90
BAB III METODE PENELITIAN
3.1
Metode Penelitian yang Digunakan
3.1.1
Objek Penelitian Objek penelitian dalam skripsi ini adalah mengenai tunjangan Pajak
Penghasilan dengan menggunakan metode gross up, dan mengenai efisiensi Pajak Penghasilan badan pada Perusahaan Umum (Perum) Jasa Tirta II yang berlokasi di Jalan Lurah Kawi No. 1 Jatiluhur – Purwkarta. Tunjangan Pajak Penghasilan pasal 21 dengan metode gross up yaitu tunjangan yang diberikan perusahaan kepada pegawai tetap yang dihitung dengan menggunakan rumus gross up. Besarnya tunjangan tersebut akan sama dengan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 dipotong dari gaji pegawai. Sedangkan Efisiensi Pajak Penghasilan badan yaitu upaya yang dilakukan untuk meminimumkan beban pajak yang harus dibayar oleh perusahaan. Penulis tertarik untuk melakukan penelitian terhadap objek penelitian tersebut di atas pada Perusahaan Umum (Perum) Jasa Tirta II, dengan pertimbangan: 1. Perusahaan Umum (Perum) Jasa Tirta II telah menerapkan kebijakan Pajak
Penghasilan Pasal 21 dengan memberikan tunjangan pajak dengan metode gross up sejak tahun 2003.
91
2. Perusahaan Umum (Perum) Jasa Tirta II telah melakukan usaha efisiensi Pajak
Penghasilan Badan melalui perencanaan pajak khususnya pemberian tunjangan pajak.
3.1.2
Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi
empiris dengan pendekatan penelitian deskriptif asosiatif. Metode stusi empiris merupakan metode penelitian terhadap fakta empiris yang diperoleh berdasarkan observasi atau pengalaman, objek yang diteliti lebih ditekankan pada kejadian sebenarnya daripada persepsi orang mengenai kejadian. Sedangkan pendekatan penelitian yang digunakan penuli adalah deskriptif asosiatif. Di mana pengertian penelitian deskriptif menurut Sugiyono (2008:5) adalah sebagai berikut: “Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel yang lain.” Jadi, penelitian dengan metode deskriptif merupakan penelitian yang akan mendeskripsikan atau menguraikan permasalahan yang berkaitan dengan pertanyaan terhadap keberadaan variabel mandiri. Sedangkan penelitian asosiatif menurut Sugiyono (2008:5) adalah sebagai berikut: “Penelitian asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih.” Penelitian asosiatif merupakan penelitian untuk mengetahui hubungan antara dua variabel (atau lebih) tersebut. Di mana hubungan antara variabel dalam
92
penelitian akan dianalisis dengan menggunakan ukuran-ukuran statistika yang relevan atas data tersebut untuk menguji hipotesis. Dalam metode ini akan diamati secara seksama aspek-aspek tertentu yang berkaitan erat dengan masalah yang diteliti, sehingga diperoleh data primer yang menunjang penyusunan laporan penelitian ini. Data-data yang diperoleh selama penelitian ini akan diolah, dianalisis dan diproses dengan teori-teori yang telah dipelajari, sehingga dapat memperjelas gambaran mengenai objek yang diteliti, dan dari gambaran objek tersebut dapat ditarik kesimpulan mengenai masalah yang diteliti. Sedangkan untuk menganalisis data dan pengujian hipotesis, penulis menggunakan teknik statistik inferensial, yaitu statistik parametris karena data yang akan dianalisis berbentuk data kuantitatif dalam bentuk rasio. Statistik parametris adalah statistik yang digunakan untuk menguji parameter populasi melalui statistik, atau menguji ukuran populasi melalui data sampel.
3.2
Definisi Variabel dan Operasional Variabel
3.2.1 Definisi Variabel dan Pengukurannya Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel independen dan variabel dependen. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:
Variabel Independen (X) Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas (independent variable) adalah tunjangan Pajak Penghasilan pasal 21 dengan menggunakan metode gross up.
93
Variabel Dependen (Y) Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas (dependent variable) adalah efisiensi Pajak Penghasilan badan. Di mana melalui perbandingan antara PPh Badan dengan metode PPh Pasal 21 Ditanggung Perusahaan dan PPh Badan setelah penerapan tunjangan pajak (gross up) akan terlihat selisih jumlah Pajak Penghasilan badan yang merupakan indikator dari variabel Y.
3.2.2 Operasionalisasi Variabel pSecara lengkap operasionalisasi variabel dijelaskan dalam tabel 3.1 dan tabel 3.2 sebagai berikut Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel X (Tunjangan Pajak Penghasilan Pasal 21 dengan Menggunakan Metode Gross Up) Variabel Indikator Skala Tunjangan Pajak Penghasilan Pasal 21 dengan Menggunakan Metode Gross Up. (X)
Jumlah Tunjangan PPh Pasal 21 Pegawai Tetap yang dihitung berdasarkan rumus metode gross up yang disesuaikan dengan lapisan tarif pajak yang tercantum pada Pasal 17 ayat (1) Undang-Undang No. 17 Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan
Rasio
(Sumber : Aditya T Handoko Bwoga - Prime Consulting dalam Artikel Tips and Trik - http://indonesiataxconsultant.com/tax_solutions_3.htm)
94
Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel Y (Efisiensi Pajak Penghasilan Badan) Variabel Efisiensi Pajak Penghasilan Badan. (Y)
Dimensi
Indikator
Selisih perhitungan Jumlah PPh Badan dengan penerapan PPh jumlah PPh Badan antara Jumlah PPh Badan Pasal 21 Ditanggung dengan penerapan PPh Perusahaan. Pasal 21 ditanggung Jumlah PPh Badan perusahaan dan jumlah PPh Badan sesudah sesudah diterapkannya diterapkannya kebijakan kebijakan PPh Pasal 21 tunjangan pajak (gross PPh Pasal 21 tunjangan pajak (gross up) up).
3.3
Populasi dan Sampel
3.3.1
Kerangka Sampling dan Unit Sampel
Skala Rasio
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek.subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi penelitian adalah semua data penghitungan PPh Pasal 21 dan data penghitungan PPh Badan yang muncul sejak perusahaan berdiri hingga sekarang yaitu selama1970 sampai tahun 2009 (39 tahun) pada Perusahaan Umum (Perum) Jasa Tirta II. Kerangka Sampling (sampling frame) adalah daftar yang berisi satuan-satuan sampling yang ada dalam sebuah populasi yang berfungsi sebagai dasar untuk penarikan sampel (Ating Somantri dan Sambas Ali Muhidin , 2006:65). Maka
95
kerangka sampling pada penelitian ini adalah daftar penghitungan PPh Pasal 21 dan data penghitungan Pajak Penghasilan (PPh) Badan. Unit Sampel adalah segala sesuatu yang dijadikan satuan (unit) yang nantinya akan menjadi objek penelitian (Ating Somantri dan Sambas Ali Muhidin, 2006:65). Oleh karena itu unit sampel yang dipilih dalam penelitian ini adalah daftar penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan daftar penghitungan Pajak Penghasilan (PPh) Badan selama 3 tahun yaitu dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2008.
3.3.2 Teknik Sampling Sampling dapat diartikan sebagai suatu cara untuk mengumpulkan data atau pengambilan sampel yang sifatnya tidak menyeluruh, yaitu tidak mencakup seluruh populasi penelitian tetapi hanya sebagian dari populasi itu saja. Sedangkan yang dimaksud dengan teknik sampling menurut Sugiyono (2008 : 81) adalah sebagai berikut: “Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel.” Dalam penelitian ini, teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Nonprobability Sampling. Pengertian Nonprobability Sampling menurut Sugiyono (2008:84)adalah sebagai berikut: “Nonprobability Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik sampel ini meliputi: sampling sistematis, kuota, aksidental, purposive, jenuh, snowball” Teknik sample yang digunakan dalam penelitian ini adalah Sampling Purposive. Sugiyono (2008:85) menyatakan bahwa:
96
“Sampling purvosive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.” Adapun yang menjadi pertimbangan diambilnya tahun 2006 sampai dengan tahun 2008 adalah karena pada periode tersebut terjadi perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) yaitu berdasarkan KMK Nomor: 137/PMK.03/2005 yang berlaku mulai 1 Januari 2006 sampai dengan 31 Desember 2008 dan merupakan 3 tahun terakhir dari penerapan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000, setelah adanya Undang-undang terbaru yaitu Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 yang berlaku mulai 1 Januari 2009.
3.4 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan cara-cara yang dilakukan untuk memperoleh data dan keterangan-keterangan yang diperlukan dalam penelitian. Data yang dibutuhkan penulis dalam melakukan penelitian ini adalah data primer. Data primer yaitu data yang diperoleh dari penelitian dengan pengamatan secara langsung terhadap objek yang diteliti, serta dari individu seperti hasil wawancara. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Lapangan (field research). Penelitian lapangan merupakan penelitian yang dilakukan dengan cara melakukan pengamatan langsung pada objek yang diteliti untuk memperoleh data primer. Penelitian ini dilakukan terhadap sebagian populasi yang dianggap penting dan relevan dengan topik yang diambil. Pengambilan sampel yang dilakukan diharapkan memberikan gambaran secara umum.
97
Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Penelitian Lapangan (Field Research) a. Observasi Observasi/pengamatan langsung terhadap kegiatan perusahaan sebagai subjek penelitian, yang diteliti dengan baik secara langsung maupun tidak langsung dalam menunjang pengumpulan data serta mempelajari berbagai berkas yang ada serta peraturan, prosedur, dan kebijakan yang ditetapkan perusahaan sebagai objek penelitian. b. Wawancara Wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data dengan cara melakukan tanya jawab secara langsung dengan pihak perusahaan yang berhubungan dengan objek yang diteliti guna memperoleh informasi yang sesuai dengan permasalahan yang diteliti. c. Dokumentasi Pengumpulan data dilakukan dengan cara mempelajari sekumpulan data yang berupa catatan-catatan atau dokumen-dokumen yang berkaitan dengan pembahasan dalam penelitian. 2. Studi Kepustakaan Metode pengumpulan data dengan mengadakan tinjauan terhadap beberapa literature yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Maksud dari studi kepustakaan ini adalah agar penulis mempunyai konsep yang jelas sebagai pegangan teori dalam pemecahan masalah, menunjang pengolahan data dan mendukung data-data primer dengan cara mencari dan menghimpun serta
98
mempelajari bukubuku yang berkaitan dengan lingkup permasalahan yang diteliti.
3.5
Model Penelitian Model penelitian merupakan abstraksi dari fenomena-fenomena yang sedang
diteliti. Dalam hal ini model penelitian mengenai “Pengaruh Tunjangan Pajak Penghasilan dengan Menggunakan Metode Gross Up Terhadap Efisiensi Pajak Penghasilan Badan” dapat dilihat pada gambar 3.1 di bawah ini:
Tunjangan PPh Pasal
Efisiensi
21(Metode Gross UP)
PPh Badan
(X)
(Y)
Gambar 3.1 Model Penelitian Bila dijabarkan secara matematis, maka hubungan dari variabel-variabel tersebut adalah sebagai berikut: Y = f (X) Di mana: Y
=
Efisiensi PPh Badan
X
=
Tunjangan PPh Pasal 21 (Metode Gross Up)
f
=
Fungsi Maksud dari model di atas adalah bahwa efisiensi Pajak Penghasilan badan
(Y) dipengaruhi oleh tunjangan Pajak Penghasilan pasal 21 dengan menggunakan metode gross up (X). Dengan kata lain bahwa Y adalah fungsi dari X atau Y dipengaruhi oleh X.
99
3.6
Metode Analisis Data dan Rancangan Pengujian Hipotesis
3.6.1
Metode Analisis Data Analisis data merupakan kegiatan setelah seluruh data dari responden
terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah mengelompokkan data berdasarkan variabel, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan. Tahap-tahap yang dilakukan untuk menganalisis data dalam penelitian ini, dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Memperoleh data penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan Data Penghitungan Pajak Penghasilan Badan untuk periode 2006 sampai dengan 2008. 2. Membuat daftar perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 terutang sebelum dan setelah penerapan tunjangan pajak dengan metode gross up, untuk dilakukan perbandingan. 3. Melakukan perhitungan Pajak Penghasilan Badan baik sebelum maupun setelah penerapan tunjangan pajak dengan metode gross up, untuk menilai efisiensi Pajak Penghasilan Badan. 4. Melakukan pengujian statistik dan pengujian hipotesis untuk menguji data yang siap diolah untuk mendapat kesimpulan. 5. Menarik kesimpulan berdasarkan hasil penghitungan yang diperoleh.
100
Adapun analisis data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif adalah analisis yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Dalam analisis ini dilakukan pembahasan mengenai bagaimana pengaruh tunjangan Pajak Penghasilan Pasal 21 dengan menggunakan metode gross up terhadap efisiensi Pajak Penghasilan Badan pada Perusahaan Umum (Perum) Jasa Tirta II, dengan rumusan sebagai berikut: 1) Analisis besarnya tunjangan PPh Pasal 21 dengan menggunakan metode gross up dalam penghitungan PPh Pasal 21 Perusahaan Umum Jasa Tirta II periode pengamatan yaitu tahun 2006 sampai dengan tahun 2008, dengan kriteria tunjangan tetap seperti yang terlihat pada tabel 3.3 di bawah ini. Kriteria tersebut menurut Moh. Nazir (2003:379-380) dapat dicari dengan rumus sebagai berikut: R = Nilai Maksimum – Nilai Minimum Nilai Maksimum
: 1,734,736,800
Nilai Minimum
: 1,400,086,100
R = 1,734,736,800 – 1,400,086,100 R = 334,650,700 k = 3,3 + log n = 3.3 + log 3 = 3.3 + 0.477 = 3.777 4
101
i
R 334,650,700 83,662,675 k 4
Keterangan: R = Range k = Banyaknya kelas interval n = Jumlah Sampel i = besar kelas interval Tabel 3.3 Kriteria untuk Memberikan Interpretasi Tunjangan PPh Pasal 21 (Gross Up) Tunjangan PPh Pasal 21 Tingkat Tunjangan (Gross Up) PPh Pasal 21(Gross Up) 1,400,086,100 – 1,483,748,775 Sangat Tidak Besar 1,483,748,776 – 1,567,411,450 Tidak Besar 1,567,411,451 – 1,651,074,124 Besar 1,651,074,125 - 1,734,736,800 Sangat Besar Sumber : Hasil Pengolahan Data Berdasarkan Data Penghitungan PPh Pasal 21 2) Analisis besarnya efisiensi Pajak Penghasilan Badan pada Perusahaan Umum Jasa Tirta II periode pengamatan yaitu tahun 2006 sampai dengan tahun 2008, dengan kriteria tunjangan tetap seperti yang terlihat pada tabel 3.4 di bawah ini. Kriteria tersebut menurut Moh. Nazir (2003:379-380) dapat dicari dengan rumus sebagai berikut: R = Nilai Maksimum – Nilai Minimum Nilai Maksimum
: 520,421,100
Nilai Minimum
: 373,921,988
R = 520,421,100 – 373,921,988 R = 146,499,112 k = 3,3 + log n = 3,3 + log 3 = 3,3 + 0,477 = 3,777 4
102
i
R 146,499,112 36,624,778 k 4
Keterangan: R = Range k = Banyaknya kelas interval n = Jumlah Sampel i = besar kelas interval Tabel 3.4 Kriteria untuk Memberikan Interpretasi Efisiensi Pajak Penghasilan Badan Tunjangan PPh Pasal 21 Tingkat (Gross Up) Efisiensi PPh Badan 373,921,988 – 410.546.766 Sangat Tidak Besar 410.546.767 – 447,171,544 Tidak Besar 447,171,545 – 483,796,324 Besar 483,796,322 – 520,421,100 Sangat Besar Sumber : Hasil Pengolahan Data Berdasarkan Data Penghitungan PPh Badan 2. Analisis Statistik (Analisis Asosiatif) Analisis statistik yaitu analisis yang digunakan untuk membahas data kuantitatif. Dengan asumsi bahwa data berdistribusi normal dan pengaruh kedua variabel
linier,
maka
pengujian
dengan
hipotesis
dilakukan
dengan
menggunakan statistic parametrik, karena teknik ini sesuai dengan data kuantitatif, yaitu data berbentuk angka. Analisi tersebut terdiri dari analisi regresi sederhana dan analisis korelasi.
103
3.6.2 Rancangan Pengujian Hipotesis Rancangan pengujian hipotesis dimulai dengan penetapan hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha), Penetapan tes statistik, pengujian hipotesis penetapan tingkat signifikansi, dan penarikan kesimpulan. Rancangan pengujian hipotesis dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui terdapat atau tidaknya pengaruh antara variabel independent (X) dengan variabel dependent (Y). Rancangan pengujian hipotesis dimulai dengan penetapan hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha), Penetapan tes statistik, pengujian hipotesis, penetapan tingkat signifikansi, dan penarikan kesimpulan.
3.6.2.1 Penetapan Hipotesis Nol (Ho) dan Hipotesis Alternatif (Ha) Hipotesis yang akan diuji pada penelitian ini adalah: “Tunjangan PPh Pasal 21 dengan menggunakan metode gross up mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap efisiensi PPh Badan”. Hipotesis tersebut dinyatakan sebagai berikut: Ho : ρ = 0
Tunjangan PPh Pasal 21 dengan menggunakan metode gross up tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap efisiensi PPh Badan
Ha : ρ ≠ 0
Tunjangan PPh Pasal 21 dengan menggunakan metode gross up mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap efisiensi PPh Badan
Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji pihak kiri, karena uji pihak kiri digunakan apabila: hipotesis nol (Ho) berbunyi “lebih besar atau sama dengan” () dan hipotesis alternatifnya (Ha) berbunyi “lebih kecil” (<). (Sugiyono, 2008:161) Dalam hipotesis nol (Ho) menyatakan tidak adanya hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain, tidak adanya perbedaan antara satu variabel atau
104
lebih populasi/ sampel yang berbeda, dan tidak adanya perbedaan antara yang diharapkan dengan kenyataan pada satu variabel atau lebih untuk populasi atau sampel yang sama. Sedangkan hipotesis alternatif (Ha) merupakan kebalikan dari hipotesis nol yang meyatakan ada hubungan atau adanya perbedaan (Sugiyono, 2005:82). Dikarenakan antara hipotesis nol dengan hipotesis alternatifnya sifatnya berlawanan sehingga penerimaan terhadap salah satu hipotesis berarti penolakan terhadap hipotesis lainnya. Hipotesis diformulasikan diterima jika hasil observasi yang dilakukan mendukung teori dan hipotesis, hipotesis diformulasikan ditolak jika hasil observasi yang dilakukan tidak mendukung teori dan hipotesis.
3.6.2.2 Penetapan Tes Statistik Berdasarkan ukuran variabel yang semuanya berupa data kuantitatif, maka langkah-langkah dalam penetapan tes statistic adalah sebagai berikut: a)
Analisis Regresi Linier Sederhana Analisis regresi ini digunakan untuk mengetahui bagaimana hubungan antara variabel independent (X) dan variabel dependent (Y), dari persamaan tersebut dapat diketahui besarnya kontribusi variabel X terhadap variabel Y yang ditunjukkan oleh hubungan yang dinyatakan dalam bentuk persamaan matematika yang mempunyai hubungan fungsional antara kedua variabel tersebut. Menurut Sugiyono (2008 : 270), persamaan umum regresi linier sederhana adalah sebagai berikut:
105
Sedangkan untuk nilai konstanta a dan b menurut Sugiyono (2008 : 272) ditentukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
Keterangan: X = Variabel Independen (Tunjangan PPh Pasal 21 dengan Metode Gross Up (Rp) Y = Variabel Dependen (Efisiensi PPh Badan) (Rp) a = Konstanta/nilai Y jika X = 0 b = Keofisien arah/ nilai pertambahan/pengurangan variabel Y n = banyaknya sampel.
b)
Analisis Korelasi Product Moment (r) Dalam analisis korelasi product moment ini yang dicari adalah koefisien korelasi yaitu angka yang menyatakan derajat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen atau untuk mengetahui kuat atau lemahnya hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Hubungan yang dimaksud bukanlah hubungan sebab akibat yang berlaku pada metode regresi. Metode korelasi hanya bisa digunakan pada hubungan variabel garis lurus (linier). Adapun rumus untuk koefisien korelasi Product Moment (r) menurut Sugiyono (2008 :248) adalah sebagai berikut:
106
Di mana :
r = Jumlah Koefisien korelasi n = Banyaknya observasi X = Besarnya tunjangan PPh Pasal 21 (metoe gross up) Y = Besarnya efisiensi PPh Badan
Dari hasil analisis korelasi dapat dilihat tiga alternatif yaitu apabila nilai r = +1 atau mendekati positif (+) satu berarti variabel X mempunyai pengaruh yang kuat dan positif terhadap variabel Y. Sedangkan apabila nilai r = -1 atau mendekati negatif (-) satu berarti variabel X mempunyai pengaruh yang kuat dan negatif terhadap perkembangan variabel Y. Dan apabila r = 0 atau medekati nol (0) maka variabel X kurang berpengaruh terhadap perkembangan variabel Y, hal ini berarti bahwa bertambahnya atau berkurangnya variabel Y tidak dipengaruhi variabel X. Untuk dapat memberikan interpretasi terhadap kuatnya hubungan itu dan untuk memberikan penafsiran besar kecilnya koefisien korelasi, dapat berpedoman pada ketentuan tabel berikut ini: Tabel 3.3 Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi Interval Koefisien 0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000 (Sumber: Sugiyono, 2008:183)
Tingkat Hubungan Sangat rendah Rendah Sedang Kuat Sangat kuat
107
c)
Koefisien Determinasi Analisis korelasi dapat dilanjutkan dengan menghitung koefisien determinasi. Koefisien determinasi ini berfungsi untuk mengetahui persentase besarnya pengaruh variabel independen dan variabel dependen. Dalam penggunaanya, koefisien determinasi ini dinyatakan dalam persentase (%) dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan: Kd = Koefisien Determinasi r
= Koefisien Korelasi yang Dikuadratkan
(Sumber: Sugiyono, 2005:250)
3.6.2.3 Penetapan Tingkat Signifikansi dan Pengujian Statistik Tingkat signifikan yang dipilih dalam penelitian ini adalah 0,05 (5%) karena dinilai cukup mewakili pengaruh antara kedua variabel dan merupakan tingkat signifikan yang umum digunakan dalam penelitian ilmu-ilmu sosial. Tingkat signifikansi 0,05 (5%) artinya kemungkinan besar dari hasil penarikan kesimpulan mempunyai probabilitas 95% atau toleransi kesalahan 5%. Sedangkan untuk menguji diterima atau ditolaknya suatu hipotesis, maka dilakukan dengan cara pengujian dua pihak dengan menggunakan rumus uji t. Adapun rumus yang digunakan dalam menguji hipotesis (Uji t) penelitian ini adalah:
108
Di mana : t
= nilai uji t
r
= koefisien korelasi
r2 = Koefisien Determinasi n = Banyak Sampel yang Diobservasikan Setelah dilakukan uji hipotesis (uji t) maka kriteria yang ditetapkan, yaitu dengan membandingkan nilai t hitung dengan nilai t tabel yang diperoleh berdasarkan tingkat signifikansi () tertentu dan derajat kebebasan (df) = n-k Kriteria pengambilan keputusan yang digunakan adalah sebagai berikut : Ho diterima jika thitung ttabel Ho ditolak jika thitung > ttabel Apabila Ho diterima, maka hal ini menunjukkan bahwa variabel independen tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen dan sebaliknya Apabila Ho ditolak, maka hal ini menunjukkan bahwa variabel independen berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen Dalam memudahkan dan mempercepat proses pengolahan data, penulis mengunakan komputerisasi dengan menggunakan program software Statistical Product & Service Solutions (SPSS) for Windows Release 18.00 dan Excel.
3.6.2.4 Penarikan Kesimpulan Berdasarkan analisis dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan maka hasil analisis dan pengujian hipotesis itu akan dijadikan dasar untuk menarik kesimpulan tersebut, penulis selanjutnya akan memberikan pandangan dan saran-saran yang diharapkan bermanfaat bagi perusahaan atau pihak-pihak lain.