BAB III METODE PENELITIAN
A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu metode deskriptif analitis. Menurut Surakhmad (2004: 139-141) metode deskriptif analitik merupakan suatu metode yang mencakup berbagai teknik deskriptif sebagai alternatif pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang. Diantaranya adalah penyelidikan yang menuturkan, menganalisa, dan mengklasifikasi; penyelidikan dengan teknik survey, dengan teknik interviu, anket, observasi, atau dengan teknik test; studi kasus, studi komperatif atau operasional. Pada umumnya metode deskriptif bersifat menuturkan dan menafsirkan data yang ada. Metode deskriptif biasa disebut dengan metode deskriptif analitis karena pelaksanaan metode deskriptif tidak terbatas sampai pada pengumpulan dan penyusunan data, tetapi meliputi analisa dan interpretasi tentang arti data tersebut. Teknik penelitian yang dilakukan dengan melakukan survei. Surakhmad (2004: 141-143) menyatakan bahwa survey adalah teknik pengumpulan data dari sejumlah unit atau individu dalam jangka waktu yang bersamaan. Teknik survey sendiri dapat berupa sensus maupun sampling tergantung jumlah data yang akan diteliti. Survey umumnya menghasilkan gambaran data yang bersifat “cross-sectional”. B. Waktu dan Lokasi Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive (sengaja), yaitu berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu yang dianggap relevan atau dapat mewakili objek yang diteliti (Effendi dan Tukiran, 2012: 172). Lokasi penelitian yang dipilih adalah Kabupaten Karanganyar yang merupakan salah satu daerah produksi jamur tiram di Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Karanganyar juga merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang memiliki daerah dataran tinggi dan dataran rendah (Lihat Tabel 2), sehingga sesuai dengan tujuan penelitian.
23
24
C. Metode Penentuan Sampel 1. Sampel Ruslan (2006: 139-141) menyatakan bahwa sampel adalah suatu langkah pengumpulan data dengan cara menarik sebagian data dari populasi yang dianggap representatif terhadap populasi tersebut. Teknik sampling berawal dari ketidakmampuan peneliti dalam melakukan pengumpulan data secara menyeluruh terhadap populasi yang besar, sedangkan tujuan penelitian adalah menemukan generalisasi yang berlaku secara umum. Bila penyidik gagal menjelaskan validitas pembuatan sampel, maka kesimpulan penelitian akan diragukan untuk dianggap berlaku bagi populasi, sehingga perlu adanya ketepatan dalam menentukan sampel. Metode penarikan sampel terhadap petani jamur tiram dalam penelitian ini menggunakan dua metode berbeda untuk kedua kondisi yang dibandingkan. Hal ini dilakukan karena adanya perbedaan karakteristik atau perbedaan keadaan
yang tidak memungkinkan untuk diambil sampel
dengan metode yang sama. Metode pengambilan sampel yang digunakan meliputi: a. Metode Purposif Sampling Metode ini digunakan untuk menentukan responden pada dataran tinggi di Kabupaten Karanganyar. Sampel diambil sebanyak 24 responden dari Kecamatan Tawangmangu. Kecamatan Tawangmangu dipilih karena memiliki ketinggian tempat tertinggi diantara kecamatan lain pada dataran tinggi di Kabupaten Karanganyar, sehingga memiliki perbedaan yang paling mencolok untuk dikomparasikan dengan dataran rendah. Data responden petani jamur tiram yang diambil pada dataran tinggi di Kabupaten Karanganyar dapat dilihat pada Tabel 4.
25
Tabel 4. Daftar Responden penelitian pada Dataran Tinggi di Kabupaten Karanganyar 2015 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Kecamatan Tawangamangu Jatiyoso Ngargoyoso Jatipuro Jenawi Karangpandan Jumapolo Kerjo Jumantono Matesih Mojogedang Karanganyar Jumlah
Ketinggian Rata-rata 1.200 950 880 770 750 500 470 450 450 450 403 320
Populasi Petani Jamur 24 11 28 13 9 37 22 19 21 22 18 17 242
Sumber: Analisis Data Sekunder Tahun 2015 Berdasarkan Tawangmangu
Tabel
memiliki
4
dapat
ketinggian
diketahui
bahwa
Kecamatan
tempat
tertinggi
dibanding
kecamatan lain. Pengambilan responden dari satu lokasi (kecamatan) dimaksudkan agar dapat meminimalisasi perbedaan kondisi responden yang akan memengaruhi data dan hasil penelitian. Keseluruhan data petani jamur tiram pada dataran tinggi di Kabupaten Karanganyar dirasa sudah dapat direpresentasikan oleh 24 responden tersebut. b. Metode Sensus Metode ini digunakan untuk menentukan responden yang akan diteliti pada dataran rendah di Kabupaten Karanganyar. Sebanyak 35 responden diambil dari kecamatan-kecamatan yang tergolong dataran rendah di Kabupaten Karanganyar. Data tidak dapat diambil hanya dari satu lokasi (kecamatan) dikarenakan oleh sedikitnya jumlah petani jamur tiram pada dataran rendah di Kabupaten Karanganyar. Data responden petani jamur yang diambil pada dataran rendah di Kabupaten Karanganyar dapat dilihat pada Tabel 5.
26
Tabel 5. Daftar Responden Penelitian pada Dataran Rendah di Kabupaten Karanganyar 2015 No. 1. 2. 3. 4. 5.
Kecamatan Gondangrejo Tasikmadu Colomadu Jaten Kebakkramat
Ketinggian Rata-rata 150 140 140 98 95 Jumlah
Populasi Petani Jamur 4 14 3 8 6 35
Sumber: Analisis Data Sekunder Tahun 2015 Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa jumlah populasi petani jamur tiram pada dataran rendah di Kabupaten Karanganyar hanya sebanyak 35 petani. Oleh karena itu dipilih metode sensus untuk menentukan responden pada dataran rendah di Kabupaten Karanganyar. Dengan 35 responden yang diambil secara sensus, maka data dari petani jamur pada dataran rendah di Kabupaten Karanganyar dapat terpenuhi. D. Sumber dan Jenis Data Data yang diperlukan dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua macam, yaitu: 1. Data Primer Data primer merupakan data utama yang digunakan selama kegiatan penelitian karena merupakan data yang sangat diperlukan oleh peneliti guna memperoleh informasi secara langsung kepada responden terkait penelitian yang dilakukan. Data primer yang digunakan diperoleh dengan menggunakan wawancara kepada petani jamur tiram dengan menggunakan pedoman daftar pertanyaan. Pedoman pertanyaan terkait dengan biaya, penerimaan, dan proses produksi yang dilakukan oleh petani jamur tiram. 2. Data Sekunder Data sekunder merupakan data penunjang atau data pendukung yang membantu peneliti untuk memperoleh informasi terkait dengan kegiatan penelitian yang dilakukan. Data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik ataupun sumber-sumber lain yang terkait dengan bidang kajian
27
penelitian. Data yang diambil terkait dengan keadaan geografi Kabupaten Karanganyar, karakteristik wilayah, maupun daftar usahatani jamur tiram. E. Metode Pengumpulan Data 1. Wawancara Wawancara adalah salah satu metode pengumpulan data dalam metode survei melalui daftar pertanyaan yang diajukan secara lisan terhadap responden. Hasil wawancara dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu pewawancara, responden, dan topik penelitian yang tertuang dalam daftar pertanyaan, serta situasi wawancara. Wawancara dianggap penting karena dapet mengurangi kemungkinan peneliti untuk kehilangan informasi yang hanya dapat didapat dengan cara bertanya langsung pada responden secara langsung mengenai topik penelitian (Ruslan, 2006: 23). 2. Observasi Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung pada objek kajian. Menurut Surakhmad (2004: 165) observasi adalah metode pengumpulan data dengan melakukan pengamatan dari dekat bahkan ikut melibatkan diri dengan situasi yang sedang diselidiki. Observasi dapat disesuaikan dengan kebutuhan peneliti sesuai dengan topik penelitiannya dan dapat dikombinasikan dengan metode lain untuk mendapat hasil yang lebih baik seperti mengkombinasikan dengan metode wawancara. F. Metode Analisis Data 1. Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a.
Untuk
mengetahui
besar
biaya
usahatani
jamur
menggunakan rumus (Soekartawi, 1984: 12-13): TC = TFC + TVC Keterangan: TC
= Biaya total usahatani jamur tiram (Rp/MT)
TFC = Total biaya tetap usahatani jamur tiram (Rp/MT) TVC = Total biaya variabel usahatani jamur tiram (Rp/MT)
tiram,
28
b.
Untuk mengetahui besarnya penerimaan usahatani jamur tiram, menggunakan rumus (Soekartawi, 1984: 76-78): TR = P x Q Keterangan:
c.
TR
= Total penerimaan usahatani jamur tiram (Rp/MT)
P
= Harga jamur tiram per kilogram (Rp/Kg)
Q
= Kuantitas produksi (Kg/MT)
Untuk mengetahui besarnya keuntungan usahatani jamur tiram, menggunakan rumus (Soekartawi, 1989: 77): π = TR – TC Keterangan:
d.
π
= Keuntungan usahatani jamur tiram (Rp/MT)
TR
= Penerimaan usahatani jamur tiram (Rp/MT)
TC
= Biaya total usahatani jamur tiram (Rp/MT)
Untuk mengetahui efisiensi usahatani dengan Revenue/Cost Ratio, menggunakan rumus (Soekartawi, 1991: 62): R/C Ratio = Keterangan: R
= Besar penerimaan usahatani jamur tiram (Rp/MT)
C
= Besar biaya usahatani jamur tiram (Rp/MT)
Kriteria: R/C Ratio = 1, Berarti usahatani tersebut impas R/C Ratio > 1, Berarti usahatani tersebut efisien R/C Ratio < 1, Berarti usahatani tersebut tidak efisien e.
Untuk mengetahui profitabilitas usahatani, Prawirokusumo dalam menggunakan rumus (Aini, 2013: 29): Profitabilitas =
× 100%
Keterangan: π
= Keuntungan usahatani jamur tiram (Rp/MT)
29
TC
= Biaya total usahatani jamur tiram (Rp/MT)
Kriteria: Profitabilitas > 0, berarti usahatani tersebut menguntungkan Profitabilitas = 0, berarti usahatani tersebut BEP Profitabilitas < 0, berarti usahatani tersebut tidak menguntungkan f.
Untuk menguji hipotesis yang diajukan, dimana: H0 :
1
=
2,
berarti tidak terdapat perbedaan besar biaya atau keuntungan atau efisiensi atau profitabilitas pada usahatani jamur tiram pada dataran tinggi dan dataran rendah.
H1 :
1
≠
2,
berarti
terdapat
perbedaan
besar
biaya
atau
keuntungan atau efisiensi atau profitabilitas pada usahatani jamur tiram pada dataran tinggi dan dataran rendah. Maka dilakukan uji komparasi dengan menggunakan uji t (t-test) yang besarnya nilai t-hitung, menggunakan rumus (Nazir, 1983: 397): Rumus t =
dimana SS =
Keterangan: 1
= Rata-rata biaya atau keuntungan atau efisiensi atau profitabilitas pada usahatani jamur tiram dataran tinggi.
2
= Rata-rata biaya atau keuntungan atau efisiensi atau profitabilitas pada usahatani jamur tiram dataran rendah.
SS1
= Sumsquare biaya atau keuntungan atau efisiensi atau profitabilitas pada usahatani jamur tiram dataran tinggi.
SS2
= Sumsquare biaya atau keuntungan atau efisiensi atau profitabilitas pada usahatani jamur tiram dataran rendah.
n1
= Jumlah petani sampel pada usahatani jamur tiram dataran tinggi.
30
n2
= Jumlah petani sampel pada usahatani jamur tiram dataran rendah.
Kriteria: 1. Jika thitung > ttabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima. Jadi, terdapat perbedaan besar biaya atau keuntungan atau efisiensi atau profitabilitas pada usahatani jamur tiram pada dataran tinggi dan dataran rendah. 2. Jika thitung ≤ ttabel, maka H1 ditolak dan H0 diterima. Jadi, tidak terdapat perbedaan besar biaya atau keuntungan atau efisiensi atau profitabilitas pada usahatani jamur tiram pada dataran tinggi dan dataran rendah. Pengujian dilakukan pada tingkat kepercayaan 95% atau α = 5%