BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan mengambil objek kasus pelarangan buku Lekra Tak Membakar Buku: Suara Senyap Lembar Kebudayaan Harian Rakyat 1950-1965 karya Rhoma Dwi Aria Yuliantri dan Muhidin M. Dahlan. Sedangkan lokasi yang menjadi fokus penelitian adalah perpustakaan Indonesia Boekoe yang menyediakan literatur mengenai kebijakan pelarangan buku era reformasi di Indonesia sekaligus tempat penulis bekerja dan Kejaksaan Tinggi D.I. Yogyakarta. Hal tersebut dengan harapan agar dapat ditangkap konteks atas perlindungan hak politik warga negara pasca tumbangnya rezim orde baru atau era reformasi. Waktu penelitian dilaksanakan mulai bulan Desember 2013 sampai dengan Februari 2014. B. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis
penelitian
ini
merupakan
penelitian
deskriptif
dengan
menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Kirk dan Miller dalam Lexy J. Moleong (2006: 4), penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental tergantung dari pengamatan manusia baik dalam kawasannya maupun dalam peristilahannya. Dengan penelitian ini diharapkan dapat mengungkap berbagai informasi kualitatif yang berkaitan dengan Politik Kebijakan Pelarangan Buku Era Reformasi di Indonesia dengan mengambil studi atas pelarangan buku Lekra Tak Membakar Buku: Suara Senyap Lembar Kebudayaan Harian Rakyat 1950-
42
43
1965 karya Rhoma Dwi Aria Yuliantri dan Muhidin M. Dahlan. Dengan deskripsi-analisis yang diteliti dan penuh makna, yang juga tidak menolak informasi kuantitatif dalam bentuk angka maupun jumlah. C. Penentuan Subjek Penelitian Informan atau subjek penelitian adalah orang dalam pada latar penelitian (Moleong, 2006: 132). Dengan kata lain, subjek penelitian juga orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang adanya politik kebijakan pelarangan buku. Dalam hal penentuan subjek penelitian, peneliti tidak boleh sembarang pilih. Informan tersebut harus jujur, dapat dipercaya, memiliki pandangan tertentu tentang peristiwa yang terjadi. Hal ini sesuai dengan tujuan dari penelitian kualitatif ini yakni mendeskripsikan fenomena sosial yaitu fenomena yang terjadi pada saat adanya politik kebijakan pelarangan buku tersebut. Sehingga dari buku yang dilarang peredarannya di era Reformasi diantaranya sebagai berikut: 1. Buku Aku Bangga Menjadi Anak PKI karya Ribka Tjiptaning. 2. Buku Pembunuhan Theys: Kematian HAM di Tanah Papua karya Benny Giay. 3. Buku Aku Melawan Teroris karya Imam Samoedra. 4. Buku Menembus Gelap Menuju Terang karya Muhammad Ardi Husein. 5. Buku Soekarno File karya Antonie C.A. Dake. 6. Buku Atlas yang memuat Bendera Papua Merdeka (Bintang Kejora).
44
7. Buku Kutemukan Kebenaran Sejati dalam Al-Quran karya Maksud Simanungkalit. 8. Buku Tenggelamnya Rumpun Melanisia: Pertarungan Politik NKRI di Papua Barat Karya Sendius Wonda. 9. Buku Dalih Pembunuhan Massa Gerakan 30 September dan Kudeta Soeharto karya John Rosa. 10. Buku Suara Gereja bagi Umat Tertindas Penderitaan Tetesan Darah dan Cucuran Air Mata Umat Tuhan di Papua Barat Harus Diakhiri karya Cocratez Sofyan Yoman. 11. Buku
Lekra Tak Membakar Buku: Suara Senyap Lembar
Kebudayaan Harian Rakjat 1950-1965 karya Rhoma Dwi Aria Yuliantri dan Muhidin M Dahlan. 12. Buku Enam Jalan Menuju Tuhan karangan Darmawan. 13. Buku Mengungkap Misteri Keberagaman Agama karya Syahrudin Ahmad. Dalam penelitian ini, peneliti menentukan salah satu buku yang dilarang di era Reformasi tersebut sebagai subjek penelitian dengan menggunakan teknik purposive sampling. Teknik pengambilan sampel ini dimaksudkan agar memudahkan dalam menentukan narasumber dalam penelitian. Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan perimbangan tertentu, seperti orang tersebut dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan dalam penelitian (Sugiyono, 2010: 53). Dalam
45
penentuan subjek penelitian menggunakan teknik purposive sampling, peneliti memberikan kriteria sebagai berikut: 1. Staf Kejaksaan Tinggi D.I Yogyakarta yang mempunyai tugas dalam bidang ketertiban dan ketenteraman umum khususnya dalam hal melakukan pengawasan peredaran barang cetakan. 2. Penulis buku yang mengetahui bagaimana mekanisme pelarangan buku karyanya dan bagaimana proses perlawanan terhadap pelarangan buku tersebut. 3. Pengamat buku yang mengetahui bagaimana kebijakan perbukuan di Indonesia. Dengan berlandasakan kriteria tersebut peneliti menentukan subjek yang akan diteliti, yaitu: 1. Arif Raharjo, S.H selaku staf Asisten Intelejen Kejaksaan Tinggi D.I Yogyakarta bagian Sosial-Politik (Kasi II) yang mengurusi pengawasan barang cetakan. 2. Rhoma Dwi Aria Yuliantri dan Muhidin M. Dahlan selaku penulis buku Lekra Tak Membakar Buku: Suara Senyap Lembar Kebudayaan Harian Rakjat 1950-1965. 3. Eko Prasetyo selaku pengamat perbukuan, penulis buku, dan Direktur penerbit Resistbook).
46
D. Teknik Pengumpulan Data Penelitian kualitatif dilandasi strategi pikir fenomenologis yang selalu bersifat lentur dan terbuka. Dalam penelitian ini menekankan analisis yang meletakkan data penelitian bukan sebagai alat dasar pembuktian tetapi sebagai modal dasar bagi pemahaman, maka proses pengumpulan data merupakan kegiatan yang lebih dinamis (Sutopo, 1996: 47). Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Wawancara mendalam Menurut Lexy J. Moleong (2006: 186), wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan tersebut dilakukan oleh dua pihak yakni pewawancara(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan. Keuntungan mencari data dengan wawancara(Soehartono, 2002: 68); pertama, dapat digunakan pada responden yang tidak bisa membaca dan menulis; kedua, jika ada pertanyaan yang belum dipahami, pewawancara dapat segera menjelaskannya; ketiga, wawancara dapat mengecek kebenaran
jawaban
responden
dengan
menggunakan
pertanyaan
pembanding, atau dengan melihat wajah atau gerak-gerik responden. Wawancara yang akan digunakan nantinya adalah wawancara mendalam. Menurut penggolongannya wawancara dibagi menjadi dua, yakni wawancara terstruktur (wawancara baku) dan wawancara tak terstruktur. Wawancara mendalam sendiri bagian dari wawancara tak
47
terstruktur. Wawancara ini bersifat luwes, di mana susunan pertanyaannya dan susunan kata-kata dalam setiap pertanyaan dapat diubah pada saat wawancara sesuai dengan kebutuhan dan kondisi. Tidak seperti wawancara baku yang harus terstruktur dan pertanyaannya sudah ditetapkan dengan pilihan jawaban yang telah disediakan. Keuntungan
menggunakan
wawancara
mendalam,
seperti
diungkapkan Denzin dalam Dedy Mulyana (2006:181) antara lain sebagai berikut: a) Wawancara terbuka memungkinkan responden menggunakan cara-cara untuk mendefinisikan dunia. b) Wawancara terbuka mengasumsikan bahan tidak ada urutan tetap pertanyaan yang sesuai untuk semua responden. c) Wawancara terbuka memungkinkan responden membicarakan isuisu penting yang tidak terjadwal. Dengan
wawancara
mendalam
pewawancara
juga
dapat
memberikan keleluasaan informan dalam memberikan penjelasan secara aman,
tidak
merasa
ditekan,
maka
perlu
diciptakan
suasana
“kekeluargaan”. Kelonggaran ini akan mengorek kejujuran informasi, terutama yang berhubungan dengan sikap, pandangan, dan perasaan informan sehingga pencari data tidak merasa asing dan dicurigai. Proses wawancara mendalam meliputi menanyakan pertanyaan dengan format terbuka, mendengarkan dan merekamnya kemudian menidaklanjuti dengan pertanyaan tambahan yang terkait (Patton,
48
2009:182). Dengan kata lain proses wawancara mendalam memerlukan waktu yang tidak sebentar. Oleh karena itu, maka masalah pelaksanaan wawancara perlu dipilih “waktu yang tepat”, maksudnya para informan diwawancarai pada saat yang tidak sibuk dan dalam kondisi yang “santai” sehingga keterangan yang diberikan memang benar-benar adanya. Kemudian, jika memang waktu yang diberikan oleh informan terbatas, peneliti melakukan wawancara tambahan pada waktu yang disepakati. 2. Dokumentasi Teknik
pengumpulan
data
dengan
dokumentasi
adalah
pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen yang berhubungan dengan masalah penelitian. Dokumen sebagai sumber data dapat
dimanfaatkan
untuk
menguji,
menafsirkan
bahkan
untuk
meramalkan hasil penelitian (Moleong, 2002:161). Dokumen dapat berupa catatan pribadi, buku harian, laporan kerja, notulen rapat, catatan kasus, rekaman kaset, rekaman video, foto dan lain sebagainya. Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumen yang berkaitan dengan Politik Kebijakan Pelarangan Buku Era Reformasi di Indonesia dengan mengambil studi atas pelarangan buku Lekra Tak Membakar Buku: Suara Senyap Lembar Kebudayaan Harian Rakyat 1950-1965 karya Rhoma Dwi Aria Yuliantri dan Muhidin M. Dahlan yang berupa database. Dari database yang dapat diketahui mengenai data praktik kebijakan pelarangan buku di Indonesia era reformasi atas pelarangan Buku Lekra Tak Membakar Buku: Suara
49
Senyap Lembar Kebudayaan Harian Rakyat 1950-1965 karya Rhoma Dwi Aria Yuliantri dan Muhidin M. Dahlan dan bentuk perlawanan yang dilakukan terhadap kebijakan pelarangan buku atas Buku Lekra Tak Membakar Buku: Suara Senyap Lembar Kebudayaan Harian Rakyat 19501965 karya Rhoma Dwi Aria Yuliantri dan Muhidin M. Dahlan. E. Validitas Data Validitas data atau teknik pemeriksaan keabsahan data sangat penting dilakukan agar data yang diperoleh di lapangan pada saat penelitian dilakukan bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya. Untuk menjamin validitas data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini, peneliti mengggunakan teknik cross check. Penggunaan teknik cross check data dilakukan dengan membandingkan atau mengecek data hasil dokumentasi dan wawancara (Bungin, 2001:2005). Selain teknik cross check, validitas data juga dilakukan dengan diskusi dengan ahli. Teknik ini dilakukan dalam bentuk konsultasi dengan tujuan agar kekurangan dari penelitian ini dapat segera diungkapkan atau diketahui. Ahli yang dimaksud di sini adalah dosen pembimbing. F. Teknik Analisis Data Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit (Sugiyono, 2010: 335). Menurut Nasution (dalam Usman dan
50
Akbar, 2009: 84) analisis data ialah proses menyusun data agar dapat ditafsiran. Menyusun data berarti menggolongkannya dalam pola atau tema. Penelitian ini menggunakan analisis data induktif. Dalam model analisis ini ada empat komponen analisis yaitu reduksi data, unitisasi dan kategorisasi data,penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi, aktivitasnya dilakukan dalam bentuk interaktif dengan proses pengumpulan data sebagai suatu proses yang berlanjut, berulang, dan terus-menerus hingga membentuk sebuah siklus. Berikut langkah-langkah untuk menganalisis data dalam penelitian yang dilakukan: 1. Reduksi data Miles dan Huberman (2009: 16) mengemukakan, reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, transformasi data kasar, yang muncul dari catatan-catatan lapangan. Reduksi data berlangsung terus menerus selama penelitian berlangsung. Dalam proses reduksi data ini, peneliti dapat melakukan pilihan-pilihan terhadap data yang hendak dikode, mana yang dibuang, mana yang merupakan ringkasan, cerita-cerita yang sedang berkembang (Suparyogo & Tobroni, 2001: 194). Dengan demikian reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang
51
tidak perlu dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi. Dalam penelitian ini data yang telah terkumpul, dipilih, dan dikelompokan dalam bentuk database (kumpulan data) berdasarkan kriteria data yang sesuai dengan Politik Kebijakan Pelarangan Buku Era Reformasi di Indonesia yang mengambil studi atas pelarangan buku Lekra Tak Membakar Buku: Suara Senyap Lembar Kebudayaan Harian Rakyat 1950-1965 karya Rhoma Dwi Aria Yuliantri dan Muhidin M. Dahlan. Dari database tersebut dapat diketahui mengenai fakta-fakta praktik kebijakan pelarangan buku era reformasi di Indonesia dan bentuk-bentuk perlawanan yang dilakukan terhadap praktik kebijakan pelarangan buku Buku Lekra Tak Membakar Buku: Suara Senyap Lembar Kebudayaan Harian Rakyat 1950-1965 karya Rhoma Dwi Aria Yuliantri dan Muhidin M. Dahlan tersebut. Unitisasi dan kategorisasi data yang relevan dan telah disederhanakan kemudian disusun secara sistematis ke dalam unit-unit yang masing-masing unit memiliki kesamaan dalam bidang tertentu sehingga dapat mempermudah dan memberikan gambaran yang jelas untuk peneliti mengenai Politik Kebijakan Pelarangan Buku Era Reformasi di Indonesia dengan mengambil studi atas atas pelarangan buku Lekra Tak Membakar Buku: Suara Senyap Lembar Kebudayaan Harian Rakyat 1950-1965 karya Rhoma Dwi Aria Yuliantri dan Muhidin M. Dahlan.
52
2. Penyajian data Penyajian data adalah menyajikan sekumulan informasi yang tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan (Suparyogo & Tobrono, 2001: 194). Penyajian yang dilakukan dalam bentuk teks naratif dengan dilengkapi berbagai jenis diagram, tabel.
Data yang disajikan dalam bentuk
narasi maupun diagram dan tabel merupakan informasi mengenai Politik Kebijakan Pelarangan Buku Era Reformasi di Indonesia dengan mengambil studi atas pelarangan buku Lekra Tak Membakar Buku: Suara Senyap Lembar Kebudayaan Harian Rakyat 1950-1965 karya Rhoma Dwi Aria Yuliantri dan Muhidin M. Dahlan. 3. Kesimpulan atau verifikasi Verifikasi dilakukan untuk mencari atau memahami makna, keteraturan pola penjelasan, alur sebab-akibat. Kesimpulan yang ditarik segera diverifikasi dengan cara melihat dan mempertanyakan kembali
sambil
melihat
catatan
lapangan
agar
memperoleh
pemahaman yang lebih tepat atau dengan cara mendiskusikannya. Pengambilan kesimpulan dilakukan dengan cara berpikir induktif, yaitu dari hal-hal yang khusus diarahkan kepada hal-hal yang umum untuk mengetahui jawaban dari permasalahan dalam penelitian ini. Dalam melakukan penarikan kesimpulan ini, dilakukan semenjak mendapatkan data awal, hal ini bertujuan untuk mencari pola, tema, hubungan persamaan hal-hal yang timbul dan lain sebagainya dengan
53
begitu mempermudah untuk mendapakan kesimpulan akhir yang lebih mendasar dan mendalam. Jadi kesimpulan senantiasa dilakukan verifikasi selama penelitian berlangsung.