BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian Pada sub judul ini diuraikan tentang setting waktu penelitian, setting tempat penelitian dan karakteristik subjek penelitian. 3.1.1
Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan yaitu bulan September sampai dengan
November 2013. Bulan September peneliti mulai mengadakan persiapan, yaitu menyusun proposal penelitian dan instrumennya. Pada bulan Oktober minggu ketiga melaksanakan penelitian tindakan kelas siklus I. Pada bulan November minggu I melakukan penelitian tindakan kelas siklus II. Setelah itu peneliti mulai membuat laporan hasil penelitian. Penelitian dilakukan pada bulan September sampai dengan November semester I tahun pelajaran 2013/2014, dikarenakan peneliti mengambil mata pelajaran IPA pokok bahasan tumbuhan hijau sesuai dengan SK dan KD yang bertepatan dengan alokasi waktu semester I yang disesuaikan dengan program semester (promes) yang terdapat di SDN Ngablak 1 Kabupaten Pati.
3.1.2
Setting Penelitian dilaksanakan di SD Negeri Ngablak 1, yang terletak di desa Ngablak,
Kecamatan Cluwak, Kabupaten Pati dan berada di tengah pemukiman masyarakat. Bersebelahan dengan jalan desa yang menghubungkan dengan pasar. Ruang kelas 5 berada tepat disebelah jalan sehingga kalau ada kendaraan bermotor melalui jalan itu suara bising pasti terdengar.
3.1.3
Karakteristik Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah peserta didik kelas 5 SD N Ngablak 1 sejumlah 28
siswa. Secara keseluruhan peserta didik SD N Ngablak 1 berjumlah 196 siswa, yang terdiri atas 6 rombongan belajar dan diampu oleh guru kelas. Tingkat kecerdasan peserta didik kelas 5 sangat beragam, ada sebagian yang cerdas dan aktif, namun ada sebagian yang pasif bahkan tergolong anak berkebutuhan
28
29
khusus. Kondisi sosial ekonomi dari siswa kelas 5 sangat beragam. Orang tuanya ada yang berprofesi sebagai guru/PNS, tukang ojek, pedagang, montir dan ada juga yang bekerja sebagai kuli angkut di pasar. Sebagian siswa ada yang sudah lancar dalam membaca, tetapi ada juga yang baru bisa mengeja bahkan ada yang sama sekali tidak bisa membaca. Ada 1 siswa yang seharusnya bersekolah di sekolah anak- anak yang berkebutuhan khusus, tetapi karena berbagai macam faktor maka tetap bersekolah di SD negeri.
3.2 Jenis Penelitian dan Desain Penelitian Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) kolaborasi yang menggunakan desain penelitian dari Kemmis dan Mc Taggart. 3.2.1
Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) partisipan. “Dimana
orang yang melaksanakan penilaian harus terlibat langsung dalam proses penelitian sejak awal sampai dengan hasil penelitian berupa laporan. Dengan demikian, sejak perencanaan penelitian peneliti senantiasa terlibat, selanjutnya peneliti memantau, mencatat dan mengumpulkan data, lalu menganalisa data serta berakhir dengan melaporkan hasil penelitiannya. PTK disini peneliti dituntut keterlibatannya secara langsung dan terus menerus sejak awal sampai berakhir penelitian” (Iskandar, 2011:27) 3.2.2
Desain Penelitian Desain PTK menurut Kemmis dan Taggart yaitu berbentuk spiral dari siklus yang
satu ke siklus berikutnya. Konsep pokok penelitian tindakan menurut Kemmis dan Mc Taggart terdapat tiga tahap rencana tindakan, meliputi: perencanaan (planning), tindakan (acting) dan pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting) (Arikunto, 2010:132).
30
REFLEKSI
PERLAKUAN DAN PENGAMATAN
PERENCANAAN
REFLEKSI
PERLAKUAN DAN PENGAMATAN
PERENCANAAN
Gambar 3.1 Alur PTK Menurut Kemmis dan Mc Taggart
Penjelasan alur di atas adalah sebagai berikut: a) Perencanaan (planning), sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan (RPP), termasuk di dalamnya instrument penelitian dan perangkat pembelajaran (media pembelajaran). b) Perlakuan/ pelaksanaan tindakan (act) dan pengamatan (observing), meliputi tindakan yang disesuaikan dengan rencana tindakan. Kegiatan pelaksanaan tindakan bersamaan dengan kegiatan pengamatan. Ketika guru tersebut melakukan tindakan, karena hatinya menyatu dengan kegiatan, tentu tidak sempat menganalisis peristiwanya ketika sedang terjadi. Oleh karena itu kepada guru pelaksana yang berstatus sebagai pengamat ini untuk melakukan “pengamatan balik: terhadap apa yang terjadi ketika tindakan berlangsung”.
31
c) Refleksi (reflecting), peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat (Arikunto, 2010:138-140). Penelitian ini dilaksanakan selama dua siklus dimana masing-masing siklus terdiri dari 3 kali pertemuan dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama). Setelah membahas satu pokok bahasan, diakhiri dengan tes formatif di akhir siklus. Dibuat dalam dua siklus dimaksudkan untuk memperbaiki sistem pengajaran yang telah dilaksanakan.
3.3 Variabel Penelitian Variabel yang akan diteliti dalam penelitian tindakan kelas ini dibagi menjadi 2 yaitu variabel bebas (independent) dan variabel terikat (dependent).
3.3.1
Variabel independent (variabel x) Variabel x (independent) dalam penelitian ini adalah penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) sebagai sumber belajar siswa karena berdasarkan pada kajian teori dan kajian penelitian yangb relevan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TGT salah satu model pembelajaran kooperatif yang kegiatan belajar mengajar dengan cara pengelompokan siswa ke dalam kelompokkelompok (tim) kecil yang beranggotakan 4-5 orang yang berbeda latar belakang, jenis kelamin, kemampuan, dan sukunya. Guru membimbing anggota tim untuk bekerja sama dan setiap anggota kelompok bisa menguasai materi pelajaran tersebut. Tingkat pemahaman siswa diukur dengan mengerjakan kuis namun tidak boleh saling membantu. Kemudian skor individu dijumlahkan ke dalam skor anggota tim dan dicari rata-rata anggota tim. Tim dengan skor tertinggi akan diberi penghargaan. Sehingga dengan kegiatan belajar seperti ini akan menumbuhkan sifat kerjasama dan saling membantu teman agar pengetahuan mereka meningkat dan akhirnya hasil kuis mereka juga mendapat nilai yang baik. Berikut kisi- kisi variabel x seperti pada tabel dibawah ini:
32
Tabel 3.2 Kisi-kisi variabel x No 1.
2.
3.
4.
5.
6.
3.3.2
Langkah TGT Indikator Item Menyampaikan tujuan dan Menyampaikan tujuan 1. Apakah guru memotivasi siswa pembelajaran dan menyampaikan memotivasi siswa belajar tujuan pembelajaran? 2. Apakah guru memotivasi siswa? Menyajikan atau Menyampaikan Apakah guru telah menyampaikan informasi materi/informasi kepada menyampaikan materi? siswa Mengorganisasikan siswa Mengorganisasikan siswa 1. Apakah guru dalam kelompok-kelompok kedalam kelompokmengorganisasi belajar kelompok kecil kan siswa ke dalam kelompok kecil? 2. Apakah guru membagi kelompok secara heterogen? Membimbing kelompok Membimbing kelompok- Apakah guru bekerja dan belajar kelompok pada saat membimbing kelompokmereka mengerjakan kelompok saat lembar kerja mengerjakan lembar kerja? Evaluasi Kuis Apakah guru memberikan kuis di akhir pembelajaran? Memberikan penghargaan Penghargaan kelompok Apakah guru memberikan penghargaan kepada kelompok?
Variabel dependent (variabel y) Adapun yang menjadi variabel terikat (dependent) dalam penelitian ini adalah
peningkatan hasil belajar pada pembelajaran IPA siswa kelas 5 SD Negeri Ngablak 01 Cluwak. Karena hasil belajar merupakan faktor penentu keberhasilan suatu pembelajaran.
33
Hasil belajar dalam penelitian ini dapat diartikan sebagai nilai siswa setelah mendapatkan proses pembelajaran di kelas setelah satu pokok bahasan selesai. Kemudian nilai siswa dianalisis menurut Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Sehingga dapat diketahui keberhasilan siswa dalam proses belajar yang telah dilakukan. Standar Kompetensi (SK) yang dipilih dalam penelitian ini adalah mengidentifikasi cara tumbuhan hijau membuat makanan.
3.4 Rencana Tindakan Berdasarkan alur PTK menurut Kemmis dan Mc Taggart, terdiridsri 4 tahap yaitu perencanaan (planning), tidakan (acting) dan pengamatan (observing), serta refleksi (reflecting). Rencana tindakan penelitian ini dilaksanakan pada siklus I dan siklus II dengan dikenai tindakan yang sama. 3.4.1
Siklus I
3.4.1.1 Tahap Perencanaan (planning) Menurut Arikunto (2010:138) “perencanaan merupakan suatu rancangan tindakan yang menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut akan dilakukan”. Pada tahap perencanaan ini kegiatan yang dilakukan berupa persiapan-persiapan yang terdiri dari: a.
Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT).
b.
Membuat media sesuai materi.
c.
Menyusun lembar observasi untuk pengamatan kinerja guru dan aktivitas siswa dalam penelitian tindakan kelas.
d.
Menyusun alat evaluasi berupa lembar kerja, lembar kuis, dan lembar tes formatif untuk mengetahui hasil belajar siswa kelas 5 SD Negeri Ngablak 05 Cluwak.
e.
Menyiapkan setting kelas, media, badan, dan alat pembelajaran lainnya.
3.4.1.2 Tahap Pelaksanaan Tindakan dan Observasi (acting and observing). Menurut Arikunto (2010:139) “Pada tahap pelaksanaan tindakan, yaitu implementasi atau penerapan isi rancangan yang telah dirumuskan sekaligus kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh rekan guru sejawat sebagai observer”.
34
Deskripsi pelaksanaan tindakan pada pertemuan ke-1 dan ke-2 seperti pada table 3.3 berikut ini: Tabel 3.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran menerepkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT Kegiatan Pembelajaran Pra pembelajaran
Kegiatan awal
Kegiatan inti
Kegiatan penutup
Penerapan Model Kooperatif Tipe TGT 1. Guru mengatur tempat duduk 2. Guru mengecek kesiapan belajar siswa, media pembelajaran dan ruangan kelas 3. Guru membuka pelajaran dengan salam 4. Guru melakukan motivasi 5. Guru melakukan apersepsi dengan bertanya jawab dengan siswa 6. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai 7. Guru menggali pengetahuan siswa dengan bertanya jawab dan melakukan pengamatan 8. Guru menyampaikan materi dengan cara presentasi kelas 9. Siswa dioraganisasi kedalam kelompok-kelompok kecil 10. Siswa dibagikan lembar kerja siswa 11. Guru menetukan skor awal dari rata-rata skor dasar atau skor kuis sebelumnya 12. Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang aturan main dalam kelompok kerja 13. Siswa bekerja dalam kelompok dan salingbekerja 14. Siswa mempresentasikan hasil kerja 15. Siswa diberikan soal evaluasi 16. Siswa mengerjakan soal evaluasi secara individu 17. Siswa dan guru bersama-sama mengoreksi hasil evaluasi 18. Nilai siswa menjadi skor individu 19. Guru memberikan penghargaan kepada tim dengan skor tertinggi 20. Guru memberikan penguatan kepada tim yang tidak mendapat penghargaan 21. Guru dan siswa membuat kesimpulan materi 22. Guru menutup pelajaran dengan salam
Pada pertemuan ke-2 diadakan tes formatif pada akhir setiap siklus. Sebelum guru mengulas kembali materi yang telah dijelaskan pada pertemuan sebelumnya. Kemudian diadakan tes formatif, dalam kegiatan ini guru membagikan soal tertulis untuk dikerjakan secara individu, sebagai sasaran pengukuran sejauh mana tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan oleh guru. Dalam pertemuan ketiga ini tidak dikenai
35
tindakan dengan menerapkan model pembelajaran tipe Teams Games Tournament (TGT), jadi tidak dilakukan pengamatan. Hasil tindakan difokuskan pada nilai hasil tes formatif IPA. 3.4.1.3 Refleksi (reflecting) Hasil dari kegiatan observasi selama kegiatan pembelajaran maupun hasil tes siswa dikumpulkan serta dianalisis untuk mendapatkan gambaran pembelajaran yang telah dilakukan untuk diadakan refleksi. “refleksi merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah terjadi dan sudah dilakukan” (Arikunto, 2010:140). Refleksi dilakukan setelah mengkaji proses pembelajaran yaitu aktivitas siswa, kinerja guru, serta ketrampilan siswa bekerja sama dalam kelompok. Proses proses pembelajaran tersebut dievaluasi keefektifannya dengan melihat ketercapaian dalam indicator kinerja pada siklus I, serta mengkaji kekurangan dan kelebihan dalam siklus 1. Berdasarkan kekurangan dan kelebihan tersebut, peneliti, guru dan rekan sejawat guru membuat daftar permasalahan yang muncul dalam pelaksanaan siklus I, serta rencana tindak lanjut untuk siklus berikutnya. Hasil refleksi serta saran-saran dari observer ini akan menjadi dasar dalam merencanakan tindakan yang akan diterapkan untuk siklus selanjutnya.
3.4.2
Siklus II Pada siklus II kegiatan pembelajaran akan dikenai tindakan/perlakuan yang sama
seperti pada siklus I hanya saja waktu pelaksanaan akan disesuaikan dengan alokasi waktu yang tersedia di SD dengan pokok bahasan yang berbeda. Siklus II merupakan penyempurnaan dari kekurangan dan kelebiahn pada siklus I.
3.5 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data Pengumpulan data dapat dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan beberapa teknik pengumpulan data disertai instrukmennya. 3.5.1
Teknik Pengumpulan Data
Dalam PTK ini, teknik pengumpulan data yang digunakan sebagai berikut:
36
3.5.1.1 Observasi “Observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran” (Sudijiono, 2008:76). “Format yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi” Arikunto (2010:272). Adapun kisi-kisi yang berisi item-item pada lembar observasi tindakan guru adalah sebagai berikut: Tabel 3.4 Kisi-kisi observasi kinerja guru menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT Aspek yang diamati Indikator dalam langkahlangkah pembelajaran 1. Persiapan Mengatur tempat duduk pembelajaran Mengecek kesiapan siswa, ruangan kelas, dan media pembelajaran 2. Menyampaikan Membuka pelajaran dengan salam tujuan dan Melakukan motivasi dan melakukan apersepsi memotivasi siswa Menyampaikan tujuan pembelajaran 3. Menyajikan materi Menggali pengetahuan siswa Menyajikan materi Bertanya jawab dengan siswa tentang materi pembelajaran 4. Mengorganisasikan Mengorganisasikan siswa dalam 7 kelompok kecil siswa dalam Membagikan lembar kerja siswa kelompok belajar Menentukan skor awal dari rata-rata skor dasar atau skor kuis sebelumnya Menjelaskan aturan main dalam kelompok kerja 5. Membimbing Membimbing siswa bekerja dalam kelompok dan saling kelompok kerja dan bekerja sama satu sama lain agar memastikan anggota belajar kelompok lain dapat menguasai materi Menyuruh siswa untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok Mengarahkan anggota kelompok lain untuk menanggapi hasil presentasi dari kelompok lain 6. Evaluasi Memberikan soal kepada siswa Mengarahkan siswa mengerjakan soal kuis secara individu dan tidak boleh saling membantu Mengoreksi soal kuis Menghitung nilai siswa secara individu digabungkan per
No. item 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
14 15 16 17 18 19
37
7. Memberi penghargaan 8. Kesimpulan penutup
kelompok dan digabungkan Memberi penghargaan kepada tim dengan skor tertinggi Memberi penguatan kepada tim yang tidak mendapatkan penghargaan dan Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang hal-hal yang belum dipahami Menyimpulkan mata pelajaran Member pengarahan untuk pertemuan selanjutnya Menutup pelajaran dengan salam
20 21 22 23 24 25
Tabel 3.5 Kisi-kisi observasi aktivitas siswa selama penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT Aspek yang diamati dalam langkahlangkah pembelajaran 1. Kesiapan siswa sebelum mengikuti pelajaran 2. Perhatian siswa terhadap penjelasan guru
Indikator
Membawa buku sumber dan alat pelajaran lengkap Bersemangat mengikuti pelajaran Mempelajari materi pelajaran dirumah Antusias saat guru melakukan motivasi Member respon jawaban saat guru melakukan apersepsi Mendengarkan penjelasan guru tentang tujuan pembelajaran Mengamati tumbuhan hijau Menjawab pertanyaan guru Berani mengajukan pendapat 3. Kemampuan siswa Duduk dalam kelompok masing-masing mengerjakan Mendengarkan penjelasan guru tentang prosedur aturan lembar kerja main dalam kelompok Membaca petunjuk pada lembar kerja Bersungguh-sungguh dalam mengerjakan lembar kerja sesuai dengan petunjuk lembar kerja 4. Keaktifan siswa Mempunyai inisiatif bertanya kepada guru bila mengalami bertanya kesulitan saat mengerjakan lembar kerja Bertanya sesuai materi pembelajaran 5. Bekerja sama Berukar pikiran dalam mengerjakan lembar kerja dalam tim Menghargai pendapat teman Menginformasikan jawaban Menguasai materi 6. Keberanian siswa Mempresentasikan hasil kerja kelompok didepan kelas Menanggapi hasil kerja kelompok Bertanya jawab tentang hal-hal yang belum dipahami 7. Kejujuran Mengerjakan kuis secara individu
No. item 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
38
8. Penghargaan 9. Kesimpulan
Mendapatkan penghargaan Mampu membuat kesimpulan
24 25
3.5.1.2 Teknik Tes “Teknis ini digunakan oleh peneliti untuk menguji subjek untuk mendapatkan data tentang hasil belajar siswa, dengan menggunakan butir-butir soal atau instrumen soal yang mengukur hasil belajar” (Iskandar, 2011:68). Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes objektif pilihan ganda. Sebelum melaksanakna penelitian tindakan kelas, peneliti membuat kisi- kisi instrumen tes hasil belajar yang akan digunakan dalam proses belajar-mengajar. Kisi-kisi tes hasil belajar mengacu pada kompetensi dasar yang ingin dicapai, kemudian dijabarkan ke dalam indikator pencapaian hasil belajar. Penyusunan kisi-kisi meliputi penulisan butir soal lengkap dengan kunci jawabannya. Selanjutnya kisi-kisi dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 3.6 Kisi-kisi Tes Formatif Siklus I Standar Kompetensi 2.Memahami cara tumbuhan hijau membuat makanan
Kompetensi Dasar
Indikator
Tingkat kesukaran Mu Se Su 2.1. 1. mendefinisikan 1 Mengidentifikasi pengertian cara tumbuhan tumbuhan hijau hijau membuat 2.Mendefinisikan 3 makanan proses pembuatan makanan pada tumbuhan 3. Mengidentifika 1 2 1 si cara tumbuhan hijau membuat makanan
Bentuk No. Instrumen soal Pilihan ganda
1
3, 7, 10
2, 4, 5, 6
39
4. Menyebutkan bahan yang diperlukan tumbuhan untuk membuat makanan
Total
2
1
1
6
2
Pilihan ganda
8, 9
10
Tabel 3.7 Kisi-kisi Tes Formatif Siklus II Standar Kompetensi 2.Memahami cara tumbuhan hijau membuat makanan
Kompetensi Dasar
Indikator
Tingkat kesukaran Mu Se Su 2.1. 1. menyebutkan 2 2 1 Mengidentifikasi hasil proses cara tumbuhan fotosintesis hijau membuat 2.Mendefinisikan 1 1 makanan pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan tumbuhan hijau 3. Membuktikan 1 tempat tumbuhan hijau menyimpan cadangan makanan
Bentuk No. Instrumen soal Pilihan ganda
11, 12, 14 13, 15
19
40
4. Menyebutkan 1 5 tempat tumbuhan menyimpan cadangan makanan
3
2
6
Total
Pilihan ganda
2
16, 17, 18, 20
10
3.5.1.3 Studi Dokumentasi Metode dokumentasi dilakukan untuk memperkuat data yang diperoleh dalam observasi. Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa daftar kelompok siswa dan daftar nilai siswa. Untuk memberikan gambaran secara konkret mengenai kegiatan kelompok siswa dan menggambarkan suasana kelas ketika aktivitas belajar berlangsung digunakan dokumen berupa foto maupun video. 3.5.2
Instrumen Pengumpulan Data Instrumen yang digunakan dalam PTK ini, berdasarkan teknik pengumpulan data
di atas adalah sebagai berikut: 3.5.2.1 Lembar observasi penilaian kinerja guru Lembar ini untuk mengetahui kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan model kooperatif tipe TGT. Pada penelitian ini aspek yang diamati meliputi: 1) persiapan, 2) menyajikan tujuan dan memotivasi siswa, 3) menyajikan materi, 4) mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok belajar, 5) membimbing kelompok kerja dan belajar, 6) evaluasi, 7) member penghargaan, dan 8) kesimpilan dan penutup. Dari kedelapan aspek di atas dijabarkan ke dalam indicator yang mempunyai skor 1,2,3, dan 4. 3.5.2.2 Lembar observasi penilaian kinerja siswa Lembar ini digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Adapun aspek yang diamati antara lain: 1) kesiapan siswa selama proses pembelajaran, 2) perhatian siswa terhadap penjelasan guru, 3) kemampuan siswa
41
mengerjakan lembar kerja, 4) keaktifan siswa bertanya, 5) bekerja sama dengan tim, 6) keberanian siswa, 7) kejujuran, 8) penghargaan, dan 9) membuat kesimpulan. Dari Sembilan aspek di atas juga dijabarkan ke dalam indicator yang mempunyai skor 1,2,3 dan 4. 3.5.2.3 Lembar tes formatif Lembaran yang berisi 20 soal dalam bentuk pilihan ganda setelah satu pokok bahasan selesai berdasarkan kisi-kisi soal tes. Tujuannya pembuatan lembar tes formatif untuk mengetahui pencapaian hasil belajar IPA serta tingkat ketuntasan siswa berdasarkan indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. 3.6 Teknik Analisis Uji Instrumen Sebelum dilaksanakan penelitian terlebih dahulu peneliti menguji instrumen (soal) yang akan digunakan. Instrumen yang akan digunakan sebelumnya harus di uji validitas, reabilitas dan tingkat kesukaran soalnya. Uji validitas dan reabilitas ini di ujikan kepada siswa kelas 5 SD Negeri Ngablak 01 Cluwak yang berjumlah 28 siswa.
3.6.1
Uji Validitas “Instrumen dikatakan valid apabila instrument tersebut dapat dengan tepat
mengukur apa yang hendak diukur (Sugiyono, 2010:348). Dengan kata lain validitas berkaitan dengan “ketepatan” dengan alat ukur. Jika data yang dihasilkan dari sebuah instrumen valid, maka instrumen itu juga valid. Sebuah instrumen pengukuran dikatakan memiliki kesejajaran antara hasil pengukuran dengan kriteria tersebut. Cara yang digunakan untuk mengetahui kesejajaran adalah dengan mengkorelasikan hasil pengukuran dengan kriteria”. Penafsiran harga koefisien korelasi (r) dilakukan dengan membandingkan antara r hitung dengan perhitungan r tabel product moment yang dengan jumlah N yang sama dengan taraf signifikansi 1% atau 5%. Standar minimal untuk validitas butir instrumen adalah 0,3 (Widoyoko, 2012:143). Artinya apabila r hitung ≥ 0,3, nomor butir tersebut dapat dikatakan valid. Sebaliknya apabila r hitung ≤ 0,3, nomor butir tersebut tidak valid.
42
Besar r tabel tergantung dari jumlah responden (N) dan taraf kesalahan (a). Dari r tabel product moment untuk responden (N) = 30 dengan taraf signifikansi 5% diperoleh harga r tabel = 0,334 (Sugiyono, 2010:373). Tabel 3.8 Rentang Indeks Validitas No 1. 2. 3. 4. 5.
Indeks 0,81 – 1,00 0,61 – 0,80 0,41 – 0,60 0,21 – 0,40 0,00 – 0,20
Interpretasi Sangat tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat rendah
Analisis validitas pada penelitian ini akan dibantu dengan program SPSS 16,0 for windows. Berdasarkan analisis output SPSS 16,0 for windows, untuk mengetahui besarnya indeks korelasi antara skor butir dengan skor total dapat dilihat pada output Item Total Statistics pada kolom Corrected Item Total Correlation. Jika Corrected Item Total Correlation ≥ 0,334 maka disimpulkan bahwa semua butir instrument dikatakan valid. Berikut nomor item yang dinyatakan valid dan tidak valid. Tabel 3.9 Hasil Validitas Item Soal Siklus I No. Item Valid 1, 2, 3, 6, 7, 8, 9 7
Tidak Valid 4, 5, 10 3
Tabel 3.10 Hasil Validitas Item Soal Siklus II No. Item Valid 11, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19 8 3.6.2
Tidak valid 12, 20 2
Uji Reliabilitas “Reabilitas adalah indek yang menunjukkan sejauh mana alat ukur dapat
dipercaya atau dihandalkan Arikunto” (2010:167). Suatu tes atau alat evaluasi dikatakan
43
reliabel jika ia dapat dipercaya, konsisten, atau stabil dan produktif. “Jadi yang dipentingkan di sini adalah ketelitiannya sejauh mana tes atau alat evaluasi tersebut dapat dipercaya kebenarannya” (Purwanto,2013:139). Reabilitas alat ukur dalam penelitian ini dihitung dengan teknik Cronbach’s Alpha yang dibantu dengan program SPSS 16,0 for Windows. “Untuk mengetahui apakan instrumen tersebut reliabel atau tidak salah langkah selanjutnya adalah mengkonsultasikan dengan harga kritik atau standar reabilitas (0,7). Artinya suatu instrument dikatakan reliabel jika mempunyai nilai koefisien Alpha sekurang-kurangnya 0,7” (Kaplan, dalam Widoyoko 2012:155). Indeks reabilitas instrument dapat dilihat pada output kotak Reability Statistics, pada kolom Cronbach’s Alpha. Semakin tinggi koefisien reabilitas suatu tes (mendekati 1) makin tinggi pula ketepatannya. Tes yang memiliki konsistensi reabilitas tinggi adalah akurat terhadap kesempatan testing dan instrument lainnya. Sebagai ancar-ancar koefisien reabilitas berdasarkan nilai Alpha dapat diinterpretasikan sebagai berikut: Tabel 3.11 Rentang Indeks Reabilitas No Indeks 1. 0,80 – 1,00 2. < 0,80 – 0,60 3. < 0,60 – 0,40 4. < 0,40 – 0,20 5. <0,20 Sumber: Wardani, 2012:346
Interpretasi Sangat reliabel Reliabel Cukup reliabel Agak reliabel Kurang reliabel
Teknik pengujian Cronbach’s Alpha digunakan untuk menguji tingkat keandalan (reability) dari masing-masing item. Berikut hasil output dapat dilihat pada kotak Reability Statistics, pada kolom Cronbach’s Alpha. Tabel 3.12 Reliability Statistics Cronbach’s Alpha .925
N of Item 20
Berdasarkan analisis output dari program SPSS 16,0 for Windows, kolom N of Items menunjukkan banyaknya nomor item yang bersangkutan. Sedangkan indeks reliabilitas Cronbach’s Alpha sebesar 0,925. Karena nilai indeks realibilitas Alpha lebih
44
besar dari standar minimal0,7, maka disimpulkan bahwa instrument yang digunakan adalah sangat reliabel. 3.6.3
Analisis Tingkat Kesukaran Soal Menurut Arikunto (2010:207-210) “Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu
mudah atau tidak terlalu sulit. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya, sedangkan soal yang terlalu sulit menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak bersemangat”. Menurut Sudjana (2008: 135) ada beberapa dasar pertimbangan dalam menentukan proporsi jumlah kategori mudah, sedang dan sukar. Pertimbangan pertama adalah adanya keseimbangan. Maksudnya ada keseimbangan untuk jumlah soal ketiga kategori tersebut. Sebagian besar soal berada pada kategori sedang. Missal tes objektif pilihan ganda sebanyak 60 pertanyaan. Dari ke-60 pertanyaan tersebut, soal kategori mudah sebanyak 20, kategori sedang 20, dan kategori sukar 20. Pertimbangan kedua proporsi jumlah soal untuk ketiga kategori tersebut didasarkan atas kurva normal. Perbandingan soal mudah-sedang-sukar bisa dibuat 3-4-3. Artinya 30% soal kategori mudah, 40% soal kategori sedang dan 30% soal kategori sukar. Perbandingan tingkat kesukaran sejenis dengan proporsi di atas adalah 3-5-2. Artinya 30% soal kategori mudah, 50% soal kategori sedang dan 20% soal kategori sukar. Untuk menentukan tingkat kesukaran soal menggunakan rumus sebagai berikut: = (Sudijono,2011:372) Keterangan: P = indeks kesukaran B = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar JS = jumlah seluruh siswa peserta tes
45
Kriteria yang digunakan adalah semakin kecil indeks yang diperoleh, makin sulit soal tersebut. Sebaliknya makin besar indeks yang diperoleh, makin mudah soal tersebut. Kriteria indeks kesukaran soal adalah sebagai berikut: Tabel 3.13 Indeks Kesukaran Soal No Indeks 1. < 0,30 2. 0,30 – 0,70 3. > 0,70 Sumber: Sudijono 2011:372
Interpretasi Sukar Cukup (sedang) Mudah
Berdasarkan indeks tingkat kesukaran item soal dengan menggunakan rumus di atas, maka diperoleh hasil perhitungannya sebagai berikut: Tabel 3.14 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Soal Siklus I No 1. 2. 3.
Indeks < 0,30 0,30 – 0,70 > 0,70
Interpretasi Sukar Cukup (sedang) Mudah
Nomor Item 6, 8 2, 3, 5, 7, 9, 10 1, 4 Total
Jumlah 2 6 2 10
Tabel 3.15 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Soal Siklus II No 1. 2. 3.
Indeks < 0,30 0,30 – 0,70 > 0,70
Interpretasi Sukar Cukup (sedang) Mudah
Nomor Item 11, 19 12, 13, 14, 16, 17, 18 15, 20 Total
Jumlah 2 6 2 10
3.7 Teknik Analisis Data Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan analisis deskriptif komparatif yaitu membandingkan nilai tes kondisi awal, nilai tes setelah siklus I dan nilai tes setelah siklus II. Sedangkan untuk data kualitatif menggunakan analisis diskriptif kualitatif berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa dan refleksi dari tiap-tiap siklus.
46
3.7.1
Data Kuantitatif Data kuantitatif dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa. Langkah pertama
dalam proses pengolahan hasil belajar adalah penskoran dari data mentah berdasarkan hasil belajar siswa. “Penskoran adalah proses pengubahan jawaban-jawaban soal tes menjadi angka-angka” (Sudijono, 2011:301). Angka-angka hasil penilaian tersebut selanjutnya diubah menjadi nilai-nilai untuk mengetahui gambaran yang jelas mengenai hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA. Cara pemberian skor terhadap tes hasil belajar pada umumnya disesuaikan dengan bentuk soal-soal yang dikeluarkan dalam tes tersebut. Pada penelitian ini peneliti menggunakan soal bentuk pilihan ganda. a. Penskoran soal bentuk pilihan ganda “Cara penskoran tes bentuk pilihan ganda ada tiga macam, yaitu: pertama penskoran tanpa ada koreksi jawaban, penskoran ada koreksi jawaban, dan penskoran dengan butir beda bobot” (Ainur Rofieq, 2002:6-3). Peneliti menggunakan teknik penskoran tanpa koreksi jawaban, yaitu penskoran dengan cara tiap butir soal yang dijawab benar mendapat nilai satu (tergantung dari bobot butir soal), sehingga jumlah skor yang diperoleh peserta didik adalah dengan menghitung banyaknya butir soal yang dijawab benar dengan menggunakan rumus: =
× 100 (Arifin, 2012:229)
Keterangan :
B = jumlah jawaban benar N = jumlah soal Skala = 0 - 100
b. Menghitung rata-rata hasil belajar menggunakan rumus: c. Menentukan batas minimal ketuntasan belajar 1) Ketuntasan Individual Untuk menentukan ketuntasan belajar siswa (individual) dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: =
(Trianto, 2011:241) Keterangan :
KB
= ketuntasan belajar
47
T
= jumlah skor yang diperoleh siswa
Tt
= jumlah skor total
Dalam penelitian ini setiap siswa dapat dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan Individu) jika proposal jawaban benar siswa ≥ 65. 2) Ketuntasan Klasikal Suatu kelas dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan klasikal) jika dalam kelas tersebut terdapat 80% atau 28 siswa telah tuntas atau ≥ 65. Hasil perhitungan baik ketuntasan individual maupun ketuntasan klasikal kemudian dikonsultasikan dengan kriteria ketuntasan belajar sebagai berikut: Tabel 3.16 Kriteria Ketuntasan Belajar Kriteria ketuntasan Individual ≥65 < 65 Sumber: Depdiknas: 2006 3.7.2
Kualifikasi Klasikal ≥ 65 < 65
Tuntas Tidak tuntas
Data Kualitatif Data kualitatif berupa data dan hasil observasi terhadap kinerja guru dan aktivitas
siswa dalam pembelajaran IPA yang dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif. a. Pengolahan data hasil observasi Pengolahan data observasi menggunakan skala penilaian lembar observasi dengan rentang nilai dalam bentuk angka 1-4 (1,2,3,4) untuk menilai keterlaksanaan kinerja maupun ketrampilan guru serta aktivitas siswa selama penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Petunjuk penilaian observasi dilakukan dengan memberikan tanda cek (√) pada kolom skala nilai dengan kriteria sebagai berikut: 4
= baik sekali
3 = baik 2 = cukup 1 = kurang Setelah itu skor yang diperoleh dapat dihitung dengan rumus:
48
Nilai =
(purwanto, 2013:207) Keterangan : Skala yang digunakan 0-100 (%) Setelah dinilai kemudian dikonversikan pada skala huruf (A-B-C-D-E) dengan skala 5 rentang 10. Konversi nilai dapat dilihat pada tabel 3.17 dibawah ini.
Tabel 3.17 Kriteria Konversi Nilai Hasil Observasi Kinerja Guru dan Aktivitas Siswa (%) 90% - 100% 80% - 89% 70% - 79% 60% - 69% >59%
Nilai Huruf A B C D TL
Bobot 4 3 2 1 0
Kualifikasi Sangat baik Baik Cukup Kurang Kurang (gagal)
sekali
Sumber: Arifin 2012: 236 Data hasil penilaian obserasi dan data aktivitas siswa hanya bersifat sebagai data pendukung yang mendasari peningkatan hasil belajar IPA siswa kelas 5 SDN Ngablak 5 Cluwak. 3.8 Indikator Keberhasilan Pada penelitian tidakan kelas ini dikatakan berhasil bila 80% atau 22 siswa dari 28 siswa berhasil memperoleh nilai ≥ 65, yakni skor standar ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan di awal tahun pelajaran 2013/2014.