BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
1.
Pendekatan Penelitian Dipandang dari prosedur aktivitas penelitian yang penulis lakukan untuk menyusun skripsi ini, menunjukkan bahwa penulis telah menggunakan penelitian kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor sebagaimana dikutip Zaenal Arifin bahwa: “Prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Menurut mereka pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara utuh (holistik)”.1 Penelitian kualitatif merupakan suatu metode berganda dalam fokus yang melibatkan suatu pendekatan interpretative dan wajar terhadap setiap pokok permasalahannya. Pendekatan kualitatif bekerja dalam setting yang alami dan berupaya untuk memahami serta manafsirkan fenomena berdasarkan apa adanya. Menurut Denzin dan Lincoln sebagaimana dikutip Zainal Arifin, bahwa: “Penelitian kualitatif melibatkan pengumpulan dan penggunaan berbagai data empiric melalui antara lain: studi kasus, pengalaman pribadi, introspeksi, riwayat hidup, wawancara, pengamatan, teks sejarah, interaksional, dan visual: yang
1
141
Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012) hal. 140-
menggambarkan momen rutin dan problematis, serta maknanya dalam kehidupan individual dan kolektif”.2 Penelitian ini penulis arahkan pada kenyataan yang berhubungan dengan strategi pembelajaran Fiqh dengan kitab klasik dan buku modern dalam meningkatkan pemahaman belajar siswa di MA Miftahul Ula Kertosono Nganjuk, supaya mendapatkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis yang disusun berdasarkan data lisan, perbuatan dan dokumentasi yang diamati secara holistik dan bisa diamati secara konteks. Penulis menerapkan pendekatan kualitatif karena peneliti kualitatif percaya bahwa kenyataan merupakan suatu konstruksi sosial, bahwa individu-individu atau kelompok-kelompok memperoleh dan memberi makna terhadap kesatuan-kesatuan tertentu apakah itu peristiwa-peristiwa orang-orang, proses-proses atau objek-objek. Orang membuat kontruksi tersebut untuk memahaminya dan menyususnnya kembali sebagai sudut pandang, presepsi dan system kepercayaan. Dengan perkataan lain presepsi orang adalah apa yang dia yakini nyata padanya, dan apa yang mengarahkan kegiatan, pemikiran dan persamaannya. Menurut Nana Syaodih Sukmadinata dalam bukunya Metode Penelitain Pendidikan, bahwa: Penelitian kualitatif ditujukan untuk memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut atau prespektif partisispan. Partisipan adalah orangorang yang diajak berwawancar, diobservasi, dimintai memberikan data, pendapat, pemikiran persepsinya. Pemahaman diperoleh melalui analisis berbagai keterkaitan dari partisipan, dan melalui peguraian, pemaknaan partisipan tentang situasi-situasi dan peristiwa-peristiwa. Pemaknaan partisipan meliputi perasaan, keyakinan, ide-ide, 2
Ibid, hal. 141
pemikiran dan kegiatan dari partisipan. Beberapa penelitian kualitatif diarahkan lebih dari sekedar memahami fenomena tetapi juga mengembangkan teori.3 Pendekatan kualitatif mengkaji prespektif partisipan dengan multi strategi, strategi-strategi yang bersifat interaktif, seperti observasi langsng, observasi partisipatif, wawancara mendalam, dokumen-dokumen, teknikteknik pelengkap seperti foto, rekaman, dan lain-lain. Strategi penelitian bersifat fleksibel, menggunakan aneka kombinasi dari teknik-teknik untuk mendapatkan data yang valid. Kenyataan yang berdimensi jamak merupakan suatu yang kompleks tidak dapat dilihat serta apriori dengan satu metode saja. 2.
Jenis Penelitian Bila dilihat dari segi tempat penelitian, penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian lapangan (field research) yang berusaha mengadakan penelitian ke lokasi secara langsung dengan maksud memperoleh data-data yang akurat, cermat dan lebih lengkap. Jika ditinjau dari sudut kemampuan atau kemungkinan suatu penelitian dapat memberikan informasi atau penjelasan, maka penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian deskriptif. Jika ditinjau dari sudut kemampuan atau kemungkinan suatu penelitian dapat memberikan informasi atau penjelasan, maka penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian deskriptif, menurut 3
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011) hal. 94
Zainal Arifin penelitian ini termasuk dalam penelitian studi kasus (case studies), bahwa: studi kasus merupakan penelitian yang mendalam tentang individu, satu kelompok, satu organisasi, satu program kegiatan, dan sebagainya dlaam waktu tertentu. Tujuannya untuk memperoleh deskripsi yang utuh dan mendalam dari sebuah entitas. Studi kasus akan menghasilkan data yang dapat dianalisis untuk membenagun sebuah teori. Data studi kasus diperoleh dari observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Studi kasus dapat dipakai untuk meneliti sekolah di tengah-tengah kota dimana para peserta didiknya memperoleh akademik yang luar biasa atau sebaliknya, mencari suatu sekolah didesa terpencil dengan kondisi sarana prasarana yang sangat tidak memadai.4 Studi kasus ini penulis arahkan pada startegi pembelajaran Fiqh dengan kitab klasik dan buku modern dalam meningkatkan pemahaman belajar siswa di MA Miftahul Ula Kertosono Nganjuk. 3.
Sampling Adapun sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel bertujuan (purposive sample). Purposive sampling merupakan salah satu teknik sampling yang paling banyak digunakan dalam penelitian kualitatif. Kriteria kelompok partisipan yang dipilih sebelumnya harus relevan dengan pertanyaan penelitian. Menurut Zainal Arifin bahwa: Ukuran sampel yang diperlukan sangat bergantung pada sumber, waktu yang tersedia, dan tujuan penelitian. Ukuran sampel purposive sering ditentukan berdasarkan kejenuhan teoritis dalam pengumpulan data ketika data baru tidak lagi memberikan informasi tambahan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian. Oleh karena itu, purposive sampling dianggap paling berhasil dalam rangka mereview
4
Zaenal Arifin, Penelitian Pendidikan …, hal. 152
dan menganalisis data yang dilakukan dalam hubungannya dengan pengumpulan data.5 Selain itu dalam penelitian kualitatif sangat erat kaitannya dengan faktor-faktor kontekstual. Jadi, maksud sampling dalam hal ini ialah untuk menjaring sebanyak mungkin informasi dari berbagai macam sumber dan bangunannya (constructions). Dengan demikian tujuannya bukanlah memusatkan diri pada adanya perbedaan-perbedaan yang nantinya dikembangkan ke dalam generalisasi. Tujuannya adalah untuk merinci kekhususan yang ada dalam ramuan konteks yang unik. Maksud kedua dari sampling ialah menggali informasi yang akan menjadi dasar dari rancangan dan teori yang muncul. Oleh sebab itu pada penelitian kualitatif tidak ada sampel acak, tetapi sampel bertujuan (purposive sample). Purposive sampling juga disebut judgmental sampling, yaitu pengambilan sampel berdasarkan penilaian peneliti mengenai siapa-siapa saja yang pantas untuk dijadikan sampel. Oleh karenanya agar tidak sangat subjektif, peneliti harus punya latar belakang pengetahuan tertentu mengenai sampel dimaksud (tentu juga populasinya) agar benar-benar bisa mendapatkan sampel yang sesuai dengan persyaratan atau tujuan penelitian (memperoleh data yang akurat) Sampel bertujuan dapat diketahui dari ciri-cirinya sebagai berikut : a.
Rancangan sampel yang muncul: Sampel tidak dapat ditentukan atau ditarik terlebih dahulu.
b.
Pemilihan sampel secara berurutan: Tujuan memperoleh variasi sebanya-banyaknya hanya dapat dicapai apabila pemilihan satuan
5
Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan… hal. 167
sampel dilakukan jika satuannya sebelumnya sudah dijaring dan dianalisis. Setiap satuan berikutnya dapat dipilih untuk memperluas informasi yang telah diperoleh terlebih dahulu sehingga dapat dipertentangkan atau diisi adanya kesenjangan informasi yang ditemui. Dari mana atau dari siapa ia mulai tidak menjadi persoalan tetapi bila hal itu sudah berjalan maka pemilihan berikutnya bergantung pada apa keperluan peneliti. Teknik sampling bola salju (snow ball sampling) bermanfaat dalam hal ini yaitu mulai dari satu menjadi makin lama makin banyak. snow ball sampling dikenal juga sebagai sampling referral berantai dan dianggap sebagai rumpun purposive sampling. Dalam teknik ini, partisipan dan orang-orang yang telah dihubungi harus sudah siap menggunakan jaringan sosial mereka agar peneliti tidak menujuk kepada orang lain yang lebih berpotensi.6 c.
Penyesuaian berkelanjutan dari sampel: Pada mulanya setiap sampel dapat sama kegunaannya. Namun sesudah makin banyak informasi yang masuk dan makin mengembangkan hipotesis, akan ternyata bahwa sampel makin dipilih atas dasar fokus penelitian.
d.
Pemilihan berakhir jika sudah terjadi pengulangan data: Pada sampel bertujuan seperti ini jumlah sampel ditentukan oleh pertimbanganpertimbangan informasi yang diperlukan. Jika maksudnya memperluas informasi dan jika tidak ada lagi informasi baru yang dapat dijaring maka penarikan sampel pun sudah dapat diakhiri. Yang menjadi kunci
6
Ibid, hal. 168
di sini ialah jika sudah mulai terjadi pengulangan informasi maka penarikan sampel sudah harus diberhentikan dan diakhiri. Berpijak pada keterangan diatas penulis menarik beberapa informan atau narasumber yang dijadikan sampel penelitian. Sudah tentu sampel disini disesuaikan dengan kebutuhan penulis dalam menjawab fokus penelitian terkait dengan strategi pembelajaran Fiqh dengan kitab klasik dan buku modern. Diantara informan yang terpilih untuk dijadikan sampel ialah, kepala MA Miftahul Ula Kertosono Nganjuk, guru mata pelajaran Fiqh yang disesuaikan dengan kurikulum, Ustadz pembelajaran kitab klasik, dan satu siswi kelas X, dan satu siswi kleas XI. B. Kehadiran Peneliti Instrumen utama penelitian ini adalah penulis selaku peneliti. Menggunakan peneliti sebagai instrumen mempunyai banyak keuntungan. Keuntungan peneliti sebagai instrumen adalah subyek lebih tanggap dengan maksud kedatangannya, peneliti dapat menyesuaikan diri terhadap setting penelitian. Sehingga peneliti dapat menjelajah ke seluruh bagian setting penelitian untuk mengumpulkan data, keputusan dapat secara tepat, terarah, gaya dan topik dapat berubah-ubah dan jika perlu pengumpulan data dapat ditunda. Keuntungan lain yang didapat dengan menggunakan peneliti sebagai instrumen adalah informasi dapat diperoleh melalui sikap dan cara responden memberikan informasi. Dengan demikian menurut Lexy J Moleong, mengatakan bahwa: “Peneliti merupakan instrumen kunci guna menagkap
makna, interaksi nilai dan nilai lokal yang berbeda di mana hal ini tidak memungkinkan diungkap lewat kuisioner”.7 Sedangkan kelemahan peneliti sebagai instrumen adalah menginterprestasikan data dan fakta, peneliti dipengaruhi oleh persepsi atau kesan yang dimilikinya sebelum data dan fakta itu ditemukan. Menurut Lexi J Moleong, bahwa: “Dalam memberikan informasi, responden sangat dipengaruhi oleh persepsi dan kesan terhadap penelitian. Kelemahan ini dapat ditutupi dengan kesadaran yang tinggi terhadap munculnya kemungkinan subyektifitas, baik dari peneliti maupun responden”.8 Peneliti harus berusaha dapat menghindari pengaruh subyektivitas dan menjaga lingkungan secara alamiah agar proses yang terjadi berjalan sebagaimana biasanya. Disinilah pentingnya peneliti kualitatif menahan dirinya untuk tidak terlalu jauh intervensi terhadap lingkungan yang diteliti. Dalam hal ini, penulis tidak menentukan waktu lamanya maupun harinya, akan tetapi penulis secara terus menerus menggali data dalam waktu yang tepat dan sesuai kesempatan dengan informan. Sisi lain, yang penulis tekankan adalah fenomena sosial dan budaya, menyangkut manusia dan tingkah lakunya sebagai makhluk psikis, sosial budaya, maka dalam hal ini peneliti tidak saja studying people, tetapi sekaligus learning from people. Di samping meneliti manusia juga belajar dari manusia serta mempunyai orientasi dan mendasarkan diri pada perluasan pengetahuan. Menurut konsepnya keadaan 7
Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011) hal.
8
Ibid, hal. 5
4
yang demikian merupakan penciptaan rapport, artinya terjadinya hubungan harmonis yang mendalam antara peneliti dengan informan/pihak yang diteliti sehingga terjadi arus bebas dan keterusterangan dalam komuniksai informasi yang berlangsung, tanpa kecurigaan dan tanpa upaya saling menutup diri. Dikarenakan ada kemungkinan antara pihak peneliti dan para informan semula satu dengan yang lain tidak saling kenal, maka sejak pertama kali peneliti hadir di lokasi penelitian, proses penjajakan dan menuju terjalinnya hubungan dengan pihak yaang diteliti senantiasa penulis ciptakan di lapangan sehingga informan merasa sebagai guru peneliti atau narasumber. Kesempatan ini penulis terus gunakan agar informan tidak lagi hanya merespons pertanyaanpertanyaan yang diajukan peneliti, tetapi juga bersama-sama peneliti mengidentifikasi hal-hal yang diperlukan peneliti. C. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Aliyah Miftahul Ula yang beralamat di Jalan K.H Abdul Fattah No. 1 desa Nglawak, kecamatan Kertosono, kabupaten Nganjuk. Madrasah Aliyah ini masih dalam naungan Pondok Pesantren Miftahul Ula yang didirikan oleh Almaghfurllah K.H Abdul Fattah. MA Miftahul Ula Kertosono Nganjuk ini mempunyai keunikan yang tidak dimiliki oleh sekolah dan madrasah lain. Pada MA Miftahul Ula Kertosono Nganjuk ini meskipun sudah menerapkan kurikulum dari Kemenag sebagaimana Madrasah Aliyah yang lain namun juga tetap memakai tradisi pesantren dalam proses pembelajarannya. Seperti halnya penggunaan kitab kuning atau kitab klasik. Kitab yang digunakan adalah kitab nukilan-nukilan
yang sudah dipilih oleh musyawarah ustadz dan ustadzah kitab klasik, dan kemudian dibukukan yang berisi tentang ilmu fiqih. D. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini adalah kata atau tindakan dan dengan dukungan dokumen-dokumen lain di lapangan. Menurut Lofland dan Lofland yang dikutip Lexi J Moleong bahwa: Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai merupakan sumber data utama. Sumber data utama dicatat melalui catatan tertulis atau melalui perekaman video atau audio tapes, pengambilan foto atau film.9 Adapun sumber data penelitian ini diperoleh dari : 1.
Narasumber Menurut Suharsimi Arikunto, “Sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara) disebut sebagai sumber primer”.10 Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber informasi, kemudian diamati serta dicatat dalam sebuah catatan untuk yang pertama kalinya juga. Dalam penelitian ini sumber informasinya adalah guru mata pelajaran Fiqh, kepala madrasah, guru sejawat, dan siswa MA Miftahul Ula Kertosono Nganjuk. beserta jajaran yang dipandang terkait.
9
Lexy J. Moleong, Penelitian Kualitatif…, hal. 157. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian:Suatu Pendekatan Teknik, (Jakarta:Rineka Cipta, 2002), hal. 107. 10
Peneliti mengumpulkan data-data dari mereka, hasilnya termaktub dalam data penelitian terlampir yang kemudian dijadikan acuan sajian skripsi ini secara naratif mengenai paparan data hasil penelitian lapangan sebagai hasil usaha gabungan dari apa yang dilihat dan didengar yang kemudian dicatat secara rinci oleh peneliti tanpa ada sesuatu yang ditinggalkan sedikitpun. 2.
Peristiwa Atau Aktifitas Peristiwa digunakan oleh peneliti untuk mengetahui proses bagaimana sesuatu secara rinci lebih pasti karena menyaksikan sendiri secara langsung seperti proses pembelajaran, seperti halnya Fiqh menggunakan kitab klasik dan juga pembelajaran Fiqh menggunakan buku modern. Dalam hal ini peneliti akan melihat secara langsung peristiwa yang terjadi yang berkaitan dengan strategi pembelajaran Fiqh dengan kitab klasik dan buku modern dalam meningkatkan pemahaman belajar siswa. Hasilnya termaktub dalam data penelitian terlampir yang kemudian dijadikan acuan sajian skripsi ini secara naratif menopang paparan data hasil penelitian lapangan.
3.
Lokasi Penelitian Tempat atau lokasi penelitian merupakan salah satu jenis sumber data yang bisa dimanfaatkan oleh peneliti dalam pengumpulan data. Di lokasi penelitian lazim terdapat sarana dan prasarana yang menopang proses pendidikan, pembelajaran maupun kegiatan yang berkaitan dengan belajar
mengajar di MA Miftahul Ula Kertosono Nganjuk. Hasilnya termaktub dalam data penelitian terlampir yang kemudian dijadikan acuan sajian skripsi ini secara naratif menopang paparan data hasil penelitian lapangan. 4.
Dokumen atau Arsip Di lokasi penelitian lazim tersimpan berbagai jenis dokumen, termasuk dokumen yang dapat dipandang relevan dengan penelitian ini yang dapat diamati dan dapat dikonfirmasi pada para pihak yang berwenang di MA Miftahul Ula Kertosono Nganjuk, termasuk jenis –jenis dokumen yang terkait dengan strategi pembelajaran Fiqh dengan kitab klasik dan buku modern dalam meningkatkan pemahaman belajar siswa. Seperti dokumen jadwal pelaksanaan mengajar guru, daftar nama guru pengampu, profil madrasah, dan RPP Fiqh. Hasilnya termaktub dalam data penelitian terlampir yang kemudian dijadikan acuan sajian skripsi ini secara naratif menopang paparan data hasil penelitian lapangan.
E. Teknik Pengumpulan Data Sesuai jenis penelitian di atas, yaitu jenis penelitian kualitatif, maka cara pengumpulan data dilakukan dengan 3 (tiga) teknik, yaitu: wawancara mendalam, observasi partisipan, dan dokumentasi. Instrumen utama pengumpulan data dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Menurut Nana Syaodih Sukmadinata bahwa: “Peneliti berperan sebagai
pengamat partisipan penuh, pengamat ikut serta dalam semua kegiatan kelompok yang diamati dan melakukan tugas-tugas sebagaimana anggota kelompok melakukannya”.11 Arifin menjelaskan, ada ada beberapa teknik pengumpulan data yang banyak dilakukan dalam penelitian kulaitatif yaitu:12 1.
Observasi Partisipan (participant observation) Observasi partisipan adalah suatu kegiatan observa dimana observer langsung yang melakukan observasi. Terlibat atau berperan serta dalam lingkungan kehidupanorang-orang yang diamati. Hasil observasi adalah informasi tentang ruang (tempat), pelaku kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu dan perasaan. Tujuan obesevasi partisipan adalah untuk menyajikan gambaran realistik perilaku atau kejadian, untuk menjawab pertanyaan, untuk membentu mengerti perilaku manusia, dan untuk mengukur aspek tertentu sebagai bahan feedback terhadap pengukuran tersebut. Dalam observasi partisipan ini, peneliti terlibat dalam kegiatan seharihari terhadap orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Peneliti berupaya untuk mengamati dan merekam semua aspek dan aktifitas yang berkaitan dengan strategi pembelajaran Fiqh dengan kitab klasik dan buku modern dalam meningkatkan pemahaman belajar siswa. Kegiatan yang diamati meliputi aktivitas
11 12
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan… hal. 111 Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan… hal. 170
pembelajaran Fiqh menggunakan kitab klasik maupun dengan buku modern. 2.
Wawancara mendalam (in-depth interviews) Wawancara mendalam adalah proses tanya jawab secara mendalam antara pewawancara dengan informan guna memperoleh informasi yang lebih terperinci sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam wawancara ini, pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relative lama. Wawancara mendalam sangat cocok untuk mengumpulkan data pribadi, pandangan-pandangan dan pengalaman seseorang, terutama ketika topic-topik tertentu yang sedang dieksplorasi. Berbeda hal yang perludiperhatikan seseorang peneliti saat mewawancarai responden adalah intonasi suara, kecepatan berbicara, sensitivitas pertanyaan, kontak mata, dan kepekaan nonverbal. Beberapa tips saat melakukan wawancara adalah memulai dengan pertanyaan yang mudah, mulai dari informasi fakta, hindari pertanyaan ganda, jangan menanyakan pertanyaan pribadi sebelum building report, ulang kembali pertanyaan untuk klarifikasi, berikan kesan positif, dan control emosi negatif. Di antara pihak yang diwawancarai antara lain adalah guru Pendidikan Agama Islam kususnya yang mengampu mata pelajaran Fiqh,
guru
sejawat, kepala madrasah, dan sebagian siswa yang ada di MA Miftahul Ula Kerosono Nganjuk, yang hasilnya sebagai termaktub dalam data penelitian terlampir, kemudian mengolahnya dalam rangka memecahkan rumusan masalah yang diteliti.
Wawancara yang penulis terapkan adalah pembicaraan informal. Pertanyaan yang diajukan muncul berdasarkan spontanitas interviewer. Hubungan interviewer dengan interviewer dalam suasana biasa, wajar laksana pembicaraan biasa dalam pergaulan sehari-hari. Pembicaraan dimulai dari segi yang umum menuju ke yang khusus. Dalam pembicaraan itu,
barangkali
interviewer
bisa
kurang
menyadari
bila
sedang
diwawancarai, sekaliputi interview menempuh wawancara terbuka. Dan setiap usai wawancara, peneliti menyusun transkrip hasil wawancara ke dalam data wawancara terlampir sebagai catatan lapangan untuk keperluan analisis data. Dan bila memungkikan, hasil penerapan teknik wawancara ini diperdalam melalui penerapan teknik dokumentasi. 3.
Dokumentasi Dokumentasi berasal dari kata dasar dokumen. Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, dokumen diartikan dengan “sesuatu yang tertulis atau tercetak, yang dapat dipakai sebagai bukti atau keterangan”.13 Selanjutnya menurut Ahmad Tanzeh bahwa: Dokumentasi yaitu mengumpulkan data dengan melihat atau mencatat suatu laporan yang sudah tersedia. Metode ini dilakukan dengan melihat dokumen-dokumen resmi seperti monografi, catatan-catatan serta buku-buku peraturan yang ada. Dokumen sebagai metode pengumpulan data adalah setiap pernyataan tertulis yang disusun oleh seorang atau lembaga untuk keperluan pengujian suatu peristiwa”.14
13
Anton M, Moeliono, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1989), hal.
14
Akhmad Tanzeh, Pengantar Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Teras, 2009), hal. 66
211
Sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi. Sebagaian besar data yang tersedia adalah berbentuk suratsurat, catatan harian, cendera mata, laporan artefak, foto dan sebagainya. Sifat utama data ini tidak terlepas pada ruang dan waktu sehingga member peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di waktu silam. Menurut Zainal Arifin bahwa: “Secara detail bahan documenter terbagi beberapa macam, yaitu autoboigrafi, surat-surat pribadi, buku atau catatan harian, memorial, klipping, dokumen pemerintah atau swasta, data di server dan flashdice, data tersimpan di website, dan lain-lain”.15 Dalam hal ini peneliti akan menggunakan data yang sudah tersedia dalam catatan dokumen dan arsip pada madrasah, yakni MA Miftahul Ula Kertosono Nganjuk, tentunya yang relevan dengan obyek yang diteliti. Fungsinya sebagai pendukung dan pelengkap bagi data primer yang diperoleh melalui obervasi dan wawancara. Dokumen yang relevan dalam penelitian ini meliputi, jadwal pelajaran, jadwal mengajar guru, daftar guru pendidikan agama Islam, foto saat peserta didik melaksanakan kegiatan pembelajaran. Berbagai jenis dokumen, termasuk dokumen yang dapat dipandang relevan dengan penelitian ini tentu dapat diamati dan dapat dikonfirmasi pada para pihak yang berwenang di MA Miftahul Ula Kertosono Nganjuk agar diperoleh informasi verbal untuk disajikan secara tertulis. Hasilnya 15
Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan… hal.170-171
sebagai
termaktub
dalam
data
dokumentasi
terlampir,
kemudian
mengolahnya dalam rangka memecahkan rumusan masalah yang diteliti. F. Analisis Data Analisis data kualitatif menurut Spradley sebagaimana dikutip
Imam
Gunawan, bahwa: “Analisis data adalah pencarian atau pelacakan pola-pola. Analisis data kualitatif adalah pengujian sistematik dari sesuatu untuk menetapkan bagian-bagiannya. Hubungan antar kajian, dan hubungannya terhadap keseluruhannya”.16 Sedangkan menurut Bogdan & Biklen bahwa: “Upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data,
memilah-milahnya
menjadi
satuan
yang
dapat
dikelola,
mensintesiskannya, mencari, dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain”.17 Menurut Janice Mc Drury, tahapan analisis data kualitatif adalah sebagai berikut : 1.
Membaca/mempelajari data, menandai kata-kata kunci dan gagasan yang ada dalam kata.
2.
Mempelajari kata-kata kunci itu, berupaya menemukan tema-tema yang berasal dari data.
3. 16
Menuliskan „model‟ yang ditemukan.
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktek ( Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013) hal. 210 17 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif… hal. 248
4.
Koding yang telah dilakukan.18 Analisis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah analisis data
interaktif (interactive model) terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu: (1) reduksi data, (2) paparan
data, dan (3) penarikan
kesimpulan/verifikasi. Menurut Miles dan Huberman, mengemukakan tiga tahapan yang harus dikerjakan dalam menganalisis data penelitian kualitatif, yaitu: (1) reduksi data (data reduction), (2) paparan data (data display) dan (3) penarikan simpulan dan verifikasi (conclusion drawing/verifying). Analisis data kualitatif dilakukan secara bersamaan dengan proses pengumpulan data berlangsung, artinya kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan juga selama dan sesudah pengumpulan data.19 Ketiga alur tersebut dapat dilihat dalam uraian sebagai berikut: 1.
Mereduksi Menurut Sugiono sebagaimana dikutip Imam Gunawan, bahwa: “Mereduksi data merupakan kegiatan merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal penting, dan mencari tema dan polanya”.20 Data yang telah direduksi akan memberikan gambaran lebih jelas dan memudahkan untuk melakukan pengumpulan data. Temuan yang dipandang asing tidak dikenal, dan belum memiliki pola, maka hal itulah yang dijadikan perhatian karena penelitian kualitatif bertujuan mencari pola dan makna yang tersembunyi dibalik pola dan data yang
18
Ibid, hal. 248 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktek… hal. 210-211 20 Ibid, hal. 211 19
tampak. Data yang sudah direduksi selanjutnya adalah memaparkan data. Pemaparan data sebagai sekumpulan informasi tersusun, dan member kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Maka dari itu dapat dipahami bahwa reduksi data berlangsung terus menerus selama penelitian. Adapun kegiatannya antara lain sebagai berikut: a.
Membuat Ringkasan Kontak Ringkasan kontak dalam hal ini dimaksudkan adalah hal-hal yang berisi uraian singkat tentang hasil penelaahan terhadap catatan lapangan, pemfokusan dan peringkasan permasalahan-permasalahan penelitian guna menemukan jawaban yang singkat. Setelah pengumpulan data di lapangan, semua catatan lapangan itu dikumpulkan kemudian dianalisis dan dipahami serta meringkasnya. Ringkasan kontak tersebut adalah lembar-lembar kertas yang berisikan
serangkaian
permasalahan-permasalahan
hasil
pemfokusan
mengenai
suatu
dari
ringkasan
kontak
lapangan
tertentu. b.
Membuat Kode Terhadap data penelitian terlampir yang terkumpul melalui wawancara-mendalam, observasi-partisipan maupun dokumentasi yang berkaitan dengan fokus penelitian diperkirakan cukup banyak. Menurut Huberman A. Mikel & Miles M.B, bahwa:
“Untuk
keperluan analisis data perlu dibuat kode-kode tertentu, baik kode
tentang sumber data yang diperoleh, teknik apa yang digunakan dan lain-lain”.21 Kode tersebut berfungsi untuk mebantu peneliti dalam mengenali dan melakukan pengecekan data. c.
Membuat Memo Pada saat selesai membuat kode, sering muncul isu-isu yang menjebak kepada hal-hal lain, sehingga perlu membuat catatan refleksi dan memo. Memo merupakan suatu tulisan yang diteorikan dari gagasan tentang kode-kode dan hubungannya saat gagasan itu ditemukan oleh penganalisa selama pengkodean.
2.
Paparan Data Di dalam penelitian ini, data yang didapat berupa kalimat, kata-kata tertulis yang berhubungan dengan fokus penelitian sebagai terdapat dalam data penelitian terlampir, sehingga sajian data merupakan sekumpulan informasi yang tersusun secara sistematis yang memberikan kemungkinan untuk ditarik kesimpulan. Dengan kata lain, proses penyajian data ini merupakan proses penyusunan informasi secara sistematis dalam rangka memperoleh kesimpulan-kesimpulan sebagai temuan penelitian. Dalam penelitian ini data yang diperoleh disajikan dalam bentuk uraian tekstual yang bersifat naratif sesuai dengan karakteristik maupun pola penelitian ini yaitu penelitian kualitatif.
21
Huberman A. Mikel & Miles M.B, Qualitative Data Analisis, (Beverly Hills: SAGE Publication, Inc, 1992) hal. 19
3.
Penarikan kesimpulan atau verifikasi Penarikan simpulan merupakan hasil penelitian yang menjawab fokus penelitian berdasarkan hasil analisis data. Simpulan disajikan dalam bentuk deskriptif objek penelitian dengan berpedoman pada kajian penelitian. Menurut Imam Gunawab bahwa: “Berdasarkan analisis interactive model, kegiatan pengumpulan data, redusi data, paparan data, dan penarikan simpulan menjaadi gambaran keberhasilan secara berurutan sebagai rangkaian kegiatan analisis yang saling menyusul”.
22
masih menurut Imam Gunawan bahwa: Pada saat kegiatan analisis data yang berlangsung secara terus menerus selesai dikerjakan, baik yang berlangsung di lapangan maupun setelah selesai di lapangan, langkah berikutnya adalah melakukan penarikan kesimpulan Untuk mengarah pada hasil kesimpulan ini tentunya berdasrakan hasil analisis data, baik yang berasal dari catatan lapangan, observasi, dokumentasi dan lain-lain yang didapatkan pada saat melaksanakan kegiatan di lapangan.23 Dalam tahapan analisis data ini penulis berusaha untuk menarik kesimpulan terhadap data-data yang diperoleh dari lokasi selama penelitian berlangsung. Dalam tahap ini diharapkan dapat menjawab masalah yang telah dirumuskan dalam fokus penelitian yang ditetapkan.
22 23
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktek… hal. 112 Ibid, hal. 176-177
G. Pengecekakan Keabsahan Temuan Lexi J Moleong mengatakan bahwa: “Dalam penelitian diperlukan suatu teknik pemeriksaan keabsahan data”.24 Menurut Lincoln dan Guba sebagaimana dikutip Zainal Arifin, bahwa: “Pemeriksaa keabsahan data dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan menggunakan empat kinerja yaitu (1) kreadibilitas (credibility), (2) keteralihan ( transferability), (3) keterikatan (dependability) (4) kepastian (konfirmmability)”.25 Pemeriksaan keabsahan data di uraikan sebagaiberikut 1.
Kredibilitas (credibility), yaitu tingkat kepercayaan suatu proses dan hasil penelitian. Criteria yang dapat digunakan adalah lama penelitian, observasi yang detail,
triangulasi,
peer
debriefing,
analisis
kasus
negative,
membandingkan dengan hasil penelitian lain, dan member check. Cara memperoleh tingkat keberhasilan penelitian antara lain: a.
Waktu
pelaksanaan
observasi
diperpanjang,
sehingga
dapat
meningkatkan tingkat kepercayaan data yang dikumpulkan. b.
Observasi yang continue, sehingga memperoleh karakteristik objek yang lebih mendalam, terperinci dan relevan, dengan masalah penelitian.26
c.
Triangulasi, istilah ini dikenalkan oleh Denzin, dengan meminjam peristilahan dari dunia navigasi dan militer, yang merujuk pada penggabungan berbagai metode dalam suatu kajian tentang suatu gejala
24
Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian… hal.127 Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan… hal. 168 26 Ibid, hal. 168 25
tertentu. Keandalan dan kesahihan data dijamin dengan membandingkan data yang diperoleh dari satu sumber atau metode tertentu, dengan data yang didapat dari sumber atau metode lain. Konep ini dilandasi asumsi bahwa setiap bias yang inheren dalam sumber data, peneliti, atau metode tertentu, akan dinetralkan oleh sumber data, peneliti, atau metode lainnya. Istilah triangulasi yang dikemukakan oleh denzin dikenal sebagai penggabungan antara metode kualitatif yang digunakan secara bersama-sama dalam suatu penelitian.27 Triangulasi data digunakan sebagai proses pemantapan derajat kepercayaan (kreadibilitas/ validitas) dan konsistensi (realibility) data, serta bermanfaat juga sebagai alat bantu analisis data dilapangan. Kegiatan triangulasi engan sendirinya mencangkup proses pengujian hipotesis yang dibangun selama pengumpulan data. Hipotesis yang tidaklah sama dengan hipotesis penelitian kuantitatif yang memerlukan dukungan teori. Triangulasi mencari cepat pengujian data yang sudah ada dalam memperkuat tafsir dan meningkatkan kebijakan, serta program yang berbasis pada bukti yang telah tersedia. Triangulasi adalah suatu pendekatan analisa data yang mensintesa data dari berbagai sumber. Menurut Syaiful bahri sebagaimana dikutip Imam Gunawan, bahwa: Dengan cara menguji informasi dengan mengumpulkan data melalui metode berbeda, oleh kelompok berbeda dengan populasi (informan) berbeda, penemuan mungkin memperlihatkan 27
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktek… hal. 117-118
buktinpenetapan lintas data, mengurangi dampaknya dari penyimpangan potensial yang bisa terjadi dalam satu penelitian tunggal. Triangulasi menyatukan informasi dari penelitian kuantitatif dan kualitatif, menyertakan pencegahan dan kepedulian memprogram data dan membuat penggunaan pertimbangan pakar.28 Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Dengan demikian yang diterapkan dalam penelitian ini terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik, pengumpulan data dan waktu. a.
Triangulasi Sumber. Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.
b.
Triangulasi Teknik. Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.
c.
Triangulasi Waktu. Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Dalam rangka pengujian kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda.29
d.
Pengecekan Sejawat. Menurut Moleong, pemeriksaan sejawat adalah “teknik yang dilakukan dengan cara mengekpos hasil penelitian
28 29
Ibid, hal. 116 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2009 ) hal. 372.
sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi analitik dengan rekan-rekan sejawat.30 2.
Keteralihan (transferability), yaitu apakah hasil penelitian ini dapat diterapkan pada sitiasi yang lain.31 Artinya bahwa penelitian yang dilakukan dalam konteks tertentu dapat diaplikasikan atau ditransfer pada konteks lain. Dalam penelitian ini, terungkap segala sesuatu yang dibutuhkan oleh pembaca agar dapat memahami temuan yang telah diperoleh peneliti. Bila pembaca skripsi ini memperoleh gambaran yang sedemikian jelasnya, “semacam apa” suatu hasil penelitian dapat diberlakukan pada unit sosial lain yang serupa, maka skripsi tersebut memenuhi standar transferbilitas. Oleh karena itu supaya orang lain dapat memahami hasil penelitian kualitatif sehingga ada kemungkinan untuk menerapkan hasil penelitian tersebut, maka peneliti dalam membuat laporannya harus memberikan uraian yang rinci, jelas, sistematis dan dapat dipercaya. Dengan demikian, maka pembaca menjadi jelas atas hasil penelitian tersebut sehingga dapat memutuskan dapat atau tidaknya untuk mengaplikasikan hasil penelitian tersebut di tempat lain.
3.
Keterikatan (dependability), yaitu apakah hasil penelitian mengacu pada kekonsistenan peneliti dalam mengumpulkan data. Membentuk dan menggunakan konsep-konsep ketika membuat interpretasi untuk menarik
30 31
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian… hal. 332. Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan… hal. 169
simpulan.32 Kriteria ini digunakan untuk menjaga kehati-hatian akan terjadinya kemungkinan kesalahan dalam mengumpulkan data sehingga data tersebut dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Kesalahan banyak disebabkan faktor manusia itu sendiri terutama peneliti sebagai intrumen kunci yang dapat menimbulkan ketidak percayaan kepada peneliti. Mungkin karena keletihan atau karena keterbatasan mengingat sehingga membuat kesalahan. Konsep ketergantungan dimaksudkan agar peninjauan data dan konsep dilakukan dengan mempertimbangkan segala instrumen data termasuk didalamnya adalah peneliti. Konsep ketergantungan (dependability) lebih luas dikarenakan dapat memperhitungkan segalanya, yaitu apa yang dilakukan oleh seluruh warga MA Miftahul Ula Kertosono Nganjuk sebagai perwujudan keunggulannya. Cara untuk menetapkan bahwa proses peneliitian dapat dipertanggung jawabkan melalui audit dependabilitas oleh auditor independen guna mengkaji kegiatan yang dilakukan peneliti. Dalam penelitian ini yang dianggap mewakili sebagai auditor adalah dosen pembimbing penulisan skripsi. 4.
Kepastian (konfirmability), yaitu apakah hasil penelitian dapat dibuktikan kebenarannya dimana hasil penelitian sesuai dengan data yang dikumpulkan dan dicantumkan dalam laporan lapangan. Hal ini dilakukan dengan membicarakan hasil penelitian dengan orang-orang yang tidak ikut dan tidak
32
Ibid, hal. 169
berkepentingan dalam penelitian dengan tujuan agar hasil dapat lebih objektif. Adalah kriteria untuk menilai kualitas hasil penelitian dengan penelusurannya atau pelacakan catatan lapangan data lapangan dan koherensinya dalam interprestasi. Confirmability (Objektifitas) bermakna sebagai proses kerja yang dilakukan untuk mencapai kondisi objektif. Adapun kriteria objektif menurut Iskandar, bahwa: a. b. c. d. e. f. g.
Desain penelitian dibuat secara baik dan benar. Fokus penelitian tepat. Kajian literature yang relevan. Instrumen dan cara pendataan yang akurat. Teknik pengumpulan data yang sesuai dengan fokus permasalahan penelitian. Analisis data dilakukan secara benar. Hasil penelitian bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.33
Oleh karena itu supaya orang lain dapat memahami hasil penelitian kualitatif sehingga ada kemungkinan untuk menerapkan hasil penelitian tersebut, maka peneliti dalam membuat laporannya harus memberikan uraian yang rinci, jelas, sistematis dan dapat dipercaya. Dengan demikian menurut Sugiyono, maka pembaca menjadi jelas atas hasil penelitian tersebut, sehingga dapat memutuskan dapat atau tidaknya untuk mengaplikasikan hasil penelitian tersebut di tempat lain.
33
Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Jakarta:Gaung, PersadaPress, 2010) hlm. 228.
(Kualitatif dan Kuantitatif),
H. Tahap-tahap Penelitian Moleong mengungkapkan bahwa pelaksanan penelitian meliputi 3 (tiga) tahap, yaitu:34 1. Tahap Pralapangan a. Pada tahap pra-lapangan ini, peneliti mengajukan judul srkipsi kepada Ketua jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) pada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Tulungagung. Setelah mendapat persetujuan, peneliti melakukan studi pendahuluan ke lokasi yang akan dijadikan tempat penelitian serta memantau perkembangan yang terjadi di sana kemudian peneliti membuat proposal penelitian. Setelah itu penulis memenuhi syaratsyarat admisistrasi bukti ujuan proposal skripsi atau seminar proposal skripsi yang disetujui pembimbing penulisan skripsi. Selain itu peneliti juga menyiapkan surat permohonan ijin penelitian serta kebutuhan lainnya yang diperlukan selama melakukan penelitian. b. Memilih lapangan, dengan pertimbangan Madrasah Aliyah Miftahul Ula yang beralamat di Jalan K.H Abdul Fattah nomor 1, Desa Nglawak, Kecamatan Kertosono, Kabupaten Nganjuk
lokasi penelitian yang
penulis pilih karena ada keunikan dan kemenarikan dalam strategi guru menyampaikan pembelajaran PAI khususnya mata pelajaran Fiqh. Mengingat termasuk pengaplikasian Undang-undang guru dan dosen yang penulis paparkan pada konteks penelitian bahwa dalam 34
Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif…hlm. 88
professional pedagogiknya guru di tuntut merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran. dari situlah timbilah suatu ide madrasah untuk menerapkan pembelajaran fiqh dengan kitab klasik dan buku modern dengan tujuan meninhkatkan pemahaman belajar siswa. Akhirnya penulis dibuat penasaran akan hal itu dan memilih lokasi penelitian di MA Miftahul Ula Kertosono Nganjuk. c. Melakukan penjajakan lapangan, dalam rangka penyesuaian dengan situasi di Madrasah Aliyah Miftahul Ula yang beralamat di Jalan K.H Abdul Fattah nomor 1, Desa Nglawak, Kecamatan Kertosono, Kabupaten Nganjuk. Dalam hal ini penulis mencoba menjalin keakraban dengan pihak madrasah terutama dengan orang-orang yang nantinya akan
terpilih
kenyamanan
menjadi dan
narasumber
adaptasi
lebih
penelitian lanjut,
ini.
karena
Membangun penulis
akan
melaksanakan penelitian selama 2 bulan. 2. Tahap Lapangan Menurut Bogdan dan Taylor, sebagaimana dikutip Zainal Arifin mengatakan, bahwa: “to be educated is to learn to create a new. We must constantly create new methods and new approaches. Sepanjang pelaksanaan penelitian, ternyata penyempurnaan tidak hanya menyangkut pusat perhatian penelitian, melainkan juga pada metode penelitiannya”. 35
35
Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan… hal. 174
Setelah mendapat izin dari kepala MA Miftahul Ula Kertosono Nganjuk, peneliti kemudian mempersiapkan diri untuk memasuki lokasi penelitian tersebut demi mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya dalam pengumpulan data. Peneliti terlebih dahulu menjalin keakraban dengan para informan dalam berbagai aktifitas agar peneliti diterima dengan baik dan lebih leluasa dalam memperoleh data yang diharapkan dan pastinya disesuaikan dengan metode penelitiannya. Setelah terjalin keakraban dengan semua warga madrasah maka peneliti memulai penelitian sesuai dengan kebutuhan peneliti untuk memperoleh data tentang strategi pembelajaran Fiqh dengan kitab klasik dan buku modern dalam meningkatkan pemahaman belajar siswa, yang data lapangannya berupa hasil wawancara mendalam, hasil observasi partisipan dan dokumentasi. Semua data yang diperoleh terlampir. 3. Tahap Analisis Data Tahap ini meliputi analisa data yang diperoleh dari hasil wawancara mendalam, observasi-partisipan, dan dokumentasi yang dikumpulkan selama penelitian termaktub dalam data terlampir. Setelah itu dilakukan penafsiran data sesuai dengan konteks permasalahan yang diteliti. Selanjutnya melakukan pengecean keabsahan data dengan cara mengecek sumber data dan metode yang dipergunakan untuk memperoleh data sehingga data benar-benar kreadibel sebagai dasar dan bahan untuk
pemberian makna data yang merupakan proses penetuan dalam memahami konteks penelitian yang sedang diteliti. Tahap ini kemudian diakhiri dengan kegiatan penyusunan hasil penelitian dari semua rangkaian kegiatan pengumpulan data sampai pemberian makna data. Setelah itu melakukan konsultasi hasil penelitian kepada dosen pembimbing untuk mendapatkan kritikan, perbaikan, dan saran atau koreksi, yang kemudian akan ditindak lanjuti dengan perbaikan. Langkah lebih lanjut adalah melakukan pengurusan kelengkapan persyaratan untuk mengadakan ujian skripsi, dan revisi apabila terdapat kritik dan saran dari para penguji skripsi, serta mendapatkan tanda-tangan pengesahan skripsi dari para pihak terkait dari dosen pembimbing sampai dengan rektor, kemudian mempublikasikan skripsi melalui media-media yang memungkinkan.