BAB III METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah format metode penelitian dengan pendekatan kuantitatif yang terbagi atas dua bagian yaitu: metode penelitian, meliputi uraian dan jumlah variabel yang akan digunakan dalam penelitian; defenisi operasional, yang akan memberikan informasi tentang bagaimana cara dalam mengukur variabel; teknik pengumpulan data; daya diskriminasi dan reliabilitas alat ukur; serta penentuan populasi dan sampel. Sedangkan teknik analisis data, meliputi uji asumsi klasik dan pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis regersi berganda. Penjelasan secara lebih terperinci akan dibahas dalam bab ini. III.1. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini terdapat dua variabel bebas (independent variable) yang biasanya diberi notasi X. Variabel bebas tersebut adalah kecerdasan emosi (X1) dan pola asuh otoritatif (X2). Penelitian ini juga terdapat satu variabel terikat (dependent variable) yang biasanya diberi notasi Y, yaitu perilaku prososial. III.2
Definisi Operasional
III.2.1. Perilaku Prososial Caprara dkk., (2000) mendefinisikan perilaku prososial sebagai perilaku gotong-royong, ramah-tamah, menolong, percaya, berbagi, dan empatik terhadap orang lain. Perilaku prososial akan diukur menggunakan Prosocial Behaviour scale (PB) dari Caprara dan Pastorelli (1993), dengan aspek-aspek dari perilaku prososial diantaranya adalah altruism (altruism), kepercayaan (trust), ramah (agreeableness). 53
Penilaian skala ini, makin tinggi skor total yang diperoleh individu menunjukkan prososialnya makin tinggi, sedangkan makin rendah skor total yang diperoleh individu menunjukkan prososialnya makin lemah atau rendah. III.2.2. Kecerdasan Emosi Sullivan
(1999)
mendefinisikan
kecerdasan
emosi
adalah
kemampuan untuk memonitor perasaan dan emosi diri sendiri serta orang lain dengan menggunakan perasaan-perasaan itu untuk memandu pikiran dan tindakan seseorang. Alat ukur kecerdasan emosi dalam penelitian ini menggunakan Emotional Intelligence Scale for Children (EISC) dari Sullivan (1999), dengan aspek-aspek antara lain, persepsi emosi (perception emotion), memahami emosi (understanding emotions), dan mengelola emosi (managing emotions). Penilaian skala ini, semakin tinggi skor skala kecerdasan emosi yang diperoleh, maka menunjukkan semakin tinggi kecerdasan emosinya. Sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh, maka menunjukkan semakin rendah kecerdasan emosinya. III.2.3. Pola Asuh Otoritatif Robinson dkk., (1995) mendefenisikan orang tua otoritatif adalah orang tua yang dapat mengekspresikan kasih sayang, memberikan kenyamanan, memahami, membimbing anak dengan rasional, serta menghargai anak. Pola asuh otoritatif akan diukur menggunakan Parenting Practices Questionnaire (PPQ) dari Robinson dkk., (1995), dengan aspek-aspek dari pola asuh otoritatif diantaranya adalah memiliki kehangatan dan keterlibatan (warmth & involvement), memiliki nalar yang baik 54
(reasoning/induction),
berpartisipasi
demokratis
(democratic
participation), serta baik hati (natured/easy going). Penilaian skala pola asuh otoritatif orang tua yaitu makin tinggi skor total yang diperoleh individu menunjukkan pola asuh semakin otoritatif, sedangkan makin rendah skor total yang diperoleh individu menunjukkan pola asuhnya semakin tidak otoritatif. III.3. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling Populasi yang digunakan dalam penelitian ini yakni semua siswa yang berusia 9 – 11 tahun yang merupakan siswa-siswi pada SD Negeri 2 Passo Kecamatan Baguala di Kota Ambon. Alasan dipilih subjek penelitian siswa-siswi yang berusia 9 – 11 tahun adalah: 1. Siswa-siswi di SD Negeri 2 Passo Dengan alasan pertama adalah fenomena yang ditemui bahwa sangat berbeda drastis perilaku lebih spesifik perilaku prososial siswa setelah dan sesudah mengalami konflik sosial di Kota Ambon. Fenomena sekarang ini, bahwa sebagian siswa pada sekolah tersebut memiliki perilaku prososial yang rendah. Kedua, menarik diteliti karena sejak dini perlulah ditanamkan perilaku prososial dalam kehidupan seharihari untuk anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar. Ketiga, adanya kenalan (ibu) saya yang mengajar di sekolah tersebut. 2. Usia 9 – 11 tahun Pada usia ini anak sudah harus ditanamkan tingkah laku sosial yang bertanggung jawab. Selain itu pada usia ini anak sudah dapat membaca dan menulis secara baik. Sehingga mereka dapat mengerti setiap pernyataan-pertanyaan yang ada di dalam skala. Sampel adalah bagian dari populasi (sebagian atau wakil populasi yang diteliti). Bilamana jumlah populasinya kecil, maka semua anggota 55
populasi dapat digunakan sebagai sampel. Seperti pendapat Arikuntoro (2006) yang mengatakan bahwa jika anggota subjek dalam populasinya hanya meliputi 100 hingga 150 atau kurang dari 100, dan dalam pengumpulan menggunakan angket maka sebaiknya subjek sejumlah itu diambil seluruhnya. Hal ini disebut sebagai sampel jenuh. Adapun sampel yang digunakan dalam penelitian ini berupa sampel jenuh yaitu sebanyak 107 siswa. Sesuai data yang yang didapat dari tata usaha dan guru, siswa yang berusia 9 – 11 tahun pada SD Negeri 2 Passo per September 2014. Adapun ciri-ciri dari populasi penelitian ini dapat dikelompokan berdasarkan jenis kelamin, populasi dapat dibedakan sebagai berikut: Tabel 3.1 Populasi berdasarkan Jenis Kelamin NO. 1. 2.
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan TOTAL
Populasi 61 siswa 46 siswa 107 siswa
Tabel 3.2 Berdasarkan usia, populasi dibedakan sebagai berikut: NO. 1. 2. 3.
Usia 9 tahun 10 tahun 11 tahun TOTAL
Populasi 43 siswa 39 siswa 25 siswa 107 siswa
Alat ukur yang digunakan untuk mengumpulkan data dan informasi tentang kecerdasan emosi, pola asuh otoritatif dan perilaku prososial menggunakan skala psikologi, dengan alasan skala psikologi memiliki keunikan yang khas seperti: stimulusnya berupa pertanyaan atau pernyataan yang tidak langsung mengungkapkan indikator perilaku dari atribut yang bersangkutan, selalu berisi banyak aitem, dan respon partisipan tidak dikalsifikasikan dalam benar atau salah. Semua jawaban dapat diterima sepanjang diberikan secara jujur dan sungguh-sungguh. Ciri khas inilah 56
yang membedakan skala psikologi dari berbagai alat pengumpulan data lainnya seperti angket, daftar isian, dan inventori. Skala psikologi yang digunakan dalam penelitian ini, dikembangkan berdasarkan skala Likert dengan lima alternatif jawaban, yakni: Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Netral (N), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). III.4. Skala III.4.1. Skala Perilaku Prososial Perilaku
prososial
diukur
dengan
menggunakan
Prosocial
Behaviour scale (PB) dari Caprara dan Pastorelli (1993) dengan jumlah 15 aitem. Skala ini memiliki nilai alpha Cronbach sebesar 0,77. Skala ini pernah digunakan oleh Kanacri dkk., (2013) untuk mengukur perilaku prososial anak dengan nilai alpha Cronbach sebesar 0,71. Caprara dkk., (2000) dalam mengukur perilaku prososial anak juga memakai skala ini dengan nilai alpha Cronbach sebesar 0,78. Skala ini kemudian dimodifikasi oleh penulis dalam hal menambah beberapa item dalam tiap-tiap aspek. Item akan disusun melalui pernyataan favorable (pernyataan positif) dan unfavorable (pernyataan negatif). Penjabaran dari aspek perilaku prososial, indikator dan sebaran total item sebagai blue print alat ukur yang nantinya akan dipakai dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.3 di bawah ini:
57
Tabel 3.3 Blue Print Skala Perilaku Prososial NO. 1.
2.
3.
ASPEK Altruism (altruism)
INDIKATOR
Tidak egois terhadap orang lain Melakukan halhal sederhana untuk membantu Kepercayaan Dapat (trust) diandalkan Berperilaku jujur Baik hati Keramahan Berhati lembut (agreeableness) Selalu mengalah Jumlah Aitem TOTAL
AITEM Favorable Unfavorable 6, 12, 19 2
TOTAL 4
1, 3
13, 15
4
9, 18
5
3
10, 17
8
3
16 4 7, 20
14 11
1 2 3
7
20
13 20
Untuk proses try out, jumlah aitem diperbanyak menjadi menjadi 25 aitem. Penjabaran dari aspek perilaku prososial, indikator dan sebaran total aitem untuk try out alat ukur dapat dilihat pada Tabel 3.4.
58
Tabel 3.4 Sebaran Aitem Perilaku Prososial Untuk Try Out NO. 1.
ASPEK
INDIKATOR
Altruism (altruism)
AITEM Favorable Unfavorable 7, 16*, 24* 3
Tidak egois terhadap orang lain Melakukan hal1, 4, 9 17*, 19* hal sederhana untuk membantu 2. Kepercayaan Dapat 12, 23* 6 (trust) diandalkan Berperilaku 13, 21* 11 jujur Baik hati 15, 20*, 22* 8 3. Keramahan Berhati lembut 2, 5 18* (agreeableness) Selalu 10, 25* 14 mengalah 17 8 Jumlah Aitem 25 TOTAL Keterangan: tanda (*) adalah aitem yang ditambah
TOTAL 4
5
3 3 4 3 3 25
III.4.2. Skala Kecerdasan Emosi Kecerdasan emosi diukur dengan Emotional Intelligence Scale for Children (EISC) dari Sullivian (1999) dengan jumlah 40 aitem. Skala ini memiliki nilai alpha Cronbach yang cukup, sub-skala wajah (α = 0,56), music (α = 0,39), subskala cerita (α = 0,52), skala memahami emosi (α = 0,57), dan skala mengelola emosi (α = 0,66). Jika dilihat maka skala ini cukup handal untuk digunakan dalam mengukur kecerdasan emosi anak. Skala ini pernah digunakan oleh Ulutas dan Ömeroglu (2007) untuk mengukur kecerdasan emosi anak dengan memiliki validitas yang memadai (a = 0,68-0,90) dan kehandalan (0,97-0,99). Skala kecerdasan emosi untuk anak-anak dari Sullivan (1999) didasarkan pada kemampuan kecerdasan emosi seperti mengenali, memahami, dan mengelola emosi. Aspek mengenali emosi terdiri dari 59
wajah, lagu, dan cerita. Terdapat sembilan aitem yang menggunakan gambar wajah pada bagian faces (wajah), empat aitem menggunakan lirik lagu pada bagian music (musik), dan lima item tentang situasi tertentu seperti guntur atau kematian hewan pada bagian stories (cerita). lima item dalam bagian memahami emosi dan tiga item dalam bagian mengelola emosi. Peneliti membaca masing-masing item untuk anak dan kemudian bertanya pertanyaan tentang hal itu. Masing-masing anak diperlukan untuk menanggapi pertanyaan peneliti dengan “sanggat setuju”, “setuju”, “netral”, “tidak setuju" dan "sangat tidak setuju". Skala ini kemudian dimodifikasi oleh penulis agar dapat dipakai oleh subjek penelitian. Item akan disusun melalui pernyataan favorable (pernyataan positif) dan unfavorable (pernyataan negatif). Penjabaran dari aspek kecerdasan emosi, indikator dan sebaran total item sebagai blue print alat ukur yang nantinya akan dipakai dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.5 di bawah ini.
60
Tabel 3.5 Blue Print Kecerdasan Emosi NO.
1.
2.
3.
ASPEK
INDIKATOR
NO AITEM
TOTAL
Favorable
Ufavorable
Wajah (Face)
1, 2, 3, 4, 5
6, 7, 8, 9
9
Musik (Music)
10, 11
12, 13
4
Cerita (Story)
15, 16, 17
14, 18
5
Kemampuan memahami emosi diri dan orang lain
20, 21, 22
19, 23
5
Kemampuan mengelola emosi diri dan orang lain
24, 25
26
3
15
11
26
Persepsi Emosional (Emotional Peception)
Memahami Emosional (Understanding Emotions) Mengelola Emosi (Managing Emotions)
Kemampuan mengenali emosi diri dan orang lain
Jumlah Aitem TOTAL
26
Seluruh aitem asli dari Sullivan (1999) yang telah dimodifikasi oleh penulis digunakan dalam proses try out. Penjabaran dari aspek kecerdasan emosi, indikator dan sebaran total aitem untuk try out alat ukur dapat dilihat pada Tabel 3.6.
61
Tabel 3.6 Sebaran Aitem Kecerdasan Emosi Untuk Try Out NO.
1.
2.
3.
ASPEK
INDIKATOR
NO AITEM
TOTAL
Favorable
Ufavorable
Wajah (Face)
1, 2, 3, 4, 5
6, 7, 8, 9, 10
10
Musik (Music)
11, 12, 13
14, 15, 16
6
Cerita (Story)
18, 20, 21
17, 19, 22
6
Kemampuan memahami emosi diri dan orang lain
24, 25, 26, 28, 30, 31, 32
23, 27, 29, 33, 34
12
Kemampuan mengelola emosi diri dan orang lain
35, 36, 39, 40
37, 38
6
22
18
40
Persepsi Emosional (Emotional Peception)
Memahami Emosional (Understanding Emotions) Mengelola Emosi (Managing Emotions)
Kemampuan mengenali emosi diri dan orang lain
Jumlah Aitem TOTAL
40
III.4.3. Skala Pola Asuh Otoritatif Pola asuh otoritatif diukur dengan menggunakan Parenting Practices Questionnaire (PPQ) dari Robinson dkk., (1995) dengan jumlah 27 aitem. Skala ini mempunyai tingkat keandalan yang cukup, dapat dilihat dari nilai alpha Cronbach sebesar 0,91. Gogolinski (2012) menggunakan skala ini juga untuk mengukur pola asuh orang tua terhadap anak dengan alpha Cronbach sebesar 0,90. Skala ini kemudian dimodifikasi oleh penulis dengan bahasa yang sederhana agar dapat dimengerti oleh anak-anak. Item pernyataan akan disusun dalam pernyataan favorable (pernyataan positif) dan unfavorable (pernyataan negatif).
62
Penjabaran dari aspek pola asuh otoritatif, indikator dan sebaran total item sebagai blue print alat ukur yang nantinya akan dipakai dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.7 di bawah ini. Tabel 3.7 Blue Print Pola Asuh Otoritatif NO.
ASPEK
INDIKATOR
NO AITEM Favorable
1.
2.
3.
4.
Kehangatan & Keterlibatan (Warmth & Involvement) Penuh Pertimbangan (Reasoning/Indu ction)
Partisipasi Demokrasi (Democratic Participation) Baik Hati (Good Natured/Easy Going)
TOTAL
Unfavorable
Memberikan kasih sayang Peduli dengan keadaan anak Mempunyai banyak waktu dengan anak
4, 5, 8
9, 10
2
Berpikir kritis dan kreatif Argumentasi yang tepat Memprioritaskan anak Mempertimbangkan dan mendorong anak dalam mengekspresikan diri Memiliki karateristik lembut, sabar, humoris, dan saling menghormati
11, 14, 15
3
Jumlah Aitem TOTAL
3
2, 6, 7
1, 3
13 16, 17 18
12
19, 20
5
2 2 1
2
16
4
20
20
Seluruh aitem asli dari Robinson dkk., (1995) yang telah dimodifikasi oleh penulis digunakan dalam proses try out. Penjabaran dari aspek pola asuh otoritatif, indikator dan sebaran total aitem untuk proses try out alat ukur dapat dilihat pada Tabel 3.8.
63
Tabel 3.8 Sebaran Aitem Pola Asuh Otoritatif Untuk Try Out NO
1.
2.
3.
4.
ASPEK
INDIKATOR
Kehangatan & Keterlibatan (Warmth & Involvement) Penuh Pertimbangan (Reasoning/Indu ction)
Partisipasi Demokrasi (Democratic Participation) Baik Hati (Good Natured/Easy Going)
NO AITEM
TOTAL
Favorable
Unfavorable
Memberikan kasih sayang Peduli dengan keadaan anak Mempunyai banyak waktu dengan anak
4, 5, 8
9
3
2, 6, 7
1, 3
2
Berpikir kritis dan kreatif Argumentasi yang tepat Memprioritaskan anak Mempertimbangkan dan mendorong anak dalam mengekspresikan diri Memiliki karateristik lembut, sabar, humoris, dan saling menghormati
12, 15, 16
17
4
14, 18 19, 20 21, 23
13 22
3 2 3
24, 25, 26
27
4
20
7
27
Jumlah Aitem TOTAL
10, 11
2
27
III.5. Jenis Data dan Prosedur Pengumpulan Data Jenis data yang digunakan adalah data primer yang didapat dari penyebaran angket pernyataan yang didalamnya berisi skala-skala psikologi, dengan cara semua subjek penelitian dikumpulkan di dalam kelas masing-masing kemudian dibagikan skala psikologi dan data sekunder yang didapati dari bagian tata usaha serta guru dijadikan objek penelitian. III.6. Penskalaan Hal yang tidak dapat dipisahkan dengan pengukuran adalah metode penskalaan, merupakan proses penentuan letak stimulus atau letak kategori respon tertentu pada suatu kontinum psikologis (Azwar, 2013). Metode
64
penskalaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Likert. Pemberian skor untuk Sangat Setuju adalah 5; Setuju adalah 4; adalah Netral 3; Tidak Setuju adalah 2; Sangat Tidak Setuju adalah 1. III.7. Daya Diskriminasi dan Reliabilitas Alat Ukur III.7.1. Daya Diskriminasi Penelitian ini menggunakan skala psikologi untuk mengumpulkan data primer, oleh karena itu untuk menghasilkan item yang tepat dan reliabel atau handal, maka kuesioner harus diuji terlebih dahulu. Untuk mengetahui apakah skala mampu menghasilan data yang akurat sesuai dengan tujuan ukurnya, diperlukan suatu proses pengujian validitas atau validasi (Azwar, 2013), dalam hal ini daya diskriminasi. Pengujian item dilakukan dengan mengukur daya beda atau daya diskriminasikan yang mengukur sejauh mana item mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki atribut yang diukur (Azwar, 2013). Pengujian daya diskriminasi item dilakukan dengan cara menghitung koefisien korelasi antara distribusi skor item dengan distribusi skor skala itu sendiri yang akan menghasilkan koefisien korelasi item-total (rix). Untuk mengujinya akan dilihat hasil dari corrected item-total correlation dengan bantuan program SPSS for windows versi 16.0. Menurut Azwar (2013) semua item yang mencapai corrected item-total correlation 0,30 daya bedanya dianggap memuaskan sehingga item dengan corrected item-total correlation < 0,30 dinyatakan gugur. III.7.2. Reliabilitas Reliabilitas meruapakan penerjemahan dari kata reliability yang mempunyai mempunyai asal kata rely dan ability. Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi disebut sebagai pengukuran yang reliabel. Walaupun
reliabilitas
mempunyai
berbagai
nama
lain
seperti 65
keterpercayaan, keterandalan, keajengan, kestabilan, dan konsistensi, namun ide pokok yang terkandung dalam konsep reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya (Azwar, 2013). Reliabilitas dalam penelitian ini akan diuji menggunakan teknik realiabilitas alpha Cronbach, dan angka yang dihasilkan dalam pengujian ini berupa koefisien realiabilitas, dihitung dengan SPSS 16.00 for windows release. Kategori tingkatan reliabilitas dengan koefisien alpha yang dikutip dari Sugiyono (2005) dan akan menjadi pedoman penelitian ini sebagai berikut: Tabel 3.9 Pedoman Penilaian Reliabilitas Alpha
Kriteria
0.00 – 0.199
Sangat Rendah
0.20 – 0.399
Rendah
0.40 – 0.599
Sedang
0.60 – 0.799
Kuat
0.80 – 1.000
Sangat Kuat
III.8. Uji Asumsi Klasik Pengujian asumsi klasik dilakukan agar mendapatkan model regresi yang baik dan benar-benar mampu memberikan estimasi yang handal dan tidak bias sesuai dengan kaidah Best Linear Unbiased Estimator (BLUE). Uji asumsi klasik terdiri dari uji normalitas, uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas, uji linearitas. III.8.1. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi, kedua variabel (bebas maupun terikat) mempunyai distribusi
66
normal atau setidaknya mendekati normal (Ghozali, 2009). Senada dengan itu, menurut Arikuntoro (2006) uji normalitas dilakukan untuk mengetahui bahwa data itu berdistribusi normal, selain itu dari hasil pengujiam normalitas juga dapat menunjukkan bahwa sampel yang diambil berdistribusi normal atau hampir berdostribusi normal. Dalam penelitian ini pengujian normalitas dilakukan dengan melihat gambar grafik normal Histogram dan P-P Plot. Normalitas juga dilihat melalui uji model regresi dan Kolmogrov-Smirnov untuk melihat apakah residual terdistribusi normal atau tidak. Residual berdistribusi normal jika nilai signifikansi lebih dari 0,05. (Santoso, 2010). III.8.2. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas adalah untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Apabila
terjadi
korelasi,
maka
dinamakan
terdapat
problem
multikolinearitas. Pengujian akan dilakukan dengan melihat nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Multikolinearitas terjadi jika nilai tolerance ≤ 0,10 dan VIF ≥ 10 (Ghozali, 2009). III.8.3. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas adalah untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika varians berbeda disebut heteroskedstisitas. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2009). Dengan kata lain, dapat dikatakan uji ini dilakukan untuk melihat hasil grafik scatterplot, hasil perhitungan menyebar di atas dan di bawah
67
angka 0 pada sumbu Y serta tidak membentuk pola yang jelas atau tertentu, maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Santoso, 2000). III.8.4. Uji Linearitas Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui linearitas hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dan untuk mengetahui signifikansi penyimpangan dari linearitas hubungan tersebut. Jika signifikan penyimpangan (p > 0,05), dan signifikansi linearitas (p < 0,05), maka hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat adalah linear (Hadi, 2000). III.9. Uji Hipotesis Untuk menguji hipotesis penelitian, teknik analis data yang digunakan adalah analisis regresi berganda. Analisis ini bermaksud untuk meramalkan bagaimana keadaan variabel terikat, bila dua atau lebih variabel bebas dimanipulasi (Sugiyono, 2005). Analisis regresi berganda dilakukan bila jumlah variabel independennya minimal dua. Analisis ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel bebas yaitu: kecerdasan emosi (X1), pola asuh autoritatif (X2), terhadap variabel terikatnya yaitu perilaku prososial (Y). III.9.1. Teknik Analisis ANOVA Satu Arah (One Way ANOVA) Analysis of variance (ANOVA) merupakan metode untuk menguji hubungan antar satu variabel terikat (skala metrik) dengan satu atau lebih variabel bebas (skala nonmetrik atau kategorikal). Anova dua arah digunakan untuk data yang memiliki satu variabel dependen (terikat) dan dua variabel independen (bebas) (Ghozali, 2009). One Way ANOVA adalah analisis yang digunakan untuk menguji perbandingan rata-rata antara beberapa kelompok data. Pada analisis ini 68
terdapat satu variabel terikat dengan tipe data kuantitatif dengan variabel bebas sebagai pembanding (Ghozali, 2009).
69