BAB III METODE PENELITIAN 3.1.
Pendekatan Penelitian Penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan pendekatan
kualitatif dalam bentuk fenomenologi (Mulyana, 2002). Fenomenologi merupakan istilah generik yang merujuk kepada semua pandangan ilmu sosial yang menganggap bahwa kesadaran manusia dan makna subjektif sebagai fokus untuk memahami tindakan sosial. Tentu saja, dalam kaitannya dengan penelitian budaya pun pandangan subjektif informan sangat diperlukan. Subjektif akan menjadi sahih apabila ada proses intersubjektif antara peneliti budaya dengan informan. Metode kualitatif fenomenologi berlandaskan pada empat kebenaran, yaitu kebenaran empirik sensual, kebenaran empirik logik, kebenaran empirik etik, dan kebenaran empirik transenden. Atas dasar cara mencapai kebenaran ini, fenomenologi menghendaki kesatuan antara subyek peneliti dengan pendukung obyek penelitian. Penelitian
dengan
menggunakan
pendekatan
kualitatif
akan
memperoleh dan mengolah data secara deskriptif seperti wawancara, observasi, rekaman suara dan video dan lainnya. pengalaman atau menambahkan kekuatan apa yang telah dikenal melalui hasil penelitian yang sebelumnya. Lebih lanjut dikatakan bahwa studi kasus menekankan
45
pada rincian analisis kontekstual tentang kejadian atau kondisi yang ada hubungan-hubungan padanya. Menurut
Sarantakos (1993) metode kualitatif ini mencoba
menerjemahkan pandangan-pandangan dasar interpretif dan fenomenologis yang antara lain : 1). Realitas sosial adalah sesuatu yang subjektif dan interpretasikan, bukan sesuatu yang lepas diluar individu-individu; 2). Manusia tidak secara sederhana disimpulkan mengikuti hukum-hukum alam diluar diri, melainkan menciptakan rangkaian makna menjalani hidupnya; 3). Ilmu didasarkan
pada pengetahuan sehari-hari, bersifat induktif,
idiografis dan tidak bebas,serta; 4). Penelitian bertujuan untuk memahami kehidupan sosial (dalam Poerwandari, 2009). 3.2. Karekteristik Subjek Subjek dari penelitian ini adalah orangtua yang memiliki anak perempuan usia remaja, dengan karakteristik sebagai berikut : 3.2.1. Karekteristik Subjek 1. Orangtua yang di pilih sebagai subjek penelitian adalah ibu/ayah yang terlibat langsung dalam pengasuhan anak dan biasanya memegang peran penting dalam perkembangan anak remajanya. 2. Orangtua yang memiliki anak remaja perempuan yang trindikasi sebagai cabe-cabean. 3. Remaja perempuan yang berusia 14 – 18 tahun, dengan tingkat pendidikan yang berbeda – beda.
46
4. Bertempat tinggal di wilayah Jakarta dan Tangerang 3.2.2 Jumlah Subyek Penelitian Subjek dari penelitian ini adalah orangtua dan remaja. Hal ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana peran orang tua dalam mendidik dan menanamkan nilai-nilai serta norma-norma dalam tumbuh kembang remaja dan bagaimana peran remaja perempuan didalam ruang lingkup sosialnya yang berperan sebagai cabe-cabean. Jumlah subyek penelitian ini tiga orang yang dimana semua subyek adalah perempuan. 3.3.
Prosedur Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti memiliki beberapa tahapan diantaranya adalah : 3.3.1. Tahap Persiapan Peneliti terlebih dahulu akan membuat pedoman wawancara dan observasi dengan mengacu kepada teori yang telah dijadikan kerangka acuan dalam menjawab permasalahan yang akan ingin diteliti dalam penelitian ini. 3.3.2. Tahap Pelaksanaan a.
Melakukan wawancara dan observasi yang telah ditentukan sesuai jadwal yang telah dibuat.
b.
Membuat verbatim atas semua hasil wawancara pada subjek penelitian.
47
Peneliti mengkategorikan rangkuman jawaban-jawaban tersebut sesuai
c.
dengan permasalahan dan tujuan dari penelitian ini. d.
Melakukan analisa data berdasarkan kategori umum yang telah dibuat peneliti sebelumnya. Penulisan ini dilakukan dalam bentuk presentasi data yang didapat.
3.4.
Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang akan digunakan
adalah observasi dan wawancara. 3.4.1.
Observasi
Istilah observasi diturunkan dari bahasa latin yang berarti “melihat” dan
“memperhatikan”.
Dan
istilah
ini
diarahkan
pada
kegiatan
memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut. Menurut Banister dkk (1994)
Observasi selalu menjadi bagian dalam
penelitian psikologis, dapat berlangsung dalam konteks laboratorium (eksperimental) maupun dalam konteks alamiah (dalam Poerwandari,2009). Menurut Arikunto (1998) observasi adalah pengamatan yang meliputi perbuatan pemantauan terhadap suatu obyek yang mengunakan seluruh alat indera atau pengamatan langsung.
48
Patton (dalam Poerwandari,2009) juga menegaskan bahwa observasi merupakan metode pengumpulan data esensial dalam penelitian, apalagi penelitian dengan pendekatan kualitatif. Dari pengertian-pengertian
diatas
dapat
disimpulkan
bahwa
observasi adalah metode mengumpulkan data melalui melihat atau memperhatikan obyek dengan menggunakan seluruh alat indera yang berguna untuk melihat secara akurat dan mencatat fenomena tersebut.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik observasi Non Partisipan, dimana observer tidak ikut di dalam kehidupan orang yang akan diobservasi, dan secara terpisah berkedudukan selaku pengamat. Di dalam hal ini observer hanya bertindak sebagai penonton saja tanpa harus ikut terjun langsung ke lapangan.
Alat bantu observasi dalam penelitian ini adalah Daftar Cek (Check List) Pencatatan data dilakukan dengan mempergunakan sebuah daftar yang memuat jenis-jenis gejala yang diamati. Daftar itu harus disediakan sebelum observasi dilakukan. Dengan demikian tugas observer adalah memberikan tanda check (silang atau lingkaran dan sebagainya), apabila pada saat melakukan pengamatan ternyata gejala di dalam daftar itu muncul. dengan kata lain pencatatan hanya dilakukuan untuk menyatakan muncul tidaknya suatu gejala dan jumlah pemunculannya selama observasi berlangsung.
49
Syarat-syarat Observasi
Patton (1990) menjelaskan bahwa persepsi selektif pada manusia menyebabkan munculnya keraguan terhadap validitas dan reliabilitas observasi sebagai suatu metode pengumpulan data yang ilmiah (dalam Poerwandari,2009). Maka dapat dikatakan observasi yang dapat dijadikan pengumpul data yang ilmiah adalah observasi yang memenuhi syarat-syarat berikut (Kartono 1980,dalam Heru, 2006) : 1) Diabdikan atau dipergunakan pada tujuan penelitian yang telah ditetapkan 2) Direncanakan dan dilaksanakan secara sistematis 3) Dicatat secara sistematis dan dikaitan dengan proposisi-proposisi yang lebih umum 4) Validitas, reliabilitas dan ketelitiannya di cek dan di control seperti pada data ilmiah lainnya. Observasi adalah mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitasaktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian dilihat dari perspektif mana mereka terlibat dalam kejadian yang sedang mereka amati tersebut. Patton (dalam Poerwandari,2009) mengatakan data hasil observasi menjadi data penting karena : 1) Peneliti akan mendapatkan pemahaman lebih baik tentang konteks dalam mana hal yang diteliti.
50
2) Observasi berorientasi
memungkinkan pada
peneliti
penemuan
untuk
bersikap
daripada
terbuka,
pembuktian
dan
mempertahankan pilihan serta mendekati masalah secara induktif. 3) Observasi memungkinkan peneliti memperoleh data tentang hal-hal yang tidak dapat terungkap oleh subyek melalui penelitian secara terbuka dalam wawancara. 4) Observasi memungkinkan peneliti bergerak lebih jauh dari persepsi selektif yang ditampilkan subjek penelitian atau pihak-pihak lain. 5) Observasi memungkinkan peneliti untuk merefleksikan dan bersikap introspektif terhadap penelitian yang akan dilakukannya. 3.4.2.
Wawancara
Menurut Sutarno Hadi (1993) wawancara adalah metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak, dikerjakan dengan sistematik dab berlandaskan kepada tujuan penyelidikan Wawancara adalah percakapan dan tanya jawab yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu.
Wawancara kualitatif
bermaksud
untuk
memperoleh data pengetahuan tentang makna-makna subjektif yang dipahami individu berkenaan dengan topic yang diteliti, dan bermaksud melakukan eksplorasi terhadap isu tersebut, suatu hal yang tidak dapat dilakukan melalui pendekatan lain (Banister dkk. , 1994). Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa wawancara adalah proses interaksi antara dua pihak ( interviewer dan interviewee ) dengan
51
tujuan tertentu demi mengungkap jawaban atas pertanyaan yang telah diberikan. Dalam penelitian ini wawancara semiterstruktur digunakan untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka dan untuk menggali topiktopik
yang
telah ditetapkandan pertanyaan-pertanyaan
baru
yang
menyertainya merupakan bentuk pendalaman dari topik tersebut. Alat Bantu Penelitian Dalam membantu pengambilan data pada wawancara dan observasi diperlukan alat bantu untuk mempermudah peneliti dalam mengumpulkan data, yaitu : 1. Pedoman Observasi Pedoman observasi ini berisikan pengamatan apa yang terjadi, bagaimana orang tersebut bereaksi dan berinteraksi. 2. Lembar Wawancara Pedoman wawancara yang berisikan daftar pertanyaan mengenai hal-hal yang akan dibahas dan berfungsi sebagai alat pengecek. 3. Alat Perekam Kaset dan tape recorder digunakan untuk mempermudahkan peneliti dalam mencatat hasil wawancara.Alat perekam digunakan setelah mendapatkan izin dari narasumber.
52
4. Informed consent Bertujuan agar penelitian yang di lakukan terhadap subjek tidak bersifat paksaan, karena subjek telah menyetujui bahwa dirinya dijadikan subjek didalam penelitian. 3.5. Prosedur Analisis Data Menurut Poerwandari (2009) dalam penelitin kualitatif tidak berbentuk angka, tetapi berupa narasi, deskripsi, cerita dokumen tertulis, dokumen tertulis dan tidak tertulis (foto,gambar), ataupun bentuk-bentuk non angka lainya. Pada penelitian ini peneliti menggunakan analisis intrakasus dan antar kasus. Pada analisis intrakasus peneliti melihat seperti apa gambaran permasalahan remaja dan bagaimana peran orangtua dalam mengaplikasikan pola asuh terhadap remaja yang teridikasi sebagai cabe-cabean dari hasil wawancara subjek dan menghubungkanya dengan teori yang dipakai sedangkan penelitian antar kasus, peneliti membandingkan hasil wawancara ketiga subjek dengan teori yang dipakai untuk melihat perbedaan pengalaman subjek.
53