BAB III METODE PENELITIAN
3.1
Desain Penelitian
3.1.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian asosiatif. Penelitian asosiatif ini dapat mengetahui hubungan antara variabel dan bagaimana tingkat ketergantungan antara variabel independent dengan variabel dependent, Sugiyono (2008:7-11).
Dalam
penelitian
ini untuk
mengetahui hubungan
antara
Kepemimpinan Situasional, Pelatihan terhadap Kepuasan Kerja Karyawan dan dampaknya pada Kinerja Karyawan dengan melakukan survey. Unit analisis yang dituju adalah individu. Serta Time horizon yang digunakan adalah Cross-sectional, yaitu sebuah studi yang dapat dilakukan dengan data yang hanya sekali dikumpulkan mungkin selama periode harian, mingguan, atau bulanan dalam rangka menjawab penelitian, Sekaran (2007:177). Desain dari penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut : Tabel 3.1 Desain Penelitian Desain Penelitian Tujuan Penelitian
T-1
Jenis Penelitian
Metode Penelitian
Unit Analisis
Asosiatif
Survey
Individu - Karyawan PT.Cox and Tihaya Indonesia
Cross Sectional
Asosiatif
Survey
Individu - Karyawan PT.Cox and Tihaya Indonesia
Cross Sectional
T-2
Sumber : Penulis, (2012)
43
Time Horizon
44
Keterangan : T-1: Untuk mengetahui besarnya pengaruh kepemimpinan situasional dan pelatihan baik secara parsial dan simultan terhadap kepuasan kerja karyawan pada PT Cox and Tihaya Indonesia. T-2: Untuk mengetahui besarnya pengaruh kepemimpinan situasional, pelatihan, dan kepuasan kerja karyawan baik secara parsial dan simultan terhadap kinerja karyawan pada PT Cox and Tihaya Indonesia.
3.2
Operasionalisasi Variabel Penelitian Menurut Riduwan dan Kuncoro (2008:11), operasionalisasi variabel
merupakan penjelasan dari teori variabel, sehingga dapat diamati dan diukur dengan menentukan hal-hal yang diperlukan untuk mencapai tujuan tertentu. Variabel adalah karateristik yang dapat diamati dari sesuatu (objek), dan mampu memberikan macam-macam nilai atau beberapa kategori. Ada 4 variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu variabel bebas Kepemimpinan Situasional (X1) dan Pelatihan (X2), variabel intervening Kepuasan Kerja Karyawan (Y), dan variabel terikat Kinerja Karyawan (Z). Skala pengukuran yang dipakai dalam penelitian ini adalah skala ordinal yang kemudian di transformasikan menjadi skala interval. Hal ini dikarenakan peneliti mengumpulkan data dengan menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner yang memiliki alternatif jawaban dalam skala ordinal, padahal peneliti
45
akan menganalisis data dengan statistik parametik. Akibatnya, data dengan skala ordinal tersebut harus ditransfer menjadi skala interval. Skala interval adalah skala yang menunjukkan jarak antara satu data dengan data yang lain dan mempunyai bobot yang sama, Riduwan dan Kuncoro (2008:18). Sedangkan skala ordinal adalah skala yang menyatakan kategori sekaligus peringkat, dimana peringkat tersebut menunjukkan suatu urutan penilaian, Sarjono dan Julianita ( 2011:3). Menurut
Moeheriono
(2012:34-35)
dalam
menentukan
indikator,
terkadang bisa berbeda-beda tergantung jenis organisasinya. Biasanya dalam praktik, penentuan jumlah indikator tidak selalu pasti berapa jumlahnya. Keberhasilan pencapaian tujuan suatu program kegiatan yang kemungkinan mempunyai lebih dari satu indikator, yaitu tiga, empat atau lima indikator. Berikut akan diuraikan dimensi dan indikator dari masing-masing variabel, beserta, skala, dan model pengukuran dari keempat variabel yang ada:
46
Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel Penelitian
Variabel
Kepemimpinan Situasional
Konsep Variabel
Menurut teori situasional, seorang pemimpin dapat menggunakan satu dari empat gaya kepemimpinan, berdasarkan gabungan perilaku hubungan (perhatian terhadap manusia) dan tugas (perhatian terhadap produksi). Gaya yang sesuai bergantung kepada tingkat kesiapan pengikut (Daft,2010:340)
Dimensi
1.Telling
Indikator
• •
2.Selling
• •
3.Participating
• •
4.Delegating
• •
Memberikan instruksi secara spesifik Mengontrol secara ketat
Mengklarifikasi tugas Menjelaskan keputusan yang dibutuhkan
Berbagi ide terhadap karyawan Memfasilitasi pengambilan keputusan karyawan
Melimpahkan pengambilan keputusan Melimpahkan tugas
Skala
Model Skala
Pengukuran
Pengukuran
Ordinal – Interval
Skala Likert
47
Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel Penelitian (Lanjutan)
Variabel
Pelatihan
Konsep Variabel Pelatihan adalah sebuah proses dimana memberikan karyawan pengetahuan, dan
Dimensi
1.Pengetahuan yang spesifik tentang alat,fasilitas dan pelayanan
keterampilan yang
Indikator • • •
spesifik dan dapat di
Pengetahuan dalam menggunakan alat Pengetahuan dalam menggunakan fasilitas Pengetahuan dalam sikap melayani pelanggan
identifikasi untuk digunakan dalam pekerjaan mereka saat ini. Mathis, Jackson (2006:301)
2.Keterampilan yang spesifik dalam menyajikan dan menghasilkan produk
•
•
Keterampilan dalam mengolah produk makanan dan minuman Keterampilan dalam penyajian produk makanan dan minuman
Skala
Model Skala
pengukuran
Pengukuran
OrdinalInterval
Skala Likert
48
Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel Penelitian (Lanjutan)
Variabel Penelitian
Konsep Variabel
Kepuasan
Kepuasan kerja adalah
Kerja Karyawan
hasil dari persepsi karyawan mengenai
Dimensi
1.Pekerjaan itu sendiri(work it self)
Indikator
• • •
seberapa baik
Tugas yang penting Pekerjaan itu sesuai dengan keahlian Pekerjaan itu sesuai dengan tanggung jawab
pekerjaan mereka memberikan hal yang dinilai penting,
2.Rekan kerja (co-worker)
(Luthans, 2006:243). 3.Atasan (supervisor)
• • • • •
4.Gaji (pay)
• • •
5.Kesempatan Promosi (Promotion opportunity
6.Kondisi Kerja (Working condition)
• •
•
•
Rekan kerja sebagai pendorong motivasi Interaksi dengan rekan kerja Atasan memberi pekerjaan yang menantang Atasan sebagai pemotivasi karyawan Atasan sebagai pengarah karyawan Gaji sesuai dengan standar perusahaan Gaji Sesuai tuntutan pekerjaan Bonus sesuai dengan hasil pekerjaan
Kesempatan promosi secara adil kesempatan promosi sesuai prestasi karyawan
Kondisi lingkungan kerja Fasilitas kantor yang memadai
Skala Pengukuran
Model Skala Pengukuran
OrdinalInterval
Skala Likert
49
Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel Penelitian (Lanjutan)
Variabel Kinerja Karyawan
Konsep Variabel Kinerja karyawan adalah apa yang
Dimensi
Indikator
1.Kuantitas dari hasil
•
Jumlah pekerjaan yang harus diselesaikan
2.Kualitas dari hasil
•
Pekerjaan yang memenuhi standar Tidak ada kesalahan Mutu pekerjaan yang dihasilkan
dilakukan atau tidak dilakukan oleh karyawan, (Mathis dan
•
Jackson, 2006:378). •
3.Ketepatan waktu
Sumber : Penulis, 2012
• •
Menunda Pekerjaan Tepat Waktu
4.Kehadiran
• •
Hadir tepat waktu Absensi
5.Kemampuan bekerja sama
•
Kerja tim yang baik Saling membantu
•
Skala pengukuran OrdinalInterval
Model Skala Pengukuran Skala Likert
50
3.3
Jenis dan Sumber Data Penelitian
3.3.1 Jenis Data Jenis data yang digunakan adalah data kualitatif yang nantinya akan diubah menjadi data kuantitatif melalui software SPSS versi 17.0 Tabel 3.3 Jenis Data dan Sumber Data Penelitian Tujuan
T–1
T–2
Jenis Data
Kepemimpinan Situasional, Pelatihan dan Kepuasan Kerja Karyawan Kepemimpinan Situasional, Pelatihan, Kepuasan Kerja Karyawan dan Kinerja karyawan
Sumber Data
Jenis Data
Data Primer – Kuesioner
KualitatifKuantitatif
Data Primer – Kuesioner
KualitatifKuantitatif
Sumber : Penulis, 2012
3.4
Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam keseluruhan penelitian
ini adalah sebagai berikut: 1) Studi Kepustakaan Studi kepustakaan merupakan penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data, mencatat, mempelajari text book dan buku-buku pelengkap atau referensi, seperti: jurnal, dan guide book perusahaan, serta sumber data lainnya seperti fasilitas internet yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti. Studi kepustakaan dilakukan untuk memperoleh informasi-informasi yang berkaitan dengan penelitian ini
51
sebagai landasan teori yang kuat sebagai suatu hasil ilmiah. 2) Studi Lapangan Studi lapangan bertujuan untuk memperoleh data primer atau data utama dari responden atau perusahaan yang menjadi objek penelitian. Penelitian lapangan yang dilakukan adalah sebagai berikut: -
Wawancara (Interview) Penulis melakukan tanya jawab dengan pihak perusahaan mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas. Sifat wawancara yang dilakukan adalah wawancara secara langsung dengan Direktur Utama, Finance Director dan Head Operational Manager PT Cox and Tihaya Indonesia.
-
Pengisian Kuesioner Merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara menyebarkan daftar pertanyaan kepada para karyawan dan pimpinan di PT Cox and Tihaya Indonesia.
3.5
Populasi Menurut Riduwan dan Kuncoro (2008:37), populasi adalah keseluruhan
dari karakteristik atau unit pengukuran yang menjadi objek penelitian atau populasi merupakan obyek atau subyek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian.
52
Arikunto (2004:117), menyatakan bahwa sampel adalah bagian dari populasi. Sampel penelitian ini adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat diwakili seluruh populasi. Berkaitan pada teknik pengambilan sampel, Arikunto (2004:120) mengemukakan apabila subjek kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua. Memperhatikan pernyataan tersebut, karena subjek yang akan dilakukan penelitian hanya 106 orang maka penelitian ini tidak menggunakan pengambilan sampel tetapi merupakan penelitian populasi.
3.6
Metode Analisis Metode analisis data yang digunakan untuk melakukan penelitian ini
adalah deskriptif analisis dimana data yang diperoleh akan diolah dengan menggunakan SPSS (Statistikal Product and Service Solution) versi 17.0. Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Analisis ini akan digunakan dalam menguji besarnya kontribusi yang ditunjukkan oleh koefisien jalur pada setiap diagram jalur dari hubungan kausal antar variabel X1 dan X2 terhadap Y dan dampaknya terhadap Z. Untuk mengetahui derajat variabel kepemimpinan situasional (X1) dan pelatihan (X2) terhadap kepuasan kerja karyawan (Y) dan dampaknya terhadap kinerja karyawan (Z) dilakukan penyebaran kuesioner yang bersifat tertutup dan analisis digunakan
53
teknik korelasi yang merupakan dasar dari perhitungan koefisien jalur. Teknik analisis yang dipakai adalah korelasi pearson dengan path analysis. •
Langkah-langkah analisis secara garis besar sebagai berikut : Dalam penelitian ini ada banyak metode analisis yang digunakan. Analisis diawali pada instrumen penelitian, yaitu kuesioner dengan melakukan uji validitas dan realibilitas, setelah itu dilanjutkan dengan uji normalitas data. Kemudian pengolahan data dilanjutkan dengan mentransformasikan data ordinal menjadi interval. Kemudian dari hasil kuesioner tersebut didapatkan data yang akan dianalisis lebih lanjut untuk menjawab tujuantujuan penelitian, yaitu dengan analisis korelasi pearson dan path analysis. Dalam pelaksanaannya, pengolahan data dilakukan dengan bantuan komputer dengan program SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 17.0. setelah data dikumpulkan, maka dilakukan analisis dengan menggunakan : Tabel 3.4 Metode Analisis Data Metode Analisis Tujuan penelitian
T–1
Jenis Penelitian
Teknik Analisis
Asosiatif
Korelasi Pearson dan Path analysis
T–2
Asosiatif
Korelasi pearson dan Path analysis
Sumber : Penulis 2012
54
3.6.1 Skala Likert Menurut Riduwan dan Kuncoro (2008:20), skala likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial, dimana dalam penelitian gejala sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai
variabel
penelitian.
Untuk
mengukur
pernyataan
mengenai
Kepemimpinan Situasional (X₁), Pelatihan (X₂), Kepuasan Kerja Karyawan (Y) dan Kinerja Karyawan (Z), maka setiap jawaban diberi nilai (skor). Dimana dalam pemberian nilai digunakan skala likert, nilai (skor) jawaban, sebagai berikut: Tabel 3.5 Skala Likert Skor
Penilaian
5
Sangat Setuju
4
Setuju
3
Ragu-Ragu
2
Tidak Setuju
1
Sangat Tidak Setuju
Sumber : Riduwan dan Kuncoro (2008:20)
Berdasarkan kategori-kategori tersebut dapat diketahui bobot nilai tertinggi adalah 5 dan bobot nilai terendah adalah 1. Kuesioner ini disebarkan dengan tujuan untuk mengetahui pendapat mengenai Kepemimpinan Situasional, Pelatihan, Kepuasan Kerja Karyawan dan Kinerja Karyawan dari PT Cox and Tihaya Indonesia.
55
3.6.2 Uji Validitas dan Reliabilitas Menurut Sekaran (Sarjono dan Julianita, 2011:35), validitas adalah bukti bahwa instrumen, teknik, atau proses yang digunakan untuk mengukur sebuah konsep yang dimaksudkan. Uji validitas bertujuan untuk mengukur valid tidaknya suatu item pernyataan, sedangkan uji reliabilitas bertujuan untuk mengukur konsisten tidaknya jawaban seseorang terhadap item-item pernyataan di dalam sebuah kuesioner. Uji validitas ini dapat dilakukan dengan menghitung korelasi antara masing-masing pernyataan dengan skor total memakai rumus korelasi product moment. Rumusnya adalah sebagai berikut:
Keterangan: r = Koefisien korelasi X = skor item X Y = skor item Y N = banyaknya sampel dalam penelitian Uji validitas ini dapat dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.0 Langkah-langkah operasional pengujian validitas adalah sebagai berikut: •
Mencari definisi dan rumusan tentang konsep penelitian yang diukur dari literatur yang ditulis para ahli.
56
•
Melakukan uji coba pengukur tersebut pada sejumlah responden. Sangat disarankan agar jumlah responden untuk diuji coba minimal 30 orang. Dengan jumlah minimal 30 orang ini, distributor skor (nilai) akan lebih mendekati kurva normal.
•
Menentukan nilai r tabel dari tabel r, untuk df (degree of freedom) = jumlah responden – 2 atau, dalam penelitian ini df = 106 – 2 = 104. Dan tingkat kesalahan dalam penelitian ini sebesar 5%.
•
Mencari r hitung untuk tiap item (variabel) dapat dilihat pada kolom corrected item-total correlation.
Dasar pengambilan keputusan uji validitas adalah : •
Jika r hitung positif, serta r hitung ≥ r tabel, maka butir atau variabel tersebut valid
•
Jika r hitung positif, serta r hitung < r tabel, maka butir atau variabel tersebut tidak valid
•
Jika r
hitung
≥ r
tabel,
tapi bertanda negatif, maka butir atau
variabel tersebut tidak valid Menurut Sekaran (Sarjono dan Julianita,2011:35), menyatakan bahwa keandalan (reliability) suatu pengukuran tersebut dilakukan tanpa bias (bebas kesalahan-error free). Oleh karena itu, menjamin pengukuran tersebut dilakukan yang konsisten lintas waktu dan lintas beragam item dalam instrumen perlu dilakukan. Berikut cara melakukan uji validitas dan uji reliabilitas dengan program SPSS.
57
Dalam penelitian ini, teknik uji reliabilitas yang digunakan adalah Cronbach’s Alpha (α) yang merupakan rata-rata dari semua koefisien belah dua yang dihasilkan dari beberapa cara membelah skala item-item. Koefisienkoefisien tersebut bervariasi dari 0 sampai 1. Nilai sebesar 0,60 atau kurang menyatakan bahwa konsistensi internal reliabilitas tidak memuaskan. Rumus Cronbach’s Alpha (α) dapat digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya merupakan rentangan antara beberapa nilai atau berbentuk skala. Rumusnya adalah sebagai berikut:
Keterangan : r11
= realibilitas instrument
K
= banyak butir pertanyaan
σt²
= varians total
Σσb² = jumlah varians butir Uji reliabilitas memiliki dasar pengambilan keputusan sebagai berikut : •
Jika r alpha (Cronbach’s Alpha) positif dan r alpHa ≥ 0,60, maka butir atau variabel tersebut reliabel
•
Jika r alpha (Cronbach’s Alpha) positif dan r alpha < 0,60, maka butir atau variabel tersebut tidak reliabel
•
Jika r alpha ≥ 0,60 tapi bertanda negatif, maka butir atau variabel tersebut tidak reliabel
58
3.6.3 Uji Normalitas Data Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal. Uji normalitas untuk tiap variabel dilakukan dengan melihat titik sebaran data pada gambar grafik Q-Q plot. Data – data dari variabel dapat dikatakan normal, jika sebaran data berada pada garis lurus sebaran titik plot. Menurut Sarjono dan Julianita (2011:64) menyatakan dalam uji normalitas bahwa jika peneliti memiliki responden diatas >50, maka Sig. KolmogorovSmirnov yang dibandingkan dengan Alpha, sedangkan jika peneliti memiliki responden dibawah <50, maka Sig. Shapiro-Wilk yang dibandingkan dengan Alpha untuk menguji normiltas dari data yang diperoleh peneliti. Dasar pengambilan keputusan pada uji normalitas ini adalah sebagai berikut : •
Jika angka signifikansi Uji Kolmogrov-Smirnov Sig ≥ 0,05 maka data berdistribusi normal.
•
Jika angka signifikansi Uji Kolmogrov-Smirnov Sig < 0,05 maka data berdistribusi tidak normal. Angka Sig. atau signifikansi dapat diperoleh dengan perhitungan test of
normality atau plot melalui alat bantu SPSS dengan tingkat kepercayaan 95% atau tingkat kesalahan 5%. Selain itu, pada gambar Q-Q Plot terlihat ada garis lurus dari kiri ke kanan atas. Garis itu berasal dari nilai z. jika berdistribusi data normal, maka data akan tersebar di sekeliling garis.
59
3.6.4 Transformasi Data Menurut Riduwan dan Kuncoro (2008:30), mentransformasi data ordinal menjadi data interval gunanya untuk memenuhi sebagian dari syarat analisis parametrik yang mana data setidak-tidaknya berskala interval. Teknik transformasi yang paling sederhana dengan menggunakan MSI (Method of Successive Interval). Langkah-langkah transformasi data ordinal ke data interval : a. Pertama perhatikan setiap butir jawaban responden dari angket yang disebarkan; b. Pada setiap butir ditentukan berapa orang yang mendapat skor 1, 2, 3, 4, dan 5 yang disebut sebagai frekuensi; c. Setiap frekuensi dibagi dengan banyaknya responden dan hasilnya disebut proporsi; d. Tentukan nilai proporsi kumulatif dengan jalan menjumlahkan nilai proporsi secara berurutan perkolom skor; e. Gunakan Tabel Distribusi Normal, hitung nilai Z untuk setiap proporsi kumulatif yang diperoleh; f. Tentukan nilai tinggi densitas untuk setiap nilai Z yang diperoleh (dengan menggunakan tabel Tinggi Densitas); g. Tentukan nilai skala dengan menggunakan rumus:
h. Tentukan nilai transformasi dengan rumus:
60
3.6.5 Analisis Korelasi Sederhana (Pearson Correlation) Berdasarkan pendapat Riduwan dan Kuncoro (2008:61), Korelasi Pearson Product Moment (PPM) digunakan untuk mengetahui derajat hubungan antara variabel bebas (independent) dengan variabel terikat (dependent) Rumus yang digunakan Korelasi PPM (sederhana):
Korelasi PPM dilambangkan dengan (r) dengan ketentuan nilai r tidak lebih dari harga (-1≤ r ≤ +1). Apabila nilai r = -1 artinya korelasinya negatif sempurna: r = 0 artinya tidak ada korelasi: dan r = 1 berarti korelasinya sangan kuat. Berdasarkan pendapat Riduwan dan Kuncoro (2008:62), arti harga r akan dikonsultasikan dengan tabel nilai interpretasi r sebagai berikut: Tabel 3.6 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r Interval Koefisien
Tingkat Hubungan
0,80 – 1,000
Sangat Kuat
0,60 – 0,799
Kuat
0,40 – 0599
Cukup Kuat
0,20 – 0,399
Rendah
0,00 – 0,199
Sangat Rendah
Sumber : Riduwan dan Kuncoro (2008:62)
61
Besar kecilnya sumbangan variabel X terhadap Y ditentukan dengan rumus koefisien determinan sebagai berikut: KP = r² x 100%
Dimana : KP = nilai koefisien determinan R = nilai koefisien korelasi Berdasarkan pendapat Riduwan dan Kuncoro (2008:62), pengujian signifikansi yang berfungsi apabila peneliti ingin mencari makna generalisasi dari hubungan variabel X terhadap Y, maka hasil korelasi PPM tersebut diuji signifikansi sebagai berikut. Hipotesis: Ho : Tidak ada hubungan signifikan antara variabel X dengan variabel Y Ha : Ada hubungan yang signifikan antara variabel X dengan variabel Y Dasar pengambilan keputusan : •
Jika nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai probabilitas Sig atau [0,05 ≤ Sig], maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak signifikan
•
Jika nilai probabilitas 0,05 lebih besar dari nilai probabilitas Sig atau [0,05 > Sig], maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya signifikan.
62
3.6.6
Analisis Jalur (Path Analysis)
3.6.6.1 Definisi dan Pengertian Menurut Riduwan dan Kuncoro (2008:2) Path Analysis adalah suatu teknik untuk menganalisis hubungan sebab akibat yang terjadi pada regresi berganda jika variabel bebasnya mempengaruhi variabel terikat tidak hanya secara langsung tetapi juga secara tidak langsung. Analisis ini akan digunakan dalam menguji besarnya kontribusi yang ditunjukkan oleh koefisien jalur pada setiap diagram jalur dari hubungan antar variabel X₁ dan X₂ berpengaruh terhadap variabel Z secara langsung dan secara tidak langsung mempengaruhi variabel Z melalui variabel Y dilakukan dengan penyebaran kuesioner yang bersifat tertutup dan analisis yang digunakan adalah teknik korelasi yang merupakan dasar dari perhitungan koefisien jalur. Dengan menggunakan komputer sebagai proses data dan proses SPSS 17.0.
3.6.6.2 Manfaat Path Analysis Manfaat model Path Analysis adalah untuk: 1) Penjelasan (explanation) terhadap fenomena yang dipelajari atau permasalahan yang diteliti 2) Prediksi nilai variabel terikat (Y) berdasarkan nilai variabel bebas (X), dan prediksi dengan path analysis ini bersifat kualitatif 3) Faktor determinan yaitu penentuan variabel bebas (X) mana yang berpengaruh dominan terhadap variabel terikat (Y), juga dapat
63
digunakan untuk menelusuri mekanisme (jalur-jalur) pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) 4) Pengujian model, menggunakan theory trimming, baik untuk uji reliabilitas konsep yang sudah ada, ataupun uji pengembangan konsep baru.
3.6.6.3 Asumsi-asumsi Path Analysis Menurut Ridwan dan Kuncoro (2008:2), asumsi-asumsi yang mendasari path analysis sebagai berikut: 1) Pada model path analysis, hubungan antar variabel adalah bersifat linier, adaptif dan bersifat normal 2)
Hanya sistem aliran kausal ke satu arah artinya tidak ada arah kausalitas yang berbalik
3) Variabel terikat (endogen) minimal dalam skala ukur interval dan ratio 4) Menggunakan sampel probability sampling yaitu teknik pengambilan sampel untuk memberikan peluang yang sama pada setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel 5) Observed variables diukur tanpa kesalahan (instrumen pengukuran valid dan reliable) artinya variabel yang diteliti dapat diobservasi secara langsung 6)
Model yang di analisis di spesifikasikan (di identifikasi) dengan benar berdasarkan teori-teori dan konsep-konsep yang relevan artinya model teori yang dikaji atau dibangun berdasarkan kerangka teoritis
64
tertentu yang mampu menjelaskan hubungan kausalitas antar variabel yang diteliti.
Tabel 3.7 Bukti Empiris Penggunaan Metode Analisis Jalur (Path Analysis) No. 1
Nama Jurnal
Pengarang
Journal Of Management and Business Review, Vol.6,No.2,July 2009: 68-79
Andynie Subrata and Luis Reinaldo Ruay
2
Jurnal Penelitian Vol.13, No.2, Mei 2010 : 169-198
Y.M.V Mudayen
Judul Hubungan Risk Awarness dengan Self-Confidence, work Climate dan Job Characteristic menggunakan Metode Path Analysis Pengaruh Kompensasi, Pengembangan karir, lingkungan dan pengalaman terhadap motivasi dan prestasi kerja
3
Jurnal Bisnis & Manajemen . Vol.8, No.2, 2008: 131 – 136
Sumber: Jurnal
Anastasia Riani Suprapti
Hubungan Motivasi Mengikuti Pelatihan dan Kinerja karyawan Dengan Orientasi Pembelajaran Sebagai Variabel Pemediasi
Ket Data yang terkumpul dalam penelitian ini sejumlah 37 data dari karyawan PT Bank Central Asia, Tbk yang terletak di jln Sudirman Jakarta
Populasi dari pene;itian ini adalah 30 karyawan dan merupakan seluruh karyawan penerbit dan percetakan Kanisius, teknik penelitian ini menggunakan regresi linear berganda dan Analisis Jalur ( Path Analis) Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan pada kantor sekretariat daerah suatu kabupaten di Jawa Tengah. Sedangkan sampel diambil sebanyak 74 responden yang mewakili semua bagian yang ada dengan penelitian ini menggunakan skala likert, dan untuk menjawab pertanyaan penelitian (hipotesis) menggunakan analisis jalur (Path Analysis).
65
3.6.6.4 Model dan Persamaan Struktural Path Analysis Model struktural yaitu bila setiap variabel endogen (Y) secara unik keadaannya ditentukan oleh seperangkat variabel eksogen (X). Diagram jalur berikut menunjukkan struktur hubungan kausal antar variabel.
X₁ ρZX1
ρYX1
Y
Z ρZY
ρYX2
X₂ Gambar 3.1 Diagram Jalur Sumber: Riduwan dan Kuncoro, (2008)
Persamaan struktural untuk diagram jalur yaitu: Y = ρYX1 X₁ + ρYX2 X₂ + ε1 Z = ρZX1 X₁ + ρZX2 X₂ + ρZY Y + ε2 Keterangan: ρ = koefisien jalur (path coefficient), yang menunjukkan pengaruh langsung variabel eksogen terhadap variabel endogen ε = faktor residual, yang menunjukkan pengaruh variabel lain yang tidak diteliti atau kekeliruan pengukuran variabel
66
Kategori seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dalam Path Analysis dilihat dari nilai koefisien beta akan diuraikan pada tabel 3.8 berikut ini : Tabel 3.8 Kategori Pengaruh Variabel Dalam Path Analysis Nilai Koefisien Beta
Kategori Pengaruh
0,05-0,09
Lemah
0,10-0,29
Sedang
>0,30
Kuat
Sumber: Riduwan dan Kuncoro, (2008)
3.7
Rancangan Uji Hipotesis Rancangan uji hipotesis dalam penelitian ini disajikan berdasarkan tujuan
penelitian. Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah sebesar 95%, sehingga tingkat presisi atau batas ketidakakuratan sebesar (a) = 5% = 0,05 Dasar pengambilan keputusan : - Jika nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai probabilitas sig. atau [0,05 ≤ sig], maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak signifikan. - Jika nilai probabilitas 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai probabilitas sig. atau [0,05 > sig], maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya signifikan.
67
Tujuan T – 1 (Sub-Struktur 1) Kepemimpinan Situasional (X₁)
ε₁ Ρyx1₁
Kepuasan Kerja karyawan (Y)
Pelatihan(X₂)
Ρyx1
Gambar 3.2 Sub-Struktur 1 •
Hipotesis pengujian secara simultan antara X₁, X₂, dan Y :
Ho : Variabel kepemimpinan situasional dan pelatihan tidak berkontribusi secara simultan terhadap variabel kepuasan kerja karyawan. Ha : Variabel kepemimpinan situasional dan pelatihan berkontribusi secara simultan terhadap variabel kepuasan kerja karyawan. •
Hipotesis pengujian secara parsial antara X₁, dan Y :
Ho : Variabel kepemimpinan situasional tidak berkontribusi secara parsial dan signifikan terhadap variabel kepuasan kerja karyawan. Ha : Variabel kepemimpinan situasional berkontribusi secara parsial dan signifikan terhadap variabel kepuasan kerja karyawan.
68
•
Hipotesis pengujian secara parsial antara X₂, dan Y :
Ho : Variabel pelatihan tidak berkontribusi secara parsial dan signifikan terhadap variabel kepuasan kerja karyawan. Ha : Variabel pelatihan berkontribusi secara parsial dan signifikan terhadap variabel kepuasan kerja karyawan. Tujuan T – 2 (Sub-Struktur 2)
Kepemimpinan Situasional (X₁)
ε₁ ε2 Ρyx₁ Kepuasan Kerja karyawan (Y)
Pelatihan
Ρyx2
Ρzy
Kinerja Karyawan (Z)
Ρzx
(X₂)
Gambar 3.3 Sub-struktur 2 •
Hipotesis pengujian secara simultan antara X₁, X₂, Y dan Z :
Ho : Variabel kepemimpinan situasional, pelatihan dan kepuasan kerja karyawan tidak berkontribusi secara simultan terhadap variabel kinerja karyawan. Ha : Variabel kepemimpinan situasional, pelatihan dan kepuasan kerja karyawan berkontribusi secara simultan terhadap variabel kinerja karyawan.
69
•
Hipotesis pengujian secara parsial X₁, dan Z :
Ho : Variabel kepemimpinan situasional tidak berkontribusi secara parsial dan signifikan terhadap variabel kinerja karyawan. Ha : Variabel kepemimpinan situasional berkontribusi secara parsial dan signifikan terhadap variabel kinerja karyawan. •
Hipotesis pengujian secara parsial X₂, dan Z :
Ho : Variabel pelatihan tidak berkontribusi secara parsial dan signifikan terhadap variabel kinerja karyawan. Ha : Variabel pelatihan berkontribusi secara parsial dan signifikan terhadap variabel kinerja karyawan. •
Hipotesis pengujian secara parsial Y, dan Z :
Ho : Variabel kepuasan kerja karyawan tidak berkontribusi secara parsial dan signifikan terhadap variabel kinerja karyawan. Ha : Variabel kepuasan kerja karyawan berkontribusi secara parsial dan signifikan terhadap variabel kinerja karyawan.
3.8
Rancangan Pemecahan Masalah Rancangan implikasi hasil penelitian ini yaitu setelah semua data dan hasil
analisis selesai dilakukan, maka selanjutnya dari hasil kuesioner yang dibagikan kepada individu karyawan PT Cox and Tihaya Indonesia, akan didapatkan gambaran mengenai bagaimana kepemimpinan situasional dan pelatihan mempengaruhi kepuasan kerja karyawan dan selanjutnya akan berdampak pada kinerja karyawan.
70
Dari analisis di atas, apabila terdapat pengaruh yang kuat antara kepemimpinan situasional dan pelatihan terhadap kepuasan kerja karyawan serta dampaknya terhadap kinerja karyawan, dapat dilihat bagaimana variabel-variabel independen dapat mempengaruhi variabel dependen dan variabel bebas mana yang paling berperan dalam mempengaruhi variabel terikat. Dengan didapatnya gambaran mengenai hasil analisis, diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan evaluasi apakah kepemimpinan situasional yang telah diterapkan selama ini sudah berjalan dengan baik atau tidak. Maka dari itu variabel-variabel tersebut harus selalu dipantau dan dijaga serta ditingkatkan agar kinerja PT Cox and Tihaya Indonesia dapat menjadi lebih baik. Dengan ini, diharapkan kinerja karyawan menjadi meningkat dan kinerja perusahaan ikut meningkat.