRANSFORMASI NILAI-NILAI RELIGI SEBAGAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT PANJI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
68
3.7 Teknik Analisa Data Teknik analisa data merupakan teknik yang digunakan untuk mengolah data yang telah dikumpulkan dan diklasifikasi sesuai dengan tujuan penelitian, teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisa data deskriptif kualitatif. Miles dan Hubberman (dalam Sugiyono 2011, hlm.246) mengemukakan bahwa ”Aktivitas dalam analisa data kualitatif dilakukan secara Interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh”. Menurut mereka ada tiga tahap analisis yaitu reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan.
3.7.1 Reduksi Data Reduksi data yakni suatu bentuk analisis yang menggolongkan, memilih, membuang yang tidak perlu, dan mengelompokkan data sedemikian rupa sehingga kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi. Sebagaimana yang dikemukakan Sugiyono (2011, hlm.247) “Reduksi data merupakan merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya, dengan demikian data yang direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas”. Selama pengumpulan
data berlangsung terjadilah tahap
reduksi,
selanjutnya reduksi data atau proses transformasi ini berlanjut terus sesudah penelitian lapangan sampai laporan akhir tersusun. Pelaksanaannya dengan melakukan pengelompokan berdasarkan aspek-aspek permasalahan penelitian. Dalam penelitian ini aspek yang direduksi yaitu transformasi nilai-nilai religi kearifann lokal masyarakat Panji serta bagaimana mereka memaknai nilai religi tersebut dan bagaimana merka menyikapi pro dan kontra transformasi nilai religi kearifan lokal tersebut.
3.7.2 Penyajian Data Penyajian data merupakan alur yang paling penting dan berada pada urutan kedua dari kegiatan analisis. Pembatasan suatu penyajian sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan. Menurut Sugiyono (2011, hlm.249) dengan penyajian data, maka
Suzana Paranita, 2015 TRANSFORMASI NILAI-NILAI RELIGI SEBAGAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT PANJI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
69
akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut. Setelah dilakukan reduksi data terhadap data yang dikumpulkan, penulis menyajikan data dalam bentuk deskripsi yang berdasarkan aspek-aspek yang diteliti dan disusun berturutturut.
3.7.3 Pengambilan Kesimpulan / Verifikasi Setelah dilakukan reduksi data dan penyajian data, maka langkah terakhir merupakan pemahaman terhadap data yang telah dikumpulkan. Sebagaiman menurut Miles and Huberman (dalam Sugiyono, 2011, hlm.252) “langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi”. Selanjutnya
Miles
and
Huberman
(dalam
Sugiyono,
2011,
hlm.252)
mengemukakan penarikan kesimpulan/ verifikasi yaitu : Kesimpulan awal dalam penganalisisan kualitatif masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan dengan bukti-bukti kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung dengan bukti yang valid saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. Dalam hal ini pengambilan kesimpulan dilakukan secara bertahap, yang pertama yaitu kesimpulan sementara, namun dengan bertambahnya data maka perlu dilakukan verifikasi data, yaitu dengan cara mempelajari kembali data-data yang ada atau yang direduksi maupun yang disajikan. Setelah itu, peneliti dapat mengambil kesimpulan akhir. Adapun ketiga tahap tersebut dapat digambarkan pada gambar 3.1 berikut: Pengumpulan data
penyajian data Reduksi data Penarikan kesimpulan/verifikasi
Suzana Paranita, 2015 TRANSFORMASI NILAI-NILAI RELIGI SEBAGAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT PANJI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
70
Gambar 3.1 Komponen Analisis Data Model Miles & Huberman (dalam Emzir, 2010, hlm.134) 3.8 Uji Keabsahan Data 3.8.1 Uji Kredibilitas Pada penelitian kualitatif juga dikenal dengan uji validitas sama halnya dengan penelitian kuantitaif. Uji validitas dalam penelitian kualitatif dikenal dengan uji kredibilitas. Menurut Moleong (2004, hlm.326) uji kredibilitas terdiri atas: 1) Perpanjangan Keikutsertaan Keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data. Perpanjangan keikutsertaan peneliti akan memungkinkan peningkatan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan. Perpanjangan keikutsertaan berarti peneliti tinggal di lapangan penelitian sampai kejenuhan pengumpulan data tercapai. Jika hal itu dilakukan maka akan; (1) membatasi gangguan dari dampak peneliti pada konteks; (2) membatasi kekeliruan (biases) peneliti; (3) mengkonpensasikan pengaruh dari kejadian-kejadian yang tidak biasa atau pegaruh sesaat. 2) Ketekunan Pengamatan Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat. Ketekunan pengamatan berarti mencari secara konsisten interprestasi dengan berbagai cara dalam kaitan dengan proses analisa yang konstan atau tentatif. Mencari apa yang dapat diperhitungakan dan tidak dapat. Ketekuanan pengamatan bermaksud menemukan ciriciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan yang sedang dicari kemudian memusatkan diri pada hal tersebut secara rinci dengan kata lain ketekunan pengamatan menyediakan kedalaman.
Suzana Paranita, 2015 TRANSFORMASI NILAI-NILAI RELIGI SEBAGAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT PANJI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
71
3) Triangulasi Triangulasi dalam pengujian kreadibilitas berarti pengecekan data dari berbagai sumber. Dengan kata lain, Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain, di luar data tersebut untuk keperluan pengeckan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaa melalui sumber lainnya. Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. 4) Pemeriksaan Sejawat (Member Check) Member check adalah, proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data (Sugiyono, 2011, hlm.276). Teknik ini dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi dengan rekan-rekan sejawat. Teknik mengandung beberapa maksud sebagai salah satu teknik pemeriksaan keabsahan data. Tujuannya untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data (Sugiyono, 2011, hlm.276) 5) Kecukupan Refrensi Kecakupan referensi maksudnyya adanya pendukung utntuk membuktikan data yang telah diperoleh oleh peneliti. Keabsahan data hasil penelitian juga dilakukan dengan meperbanyak refrensi yang dapat menguji dan mengoreksi hasil penelitian yang telah dilakukan, baik refrensi yang bersala dari orang lain maupun refrensi yang diperoleh selama penelitian seperti gambar video dilapangan, rekaman wawancara, maupun catatan-catatan harian di lapangan. 6) Kajian Kasus Negatif Dengan kajian kasus negatif maka peneliti akan mencari tahu secara mendalam mengapa masih terdapat data yang berbeda. Kajian kasus negatif dilakukan dengan jalan mengumpulkan contoh dan kasus yang
Suzana Paranita, 2015 TRANSFORMASI NILAI-NILAI RELIGI SEBAGAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT PANJI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
72
tidak sesuai dengan pola dan kecenderungan informasi yang telah dikumpulkan dan digunakan sebagai bahan pembanding. 7) Pengecekan Anggota Pengecekan dengan anggota sangat penting dalam proses pengumpulan data untuk pemeriksaan derajat kepercayaan. Yang dicek dengan anggota yang terlibat meliputi data, kategori analitis, penafsiran, dan kesimpulan. Anggota yang terlibat yang mewakili rekan-rekan mereka dimanfaatkan untuk memberikan reaksi dari segi pandangan dan situasi mereka sendiri terhadap data yang telah diorganisasikan oleh peneliti.
3.8.2 Uji Transferability Uji transferability menuntut peneliti agar melaporkan hasil penelitiannya sehingga uraiannya itu dilakukan seteliti dan secermat mungkin yang menggambarkan konteks tempat penelitian diselenggarakan (Moleog, 2004, hlm.338). Sedangkan menurut Sugiyono (2011, hlm.276) Uji transferability merupakan uji validitas eksternal pada penelitian kuantitaif Selanjutnya, menurut Sugiyono (2011, hlm.276) Uji transferability “supaya orang dapat memahami hasil penelitian kualitatif sehingga ada kemungkinan untuk menerapkan hasil penelitian tersebut, maka peneliti dalam membuat laporannya harus memberikan uraian yang rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya”.
3.8.3 Uji Depenability Dalam penelitian kuantitatif, depenability disebut reliabilitas. Uji dependability dilakukan dengan melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Sugiyono (2011, hlm.277) mengemukakan bahwa: Caranya dilakukan oleh auditor yang independen, atau pembimbing untuk mengaudit keseluruhan aktivitas peneliti dalam melaukan penelitian. Bagaimana peneliti mulai menentukan masalah/focus, memasuki lapangan, menentukan sumber data, melakukan analisis data, melakukan uji keabsahan data, sampai membuat kesimpulan harus dapat ditunjukan oleh peneliti. Dalam penelitian kualitatif uji dependability sangat diperlukan untuk menguji langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam melakukan penelitian.
Suzana Paranita, 2015 TRANSFORMASI NILAI-NILAI RELIGI SEBAGAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT PANJI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
73
Jika peneliti tak mempunyai dan tak dapat menunjukan “jejak aktivitas lapangannya” maka depenabilitas penelitiannya patut diragukan Faisal (dalam Sugiyono 2011, hlm.277)
3.8.4 Uji Konfirmability Pengujian konfirmability dikenal dengan uji obyektivitas pada penelitian kuantitatif. Penelitian bisa disebut obyektif bila hasil penelitian disepakati oleh banyak orang. Menurut Sugiyono (2011, hlm.227) Uji konfirmability dalam penelitian kualitatif berfungsi untuk membuktikan bahwa peneliti memang benar menggunakan prosedur penelitian pada saat melakukan penelitian. Dalam penelitian, jangan sampai proses tidak ada, tetapi hasilnya ada.
Suzana Paranita, 2015 TRANSFORMASI NILAI-NILAI RELIGI SEBAGAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT PANJI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu