BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif dan menggunakan survey crossectional. Penelitian ini menjelaskan hubungan antar variabel independen dengan variabel dependen melalui analisis data yang berupa angka dan metode statistik untuk menguji hipotesis. Metode yang digunakan adalah observasi sebagai pengumpulan data untuk mempelajari dinamika korelasi, dan subyek diteliti sekali saja. Desain penelitian dapat dilihat pada Gambar 2 (hal. 52).
B. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh pegawai Sub Bankum dan KI (Sub Bantuan Hukum, Pelaporan, dan Kepatuhan Internal) di tingkat Kanwil dan Subaki (Sub Bagian Umum dan Kepatuhan Internal) di KPP di wilayah Jateng dan DIY. Kanwil Jateng 1 terdiri dari 17 KPP yaitu: KPP Madya Semarang, KPP Blora, KPP Demak, KPP Kudus, KPP Pati, KPP Pekalongan, KPP Batang, KPP Salatiga, KPP Semarang Barat, KPP Semarang Candisari, KPP Semarang Selatan, KPP Semarang Tengah 1, KPP Semarang Tengah 2, KPP Semarang Timur, KPP Semarang Gayamsari, KPP Tegal, dan KPP Jepara. Kanwil Jateng 2 terdiri dari 12 KPP yaitu: KPP Purwokerto, KPP Surakarta, KPP Purbalingga, KPP Boyolali, KPP Temanggung, KPP Purworejo, KPP Klaten, KPP Cilacap, KPP Karanganyar, KPP Kebumen, KPP Sukoharjo, dan KPP Magelang.
49
50
Kanwil DIY terdapat 5 KPP yang diteliti, yaitu: KPP Sleman, KPP Yogyakarta, KPP Wonosari, KPP Wates, dan KPP Bantul. Secara keseluruhan, jumlah populasinya sebesar 314 orang. Alasan penentuan populasi dalam penelitian ini adalah a) konsentrasi yang diteliti adalah kualitas audit internal DJP, dengan Kanwil dan KPP merupakan sasarannya, b) Kanwil dan KPP di wilayah Jateng dan DIY siap membantu dan mendukung data yang diperlukan dalam penelitian ini. 2. Sampel Sampel penelitian ini adalah pegawai Sub Bankum dan KI di Kanwil dan Subaki di tingkat KPP yang betugas sebagai UKI di Wilayah Jateng dan DIY yang berjumlah 97 orang dengan rincian tiap kantor baik Kanwil maupun KPP mempunyai pegawai bertugas sebagai UKI sebanyak 2 orang (1 Kasi dan 1 pelaksana) maupun 3 orang (1 Kasi dan 2 pelaksana). Alasan menentukan sebagian populasi sebagai sampel adalah a) untuk memudahkan proses pengumpulan data dan analisis data; b) setiap sampel yang terpilih memiliki kemampuan populasi yang diwakili. Tabel 1. Populasi dan Sampel Penelitian Nama Kantor Kanwil Jateng 1 KPP Madya Semarang KPP Blora KPP Demak KPP Kudus KPP Pati KPP Jepara KPP Pekalongan KPP Batang KPP Salatiga KPP Semarang Barat KPP Semarang Candi Sari
Pegawai Sub Bankum, KI dan Subaki 5 10 7 7 8 8 8 8 7 7 10 10
Responden Petugas UKI (berdasarkan purposive sampling model) 2 2 3 2 3 3 2 2 3 2 2 3
51
Nama Kantor KPP Semarang Selatan KPP Semarang Tengah 1 KPP Semarang Tengah 2 KPP Semarang Timur KPP Semarang Gayam Sari KPP Tegal
Pegawai Sub Bankum, KI dan Subaki 10 10 10 10 8 7
Kanwil Jateng 2 KPP Purwokerto KPP Surakarta KPP Purbalingga KPP Boyolali KPP Temanggung KPP Purworejo KPP Klaten KPP Cilacap KPP Karanganyar KPP Kebumen KPP Sukoharjo KPP Magelang
3 9 11 10 9 8 9 10 8 9 8 10 10
Kanwil DIY KPP Sleman KPP Yogyakarta KPP Wonosari KPP Wates KPP Bantul
5 9 9 7 9 11
Total Sumber: Data diolah, 2016
314
Responden Petugas UKI (berdasarkan purposive sampling model) 3 3 3 2 2 2 44 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 36 3 3 3 2 3 3 17 97
3. Teknik Pengambilan Sampel Pengambilan sampel dalam penelitian ini harus memenuhi syarat tertentu, yaitu sebagai petugas UKI, sehingga metode pengambilan sampelnya menggunakan metode purposive sampling. Pertimbangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel harus berasal sebagai petugas UKI adalah untuk memenuhi unsur precision of estimate (ketepatan penaksiran) terhadap variabel dalam penelitian ini serta pengaruhnya terhadap kualitas audit.
52
Seluruh pegawai sub Bankum dan KI di Kanwil dan Subaki di wilayah Jateng dan DIY
POPULASI
97 responden yang diperoleh dari seluruh pegawai Sub Bankum dan KI di tingkat Kanwil dan Subaki di tingkat KPP bertugas sebagai UKI
SAMPEL
Independensi (IND), Integritas (INT), Kompetensi (KOM), Obyektifitas (OBY), Kerahasiaan (RHS), Budaya Jawa (BJA) dan Kualitas Audit (KA)
OBYEK
Variabel dependen Kualitas Audit (KA) Variabel independent Independensi (IND) Integritas (INT) Kompetensi (KOM) Obyektifitas (OBY) Kerahasiaan (RHS)
VARIABEL
Variabel moderasi Budaya Jawa (BJA)
Data
Dokumen
1. Outer Model atau Measurement Model 2. Pengujian Model Struktural (Inner Model) 3. Pengujian Hipotesis
Model Partial Least Square
1. 2. 3.
Uji Parsial Uji Simultan Koefisien Determinasi
Laporan Tesis
Gambar 3. Desain Penelitian
Dokumen
INSTRUMEN
ALAT
INTEPRETASI
HASIL
53
C. Metode Penggumpulan Data Penggumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah field research atau studi lapangan, yaitu peneliti secara langsung memberikan kuisioner kepada pegawai yang bertugas sebagai UKI di Kanwil dan KPP di Wilayah Jateng dan DIY. Penelitian ini menggunakan data primer yang menggambarkan keadaan sebenarnya dari obyek penelitian. Kegiatan ini dilakukan dengan mempelajari secara langsung tentang Kantor Pajak baik di tingkat Kanwil maupun KPP di Wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta.
D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Variabel penelitian ini terdiri dari variabel dependen dan variabel independen. Variabel dependennya adalah kualitas audit (KA), sedangkan variabel independennya adalah independensi (IND), integritas (INT), kompetensi (KOM), obyektivitas (OBY), kerahasiaan (RHS), budaya Jawa (BJA). 1. Definisi Operasional Variabel Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut ini. a. Kualitas Audit (KA) Penelitian ini menggunakan kualitas audit (KA) yang menurut Badjuri (2012) berarti laporan mengenai kelemahan pengendalian intern dan kepatuhan, merahasiakan informasi terlarang, respon pejabat berwenang, distribusi laporan audit dan tindak lanjut rekomendasi. Definisi operasional Badjuri (2012) dapat digunakan dalam penelitian
54
ini, karena hal tersebut terkait dengan tugas UKI untuk mengetahui kelemahan penerapan sistem pengendalian internal, tingkat kepatuhan terhadap suatu peraturan yang telah ditetapkan di DJP serta tindak lanjut atas rekomendasi yang diberikan. b. Independensi (IND) Penelitian ini menggunakan independensi yang menurut Christopher, Sarens, dan Leung (2009) didefinisikan sebagai kebebasan dari konflik kepentingan yang mengancam obyektivitas. Dengan kata lain, situasi di mana ancaman terhadap obyektivitas dapat dikelola sejauh risiko jasa audit internal tidak efektif dapat diterima dan dikendalikan. Definisi Christopher, Sarens, dan Leung (2009) digunakan dalam penelitian ini, karena menyatakan independensi auditor dalam hal ini petugas UKI terkait konflik kepentingan dan pengelolaan atas ancaman. c. Integritas (INT) Penelitian
ini
menggunakan
integritas
yang
menurut
Permenpan No: PER/04/M.PAN.03/2008 adalah sikap auditor dalam melaksanakan tanggung jawabnya yang didasari jujur, bijaksana, berani
dan
bertanggung
jawab.
Definisi
Permenpan
No:
PER/04/M.PAN.03/2008 digunakan dalam penelitian ini, karena dapat digunakan untuk menentukan integritas petugas UKI sebagai APIP berdasarkan kejujuran, bijaksana dan bertanggung jawab.
55
d. Kompetensi (KOM) Penelitian ini menggunakan kompetensi yang menurut Code of Ethics IIA (2009), yaitu auditor internal harus menerapkan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman yang diperlukan dalam pelaksanaan jasa audit internal. Definisi kompetensi dalam Code of Ethics IIA (2009) digunakan dalam penelitian ini, karena dapat menjelaskan kompetensi internal auditor dalam hal ini petugas UKI berdasarkan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman pada jasa auditor internal. e. Obyektivitas (OBY) Penelitian ini menggunakan obyektivitas yang menurut Standar Atribut 1120 (IIA, 2009) adalah auditor internal harus memiliki sikap tidak memihak dan menghindari konflik kepentingan, serta harus menjunjung
tinggi
ketidakberpihakan
profesional
dalam
mengumpulkan, mengevaluasi, dan memproses data atau informasi audit. Definisi Standar Atribut 1120 (IIA, 2009) terkait obyektivitas yang digunakan dalam penelitian ini, karena dapat mewakili obyektivitas petugas UKI atas sikap kebebasan keberpihakan sebagai auditor internal. f. Kerahasiaan (RHS) Penelitian ini menggunakan kerahasiaan yang menurut BPKP (2008) adalah auditor internal harus hati-hati dalam menggunakan informasi yang mereka terima dan tidak mengungkapkan informasi tanpa persetujuan yang memadai kecuali ada kewajiban hukum untuk
56
melakukannya. Definisi BPKP (2008) digunakan dalam penelitian ini karena dapat menjelaskan bagaimana auditor internal dalam hal ini petugas UKI harus menjaga kerahasiaan hasil auditnya. g. Budaya Jawa (BJA) Penelitian ini menggunakan budaya Jawa yang menurut Sartini (2009) adalah budaya adiluhung yang mempunyai nilai luhur mulai dari etika dan sopan santun di dalam rumah dan publik, cara berbicara, berpendapat, berpakaian, makan, memperlakukan orang lain dan sebagainya. Definisi Sartini (2009) digunakan dalam penelitian ini karena penjelasannya mudah digunakan untuk mengidentifikasi budaya Jawa. 2. Pengukuran Variabel Pengukuran variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut ini. a. Kualitas Audit (KA) Pengukuran kualitas audit diperoleh dengan memodifikasi instrumen yang mengacu pada Sukriah et al. (2009), yaitu kesesuaian dengan standar audit, kualitas laporan audit, dan tindak lanjut hasil audit. Ukuran kualitas audit yang digunakan Sukriah et al. (2010) digunakan dalam penelitian ini, karena instrumennya berhubungan dengan standar audit yang ditetapkan yaitu standar audit APIP sesuai dengan Permenpan No : PER/05/M. PAN/03/2008. Instrumen yang digunakan untuk mengukur kualitas audit berupa pertanyaan dengan skala likert lima poin, yaitu: 1 = sangat
57
tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = netral, 4 = setuju, 5 = sangat setuju. b. Independensi (IND) Independensi diukur menggunakan indikator independensi yang mengacu pada SPKN (2007), yaitu gangguan pribadi, gangguan ekstern dan gangguan organisasi. Ukuran independensi menurut SPKN (2007) dipilih dalam penelitian ini, karena dapat menunjukkan sumbersumber gangguan yang dapat mengancam independensi auditor yang diteliti. Instrumen yang digunakan untuk mengukur independensi berupa pertanyaan dengan skala likert lima poin, yaitu: 1 = sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = netral, 4 = setuju, 5 = sangat setuju. c. Integritas (INT) Integritas diukur menggunakan indikator integritas mengacu pada Sukriah et al. (2009) yaitu terdiri dari kejujuran auditor, sikap bijaksana auditor, keberanian auditor, dan sikap bertanggung jawab auditor. Ukuran integritas yang digunakan Sukriah et al. (2009) dipilih dalam penelitian ini, karena dapat memberikan gambaran secara jelas integritas auditor yang diteliti. Instrumen yang digunakan untuk mengukur integritas berupa pertanyaan dengan skala likert lima poin, yaitu: 1 = sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = netral, 4 = setuju, 5 = sangat setuju. d. Kompetensi (KOM) Pengukuran
kompetensi
dalam
penelitian
ini
adalah
pengukuran yang dilakukan berdasarkan indikator kompetensi dari
58
Sukriah et al. (2009) yang telah dimodifikasi, yaitu mutu personal, pengetahuan umum, keahlian khusus, dan pengalaman. Ukuran kompetensi yang digunakan Sukriah et al. (2009) dipilih dalam penelitian ini, karena dapat memberikan gambaran secara jelas kompetensi auditor yang diteliti. Instrumen yang digunakan untuk mengukur kompetensi berupa pertanyaan dengan skala likert lima poin, yaitu: 1 = sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = netral, 4 = setuju, 5 = sangat setuju. e. Obyektivitas (OBY) Pengukuran obyektivitas diperoleh dari indikator obyektivitas dari Sukriah et al. (2009) yaitu bebas dari benturan kepentingan, dan pengungkapan kondisi sesuai fakta. Ukuran obyektivitas yang digunakan Sukriah et al. (2009) dalam penelitian ini, karena dapat memberikan gambaran secara jelas obyektivitas auditor yang diteliti. Instrumen yang digunakan untuk mengukur obyektivitas berupa pertanyaan dengan skala likert lima poin, yaitu: 1 = sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = netral, 4 = setuju, 5 = sangat tidak setuju. f. Kerahasiaan (RHS) Pengukuran kerahasiaan mengacu pada indikator kerahasiaan dari Permenpan Nomor: PER/04/M.PAN/03/2008 yaitu hati-hati menggunakan dan menjaga segala informasi yang diterima dalam audit; serta tidak akan mengungkapkan informasi yang diterima tanpa
59
persetujuan yang memadai. Ukuran kerahasiaan dalam Permenpan Nomor: PER/04/M.PAN/03/2008 dapat digunakan dalam penelitian ini, karena dapat menggambarkan tingkat kerahasiaan auditor yang diteliti. Instrumen yang digunakan untuk mengukur kerahasiaan berupa pertanyaan dengan skala likert lima poin, yaitu: 1 = sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = netral, 4 = setuju, 5 = sangat tidak setuju g. Budaya Jawa (BJA) sebagai variabel moderasi Budaya Jawa diukur dengan menggunakan indikator budaya Jawa dari Magnis Suseno (1984), yaitu principle of conflict avoidance dan principle of respect. Ukuran budaya Jawa yang digunakan Magnis Suseno (1984) dipilih dalam penelitian ini, karena dapat menunjukkan nilai-nilai budaya Jawa auditor yang diteliti dalam memperkuat dan melemahkan pengaruh variabel independen terhadap kualitas audit. Instrumen yang digunakan dibangun berdasarkan dua hal tersebut berupa pertanyaan dengan skala likert lima poin, yaitu: 1 = tidak setuju, 2 = setuju, 3 = netral, 4 = tidak setuju, 5 = sangat setuju.
E. Pengujian Statistik 1. Rancangan Pengujian Statistik deskriptif yaitu analisis karakter data berdasarkan parameter mean, median, mode, standar deviasi, tertinggi dan terendah. Parameter tersebut digunakan untuk mengetahui masing-masing ukuran yang terdapat dalam data penelitian independensi (IND), integritas (INT),
60
kompetensi (KOM), obyektivitas (OBY), kerahasiaan (RHS), budaya Jawa (BJA) dan kualitas audit (KA). 2. Definisi Operasional Pengujian Teknik pengolahan data dengan menggunakan metode SEM berbasis Partial Least Square (PLS) memerlukan 2 tahap untuk menilai Fit Model dari sebuah model penelitian (Ghozali, 2015). Tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut ini. a. Menilai Outer Model atau Measurement Model Measurement
model
menunjukkan
bagaimana
variabel
manifest atau observed variabel merepresentasi variabel laten untuk diukur. Terdapat tiga kriteria di dalam penggunaan teknik analisa data dengan SmartPLS untuk menilai outer model yaitu convergent validity, discriminant validity dan uji reabilitas. Convergent validity dari model pengukuran dengan refleksif indikator dinilai berdasarkan korelasi antara item score/component score yang diestimasi dengan software PLS. Ukuran refleksif individual dikatakan tinggi jika berkorelasi lebih dari 0,70 dengan konstruk yang diukur. Namun menurut Chin, 1998 (dalam Ghozali, 2015) untuk penelitian tahap awal dari pengembangan skala pengukuran nilai loading 0,5 sampai 0,6 dianggap cukup memadai. Dalam penelitian ini akan digunakan batas loading factor sebesar 0,60. Apabila nilai outer model atau korelasi antara konstruk dengan variabel belum memenuhi convergen validity karena memiliki nilai loading factor di bawah 0,60, maka model dimodifikasi. Modifikasi
61
model dilakukan dengan mengeluarkan indikator-indikator yang memiliki nilai loading factor di bawah 0,60. Discriminant validity dilakukan untuk memastikan bahwa setiap konsep dari masing variabel laten berbeda dengan variabel lainnya. Validitas discriminant dari model pengukuran dengan refleksif indikator dinilai berdasarkan cross loading pengukuran dengan konstruk. Model mempunyai discriminant validity yang baik jika setiap nilai loading dari pada konstruks yang dituju harus lebih besar dibandingkan dengan nilai loading dengan konstruk yang lain. Metode lain untuk menilai discriminant validity adalah dengan membandingkan akar kuadrat dari AVE (Average Variance Extracted) untuk setiap konstruk dengan nilai korelasi antar konstruks dalam model. Vailiditas discriminat yang baik ditunjukkan dari akar kuadrat AVE untuk tiap konstruk lebih besar dari korelasi antar konstruk dalam model (Fornel dan Larcker, 1981 dalam Ghozali, 2015). Nilai AVE yang direkomendasikan harus lebih besar dari 0,50 mempunyai arti bahwa 50% atau lebih variance dari indikator dapat dijelaskan. Uji
reliabilitas
dilakukan
untuk
membuktikan
akurasi,
konsistensi, dan ketepatan instrumen dalam mengukur konstruk. Dalam mengukur reabilitas suatu konstruk dengan indikator reflektif dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu Cronbach’s Alpha dan composite reliability sering disebut Dillon Goldstein’s. Namun demikian, penggunaan Cronbach’s Alpha untuk menguji reliabilitas
62
konstruk akan memberikan nilai yang lebih rendah sehingga lebih disarankan untuk menggunakan composite reliability dalam menguji reliabilitas suatu konstruk. Untuk menilai reliabilitas konstruk, nilai Composite Reliability harus lebih besar dari 0.7 untuk penelitian yang bersifat confirmatory dan nilai 0.6 – 0.7 masih diterima untuk penelitian yang bersifat exploratory (Ghozali, 2015). b. Pengujian Model Struktural (Inner Model) Pengujian inner model atau model struktural dilakukan untuk melihat hubungan antara konstruk, nilai signifikansi dan R-square dari model penelitian. Model struktural dievaluasi dengan menggunakan Rsquare untuk konstruk dependen uji t serta signifikansi dari koefisien parameter jalur struktural. Penilaian model dengan PLS dimulai dengan melihat R-square untuk setiap variabel laten endogen. Perubahan nilai R-square dapat digunakan untuk menilai pengaruh variabel laten eksogen tertentu terhadap variabel laten endogen apakah mempunyai pengaruh yang substantif (Ghozali, 2015).
63
Gambar 4. Model Struktural Dalam menilai model dengan PLS dimulai dengan melihat Rsquare untuk setiap variabel laten dependen. Pada prinsipnya penelitian ini menggunakan 2 buah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lainnya. Variabel obyektivitas (OBY) dipengaruhi oleh variabel independensi (IND) dan variabel integritas (INT). Variabel kualitas audit (KA) dipengaruhi
oleh
variabel
independensi
(IND),
integritas
(INT),
kompetensi (KOM), obyektivitas (OBY), kerahasiaan (RHS), dan budaya Jawa (BJA). Analisis dilanjutkan budaya Jawa sebagai pemoderasi pengaruh obyektivitas (OBY) terhadap kualitas audit (KA).
64
c. Pengujian Hipotesis Signifikansi parameter yang diestimasi memberikan informasi yang sangat berguna mengenai hubungan antara variabel-variabel penelitian. Dasar yang digunakan dalam menguji hipotesis adalah nilai yang terdapat pada output result for inner weight. Pengujian hipotesis dapat dilihat dari nilai t-statistik dan nilai probabilitas. Untuk pengujian hipotesis menggunakan nilai statistik maka untuk alpha 5% nilai t-statistik yang digunakan adalah 1,96, sehingga kriteria penerimaan/penolakan hipotesa adalah Ha diterima dan H0 di tolak ketika t-statistik > 1,96. Untuk menolak/ menerima Hipotesis menggunakan probabilitas maka Ha di terima jika nilai p < 0,05.