BAB III METODE PENELITIAN
3.1
Paradigma Penelitian Pengertian
paradigma
menurut
Kamus
Besar
Bahasa
Indonesia
diantaranya: Paradigma adalah daftar semua bentukan dari sebuah kata yang memperlihatkan konjugasi (penggabungan inti) dan deklinasi (perbedaan kategori) dari kata tersebut, paradigma adalah model dari teori ilmu pengetahuan, paradigma adalah kerangka berfikir. 26
Menurut kamus komunikasi definisi paradigma adalah pola yang
meliputi sejumlah unsur, yang berkaitan secara fungsional untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Secara umum perspektif adalah sudut pandang dan cara pandang kita terhadap sesuatu. Perspektif yang digunakan dalam menghampiri suatu peristiwa komunikasi akan menghasilkan perbedaan yang besar dalam jawaban, dan makna yang dideduksi. Perspektif selalu mendahului observasi kita. Pemahaman terhadap paradigma dan perspektif yang kini menjadi acuan dalam teori komunikasi modern diilhami oleh tradisi proses informasi dan sibernatika dimana, teori komunikasi itu berawal dari perspektif pemrosesan informasi sehingga menjadi paradigma.
26
Ardial, Paradigma dan Model Penelitian Komunikasi, Bumi putra, Jakarta, 2013, hal. 394
32
33
Menurut Robert Fredrichsmendefinisikan paradigma adalah pandangan yang mendasar dari suatu disiplin ilmu tentang apa yang menjadi subject matter yang semestinya dipelajari. Implikasi
dalam
paradigma
konstruktivisme
menerangkan
bahwa
pengetahuan itu tidak lepas dari subjek yang sedang mencoba belajar untuk mengerti. MenurutArdianto Konstruksivisme merupakan salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah hasil konstruksi (bentukan) kita Implikasi dari paradigma konstruktivisme digambarkan dengan komunikasi yang berbasis pada “konsep diri” berdasarkan teori Bernstein. Menurut Ardianto Teori Bernstein menyatakan bahwa individu dalam melakukan sesuatu dikonstruksikan oleh orientasi kehidupannya sendiri (atau disebut juga orientasi subjek), dimana individu yang berbasis subjek akan menggunakan elaborasi kode yang menghargai kecenderungan, perasaan, kepentingan, dan sudut pandang orang lain. Menurut Ardianto Prinsip dasar konstruktivisme menerangkan bahwa tindakan seseorang ditentukan oleh konstruk diri sekaligus juga konstruk lingkungan luar dari perspektif diri.Sehingga komunikasi itu dapat dirumuskan, dimana ditentukan oleh diri di tengah pengaruh lingkungan luar.Pada titik ini kita dapat
mengemukakan
teori
Ron
Herre
mengenai
perbedaan
antara person dan self. Personadalah diri yang terlibat dalam lingkup publik, pada dirinya terdapat atribut sosial budaya masyarakatnya, sedangkan Self adalah diri yang ditentukan oleh pemikiran khasnya di tengah sejumlah pengaruh sosial budaya masyarakatnya.
34
Implikasi paradigma konstruktivisme tidak dapat dipisahkan dari tiga logika dasar desain pesan, yaitu ekspresif, konvensional, dan retoris Logika ekspresif dimana memperlakukan komunikasi sebagai suatu model ekspresif diri, memiliki sifat pesan yang terbuka, reaktif secara alami, dan sedikit memperhatikan yang menjadi keinginan orang lain (contoh: dapat ditemukan saat kita sedang marah). Logika konvensional dimana memandang komunikasi sebagai permainan yang dilakukan secara teratur, komunikasi biasanya dilakukan berdasarkan norma, kesopanan, atau aturan yang diterima bersama, sehingga komunikasi berlangsung secara sopan, dan tertib, serta terkadang mengandung bentuk-bentuk jebakan kesopanan (seperti: “tolong”, “silahkan/please”, dll). Logika retoris dimana memandang komunikasi sebagai suatu cara mengubah aturan melalui negosiasi, pesannya biasa dirancang fleksibel, berwawasan, dan berpusat pada orang. Berikut ini merupakan penjelasan ontologi, epistemologi, dan metodologis dalam konstruktivisme.Ontologi : relativisme, semesta yang kita ketahui itu bersifat spesifik, lokal yang dikonstruksi oleh paradigma tertentu oleh kerangka konseptual tertentu atau perspektif tertentu. Epistemologi : bersifat transaksional, dialogis, teori konstruksi sebagai hasil investigasi dan proses sosial (khususnya ilmu pengetahuan sosial budaya). Metodologis : hermeneutik dan dialektis, ilmu hasil konstruksi atau interaksi peneliti terhadap objek yang ditelitinya. 3.2
Metode Penelitian Dalam tulisan ini, istilah penelitian kualitatif digunakan sebagai istilah
pembungkus yang meliputi sejumlah strategi penelitian yang sama-sama
35
memiliki sejumlah sifat tertentu, yang diambil dari serangkaian asumsi yang bersifat khas paradigma penelitian kualitatif. Sejumlah pakar metodologi penelitian kualitatif mengidentifikasi sejumlah filosofis yang mendasari pendekatan penelitian kualitatif, yaitu: a. Realitas (atau pengetahuan) dibangun secara sosial. Karena realitas (atau pengetahuan) adalah suatu bentukan, maka bisa ada realitas jamak di dunia ini. b. Realitas (atau pengetahuan) dibentuk secara kognitif (dalam pikiran kita), maka dia tidak terpisahkan dari kita, peneliti. Dengan kata lain kita tidak dapat memisahkan apa yang kita tahu dari diri kita. Ini berarti pula bahwa kita (hanya) dapat mengerti bentukan (konstruksi) tertentu secara simbolis, khususnya lewat bahasa. c. Seluruh ensitas (termasuk manusia) selalu dalam keadaan saling mempengaruhi dalam proses pembentukan serentak. Oleh karena itu sangatlah muskil kita dapat membedakan secara jelas sebab dan akibat. Peneliti tidak dapat dipisahkan dari yang ditelitinya maka penelitian itu selalu terikat-nilai. 27
Pendekatan yang di gunakan dalam penelitian ini adalah Salah satu
jenis penelitian kualitatif deskriptif
yaitu penelitian dengan metode atau
pendekatan studi kasus (Case Study).Penelitian ini memusatkan diri secara intensif pada satu obyek tertentu yang mempelajarinya sebagai suatu kasus. Data studi kasus dapat diperoleh dari semua pihak yang bersangkutan, dengan kata lain
27
Bungin Burhan, Metodologi Penelitian Kualitatif, Raja Grafindo, Jakarta, 2006, hal. 201
36
data dalam studi ini dikumpulkan dari berbagai sumber. Sebagai sebuah studi kasus maka data yang dikumpulkan berasal dari berbagai sumber dan hasil penelitian ini hanya berlaku pada kasus yang diselidiki. Lebih lanjut Arikunto mengemukakan bahwa metode studi kasus sebagai salah satu jenis pendekatan deskriptif, adalah penelitian yang dilakukan secara intensif, terperinci dan mendalam terhadap suatu organisme (individu), lembaga atau gejala tertentu dengan daerah atau subjek yang sempit. Penelitian case study atau penelitian lapangan (field study) dimaksudkan untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang masalah keadaan dan posisi suatu peristiwa yang sedang berlangsung saat ini, serta interaksi lingkungan unit sosial tertentu yang bersifat apa adanya (given). Subjek penelitian dapat berupa individu, kelompok, institusi atau masyarakat.Penelitian case study merupakan studi mendalam mengenai unit sosial tertentu dan hasil penelitian tersebut memberikan gambaran luas serta mendalam mengenai unit sosial tertentu.Subjek yang diteliti relatif terbatas, namun variabel-variabel dan fokus yang diteliti sangat luas dimensinya. Penelitian studi kasus akan kurang kedalamannya bilamana hanya dipusatkan pada fase tertentu saja atau salah satu aspek tertentu sebelum memperoleh gambaran umum tentang kasus tersebut. Sebaliknya studi kasus akan kehilangan artinya kalau hanya ditujukan sekedar untuk memperoleh gambaran umum namun tanpa menemukan sesuatu atau beberapa aspek khusus yang perlu dipelajari secara intensif dan mendalam. Disamping itu, studi kasus yang baik harus dilakukan secara langsung dalam kehidupan sebenarnya dari kasus yang
37
diselidiki.Walaupun demikian, data studi kasus dapat diperoleh tidak saja dari kasus yang diteliti, tetapi juga dapat diperoleh dari semua pihak yang mengetahui dan mengenal kasus tersebut dengan baik. Dengan kata lain, data dalam studi kasus dapat diperoleh dari berbagai sumber namun terbatas dalam kasus yang akan diteliti tersebut. Pengertian yang lain, studi kasus bisa berarti metode atau strategi dalam penelitian, bisa juga berarti hasil dari suatu penelitian sebuah kasus tertentu.Dalam konteks tulisan ini, penulis lebih memfokuskan pada pengertian yang pertama yaitu sebagai metode penelitian. Studi kasus adalah suatu pendekatan untuk mempelajari, menerangkan, atau menginterpretasikan suatu kasus dalam konteksnya secara natural tanpa adanya intervensi pihak luar.Pada intinya studi ini berusaha untuk menyoroti suatu keputusan atau seperangkat keputusan, mengapa keputusan itu diambil, bagaimana diterapkan dan apakah hasilnya.Secara ringkasnya yang membedakan metode studi kasus dengan metodepenelitian kualitatif lainnya adalah kedalaman analisisnya pada kasus yang lebih spesifik (baik kejadian maupun fenomena tertentu).Biasanya pendekatan triangulasi juga digunakan untuk menguji keabsahan data dan menemukan kebenaran objektif sesungguhnya.Metode ini sangat tepat untuk menganalisis kejadian tertentu disuatu tempat tertentu dan waktu yang tertentu pula.
38
3.3
Subyek Penelitian Dalam penelitian ini peneliti memilih sumber yang memiliki kompetensi
untuk dimintai informasi terkait dengan penelitian ini.sumber tersebut ialah: 1. General Manager : Daniel Suyatno, Alasan peneliti memilih narasumber tersebut karena dengan melakukan wawancara dari atas/pimpinan peneliti dapat mengetahui siapa yang banyak berkontribusi dalam melaksanakan peran PR di
perusahaan
PT.Martha Beauty Gallery (Puspita Martha International Beauty School). 2. School Manager : Edwina Waas,Alasan peneliti memilih narasumber tersebut karena school manager turut melakukan tugas PR pada beberapa event. 3. Pelajar Puspita Martha :Ester Wulandari,lahir tahun 19-081998,mengambil program cibtac alasan peneliti memilih narasumber tersebut Karena baru berumur 16 tahun dan keturunan tionghoa 4. Pelajar Puspita Martha: Johana Azalia Halim lahir 08-041997,mengambil
program
hairstudio,alasan
peneliti
memilih
narasumber ini ialah baru lulus sekolah menengah atas tidak melanjutkan sekolah perguruan tinggi. 5. Pelajar
Puspita
martha:
Sri
Wahyuni
lahir
tahun
15–09-
1996,mengambil program Diploma Hairdressing,alasan peneliti memilih narasumber tersebut karena bersal dari luar daerah.
39
3.4
Tehnik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, pengumpulan data akan dilakukan langsung oleh
peneliti dalam situasi yang sesungguhnya. Maksud data dalam penelitian ini adalah segala fakta dan informasi yang dapat dijadikan instrumen penelitian yang dibagi menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yang digunakan adalah data dokumentasi, wawancara mendalam yang berhubungan dengan data yang diperlukan.
3.4.1
Wawancara mendalam (Indeepth Interview)
Tehnik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara.Wawancara dilakukan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan baik yang telah digariskan maupun yang nantinya muncul secara spontan. Wawancara yang dilakukan diharapkan untuk melengkapi apa yang tidak diperoleh dalam pengamatan penelitian.28
3.4.2. Observasi Langsung (Direct Observation) Dalam penelitian ini akan menggunakan jenis observasi langsung non partisipan, dimana observer tidak ikut terlibat penuh dalam kegiatan observasi tersebut. Peneliti mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktifitas dan makna kejadian dari persepektif merekam yang terlibat dalam kejadian yang diamati tersebut.
28
Jalaludin Rakhmat. Psikologi Komunikasi, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2007, hal. 98
40
3.4.3. Studi Kepustakaan Penelitian kepustakaan ini dilakukan dengan cara mempelajari buku-buku yang bersifat ilmiah dan buku lainya yang berkaitan dengan topik penelitian hal ini dilakukan untuk memperoleh data sekunder.
3.5
Tehnik Analisis Data Setelah data terkumpul,kemudian dilakukan pengolahan data tersebut
yang disesuaikan dengan kebutuhan analisis yang akan dikerjakan. Proses awal pengolahan data dimulai dengan melakukan editing setiap data yang masuk proses pelaksanaan editing,ada enam hal yang perlu diperhatikan29. a. Lengkap tidaknya daftar pertanyaan yang akan diisi/dijawab b. Keterbacaan tulisan c. Kejelasan makna jawaban d. Kesesuaian antara pertanyaan yang satu dengan pertanyaan yang lain e. Relevansi jawaban f. Keseragaman kesatuan data
3.6
Tehnik Keabsahan Data Untuk
menghindari
kesalahan
atau
kekeliruan
data
yang
telah
terkumpul,perlu dilakukan pengecekan keabsahan data. Pengecekan keabsahan 29
A.Chaedar Alwasilah, Dasar-Dasar Merancang dan Melakukan Penelitian Kualitatif, Pustaka Jaya, Bandung, 2002, hal. 75
41
data didasarkan pada kriteria deraja kepercayaan (crebility) dengan teknik trianggulasi,ketekunan pengamatan, pengecekan teman sejawat. Triangulasi
merupakan
teknik
pengecekan
keabsahan
data
yang
didasarkan pada sesuatu di luar data untuk keperluan mengecek atau sebagai pembanding terhadap data yang telah ada.Trigulasi yang digunakan adalah trigulasi dengan sumber, yaitu membandingkan data hasil obserfasi, hasil pekerjaan siswa dan hasil wawancara terhadap subjek yang ditekankan pada penerapan metode bantuan alat pada efektif membaca30 . Ketekunan pengamatan dilakukan dengan teknik melakukan pengamatan yang diteliti, rinci dan terus menerus selama proses pembelajaran berlangsung yang diikuti dengan kegiatan wawancara secara intensif terhadap subjek agar data yang dihasilkan terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan. Pengecekan teman sejawat/kolega dilakukan dalam bentuk diskusi mengenai proses dan hasil penelitian dengan harapan untuk memperoleh masukan baik dari segi metodelogi maupun pelaksanaan tindakan. membandingkan data hasil obserfasi, hasil pekerjaan siswa dan hasil wawancara terhadap subjek yang ditekankan pada penerapan metode bantuan alat pada efektif membaca. Ketekunan pengamatan dilakukan dengan teknik melakukan pengamatan yang diteliti, rinci dan terus menerus selama proses pembelajaran berlangsung yang diikuti dengan kegiatan wawancara secara intensif terhadap subjek agar data yang dihasilkan terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan. Pengecekan teman sejawat/kolega dilakukan
30
Moleong, Metedologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2006, hal. 34
42
dalam bentuk diskusi mengenai proses dan hasil penelitian dengan harapan untuk memperoleh masukan baik dari segi metodelogi maupun pelaksanaan tindakan.