BAB III METODE PENELITIAN
3.1
Tipe penulisan Tipe penulisan ini adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan dengan
tujuan menggambarkan objek dan fenomena yang diteliti. Termasuk di dalamnya bagaimana unsur-unsur yang ada dalam variabel penelitian itu berinteraksi satu sama lain dan apa pula produk interaksi yang berlangsung (Siagian, 2011: 52). Penelitian deskriptif bersifat menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi atau berbagai variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian itu berdasarkan apa yang terjadi. Kemudian menarik kepermukaan sebagai suatu ciri atau gambaran tentang kondisi, situasi ataupun variabel tertentu (Bungin, 2001: 48). Melalui penelitian deskriptif, penulis ingin menggambarkan secara jelas dan mendalam tentang faktor-faktor yang mempengaruhi waria menjadi pekerja seks komersial dengan studi kasus di Lapangan Segitiga Kecamatan Lubukpakam III Kabupaten Deli Serdang.
3.2
Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Lapangan Tengku Raja Muda Kelurahan Cemara
Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara, yang secara geografis kota Lubuk Pakam berada di posisi 02"57' - 03"16' Lintang Utara dan 98"33' 99"27' Bujur Timur. Luas kota Lubuk Pakam adalah 7.655,35 Ha dengan batas wilayah sebagai berikut, sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Beringin, sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Pagar Merbau, sebelah Timur Berbatasan dengan Pagar Merbau dan sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Morawa.Kota Lubuk Pakam terdiri atas 7 kelurahan dan 6 desa serta 105 dusun dengan ibukota Kecamatan terletak
Universitas Sumatera Utara
di Jalan Tengku Raja Muda Lubuk Pakam. Topografi Kecamatan Lubuk Pakam merupakan dataran dengan ketinggian 0 s/d 8 meter dari Permukaan laut.
3.3
Informan Pada penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari hasil
penelitian. Pada penelitian kualitatif tidak dikenal adanya populasi dan sampel. Subjek penelitian pada penelitian kualitatif disebut informan. Informan adalah orang-orang yang dipilih untuk diobservasi dan diwawancarai sesuai dengan tujuan peneliti untuk memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitian (Suyanto & Sutinah, 2005: 171172). Orang-orang yang dapat dijadikan sebagai informan adalah orang-orang yang memiliki pengalaman sesuai dengan penelitian. Adapaun informan dalam penelitian ini meliputi informan kunci, informan utama dan informan tambahan.
3.3.1
Informan Kunci Informan kunci adalah orang yang mengetahui dan memiliki informasi pokok yang
diperlukan dalam penelitian (Suyanto & Sutinah, 2005: 171-171). Informan kunci dalam penelitian ini adalah waria yang menjadi pekerja seks komersial di Lapangan Segitiga yaitu 5 orang waria. 3.3.2
Informan Utama Informan utama adalah orang yang terlibat secara langsung dalam interaksi sosial
dengan memberikan dampak terhadap permasalahan tersebut (Suyanto & Sutinah, 2005: 171171). Informan utama dalam penelitian ini adalah 5 orang anggota keluarga dari waria PSK dan 5 orang teman dari waria PSK.
3.3.3
Informan Tambahan
Universitas Sumatera Utara
Informan tambahan adalah orang yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlihat dalam interaksi sosial yang sedang diteliti (Hendarso, dalam Sutinah, 2005: 171-172). Adapun yang menjadi informan tambahan dalam penelitian ini adalah Camat Lubuk Pakam.
3.4
Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data-
data dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Studi kepustakaan (library research) yaitu pengumpulan data atau informasi menyangkut masalah yang akan diteliti dengan mempelajari dan menelaah buku serta tulisan yang ada kaitannya terhadap masalah yang diteliti. 2. Studi lapangan yaitu pengumpulan data atau informasi yhang diperoleh melalui kegiatan penelitian langsung turun ke lokasi penelitian untuk mencari fakta-fakta yang berkaitan dengan masalah yang diteliti melalui: a. Observasi yaitu mengumpulkan data atau informasi yang dilakukan dengan pengamatan, mendengar serta mencatat objek yang diteliti untuk mendapatkan gambaran yang tepat mengenai objek penelitian. b. Wawancara yaitu mengumpulkan data atau informasi dengan melakukan tanya jawab secara bertatap muka yang dilakukan pengumpul data dengan informan sehingga informan memberikan data atau informasi yang diperlukan dalam penelitian (Siagian, 2011: 211).
3.5
Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis
data deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yaitu dengan mengkaji data yang dimulai
Universitas Sumatera Utara
dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber data yang terkumpul, mempelajari data, menelaah, menyusun dalam satu stuan, yang kemudian dikategorikan pada tahap berikutnya dan memeriksa keabsahan data serta mendefenisikannya dengan analisis sesuai dengan kemampuan daya peneliti untuk membuat kesimpulan penelitian (Moleong, 2004). Setiap data dari informasi yang telah dikumpulkan dalam penelitian berupa catatan lapangan berupa data utama dari hasil wawancara maupun data penunjang lainnya dilakukan analisis data, sehingga pada akhirnya dapat menghasilkan suatu analisis data yang baik dan dapat ditarik kesimpulan dari hasil penelitian ini.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV DESKRIPSI LOKASI
4.1 Gambaran Umum Kelurahan Cemara 1. Kondisi Fisik Desa a. Letak dan Geografi Kelurahan Cemara terletak di ketinggian 325 M diatas permukaan laut dengan suhu rata-rata 22 – 27 °C merupakan daerah dataran tinggi. Luas wilayah Kelurahan Lubuk Pakam Cemara adalah 101 Ha yang berbatasan langsung dengan 5 desa/kelurahan, antara lain: Sebelah utara
:
Berbatasan dengan Desa Sekip dan Kelurahan Lubuk Pakam III
Sebelah selatan
:
Berbatasan dengan Desa Pagar Merbau III
Sebelah timur
:
Berbatsan dengan Desa Pasar Melintang
Sebelah barat
:
Berbatasan dengan Kelurahan Syahmad.
Penggunaan tanah dari luas wilayah Kelurahan Cemara keseluruhannya adalah sebagai berikut:
Pemukiman/perumahan
:
65 Ha.
Sawah tadah hujan
:
21 Ha.
Tegal/Ladang
:
15 Ha.
Rumah ibadah
:
0.1 Ha.
Kuburan
:
0.5 Ha.
Lain-lain
:
1 Ha.
Universitas Sumatera Utara
Dengan jarak orbitasi ke Ibu Kota:
Kecamatan
:
1,5 KM.
Kabupaten
:
1,5 KM.
Provinsi
:
30 KM.
b. Demografi / Kependudukan Jumlah keseluruhan penduduk Kelurahan Cemara sampai dengan akhir Desember 2014 adalah 6919 jiwa yang tergabung dalam 1562 Kepala Keluarga dengan perincian jumlah penduduk sebagai berikut:
Laki-laki
:
2943 orang.
Perempuan
:
3976 orang.
Ditinjau dari segi mata pencaharian pendudukan Kelurahan Cemara terdiri dari: Tabel 1.1 Klasifikasi Penduduk di Kelurahan Cemara berdasarkan Pekerjaan NO.
Mata Pencaharian
Jumlah Penduduk
1.
Petani
212 orang
2.
Buruh
153 orang
3.
Pegawai Negeri Sipil (PNS)
175 orang
4.
Pensiun
201 orang
5.
Wiraswasta
349 orang
6.
Jasa
358 orang
7.
Lain-lain
114 orang
Sumber: Kantor Lurah Cemara, Kecamatan Lubuk Pakam
Universitas Sumatera Utara
Kab. Deli Serdang.
Jumlah penduduk ditinjau dari segi umur penduduk Kelurahan Cemara terdiri dari: Tabel 1.2 Klasifikasi Penduduk di Kelurahan Cemara berdasarkan Usia NO. Rentang Usia
Jumlah Penduduk
1.
0 – 12 Tahun
226 orang
2.
1–5
Tahun
1120 orang
3.
5–7
Tahun
389 orang
4.
7 – 15 Tahun
712 orang
5.
15 – 56 Tahun
3146 orang
6.
56 Tahun ke atas
1326 orang
Sumber: Kantor Lurah Cemara, Kecamatan Lubuk Pakam Kab. Deli Serdang.
c. Kondisi Sosial Kemasyarakatan 1. Politik. Situasi politik di Kelurahan Cemara menunjukkan situasi dan kondisi yang bisa dikatakan cukup aman. Pada saat pemilu tahun 2009 jumlah masyarakat yang menggunakan hak pilihnya sekitar 90%. Ditinjau dari partisipasi dan keikutsertaan masyarakat terhadap pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan serta sosial kemsayarakatan bahwa masyarakat Kelurahan Cemara menunjukkan partisipasi dan keikutsertaan yang cukup tinggi. Dibidang penyelenggaraan pemerintahaan dan politik terutama pada pelaksanaan pemilu dan penyelenggaraan pemerintahan kelurahan, masyarakat menunjukkan kepedulian
Universitas Sumatera Utara
dan partisipasi yang cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat bahwa pada pelaksanaan pemilu 2014 baik legislatif maupun pilpres putaran I dan putaran II, partisipasi dimaksud diwujudkan dengan berduyun-duyun datang ke TPS yang sudah ditentukan untuk memberikan hak pilihnya sesuai dengan pilihannya masing-masing.
2. Ekonomi. Tidak semua wilayah Kelurahan Cemara pusat perdagangan atau sentral ekonomi, perdagangan hanya sebatas warung-warung, kios dan bengkel kecil serta beberapa warung makan. Adapun wilayah yang menjadi pusat perdagangan antara lain Jalan Medan Lingkungan III, Jalan Siantar Lingkungan VI, Jalan T. Imam Bonjol Lingkungan I dan Jalan Galang Lingkungan III, sedangkan industri hanya sebatas industri rumah tangga, seperti bordir, pembuatan emping, meubel, dan pembuatan ulos. Jika ditinjau dri kehidupan seharihari masayrakat Kelurahan Cemara, sumber-sumber pendapatan masyarakat antara lain sebagai berikut: 1. Pertanian yaitu sawah tadah hujan dan perladangan. 2. Peternakan antara lain; kambing, burung puyuh, ayam, bebek, dll. 3. Perdagangan dan jasa antara lain: warung makan, toko, kios-kios, finance, angkutan dan perbengkelan serta pertukangan. 4. Industri rumah tangga antara lain: bordir, pembuatan emping, dan pembuatan ulos. 5. Transportasi/perhubungan antara lain: becak bermotor, angkot.
3. Sosial Budaya Penduduk Kelurahan Cemara berasal dari berbagai suku yang berbeda-beda, dimana mayoritas penduduknya yang paling dominan suku batak toba. Tradisi-tradisi musyawarah untuk mufakat, gotong royong dan kearifan lokal yang lain sudah dilakukan oleh masyarakat
Universitas Sumatera Utara
dan hal tersebut secara efektif dapat terhindar dari adanya benturan-benturan antar kelompok masyarakat. Kesadaran masyarakat dalam pelaksanaan gotong-royong menunjukkan peningkatan yang cukup memuaskan terutama yang berkitan dengan: -
Menjaga kebersihan dan melestarikan lingkungan hidup/pemukiman.
-
Gotong-royong dalam rangka pelaksanaan kegiatan Jum‟at Bersih sebagai perwujudan mendukung Gerakan Deli Serdang Membangun (GDSM).
Kondisi sarana dan pra sarana umum Kelurahan Cemara secara garis besar adalah sebagai berikut: Tabel 1.3 Klasifikasi Penduduk di Kelurahan Cemara berdasarkan Sarana dan Pra Sarana Penduduk No.
Sarana/Pra Sarana
Jumlah/Volume
1.
Balai Pengobatan
6 unit
2.
Lapangan Volly
1 unit
3.
Lapangan Futsal
2 unit
4.
Lapangan Bulu Tangkis
1 unit
5.
Mesjid
2 unit
6.
Musholla
1 unit
7.
Gereja
8 unit
8.
Jalan Provinsi
1 km
9.
Jalan Tanah
3 km
10.
Taman Kanak-kanak (TK)
2 unit
11.
Sekolah Dasar
3 unit
12.
Sekolah Menengah Pertama
3 unit
Universitas Sumatera Utara
13.
Sekolah Menengah Atas
3 unit
14.
Organisasi Kemasyarakatan
4 organisasi
15.
Organisasi
Kemsyarakatan 1 organisasi
Pemuda (OKP) 16.
Group Kesenian
3 group
17.
Club Olah Raga
1 group
Sumber: Kantor Lurah Cemara Kecamatan Lubuk Pakam, Kab. Deli Serdang.
2. Struktur Organisasi Pemerintah Kelurahan Kelurahan Cemara adalah salah satu kelurahan dari 7 kelurahan yang ada di Kecamatan Lubuk Pakam. Pada dasarnya pelaksanaan tugas dibidang pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan di Kelurahan Cemara tetap berpedoman kepada Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan PP Nomor &% Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah yang susunan organisasinya adalah terdiri dari: Lurah, Sekretaris Lurah, Kasi Pemerintahan, Kasi Pelayanan Umum, Kasi Trantib, Kasi Sosial dan Para Kepala Lingkungan.
3. Pelayanan Kesehatan Masyarakat Kelurahan Cemara. Dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan kepada masyarakat Kelurahan Cemara, terdapat 4 Posyandu yang tersebar di lingkungan, dan disamping itu terdapat juga beberapa balai pengobatan dan tempat praktek bidan/klinik bersalin yang memberikan pelayanan kepada masyarakat yang berkaitan dengan: 1. Penanggulangan/antisipasi meningkatkan kematian bayi. 2. Perbaikan dan peningkatan kualitas gizi bayi bagi balita serta upaya memperkecil angka kematian balita akibat kekuranagn gizi (gizi buruk).
Universitas Sumatera Utara
3. Pemberian imunisasi yang teratur kepada bayi dan balita pada masa pertumbuhannya. 4. Penyuluhan yang berkaitan dengan situasi dan kesehatan lingkungan pemukiman.
Upaya lain yang dilaksanakan dalam peningkatan pelayanan masyarakat di Kelurahan Cemara sebagai berikut, antara lain: 1. Pemeriksaan gizi anak balita dan imunisasi polio melalui pekan imunisasi nasional (PIN) yang dilaksanakan di pos pelayanan terpadu (Posyandu). 2. Pemberian makanan tambahan bagi anak balita. 3. Penyuluhan kesehatan oleh petugas puskesmas dan bidan desa terutama yang berkenaan dengan pencegahan
penyebaran penyakit menular seperti: demam
berdarah, diare, campak, rabis, flu burung, dan folio. 4. Pelayanan kesehatan bagi orang tua lanjut usia (lansia) di posyandu khusus lansia. 5. Pendataan dan validasi serta akurasi data keluarga miskin dalam rangka pembuatan dan penyaluran kartu sehat / askes. 6. Melaksanakan gotong-royong pembersihan parit-parit dan selokan dalam mencegah perkembang biakan nyamuk yang dapat menyebabkan penyakit setiap hari Jum‟at.
4. Kondisi Kelembagaan Masyarakat Kelurahan Cemara. Dalam hal pemberdayaan kelembagaan masayrakat di Kelurahan Cemara, ada beberapa upaya yang dilakukan: 1. Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD) Dalam rangka menggali dan mengumpulkan potensi dan partisipasi dari masyarakat, LKMD Kelurahan Cemara selalu berupaya untuk berbenah diri seperti penyesuaian kepengurusan sesuai dnegan peraturan yang ada.
Universitas Sumatera Utara
2. Melalui pokja-pokja yang ada di struktur organisasi tim penggerak PKK Kelurahan Cemara, lembaga ini melaksanakan pembinaan dan penyuluhan yang berkenaan dengan upaya peningkatan kesejahteraan keluarga, dalam penggerakan/aktivitasnya tim penggerak. 3. PKK Kelurahan Cemara dibantu oleh PKK Lingkungan dan para ketua Dasa Wisma dari setiap dusun dengan melaksanakan kegiatan antara lain: arisan rutin bulanan, pembinaan dan memfasilitasi terhadap kelompok-kelompok usaha yang dilaksanakan oleh ibu-ibu maupun kaum perempuan yang bada di Kelurahan, serta pembinaan dan penataan lingkungan yang sehat. 4. Peguyuban atau Kelompok Perwiritan Ada beberapa kelompok perwiritan/paguyuban baik itu perwiritan kaum bapak maupun perwiritan kaum ibu yang terbesar di lingkungan yang ada di Kelurahan Cemara banyak informasi dan penyampaian pesan-pesan pembangunan dari pemerintah kepada masayrakat yang telah disampaikan melalui perwiritan tersebut. Begitu juga sebaliknya tidak sedikit perwiritan dimaksud telah memberikan dan menyumbangkan dana dari uang kas perwiritan untuk mebnatu mensukseskan kegiatan-kegiatan maupun program-program pemerintah yang sifatnya membawa misi agama dan nama baik Kecamatan Lubuk Pakam.
5. Kondisi Keamanan dan Ketertiban Kelurahan Cemara Situasi keamanan dan ketertiban di Kelurahan Cemara dapat dikatakan kondusif dan terkendali, hal ini dapat dibuktikan dengan: 1. Tidak pernah terjadi konflik masyarakat baik melalui kelompok masyarakat, antara etnis agama, terlebih lagi konflik masalah SARA.
Universitas Sumatera Utara
2. Kasus perkelahian masyarakat yang berakibat jatuhnya korban jiwa dan menimbulkan luka-luka, prostitusi atau kejahatan seksual seperti pemerkosaan, penculikan dan penganiayaan dalam rumah tangga tidak pernah terjadi. 3. Tingginya kesadaran masayrakat dalam upaya menjaga kemanan dan keteertiban atas prakarsa sendiri.
Universitas Sumatera Utara
BAB V ANALISIS DATA
Melalui wawancara dan observasi, peneliti berhasil mengumpulkan data mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi waria menjadi pekerja seks komersial. Pengumpulan data dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu: 1. Penelitian dilakukan atau diawali dengan melakukan observasi ke lokasi penelitian. Adapun lokasi yang telah diobservasi peneliti adalah di Lapangan Tengku Raja Muda Kelurahan Cemara Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang. Observasi yang dilakukan merupakan partisipasi aktif peneliti di lapangan bersama Pekerja Seks Komersial (PSK). 2. Melakukan wawancara mendalam dengan 5 orang waria, 5 orang anggota keluarga dari waria PSK, 5 orang teman dari waria PSK, dan camat Lubuk Pakam mengenai faktorfaktor penyebab waria menjadi PSK di Lubuk Pakam. Hasil penelitian yang telah dilakukan di lapangan diperoleh berbagai data. Untuk melihat gambaran yang lebih jelas dan rinci, maka penulis mencoba menguraikan petikan wawancara dengan informan serta narasi penulis tentang data-data tersebut, diteliti, ditelaah, maka selanjutnya adalah mengadakan kategorisasi perbandingan-perbandingan sebelum akhirnya menarik kesimpulan. Informan yang menjadi sumber data penelitian ini sebanyak 16 orang, dengan komposisi 1 orang informan tambahan, 10 orang informan kunci dan 5 orang informan utama. Pada informan kunci, informan utama, dan informan tambahan dilakukan wawancara mendalam untuk memperoleh data mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi waria menjadi PSK.
Universitas Sumatera Utara
5.2 Hasil temuan 5.2.1 Informan Kunci - I Nama
: EV
Umur
: 34 Tahun
Pendidikan
Terakhir
: SMA
Agama
: Buddha
Suku
:-
Anak ke
: 2 dari 2 bersaudara
Status
: Lajang
Pekerjaan orang tua a. Ayah
: Wirausahawan (pemilik toko alat elektronik)
b. Ibu
: Ibu rumah tangga
Usia saat pertama kali menjadi PSK : 27 Tahun
Waria cantik keturunan Tionghoa ini merupakan anak bungsu dari 2 bersaudara. Jika dilihat dari bentuk fisiknya, EV berkulit putih layaknya keturunan Tionghoa lainnya, memiliki rambut hitam lurus dan bentuk wajahnya yang oval sangat proporsional dengan sebuah kacamata yang membingkai mata sipitnya kala itu. EV sedang menikmati secangkir kopi di salah satu kafe yang berada di sekitar Lapangan Tengku Raja Muda saat peneliti mencoba untuk mendekati EV dengan mengajak berkenalan. EV waria yang ramah, saat peneliti berbicara dengannya, ia selalu memberikan respon yang baik. Ia juga bersedia membicarakan terkait hal-hal yang ingin peneliti tanyakan tentang masa kecilnya dan bagaimana respon keluarganya mengetahui kewariannya. Masa kecil EV dihabiskan di Perbaungan. Masa duduk di bangku SD dilaluinya seperti anak laki-laki pada umumnya, tetapi ia merasa lebih senang berteman dengan anak perempuan. ketika duduk di
Universitas Sumatera Utara
bangku SMP, kawan-kawan dekatnya masih memperlakukannya dengan wajar sebagai teman mereka namun ternyata ada juga seorang guru olahraga yang sedikit ceriwis dan selalu ingin tahu tentang pribadinya. Selalu menanyakan mengapa EV lebih sering bergaul dengan teman perempuan, tidak suka main dengan lelaki. Jenis olahraga yang dipilih EV juga jadi bahan pertanyaan gurunya itu. EV ternyata tidak senang dengan olahraga yang biasa dilakukan kaum laki-laki. Sambil tersenyum EV berkata: “Untung guru biologiku mau mengerti keadaanku dan mengingatkan agar terus berprestasi tanpa rasa minder. Kata guru, jadi waria itu bisa aja terjadi karena bawaan lahir, aku gak ngerti, yang pasti aku senang karena ada yang memahami keadaanku.” Sebenarnya EV sudah berusaha tampil biasa saja dan mencoba semaskulin mungkin. Tetapi tetap saja kadang-kadang timbul sisi femininnya yang membuat teman-teman lelakinya sering mengolok-olok. Olokan itu ditanggapinya dengan acuh: “Ah, biarlah orang mengolok-olok. Anjing menggonggong, kafilah berlalu. Semua cemoohan dan umpatan itu masuk telinga kanan keluar telinga kiri aja lah. Lagian apa yang salah dari aku yang begini, kan aku enggak mengganggu mereka” Ketika SMA, EV lebih bisa mengekspresikan diri melalui kesenian. Ia aktif dalam Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) maupun belajar berorganisasi sebagai seksi kesenian. Setiap ada kegiatan sekolah yang bersentuhan dengan seni dan tari, ia selalu berada di garda depan. Mulai acara Agustusan hingga acara perpisahan sekolah. Minatnya tinggi di bidang seni. Guru seni menyarankan agar EV menekuni bidang tari supaya kelak bisa membuka sanggar dan menjadi pengajar tari. Meski para guru memahami kondisinya, namun tetap saja
Universitas Sumatera Utara
mengundang tanda tanya teman-temannya yang mempertanyakan kenapa EV lebih suka bergaul dengan teman perempuan ketimbang laki-laki. EV mengaku lebih suka bergaul dengan teman perempuan karena teman perempuan lebih mengerti dirinya dibanding lakilaki. Menurut EV, keluarga tidak tahu kalau ia waria, walaupun tingkah lakunya sudah gemulai sejak kecil. Keluarganya pun tidak tahu kalau ia suka sesuatu yang indah dan lembut. Ia lebih memilih menyembunyikan keadaan sesungguhnya. Kalaupun keluarganya menebaknebak, biarlah itu menjadi asumsi atau hasil tebakan mereka. Niat untuk menegaskan kepada keluarga bahwa ia waria juga tidak dilakukan. Demikian pula kepada tetangga sekitarnya. Kehidupannya mengalir begitu saja, seperti air. Namun, ia tetap berusaha tampil sebagai sosok lelaki pada umumnya agar mereka tidak mengolok-olok.
Sementara gejolak
perasaannya terus mendesak ingin tampil cantik dan eksotik seperti kebanyakan perempuan. Tak kuasa memendam perasaan yang kian hari kian bergelora, maka setelah tamat SMA EV pun memilih keluar dari rumah dan lingkungan keluarga yang membesarkannya. Hal ini tentunya membuat hidupnya semakin sulit karena ia harus membiayai hidupnya sendiri. Ketika peneliti menanyakan tentang gaya hidupnya sehari-hari, EV mulai menjawab dengan tersenyum. EV memang terbiasa hidup dengan sederhana, meskipun orang tuanya tergolong mampu. EV lebih memilih hidup sederhana. Barang-barang yang digunakannya kebanyakan produk lokal, bukan barang-barang dengan brand ternama. Ia lebih menyukai produk lokal, menurutnya produk lokal lebih baik karena dapat membantu perekonomian masyarakat Indonesia daripada harus memakai produk luar yang mahal, lagipula kualitasnya sama saja. Telepon genggam miliknya pun sederhana saja, hanya dapat digunakan untuk mengirim dan menerima pesan singkat atau telepon sehingga ia tidak perlu mengeluarkan biaya yang banyak untuk sebuah telepon genggam. EV menjaga kesehatan jasmaninya dengan baik, EV tidak mengkonsumsi narkoba, tidak merokok, olahraga pun rutin
Universitas Sumatera Utara
dijalaninya, olahraga yang biasa dilakukannya bukanlah olahraga yang memerlukan biaya yaitu lari pagi. Peneliti juga menanyakan kepada EV tentang pengalaman bekerjanya selama ini. EV mengatakan bahwa usai menamatkan SMA, ia mencari pekerjaan namun setiap upayanya untuk melamar pekerjaan senantiasa ditolak dengan alasan yang tidak jelas. Padahal, waria cantik ini lolos persyaratan adminsitrasi dan wawancara. Ia menduga kalau berbagai penolakan halus itu disebabkan karena kewariaannya.
Setelah setelah menyelesaikan
sekolahnya, EV bekerja sebagai pelayan di sebuah toko pakaian di kota Medan. Setelah dua tahun bekerja, ia mencoba melamar di perusahaan rokok. Posisi yang diincarnya adalah bagian keuangan. Sayang, ia tidak diterima. Diduga karena kewariannya. Kecurigaan itu muncul karena hasil tes dan wawancara cukup baik. EV mengungkapkan: “Mereka bilang posisi di bagian keuangan sudah terisi. Seharusnya ada pemberitahuan dari awal kalau posisi itu sudah ada yang mengisi. Jadi kan aku gak usah ikut tes dan wawancara. Rasaku aneh aja, masa masih dalam masa tes dan belum pengumuman, bangku sudah terisi. Kan itu akal-akalan mereka aja untuk menolak lamaranku.” EV tidak meyerah dan putus asa. Masih ada secercah harapan dengan motto kalau mau terus berusaha, di situ ada jalan. EV melamar kerja di sebuah toko yang menjual suku cadang kendaraan bermotor di daerah Medan. Ia diterima bekerja di sini. Namun belum setahun bekerja, EV diberhentikan secara sepihak. Tidak jelas juga apa alasan pemberhentian atasnya. EV menduga pemecatan itu disebabkan gaya feminin dan seringnya teman-teman waria mampir ke tempatnya bekerja. Sampai sekarang EV tidak habis pikir mengapa ia diberhentikan bekerja tanpa alasan yang jelas. Padahal ia merasa kinerja dan tingkat kehadirannya sangat bagus. Pemilik toko memecatnya dengan alasan rasionalisasi atau
Universitas Sumatera Utara
pengurangan pegawai dan omset toko yang menurun. Ia sendiri heran mengapa omset dikatakan menurun, padahal toko tak pernah sepi dari pembeli. EV memandang peristiwa pemecatannya itu mungkin sudah menjadi suratan takdir. Tanpa banyak membantah, ia pun keluar dari toko itu. Namun EV tetap tegar. Untuk bertahan hidup, ia ikut kawannya yang membuka salon kecantikan di Jalan Juanda Medan. Meski tanpa gaji, hanya dapat makan, ia dengan ikhlas menjalaninya. EV mengatakan: “Itung-itung sambil belajarlah, siapa tau kalau nanti ada modal aku bisa buka salon sendiri. Aku juga dikasih tinggal di rumah kawanku itu, jadi walaupun tidak bergaji, setidaknya tempat tinggalku aman.” Bagi EV, apa pun pekerjaan yang tersedia akan dilakoninya selama itu halal dan tidak menyusahkan orang lain. Namun idealisme itu buyar juga ketika harus berurusan dengan kebutuhan hidup. Barangkali benar pernyataan bijak yang mengatakan kemiskinan itu mendekatkan orang kepada kekufuran. Tekadnya untuk mencari rizki yang halal pupus. EV terpaksa bekerja sebagai PSK karena salon temannya itu sepi pelanggan. EV mengaku terpaksa menjalani pekerjaannya dengan mengatakan: “Aku dan temanku terpaksa terjun di dunia malam. Aku tidak tahu harus berbuat apa lagi, yang ku tahu satu-satunya jalan cepat untuk menyambung kehidupan ya dengan bekerja seperti ini. Aku tak mungkin lagi kembali ke orang tua kandung dan keluargaku, mereka pasti tidak menerimaku dan aku pun tahu diri untuk itu.” Selama kurang lebih dua tahun EV menjalani profesi PSK di Medan. Ia merasakan pahit dan getir. Entah karena trauma atau sepi pembeli, ia kemudian menjajal berpetualang ke Lubuk Pakam. Di sini ia menjadi kupu-kupu malam di Lapangan Tengku Raja Muda. Mulai tahun 2003 sampai sekarang EV mangkal di tempat ini. Sebenarnya EV sudah lelah
Universitas Sumatera Utara
menjalani hidupnya sebagai PSK waria. Tapi apa boleh buat. Bertambahnya usia membuatnya semakin tidak memungkinkan bersaing di pasar kerja yang sangat kompetitif. Jangankan latar belakang pendidikannya yang hanya SMU, sarjana saja banyak yang menganggur. EV mengungkapkan: “Aku berharap ada satu wadah yang bisa menyalurkan teman-teman waria sesuai bakatnya. Aku juga menginginkan agar waria bisa menunjukkan sesuatu yang positif dan bisa membuat masyarakat umum menaruh kepercayaan kepada sumber daya manusia waria dan bisa mengubah stigma dan kesan negatif terhadap waria selama ini.” Berdasarkan hasil wawancara pada awalnya EV menjadi PSK atas ajakan temannya dan ditambah dengan keinginan sendiri, pertama kali ia melayani seorang pria saat ia bekerja di salon temannya. Tawaran itu datang dari pelanggan salon yang juga seorang waria. “Awalnya dia iseng menanyakan berapa penghasilan kami dari nyalon, setelah itu dia mulai bertanya pada kami, apakah kami pernah merasakan terangsang saat kami menyentuh rambut atau bagian kepala pelanggan lakilaki yang sedang potong rambut. Aku bilang aku sering merasakannya, temanku juga gitu. Trus dia ngasih saran ke aku dan kawanku untuk melacur saja, lebih menyenangkan dan gak membosankan nunggu-nunggu pelanggan yang belum tentu mau kita pegang-pegang.” EV yang tertarik dengan tawaran tersebut akhirnya meminta untuk diajarkan cara melacur kepada teman warianya. Ia mulai bekerja ketika jam 8 malam sampai pagi. Ia mengaku penghasilannya sekitar 300 ribu dalam seminggu. Untuk sekali melayani ia dibayar antara Rp. 30.000-70.000 untuk waktu yang tidak ditentukan. Tolak ukurnya hanya sampai pelanggan merasa puas. Pelanggannya bervariatif karena ia memang tidak tebang pilih pada
Universitas Sumatera Utara
pelanggan. Siapa saja yang membutuhkannya akan sangat senang dilayaninya. Ia mengaku pernah mendapat tawaran dari seorang wanita. Namun ia menolaknya karena ia tidak memiliki hasrat apapun kepada seorang wanita. Ia biasanya memuaskan pelanggan di tempattempat sepi, di jalan sepi, kos di dan hotel. EV tidak hanya berperan sebagai perempuan saat melakukan hubungan seks, namun bisa juga sebagai laki-laki. Menurut penuturan EV, tergantung tamu yang memesannya, lebih sissy atau tidak darinya. Tidak ada syarat yang ia buat menjadi tamu yang dilayaninya. Ia menceritakan tentang dukanya menjalankan pekerjaannya. Diantaranya adalah pelanggan yang tidak membayar dengan alasan ia sudah tua sehingga pelayanannya tidak memuaskan. Namun ketika pelanggan tidak membayar, ia tidak mempersoalkan hal seperti itu karena ia tidak ingin ada keributan antara ia dan pelanggan dan ia sendiri pun sudah merasakan keuntungan tanpa harus dibayar. Ketika berhubungan seksual dengan lelaki yang tampan, ia akan sangat senang dan bergairah. Ada rasa ingin memiliki dalam hatinya. Ia mengaku tidak pernah menggunakan pengaman saat melakukan hubungan seksual. Ia juga tidak merasa khawatir. Ia Sudah sering terkena razia polisi atau satpol pp, dihukum seminggu kemudian di bebasin. Ketika ditangkap, petugas hanya menanya-nanyai dan menyuruh ia untuk berhenti menjadi PSK, tidak pernah memberi binaan atau keterampilan. EV lebih sering mendapatkan pelanggan yang baik, mereka memberi ia uang lebih. Bahkan ada beberapa pelanggan yang suka dengannya dan sempat menjalin hubungan dengannya. EV selalu rutin menjaga tubuhnya karena itu aset baginya. Saat ini ia bebas dari HIV karena ia sudah pernah melakukan test HIV. Namun ketakutan akan penyakit itu tetap dirasakannya. Apabila ia menetapkan syarat kepada pelanggan untuk menggunakan kondom saat berhubungan seksual, biasanya hal itu akan membuat pelanggan mengurungkan niatnya
Universitas Sumatera Utara
untuk bertransaksi dan kemudian mencari waria yang lain. Diakuinya, pekerjaan ini tetap dilakukannya hingga saat ini karena dia merasanya nyaman saat melakukannya.
5.2.2 Informan Kunci - II Nama
: AD
Umur
: 27 Tahun
Pendidikan
Terakhir
: S1
Agama
: Islam
Suku
: Jawa
Anak ke
:1
Status
: Lajang
Pekerjaan orang tua a. Ayah
: PNS
b. Ibu
: Guru ng aji
Usia saat pertama kali menjadi PSK : 22 Tahun
AD merupakan seorang anak tunggal. Jika dilihat dari bentuk fisiknya, AD memiliki tubuh yang kurus dan tinggi, rambutnya sedikit tebal dan lurus serta berkulit agak gelap. Pada awalnya peneliti melihat AD sepertinya merupakan pribadi sangat emosional. Terlihat dari mimik wajah yang datar dan cenderung tidak ada ekspresi, sorot matanya sedikit menantang. Peneliti mencoba untuk mendekati AD dengan mengajak berkenalan, AD tampak terkejut dan iam. Setelah peneliti berhasil berkenalan dengannya, ternyata ia merupakan pribadi yang ramah. AD sangat antusisas saat peneliti berbicara dengannya, ia selalu memberikan respon yang baik. Ia juga bersedia membicarakan terkait seputar hal-hal yang ingin peneliti tanyakan
Universitas Sumatera Utara
tentang masa kecilnya dan bagaimana respon keluarganya mengetahui tentang kewariannya. AD sudah mengenal orientasi seksual yang berbeda sejak duduk dibangku SD. Setiap melihat kakak-kakak perempuannya berdandan, AD ingin tampil cantik seperti mereka. Ia juga senang menyanyi dan menari, sehingga setiap ada acara peringatan hari kemerdekaan atau 17-an, ia selalu diminta tampil. Ketika ayahnya NS, mendapatinya sedang menyanyi-nyanyi atau menari layaknya perempuan, tak segan ayahnya mencambuknya di depan banyak orang. Menurut AD kalau di sekolah, teman-teman dan gurunya hampir semua bisa memaklumi kelainan itu. Bahkan, mereka memperlakukannya layaknya perempuan. Ketika perlombaan yang mengharuskan menginap, ia selalu tidur dengan rombongan perempuan dan mereka tidak pernah mempermasalahkan hal itu. Hanya saja, mereka melarang berdandan seperti perempuan. AD mendapat perlakuan berbeda ketika SMP. AD selalu mendapatkan cemoohan dan panggilan bencong atau banci dari teman-temannya. Semua panggilan yang sebenarnya menyakitkan itu tidak terlalu dihiraukannya. Begitu pula cemoohan dari orang-orang di sekelilingnya. AD hanya memaklumi semua itu. Bagi ia, mereka yang mengolok-olok belum tentu baik dari yang diolok-olok. Karena baginya, Tuhanlah yang Maha Tahu. Ketika mereka memandangnya dengan pandangan sinis, ia hanya berpikir mungkin mereka tidak mampu berbuat sepertinya, mereka juga belum tentu lebih baik darinya. Waktu SMA, AD sekolah di Lubuk Pakam. Jaraknya cukup jauh dari tempat tinggalnya. AD banyak mengenal teman waria yang rata-rata membuka usaha salon di kota itu. Mereka bisa melihat gelagatnya yang lain. Ia pun diterima dan dianggap sebagai bagian dari mereka. Sepulang sekolah, AD sering diajak ke salon dan hal ini membuatnya sangat senang. Selain bisa bersama teman sesama waria, juga bisa mencuri pengalaman dan keterampilan mereka dalam menata rambut dan kecantikan.
Universitas Sumatera Utara
Sejak itulah AD mulai mengekspresikan diri sebagai waria. Awalnya semua berjalan baik. Namun setelah ada seorang tetangga yang melihatnya berdandan dan kemudian melaporkan kepada orangtuanya, maka sejak itu kisahnya menjadi lain. Setelah mendapat laporan, ayahnya mendatangi tempat tinggalnya di kota dan langsung menyeret pulang serta mengurungnya di kamar. Berhari-hari hanya bisa duduk terpaku menderita sebagai sandera orangtua. Mendapat perlakuan seperti itu tidak membuat AD patah harapan dan pesimistis menjalani hidup. Dalam pikirannya saat itu adalah bagaimana caranya bisa kabur untuk membebaskan diri dari penjara keluarga itu. Berkat kecerdikannya, ia berhasil kabur dari rumah. Hanya membawa apa yang menempel di badan. Begitu tahu kabur, ayahnya langsung menghentikan semua akses keuangannya, termasuk uang sekolah. AD pun bingung harus ke mana dan harus berbuat apa. Untung saja di tengah kegalauan hati dan kegamangan hidup, teman sependeritaan dan sepenanggungannya menawarkan tinggal bersama. AD bekerja di salon temannya itu. Penghasilan yang diperolehnya digunakan untuk membiayai sekolahnya. AD mengatakan: “Bekerja di salon ini harus aku lakukan untuk biaya sekolah. Pokoknya aku harus terus sekolah. Aku mau pintar, aku mau kejar cita-citaku. Aku memang kurang beruntung punya orang tua yang gak bisa memahami keadaanku tapi Allah masih sayang samaku karna aku diberikan teman yang mau membantu aku disaat orang tuaku sendiri membuangku.” Sementara itu, orangtua AD pun merasa heran mengapa tidak ada panggilan dari pihak sekolah padahal mereka tidak pernah membayar uang sekolah anaknya. Mengetahui kegigihan AD bisa terus bersekolah dengan biaya sendiri membuat hati orangtuanya luluh. Orangtuanya berubah pikiran dan menerima kembali. Namun harapan orangtua supaya AD berubah dari orientasi waria ke laki-laki pupus. AD malah semakin menjadi-jadi ke arah
Universitas Sumatera Utara
waria. Ia pergi ke kampus itu dengan penampilan bibir berlipstik dan mengenakan sepatu hak tinggi. Inilah yang membuat ayahnya berang. Ketika peneliti menanyakan tentang gaya hidupnya sehari-hari, sambil tersenyum AD mulai menunjukkan tas dan sepatunya yang dikenakannya dengan merk ternama. AD memang terbiasa hidup dengan kemewahan, orang tua nya yang tergolong mampu dan hanya memiliki satu orang anak membuat AD sangat dimanja dan dipenuhi segala keinginannya. Barang-barang yang digunakannya kebanyakan produk dengan brand ternama. AD mengatakan bahwa ia selalu tidak mau tersaingi dengan teman-teman lain. itu sebabnya ia selalu up to date soal gadget. AD lebih suka menghabiskan waktu dengan nongkrong di cafe ketimbang kuliah. Sehabis kuliah biasanya ia berbelanja di mall. Ia seperti itu karena ia ingin menyegarkan fikiran kembali setelah mengikuti kelas yang sangat tidak diminatinya. AD tertunduk malu ketika mengakui kepada peneliti bahwa ia mengkonsumsi narkoba, namun ia tidak merokok, baginya dengan mengkonsumsi narkoba dapat membuatnya melupakan beban masalahnya walaupun hanya untuk sementara waktu. AD rutin menjalankan aktivitas berolahraga, olahraga yang biasa dilakukannya fitness di mall-mall yang ia kunjungi. AD dengan semangat menceritakan tentang pengalaman hidupnya terkait dunia pekerjaan. Ia mengatakan bahwa ia sempat menjadi guru honorer. Mengajar di SD selama 3 bulan dan di SMP selama 6 bulan. Tawaran mengajar itu datang dari gurunya sendiri. AD kemudiaan mengundurkan diri dan tidak lagi mengajar. Bukan lantaran mendapatkan perlakuan tidak baik dari pihak sekolah, melainkan tak kuasa menahan beban psikologis dan mental karena setiap mengajar, murid-muridnya selalu bertanya, mengapa ia seperti perempuan. Karena tidak tahan mendapat serangan pertanyaan seperti itu setiap hari, AD akhirnya memilih mengundurkan diri. Pihak sekolah mencoba membujuknya agar tidak berhenti mengajar. AD berusaha meyakinkan mereka bahwa mengajar dan dakwah bukanlah bidangnya.
Universitas Sumatera Utara
AD mengatakan: “Cita-citaku dulu ingin menjadi dokter. Aku sampe bela-belain membiayai uang sekolah sendiri untuk bisa jadi dokter kulit dan kelamin. Tapi, ayahku memasukkanku di sekolah islam dengan harapan aku bisa berubah menjadi lelaki pada umumnya. Ya gak bisa lah, ayahku fikir keadaanku ini dibuat-buat dan bisa dirubah hanya dengan ceramah. Manalah mungkin. Aku ini sudah begini takdirnya gak bisa lagi dirubah dek” Ayahnya kembali marah karena AD sempat menganggur lama. Tak biasa lontanglantung, untuk sementara ia bekerja di salon hingga ada seorang kawan dari Kalimantan mengajak ke tempatnya. Selama di Kalimantan ia sempat menjadi hostes di sebuah klub malam. Cinta pertama terjadi di tempat ini. Cinta pertama yang membuat lupa diri sehingga membuat sering absen kerja dan dikeluarkan dari klub malam. AD kemudian kembali lagi ke Lubuk Pakam. Ia mencoba melamar berkali-kali di beberapa rumah makan sebagai tukang masak tapi selalu ditolak dengan alasan tidak membutuhkan pegawai baru padahal jelas-jelas ada lowongan. Ada juga yang jelas-jelas menolak karena kewariaannya. Karena putus asa, akhirnya AD terjerembab dalam kehidupan malam Lapangan Tengku Raja Muda, tempat mangkalnya kaum waria di Lubuk Pakam. Ia sempat merasakan kekejam an waria senior. Mereka suka main pukul. Cukup lama ia menjadi PSK, sekitar 5 tahun. Bukan karena pilihan, tetapi memang tidak ada lagi yang bisa dilakukan. Berdasarkan hasil wawancara pada awalnya ia menjadi PSK atas keinginan sendiri, pertama kali ia melayani seorang pria saat ia duduk dibangku SMA. Itupun tidak dibayar. Sepulang sekolah ia kerja di salon temannya. Ada seorang guru SD pelanggan salon yang sering datang ke salon. Guru itu suka menciumi AD ketika salon sedang sepi, dipegangpegang, lama kelamaan guru itu menyuruh ia untuk melayani dan ia menurutinya.
Universitas Sumatera Utara
“Aku sebenarnya juga suka dengan apa yang dilakukan guru itu dan aku juga suka sama dia karena dia ganteng. Tubuhnya tegap dan dia juga lembut memperlakukan aku. Hanya dulu aku masih takut dan tidak berani ngomong jadi aku cuma nurut aja apa kata dia.” AD merasa nyaman ketika diperlakukan seperti itu oleh lawan jenisnya. Hal ini lah yang membuat AD berfikir untuk menjadi seorang PSK setelah ia putus asa dalam mencari pekerjaan. Ia mulai bekerja ketika selesai maghrib sampai jam 10 malam. Ia mengaku penghasilannya hanya sekitar 20 – 50 ribu dalam sehari. Untuk sekali melayani ia dibayar antara Rp. 20.000-25.000 untuk waktu yang tidak ditentukan. Tolak ukurnya hanya sampai pelanggan merasa puas. Pelanggannya biasanya lelaki setengah baya yang rata-rata sudah berkeluarga. Ia mengaku menolak apabila ada tawaran dari lelaki remaja karena ia tidak nafsu dengan anak muda. Pelanggan yang berusia muda biasanya bermain kasar. Ia tidak suka diperlakukan kasar ketika sedang melayani pelanggannya. Ia menyukai lelaki yang sudah tua dan berkumis. Apabila pelanggan yang ia suka fisiknya, ia mengaku memberikan pelayanan dengan gratis. Ia biasanya memuaskan pelanggan di tempat-tempat sepi, di jalan sepi, kos atau di hotel. Ia menceritakan tentang dukanya menjalankan pekerjaannya. Diantaranya adalah pelanggan yang tidak membayar dengan alasan dompet ketinggalan, kehilangan uang, dijanjikan dibayar besok apabila berjumpa lagi. Ia tidak pernah mempersoalkan hal seperti itu karena ia tidak ingin ada keributan antara ia dan pelanggan. Ketika berhubungan seksual, ada rasa khawatir didalam hatinya terutama ketika pelanggan yang menyewa dirinya tidak memperkenankan ia memakai kondom. Ia Sudah sering terkena razia polisi atau satpol pp, dihukum seminggu kemudian di bebasin. Ketika ditangkap, petugas hanya menanya-nanyai dan menyuruh ia untuk berhenti menjadi PSK, tidak pernah memberi binaan atau keterampilan.
Universitas Sumatera Utara
“Pernah ada kejadiannya sekitar 2 tahun yang lalu di daerah Galang, waktu itu ada seorang yang menyewaku, kemudian aku di bawa kesuatu tempat untuk main, tapi kemudian orang itu marah-marah karena aku waria tahunya orang itu aku wanita, kemudian aku diturunkan di pasar dan tahu-tahu aku di keroyok oleh segerombolan orang yang mungkin gerombolan geng motor, teman orang yang menyewa tadi. Aku dipukulin. Aku sempat bisa melarikan diri tapi dikejar dan akhirnya aku pingsan dan pagi harinya aku berada di selokan dan luka disekujur tubuh, ditolong oleh tukang becak, dibawa kerumah sakit.” AD lebih sering mendapatkan pelanggan yang baik, mereka memberi ia uang lebih. Bahkan ada pelanggan yang suka dengannya dan menjalin hubungan dengannya. “Aku juga pernah dapat pelanggan tetap dek, kami berhubungan lama sampai 2 tahun, dia sering memberi uang, tapi dia sudah punya istri dan anak akhirnya kami putus hubungan karena masalah keuangan. “ Untuk menambah stamina AD biasanya meminum jamu. Ia mengaku selalu terjaga kesehatannya karena rutin meminum jamu tersebut. Ia memasang susuk diwajah dan bokongnya. Susuk tersebut didapatkannya dari dukun. Kegunaannya agar laris. Menurutnya apabila tidak memakai susuk ia akan kalah saing dengan PSK perempuan. Jadi dengan susuk itu, pelanggan yang sudah pernah tidur dengannya akan merasa ketagihan. Saat ini ia bebas dari HIV karena ia sudah pernah melakukan test HIV. Namun ketakutan akan penyakit itu tetap dirasakannya. Apabila ia menetapkan syarat kepada pelanggan untuk menggunakan kondom saat berhubungan seksual, biasanya hal itu akan membuat pelanggan mengurungkan niatnya untuk bertransaksi dan kemudian mencari waria yang lain. Hal ini lah yang membuat
Universitas Sumatera Utara
AD kemudian tidak lagi nyaman menjalankan profesinya. Padahal diakuinya ia sangat menikmati pekerjaan sebagai PSK. “Sekarang aku ingin menjadi guru lagi kalau ada kesempatan. Semua ijazah, kutinggal di kampungku ini. Ini juga yang membuatku mati langkah untuk mencari pekerjaan di sektor formal dan bersaing dalam mencari pekerjaan sewaktu aku di Kalimantan.” AD memang berharap agar sebagian orang tidak menghukum orang sepertinya dengan memandang waria yang selalu dikait-kaitkan dengan profesi pelacurannya belaka. Sebaliknya, ia berharap orang mau memahami mengapa waria terpaksa harus menjalani profesi seperti itu.
5.2.3 Informan Kunci - III Nama
: HP
Umur
: 25 Tahun
Pendidikan
Terakhir
: SMA
Agama
: Islam
Suku
: Batak
Anak ke
: 1 dari 2 bersaudara
Status
: Lajang
Pekerjaan orang tua a. Ayah
: Mucikari
b. Ibu
: Buruh Cuci
Usia saat pertama kali menjadi PSK: 23 Tahun
Universitas Sumatera Utara
HP merupakan anak pertama dari dua bersaudara. HP saat ini berusia 25 tahun. Jika dilihat dari bentuk fisiknya, HP memiliki paras yang manis, bertubuh tidak terlalu tinggi, ukuran tubuhnya hanya serata-rata 154 cm, dengan tahi lalat di pipi sebelah kanan dekat bibirnya. HP tampak menarik dengan baju bermotif garis-garis berwarna hijau putih serta rok hitam yang dikenakannya saat itu serta rambutnya dipotong pendek sebahu. Saat itu HP tampak ceria duduk di sebuah cafe disekitaran Lapangan Tengku Raja Muda. HP sangat ramah saat peneliti berbicara dengannya, Ia selalu memberikan respon yang baik. Ia juga bersedia membicarakan terkait seputar hal-hal yang ingin peneliti tanyakan tentang masa kecilnya dan bagaimana respon keluarganya mengetahui tentang kewariannya. Semasa di sekolah, anak sulung dari dua bersaudara ini dicaci-maki oleh guru agama islamnya. HP mendapatkan banyak perlakuan tidak menyenangkan selama sekolah. Mulai dari SD hingga SMA. Tidak sedikit guru dan temannya yang mencemooh, meski dia termasuk siswa berprestasi. Dari kelas 1 sampai kelas 6 SD dia selalu juara satu dan menjadi ketua kelas. Waktu acara perkemahan yang diadakan sekolah, HP ikut serta. Namun ketika diselenggarakan suatu acara, teman-teman dan guru-guru yang lain tidak mengikutkannya. Mereka mengatakan, lebih baik HP tinggal di kemah saja untuk memasak. Tindakan tersebut kembali terulang ketika di SMP. Perlakuan paling keras dari guru agama Islam, bahasa Indonesia, dan wali kelasnya yang dialami HP. Mereka mencemooh atau menghina, menyerang pribadinya di depan kelas bahkan sewaktu kelas 2, ada beberapa teman laki-laki yang selalu memaksanya untuk memegang kemaluannya. Dia ingat bahwa yang selalu melakukan perbuatan tak senonoh itu bernama Afrizal dan Ali. “Hampir setiap hari ketika jam istirahat mereka menyuruh aku melakukan itu (memegang penisnya) sampai saya lulus SMP. Kalau tidak mau aku dipukulin sama mereka dan uang jajanku juga terkadang diambil, aku hanya bisa
Universitas Sumatera Utara
menangis karena mau mengadu pun aku tidak tau mau ngadu sama siapa, guru-guru ku mana perduli.” Lulus SMP, HP melanjutkan ke SMA, namun di sini dia tidak mendapatkan perlakuan kasar dari para guru. Hanya dari teman sekelasnya yang mengolok-olok. Untungnya dia termasuk siswa berprestasi dan aktif di kegiatan ekstra kurikuler. Jadi, ketika temantemannya berlaku kasar terhadapnya, ia diberi izin untuk mengadu ke kantor bimbingan konseling di sekolahnya. Ketika peneliti menanyakan tentang gaya hidupnya sehari-hari, HP terlihat lemas. HP sudah terbiasa hidup dengan sederhana. Hal tersebut pun dikarenakan orang tuanya yang tergolong kurang mampu. HP terpaksa hidup dengan sederhana. Keinginannya memiliki barang-barang bagus dan mewah ada hanya saja ia tidak dapat mewujudkannya. HP mengatakan lebih baik uang nya ditabung atau di gunakan untuk keperluan adik saja. HP menjaga kesehatan jasmaninya dengan baik, HP tidak mengkonsumsi narkoba, tidak merokok, namun ia jarang berolahraga sebab menurutnya dia tak punya waktu untuk melakukannya. HP dengan semangat menceritakan pengalaman hidupnya terkait dunia pekerjaan. Setelah menyelesaikan SMEA, HP diajak seorang teman bekerja di restoran padang sekitar tahun 2000. Pemilik restoran itu sangat baik dan mengerti soal kewariaannya karena teman yang mengajaknya kebetulan seorang waria. Sejak saat itu ia mulai berdandan seperti perempuan, walaupun belum total. Tidak ada perlakuan buruk di tempat kerjanya baik dari pemilik, teman-teman kerja maupun dari anak pemilik restoran tersebut. Bahkan selama 3 bulan bekerja, HP sempat mempunyai hubungan dekat dengan anak laki-laki pemilik restoran itu, tanpa diketahui
orangtuanya. Setelah bekerja selama 3 bulan, HP memilih
mengundurkan diri dan ingin merantau ke Jakarta.
Universitas Sumatera Utara
Sebagai orang rantau di Jakarta, HP sempat menganggur sebulan. Kemudian dia diajak tetangga untuk bekerja di pabrik penghasil makanan ringan. Tidak ada nama pabriknya, karena pabrik itu tidak didaftarkan kepada pemerintah. Lokasinya di daerah Pasar Mitra, Jembatan Lima. Selama bekerja di sana, hubungan dengan pemilik maupun atasannya juga wajar-wajar saja, namun lambat laun HP tidak tahan juga menghadapi semua pelecehan atau penghinaan yang terus dialaminya dari kawan-kawannya. Dia memilih berhenti bekerja di pabrik tersebut. Kebetulan juga dia diajak pamannya bekerja di salah satu night club di kawasan Hayam Wuruk, Jakarta Barat. Night club itu bernama Monggo Mas Club (MM). Dia bekerja sebagai barboy di tempat hiburan malam itu dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2012. Beberapa bulan kemudian, kewariannya itu mulai diketahui teman-temannya sampai akhirnya kabar itu sampai juga di telinga sang manajer. Namun manajernya tak mempermasalahkan selagi dia bisa melakukan pekerjaan dengan baik. Persoalannya, penerimaan sang manajer itu membuat jengkel sebagian temantemannya. Karena itu, kawannya itu selalu mengejek baik dari segi fisik dan bentuk tubuh maupun sifatnya yang cenderung feminin. Dia mencoba bersabar dan bertahan untuk menghadapi semua hinaan. Namun, suatu ketika, kapten dan asisten menajer ikut juga menghina. “Kata mereka saya tidak pantas bekerja di tempat itu karena tempat itu bukan tempat banci. Memang benar, teman kerjaku semuanya tegap-tegap, lelaki macho semua lah. enggak ada yang kemayu kayak aku. Tapi kan kemayu nya aku itu ga ngaruh sama cekatannya aku kalo lagi kerja.” HP direkomendasikan ke bagian bartender. Dia diajukan oleh atasannya menjadi bartender juga karena dirinya sudah bisa membuat cocktails. Pimpinan perusahaan itu menyarankan agar calon-calon bartender yang baru diharapkan mengikuti pelatihan-pelatihan yang akan diberikan dan dibiayai perusahaan. HP dan karyawan lainnya mengikuti pelatihan
Universitas Sumatera Utara
tersebut. Selama pelatihan, ia selalu diejek apabila ada praktik shaker karena ia tidak bisa tampil macho seperti mereka. Namun, ejekan itu dianggap angin lalu, yang penting dia bisa mengikuti pelatihan dan bisa menambah keterampilan sebagai bartender. Setelah sebulan latihan, baru pengumuman kelulusan dan pemberian sertifikat. Penyerahan sertifikat keberhasilan itu tak diberikan secara langsung oleh pelatih, melainkan melalui perusahaan. Namun, HP benar-benar kaget ketika mengetahui dia tidak mendapat sertifikat tersebut. Padahal, di antara mereka yang ikut pelatihan, dia termasuk yang paling berpengalaman bekerja di diskotek itu. HP penasaran mengapa sertifikat keberhasilan tidak diperolehnya. Dia memberanikan diri untuk menanyakan kepada asisten manajer diskotek. Jawaban yang diterimanya sangat mengecewakan dan membuatnya sangat terpukul. Pelatih yang melatih para bartender itu tidak peduli dengan keahlian dan kemampuan maupun pengalaman yang dimiliki. Hanya karena seorang waria, dia didepak dari hubungan kerja di diskotek tersebut. Setelah berhenti bekerja, dia mulai menunjukkan di depan umum jati dirinya yang sebenarnya. HP mengatakan ia tidak betah di Jakarta dan memilih kembali ke kampung halamannya di Lubuk Pakam. HP yang mengetahui keberadaan ayahnya pun mendatangi kediaman bapak LP untuk meminta bantuan biaya sekolah adik perempuannya AT. HP sangat terkejut ketika mengetahui bahwa bapaknya sudah tidak bekerja di kantor lagi melainkan menjadi seorang mucikari dan atas ajakan bapaknya, HP akhirnya bekerja bersama bapaknya dengan menjadi PSK. Berdasarkan hasil wawancara pada awalnya ia menjadi PSK karena ajakan dari bapaknya yang ternyata adalah seorang germo. Bapaknya membawa ia ke Lapangan Tengku Raja Muda untuk bertemu teman bapaknya yaitu K. K ternyata adalah seorang waria. K diminta untuk memberikan tips dan trik dalam menarik pelanggan. Tidak ingin mengecewakan bapaknya, HP menurut dan mendengarkan. Setelah pertemuan pertama, keesokan harinya HP sudah memulai pengalaman pertamanya menjadi seorang PSK.
Universitas Sumatera Utara
“Pelanggan pertamaku itu bapak-bapak dek. Cina. Aku kenal dia, familiar kali wajahnya, setelah sekian lama baru aku tau dia itu yang biasa jualan di pakam kota. Gak nyangka aku dek dia selera sama laki-laki. Padahal dia punya istri. Anaknya pun ada cewek masih kecil.” Pengalaman pertama sangat nikmat dirasakannya dan ia merasa ingin mencoba lagi keesokan harinya. Menurutnya, selain untung disegi materi, ia juga untung dalam pemuasan batinnya. Mulai dari hari itu, HP sering mendatangi Lapangan Tengku Raja Muda. Biasanya ia sudah disana pukul 8 malam. Dalam seminggu, HP bisa melayani hingga tujuh orang tamu. Biasanya mereka melakukannya di rumah pelanggannya. Pelanggan ada yang datang dari bapaknya, ada juga yang datang ketika ia mangkal. Bila melalui bapaknya, tidak ada yang langsung menghubungi dia. Sebab menurut HP, jika langsung menghubungi HP, bapaknya tidak akan mendapatkan komisi. Jadi bapaknya yang mengatur waktu dan tempat bertemunya. Saat ini RD belum mau meninggalkan profesinya sebagai PSK sebab dengan uang yang diperolehnya sangat membantu HP dalam memenuhi kebutuhan adiknya. Selama ia bekerja sebagai PSK, ia banyak mengenal orang baru dan teman-teman yang mendukungnya sebagai PSK. Tidak ada alasan baginya untuk berhenti. Ia mengaku penghasilannya sekitar 400 ribu dalam seminggu. Untuk pelanggan yang datang dari bapaknya, sekali melayani ia dibayar oleh bapaknya sebesar 50 ribu rupiah untuk waktu yang singkat hanya sekitar satu-dua jam saja. Ia lebih suka pelanggan yang datang dari bapaknya karena bapaknya selaku germo selektif dalam memilih laki-laki yang akan ditawarkannya pada HP. Ia biasanya memuaskan pelanggan di rumah pelanggan, di warnet, atau ditempat yang telah disediakan bapaknya. HP mengaku belum pernah merasakan kecewa selama menjalani pekerjaannya. HP tidak pernah terkena razia polisi atau satpol pp, karena ia selalu diberi aba-aba oleh bapaknya
Universitas Sumatera Utara
apabila sedang ada penjaringan. HP mengaku bebas dari HIV karena ia sudah pernah melakukan test HIV. Ia selalu menggunakan pengaman ketika berhubungan seks jadi menurutnya sangat kecil kemungkinan ia terjangkit virus tersebut.
5.2.4 Informan Kunci - IV Nama
: RD
Umur
: 21 Tahun
Pendidikan
Terakhir
: Sedang Kuliah
Agama
: Kristen
Suku
: Batak
Anak ke
: 1 dari 3 bersaudara
Status
: Lajang
Pekerjaan orang tua a. Ayah angkat
: Pengacara
b. Ibu angkat
: Dosen
Usia saat pertama kali menjadi PSK : 19 Tahun
RD merupakan anak ke pertama dari tiga bersaudara. Jika dilihat dari bentuk fisiknya, RD memiliki wajah yang oval dengan bentuk rahang pipi yang tirus, matanya yang sedikit sayu dibalut dengan kacamata berbingkai hitam, dengan rambut hitam panjang bergelombang dan warna kulit putih. Tubuhnya tinggi semampai dan langsing. Jika dilihat sekilas, RD tidak tampak seperti seorang waria melainkan seperti seorang wanita biasa. Peneliti sempat ragu ketika akan menghampiri untuk mewawancarainya. Saat RD mulai berbicara dengan temannya, disitu lah peneliti yakin bahwa ia adalah seorang waria yang sedang mangkal di
Universitas Sumatera Utara
lapangan Tengku Raja Muda. Peneliti mencoba untuk mendekati RD dengan mengajak berkenalan, RD menyambut dengan sangat ramah. Peneliti menanyakan seputar kehidupan dimasa kecilnya dan menanyakan bagaimana sikap orang tuanya ketika mengetahui bahwa ia adalah seorang waria. Dengan senang hati RD menjelaskan bahwa semasa kecil, orangtua sebenarnya sudah mengetahui gejala-gejala aneh yang menjurus kepada orientasi waria. Gayanya feminin dan gemulai. Orang-orang di sekitarnya sering meledek dengan ucapan-ucapan wandhu alias bencong bin banci. “Orangtua tiri ku gak pernah marah ketika aku bergaya seperti wanita dek kak, mereka bahkan mendukung biar aku gak patah semangat. Menurut papa mama, aku kayak gini bukan lah suatu hal yang buruk. Karena orang itulah aku jadi percaya diri, sejak itu juga lah aku jadi gak sungkan lagi bertingkah laku seperti wanita.” Ketika memasuki SD, RD mendapatkan perlakuan tidak baik dan ejekan dari guru dan juga temannya. Mereka selalu menjadikannya sasaran tertawaan. Perlakuan seperti itu juga dialaminya ketika duduk di bangku SMP. Bahkan ada satu kejadian yang tetap diingatnya hingga kini. Waktu jam olah raga lompat tinggi, RD terjatuh dan hampir pingsan. Bukannya ditolong malah dijadikan bahan tertawaan mereka. “Padahal saat itu aku benar-benar merasa mau mati, tetapi mereka tidak menolong kak malah menertawakan aku, ada juga yang mengejek laki-laki kok lemas seperti tali, dasar banci, banci, banci. Jujur aja, sampai sekarang aku masih dendam sama mereka. Orang tuaku aja enggak pernah memperlakukan aku begitu.” Setelah tamat SMP, RD melanjutkan ke SMEA, jurusan akuntansi. Di sini, dia juga mengalami hal serupa. Kata-kata umpatan banci selalu menjadi konsumsi sehari-hari. Hal paling menyakitkan hati adalah setiap kali dia pergi ke kantin atau ke suatu tempat, teman-
Universitas Sumatera Utara
temannya langsung menyingkir. Setelah menyelesaikan pendidikan SMEA, RD melanjutkan kuliah di salah satu universitas swasta di Medan. Menurut RD, keluarganya sangat tahu kalau ia waria karena tingkah lakunya sudah gemulai sejak kecil. Orangtuanya pun terkadang memberikan kado-kado yang tidak lazim bagi anak laki-laki ketika RD berulang tahun. Semasa kecil RD selalu mendapatkan hadiah boneka barbie dan benda-benda yang berwarna merah jambu. Ia lebih memilih menyampaikan tentang keadaan sesungguhnya kepada orang tuanya. Niat untuk menegaskan kepada keluarga bahwa ia waria dilakukan agar orangtuanya tidak merasa terganggu dan menyesal karena telah mengadopsi RD dan adik-adiknya. Menurut RD, ia takut kalau kewariannya mengancam kehidupan adik-adiknya kelak. Jadi ia memilih berterus terang, apabila orangtua tirinya tidak menerimanya, ia sudah bersiap untuk dikirimkan ke panti asuhan. Di luar dugaan, ternyata kedua orangtuanya dapat menerima keberadaan RD sebagai bagian keluarga, sama seperti saudaranya yang lain. RD mengatakan bahwa ia memiliki selera yang tinggi, dari mulai pakaian, sepatu, tas, dan benda-benda lain. Ia memilih barang-barang yang mewah dan dengan brand ternama. RD sangat suka berbelanja layaknya wanita sosialita. Produk luar negeri menjadi andalannya. Menurutnya produk dalam negeri tidak bagus dan cepat rusak. RD menjalani perawatan tubuh di salah satu praktik dokter spesialis kulit dan kecantikan di Medan. Hobbynya adalah menghabiskan waktu berlama-lama di salon, setiap minggu ia akan mengubah-ubah model rambutnya. Ia juga suka mengkoleksi jam tangan unik. RD menjaga kesehatan jasmaninya dengan baik, RD tidak mengkonsumsi narkoba, namun diakuinya ia perokok aktif. Dalam sehari ia mampu menghabiskan 2 bungkus rokok, olahraga rutin dijalaninya, olahraga yang biasa dilakukannya adalah futsal bersama komunitas yang dimilikinya. Peneliti juga menanyakan kepada RD tentang pengalaman bekerjanya selama ini. RD mengatakan bahwa ia tidak memiliki pengalaman bekerja apapun karena sampai saat ini pun
Universitas Sumatera Utara
dia masih berstatus mahasiswa. Orangtua tirinya juga tidak mengizinkan ia kuliah sambil bekerja. Berdasarkan kronologisnya, RD mengenal dunia malam dari teman-teman satu komunitasnya. Ketika sebelumnya RD tidak diterima dimanapun, berbeda dengan kali ini, ia diterima dengan baik dikomunitas tersebut, hal ini lah yang membuat ia merasa sangat nyaman berada dalam komunitas tersebut. Ia seoalah-olah menemukan keluarga baru. Ada banyak kegiatan yang dilakukan di komunitas tersebut termasuk kegiatan olahraga sampai kepada pelatihan kecantikan, tutorial make-up yang baik dan juga ada kegiatan amal. RD mengatakan anggota dari komunitas tersebut sampai saat ini berjumlah 28 orang dan setengah dari jumlah tersebut adalah waria pekerja seks komersial. RD awalnya tidak mau ikut-ikutan dengan kegiatan malam komunitas tersebut namun RD merasa tidak enakan jika tidak bergabung dan akhirnya ikut berkumpul di Lapangan Tengku Raja Muda setiap malam, walaupun dia belum ikut-ikutan menjadi PSK saat itu. Didorong oleh rasa keingintahuan yang besar karena sering memperhatikan teman-temannya, akhirnya RD memilih untuk mencoba sekali saja. Ia ingin tahu bagaimana rasanya dibawa pergi orang asing. Pertama kali mencoba, RD langsung mengurungkan niatnya lagi untuk melakukannya bahkan RD berniat keluar dari komunitas tersebut. Setelah sebulan pasif dari komunitas tersebut, RD merasakan ada rindu yang mendalam dibatinnya dan ingin kembali bergabung dengan komunitas itu dan melakukan rutinitas seperti yang dilakukan waria lainnya. Akhirnya hingga saat ini RD menjadi waria PSK. namun hal itu dilakukannya hanya jika ia ingin karena rindu. “Awalnya saya hanya coba-coba dek, kali pertama saya mencoba saya langsung jera. Bahkan saya sempat hengkang dari komunitas, padahal kan komunitas itu gak salah apa-apa ya. Wong saya yang memang getol ingin mencoba. Pada akhirnya saya sendiri merasa kekosongan itu ada. Saya rindu
Universitas Sumatera Utara
mereka, saya kembali ke komunitas. Sesekali saya juga ikut melacur. Ini semua tanpa sepengetahuan ibu tiri saya dek. Ibu sangat baik, saya gak akan mengecewakannya hanya karena insiden coba-coba.”
Berdasarkan hasil wawancara pada awalnya ia menjadi PSK karena teman dari satu komunitasnya memperkenalkan ia dengan seorang germo. Ia mengenal seorang germo SK di salah satu lapangan futsal di daerah Bakaran Batu sejak dua tahun lalu ketika dia masih bergabung dalam komunitasnya. Ia kenalkan kepada SK oleh seorang temannya yang biasa bermain futsal bersamanya. Awalnya SK menawarkan oral seks kepada RD dengan imbalan uang sebesar 50 ribu rupiah. Tanpa pikir panjang dan atas dorongan temannya yang mengenalkan ia kepada SK, RD menuruti kemauan SK. Namun ternyata bukan SK yang melakukan oral seks kepada RD, namun ada laki-laki lain berusia sekitar 30 tahun. “Aku fikir aku akan melakukannya dengan bang SK dek. Kulihat dia ganteng jadi aku mau. Aku gak lihat tergiur sama bayaran yang ditawarkannya karena uangku pun banyak. Jadi aku merasa ditipu. Karena aku harus melakukan oral ke orang lain yang aku gak suka. Orang nya jelek badannya gendut. Waktu itu kami melakukannya di kamar mandi lapangan futsal itu.” Setelah kejadian hari itu, RD mendapatkan uang seperti yang SK janjikan. Akhirnya mereka bertukar pin BBM. Mulai dari hari itu, SK sering menghubungi RD untuk melakukan hal serupa dengan orang lain dan selalu menawarkan imbalan berupa uang. RD mengaku sangat tidak suka diperlakukan begitu. Karena merasa tidak nyaman, akhirnya RD memilih vakum dari kegiatan dalam komunitasnya. Satu bulan vakum, akhirnya ia kembali ke komunitasnya. Ia merasa bosan berada di rumah karena tidak ada kegiatan yang dilakukannya di rumah sepulang kuliah. Ia kemudian kembali mengikuti kegiatan futsal dan kembali bertemu dengan SK.
Universitas Sumatera Utara
Mei 2015 RD dihubungi SK untuk melayani pelanggan. Ia disuruh ke rumahnya di Bakaran Batu. Tidak di sangka SK di minta untuk melakukan hubungan seks dengan pelanggan melalui dubur. RD menyanggupinya dengan satu syarat yaitu ia hanya mau melayani laki-laki yang disukainya saja. RD memposisikan diri sebagai laki-laki dalam berhubungan seks. Karena tak merasa dirugikan, RD mau saja melakukan hubungan seks tersebut. Ia mendapatkan uang sebesar 100 ribu rupiah untuk layanan kali ini. Bermula dari sana, ia melayani banyak laki-laki yang ingin mendapatkan kepuasan seksual dari laki-laki lain. Dalam seminggu, RD bisa melayani hingga lima orang tamu. Biasanya mereka melakukannya di rumah pelanggannya. Semua pelanggan melalui SK, tidak ada yang langsung menghubungi dia. Sebab menurut RD, apabila melalui SK semua tamu yang diberikan memenuhi kriteria yang RD mau. Selain itu, uang yang dijanjikan juga sesuai dengan yang RD terima. Saat ini RD belum mau meninggalkan profesinya sebagai PSK sebab dengan uang yang diperolehnya sangat membantu RD dalam memenuhi kebutuhan pribadinya. Selama setahun ia bekerja sebagai PSK, ia banyak mengenal orang baru dan teman-teman yang mendukungnya sebagai PSK. Tidak ada alasan baginya untuk berhenti. “Uang yang aku dapatkan lumayanlah bisa beli kebutuhan sendiri dek. Nggak harus minta sama orang tua kalau mau beli apa-apa. Lagian aku juga nggak ada dirugikan sama pekerjaan ini. Aku dapat uang sekaligus enaknya.” Ia mengaku penghasilannya sekitar 300 ribu dalam seminggu. Untuk sekali melayani ia dibayar oleh SK antara 50-100 ribu rupiah untuk waktu yang tidak ditentukan. Pelanggannya biasanya lelaki setengah baya yang berpenampilan rapi dan tinggi. Ia mengaku menolak apabila ada tawaran dari lelaki yang tidak sesuai kriterianya. SK selaku germo juga selektif dalam memilih laki-laki yang akan ditawarkannya pada RD. Ia biasanya memuaskan
Universitas Sumatera Utara
pelanggan di rumah pelanggan, di kamar mandi futsal, atau ditempat yang telah disediakan SK. RD mengaku belum pernah merasakan kecewa selama menjalani pekerjaannya. Hal ini dinilainya karena ia memiliki SK yang siap melindungi dan menyeleksi orang-orang yang akan menyewa dirinya. Termasuk untuk menggunkan kondom ketika berhubungan. RD tentunya tidak mau dirugikan dalam pekerjaannya. RD tidak pernah terkena razia polisi atau satpol pp, karena ia selalu diberi aba-aba oleh SK apabila sedang ada penjaringan. RD mengaku bebas dari HIV karena ia sudah pernah melakukan test HIV. Ia selalu menggunakan pengaman ketika berhubungan seks jadi menurutnya sangat kecil kemungkinan ia terjangkit virus tersebut.
5.2.5
Informan Kunci - V
Nama
: FA
Umur
: 24 Tahun
Pendidikan
Terakhir
: SMP
Agama
: Islam
Suku
: Melayu
Anak ke
: 1 dari 3 bersaudara
Status
: Lajang
Pekerjaan orang tua a. Ayah
:-
b. Ibu
: Pembantu Rumah Tangga
Usia saat pertama kali menjadi PSK : 20 Tahun
Universitas Sumatera Utara
FA merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Jika dilihat dari bentuk fisiknya, FA memiliki paras yang cantik dan sedap dipandang, bertubuh langsing dengan tinggi badan yang semampai. FA tampak mencolok dengan baju bermotif bunga-bunga berwarna oranye serta rok mini berwarna merah yang dikenakannya saat itu serta rambutnya panjang dan diwarnai coklat kekuningan. Saat itu FA tampak ceria duduk di sebuah cafe disekitaran Lapangan Tengku Raja Muda bersama teman-teman sewarianya. FA sangat ramah saat peneliti berbicara dengannya, ia selalu memberikan respon yang baik. Ia juga bersedia membicarakan terkait seputar hal-hal yang ingin peneliti tanyakan tentang masa kecilnya dan bagaimana respon keluarganya mengetahui tentang kewariannya. FA tumbuh sebagai anak dari keluarga yang tidak begitu harmonis. Masa kecil waria cantik ini sangat mengenaskan. Lingkungan sehari-hari pun enggan menerimanya karena dianggap terlalu gemulai untuk seorang anak yang dilahirkan dengan jenis kelamin laki-laki. Parahnya lagi, ketika FA kecil membutuhkan perlindungan dari keluarga, kedua orang tuanya malah tidak dapat menerimanya. Dia kecewa berat kepada ibunya yang memprotes keadaannya. Sejak kecil FA memang sudah merasa berbeda dari anak laki-laki lainnya. Kulitnya putih halus dan gerak tubuhnya gemulai. Sering diledek bencong oleh teman-teman di lingkungan rumahnya. Begitu pula ketika di sekolah. Dia akhirnya memutuskan berhenti sekolah saat kelas dua SMA. Kepada ibunya dia mengatakan tidak mau sekolah lagi karena selalu diledek dan ditertawakan lantaran tingkah lakunya yang feminin. “Ya pasti sakit hati setiap hari diejekin, apalagi kata-kata mereka itu kasar sekali, seperti saya ini binatang saja diperlakukan begitu. Cemoohan itu saya jadikan cambuk untuk saya lebih maju lagi. Lihat saja, saya akan buktikan bahwa diri saya lebih baik dari mereka semua.” FA mengatakan pada ibunya tentang niatnya mau cari uang. Ibunya menyetujui karena melarang pun tak ada artinya. Pilihan dia sudah pasti. Ia mengatakan bahwa ibunya
Universitas Sumatera Utara
takut melarang karena ia pernah melakukan percobaan bunuh diri. Dia pernah merasakan puncak frustasi akibat penolakan dari keluarga atas kewariaannya. Derita yang tidak sanggup ditahannya ingin diakhirinya. Dia memilih menelan sejumlah obat-obatan yang diambil dari toko. Dia tak ingat lagi nama obat itu. Masih terekam dalam ingatannya betapa mendadak tubuhnya menjadi ringan, kepalanya berputar. Lalu tubuhnya yang ringan itu mendadak bergetar hebat. Sekeras-keras hati seorang ibu, tidak tega juga mengetahui dan melihat penderitaan anaknya yang nekad bunuh diri. Sejak kejadian itulah, sang ibu bisa menerima pilihan si buah hatinya itu. Ia merasa sangat lega setelah ibunya mengizinkan menjadi waria. “Ibu saya, mau menerima dengan syarat tidak akan melakukan bunuh diri. Saudara saya juga tidak mempersoalkan lagi. Tapi bapak saya hingga meninggal pada 2013 lalu tetap tidak bisa menerima saya menjadi waria apalagi melacurkan diri.” FA memilih hidup sederhana, kalaupun dia berasal dari keluarga yang mampu, dia tetap akan hidup sederhana karena baginya hidup berlebihan dan berfoya-foya itu tidak baik dan dia pun tak begitu tergiur dengan kemewahan. FA lebih memilih menggunakan produk lokal daripada produk luar negeri. Baginya semua sama saja, kalau ada yang lebih murah mengapa harus yang mahal. FA juga bukan orang senang nongkrong, dia lebih suka berlamalama di salon. Itupun bukan untuk perawatan namun hanya untuk melihat-lihat saja. Dia suka memperhatikan orang-orang yang berada
di salon temannya. FA menjaga kesehatan
jasmaninya dengan baik, FA tidak mengkonsumsi narkoba dan tidak merokok, namun tidak pernah berolahraga teratur. Ketika peneliti menanyakan tentang pengalaman bekerjanya, FA mengatakan dia belum pernah melamar pekerjaan seumur hidupnya. Dia hanya melakukan bisnis kecilkecilan, kredit pakaian. Pelanggannya kalangan waria juga. Banyak teman waria yang mendukung bisnisnya.
Universitas Sumatera Utara
“Saya memperdagangkan songket Palembang. Songket itu saya taruh di Pasar dan di salon-salon. Songketnya saya dapat dari tante saya yang tinggal di Palembang. Kalau sudah habis saya pesan lagi ke tante saya.” Tapi usahanya itu hanya bisa bertahan sekitar tiga tahun. Seketika kepala FA tertunduk. Tiada terasa, sepasang garis putih laksana kristal membasahi pipinya yang mulai terlihat mengeriput dimakan usia. “Saya sebenarnya ingin melamar pekerjaan. Saat niat saya sudah ada temanteman saya mengatakan percuma saja jika ingin melamar pekerjaan dimanapun gak akan diterima karena saya banci. Niat saya jadi urung. Belum berperang saya sudah menyerah dan pada akhirnya saya memilih melacur bersama teman-teman saya.”
Berdasarkan hasil wawancara pada awalnya ia menjadi PSK atas keinginan sendiri, pertama kali ia melayani seorang pria saat ia duduk dibangku SMA. Saat itu ada tetangga rumahnya, seorang mahasiswa laki-laki yang berusia 20 tahunan menawarkan akan membantunya mengerjakan pekerjaan rumah (PR) dari sekolah. Ia diajak ke rumah laki-laki tersebut namun itu hanya akal-akalan saja. Ia tidak membantu mengerjakan PR namun memutarkan video porno homoseksual dan meminta FA mengoral kemaluannya. Tidak tahan menahan nafsu birahinya ketika menonton, FA akhirnya melakukannya. Tetangganya kemudian mengenalkan FA dengan seorang laki-laki dewasa berusia 46 tahun yaitu B. “Waktu itu aku dikenalkan sama B. Waktu itu kami berdua sama tetangga ku itu. Setelah kenalan kami dibawa naik mobilnya ke rumahnya di Jalan Galang. Disana dia mengoral kemaluan kami satu per satu. Setelah „nembak‟ dia ngasih kami uang 100 ribu per orang. Siap itu kami diantar pulang ngambil angkot.”
Universitas Sumatera Utara
Setelah kejadian hari itu, FA sering dihubungi B untuk melakukan hal serupa. Setiap mereka melakukannya, FA selalu diberi uang dan barang-barang seperti jam tangan, sapu tangan, sepatu, baju dan barang-barang lain. FA berhubungan dengan B sampai sekitar tiga bulan. Ia selalu dijemput B dirumah tetangganya, tempat mereka pertama kali bertemu. FA mengaku hanya di oral tanpa melakukan hubungan seksual lainnya dengan B. Terbiasa dengan uang jajan berlebih dan kenikmatan yang FA dapatkan, FA mulai mencari-cari tamu untuk dilayaninya. FA tidak memasang kriteria apapun pada pelanggannya. Ia menerima semua yang datang padanya. Ia membuat akun Facebook yang berisi foto-foto dirinya dengan tanpa busana dan seksi. Biasanya, FA akan mendatangi rumah tamu yang membutuhkan pelayannya atau ia di jemput di Lapangan Tengku Raja Muda FA tidak hanya berperan sebagai perempuan saat melakukan hubungan seks, namun bisa juga sebagai laki-laki. Menurut penuturan FA, tergantung tamu yang memesannya, lebih sissy atau tidak darinya. Beberapa syarat yang ia buat menjadi tamu yang dilayaninya adalah tidak tua, ganteng, dan tidak gendut. Berhubung ia memang menyukai laki-laki daripada perempuan, ia selektif memilih tamu. Menurut hasil wawancara peneliti dengan FA, dengan kemajuan teknologi sekarang prostitusi semakin banyak terjadi. Semakin banyak orang seperti dia yang menjajakan diri di media-media sosial. Namun dengan maraknya razia prostitusi online saat ini, FA bilang PSKPSK online sepertinya semakin berhati-hati menerima tamu. Selain itu, tarif yang biasa ia dapatkan tidak sebesar pertama kali ia menjadi PSK. Sekarang, 200 ribu rupiah sudah menjadi tarif tertinggi yang di dapatkannya dari pelanggan. “Sekarang kita bersaing dek. Udah makin banyak waria yang ngasih dirinya gratis. Apalagilah yang bayar kayak kita ini. Cuma dibayar cepek aja pun udah lumayan bang.”
Universitas Sumatera Utara
Ia menceritakan tentang dukanya menjalankan pekerjaannya. Diantaranya adalah pelanggan yang main kasar, tidak membayar dengan alasan pelayanannya kurang memuaskan, ancaman akan dipukulin di luar karena ia pernah marah kepada pelanggan ketika uang yang dibayarkan tidak sesuai kesepakatan. Ketika berhubungan seksual, ada rasa khawatir didalam hatinya terutama ketika pelanggan yang menyewa dirinya tidak memperkenankan ia memakai kondom. Ia Sudah sering terkena razia polisi atau satpol pp, dihukum seminggu kemudian di bebasin. Ketika ditangkap, petugas hanya menanya-nanyai dan menyuruh ia untuk berhenti menjadi PSK, tidak pernah memberi binaan atau keterampilan. “Pernah aku dapat pelanggan, dia mabuk-mabukan, aku sebenarnya gak mau, tapi dia ngancam. Aku ladenin aja apa maunya. Aku gak diapa-apainnya. Cuma disuruhnya nemanin dia minum-minum aja. Aku gak sadar tiba-tiba udah pagi aja. Kulihat tas ku, dompet sama hp ku udah gak ada. Dicurinya dek. “ Walaupun banyak duka yang dirasakannya ketika ia menjalankan pekerjaannya, namun FA mengaku menikmati pekerjaannya dan tidak berniat meninggalkan pekerjaannya tersebut.
5.2.6 Informan Utama – I Nama
:
Bapak ER
Umur
:
54 Tahun
Pendidikan Terakhir
:
S1
Agama
:
Buddha
Suku
:
-
Universitas Sumatera Utara
Jumlah Anak
:
2
Status
:
Menikah
Pekerjaan
:
Wirausaha (pemiik toko alat elektronik)
Bapak ER sedang membersihkan toko elektroniknya saat itu. Peneliti mendekati dengan membeli pulsa yang berlanjut pada izin untuk melakukan wawancara. Bapak ER saat ini berusia 54 tahun namun jika dilihat dari bentuk fisiknya, ia seperti masih berumus 30 tahunan. Bapak ER berkulit putih layaknya keturunan Tionghoa lainnya, memiliki rambut hitam dan berbadan gemuk. Berdasarkan kronologisnya, EV lahir dari pasangan Bapak ER dan Ibu IK. Orangtua EV sudah menikah hampir 41 tahun hingga kini status hubungan diantara mereka masih dalam hubungan suami dan isteri yang sah. Hubungan mereka pun dapat dikatakan harmonis. Ayahnya EV sehari-harinya bekerja di toko alat elektronik milik keluarga, sementara Ibunya hanya seorang ibu rumah tangga. Bapak ER lulusan strata satu dari suatu Perguruan Tinggi dan ibunya hanya mengecap pendidikan sampai jenjang diploma. Bapak ER memiliki dua anak laki-laki, anak pertama yaitu IE berusia 36 tahun dan saat ini bekerja sebagai seorang guru, sedangkan anak yang kedua yaitu EV. Berdasarkan hasil wawancara dengan ayahnya yaitu Bapak ER, mengatakan bahwa mereka merupakan keluarga yang berkecukupan dan tidak merasa kekurangan dengan penghasilan yang di dapatnya. Penghasilan yang diterima oleh bapak ER setiap bulannya sekitar Rp 8.000.000, sudah dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka setiap hari. Keluarga mereka tidak memiliki hambatan dalam pemenuhan kebutuhan rumah tangga. Disamping itu, keluarga mereka juga memiliki kebiasaan untuk menabung sebagian dari sisa penghasilannya untuk masa depan anak-anak mereka.
Universitas Sumatera Utara
Bapak ER selalu mengajarkan EV dan saudaranya yang lain dengan memberi kebebasan pada anak-anaknya untuk melakukan aktivitas apa saja terutama dalam hal pemilihan aktivitas di rumah dan di luar rumah. bapak ER mengatakan bahwa dia tidak tahu menau tentang keseharian dan aktivitas anaknya dirumah ataupun di luar rumah sebab beliau sibuk seharian di toko mengurusi pekerjaannya dan tidak punya waktu untuk memperhatikan anak-anaknya. Istirnya Ibu IK pun begitu, Ibu IK lebih sering berada di toko daripada dirumah. Berdasarkan hasil wawancara, Bapak ER mengatakan bahwa ia mengetahui tentang alasan EV meninggalkan rumah. “saya dan istri sudah tahu kenapa EV itu pergi dari rumah. Teman-teman saya yang kasih tau. Itulah kenapa saya dan istri tidak pernah mempermasalahkan keputusannya itu, saya sendiripun sudah tidak mengakui dia anak saya lagi sejak saya tahu statusnya itu. Entah apa yang membuat anak itu berbeda. Buat malu keluarga saja. Anak-anak adik dan abang saya tidak ada yang seperti di itu. Bahkan dari keluarga istri saya pun gak ada. Gak habis fikir saya nak” Menurut Bapak ER, ia dan keluarganya tidak menyadari sebelumnya kalau anaknya waria. Diakuinya tingkah laku anaknya sudah gemulai sejak kecil. Namun waktu yang lebih banyak dihabiskan diluar membuat Bapak ER tidak dapat memperhatikan tumbuh kembang anaknya.
5.2.7 Informan Utama – II Nama
:
Bapak NS
Umur
:
46 Tahun
Pendidikan Terakhir
:
S1
Agama
:
Islam
Universitas Sumatera Utara
Suku
:
Jawa
Jumlah Anak
:
1
Status
:
Menikah
Pekerjaan
:
PNS
Bapak NS sedang membaca koran di waktu jam istirahatnya saat peneliti datang mengunjungi kantor tempatnya bekerja. Peneliti mendekati dengan bertegur sapa yang berlanjut pada izin untuk melakukan wawancara. Bapak NS saat ini berusia 46 tahun. Bapak NS terlihat rapi dengan batik yang dikenakannya.awalnya ia sulit diajak berkomunikasi dengan alasan bahwa ia sedang bekerja. Namun setelah peneliti menjelaskan maksud kedatangannya, akhirnya ia dengan senang hati diwawancarai. Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti dengan orang tua AD, AD lahir dari pasangan Bapak NS dan Ibu R. Orangtua AD sudah menikah hampir 28 tahun hingga kini status hubungan diantara mereka masih dalam hubungan suami dan isteri yang sah. Hubungan mereka pun dapat dikatakan harmonis. Memiliki anak tunggal membuat orang tua nya sangat protektif terhadap anaknya karena menurut mereka, ditangan anaknya lah dapat dinilai keberhasilan orang tuanya dalam membangun rumah tangga yang sakinah dan mawaddah. Orang tuanya juga berharap besar anaknya dapat menjadi seorang pendakwah yang baik. “Kalau saja anak saya itu bukan waria, saya pasti akan membebaskan dia untuk memilih menjadi apapun yang dia mau, tapi dengan keadaannya yang seperti itu nak, sudah seharusnya dia menurut untuk menjadi seorang pendakwah, agar dia bisa berubah dan sadar akan siapa dirinya. Saya akui apa yang dipaksakan pasti akan tidak baik hasilnya. Dia anak saya satu-satunya, harapan saya, tapi dengan keadaan yang begini, saya tak mau ambil pusing lagi.”
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil wawancara dengan ayahnya yaitu Bapak NS, mengatakan bahwa mereka merupakan keluarga yang berkecukupan dan tidak merasa kekurangan dengan penghasilan yang di dapatnya apalagi mereka hanya memiliki satu anak saja. Penghasilan yang diterima oleh bapak NS setiap bulannya sekitar Rp 4.200.000, penghasilan Ibu R setiap bulannya sekitar Rp. 3.000.000 sudah dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka setiap hari. Keluarga mereka tidak memiliki hambatan dalam pemenuhan kebutuhan rumah tangga. Disamping itu, keluarga mereka juga memiliki kebiasaan untuk menabung sebagian dari sisa penghasilannya untuk masa depan anak mereka. Bapak NS mengatakan bahwa beliau selalu mengajarkan AD dan saudaranya yang lain dengan memberi kebebasan pada anak-anaknya untuk melakukan aktivitas apa saja terutama dalam hal pemilihan aktivitas di rumah dan di luar rumah. Bapak NS juga mengaku bahwa ia mengetahui segala aktivitas anaknya diluar rumah karena bapak NS selalu mengajarkan anaknya untuk terbuka dan tidak menutup-nutupi apapun dari orang tuanya.
5.2.8 Informan Utama – III Nama
:
Ibu O
Umur
:
43 Tahun
Pendidikan Terakhir
:
SMA
Agama
:
Islam
Suku
:
Batak
Jumlah Anak
:
2
Status
:
Bercerai
Pekerjaan
:
Buruh Cuci
Universitas Sumatera Utara
Ibu O sedang duduk didepan rumahnya bersama tetangganya saat peneliti menemuinya. Peneliti mendekati dengan bertegur sapa yang berlanjut pada izin untuk melakukan wawancara. Ibu O saat ini berusia 43 tahun. Ibu O terlihat lebih tua dari usianya. Garis-garis kerutan diwajahnya tampak jelas. Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti dengan Ibu O, HP lahir dari pasangan Bapak LP dan Ibu O. Orangtua HP sudah menikah hampir 29 tahun hingga kini status hubungan diantara mereka masih dalam hubungan suami dan isteri yang sah namun sudah terhitung sembilan tahun suaminya pergi meninggalkan rumah dan tidak lagi menafkahi keluargan. Ibu O hanya dapat mengecap pendidikan sampai Sekolah Menengah Atas (SMA) sementara suaminya merupakan lulusan sarjana. Ibu O memiliki 2 anak, anak pertama yaitu HP, anak kedua perempuan yaitu AT dan saat ini merupakan pelajar aktif kelas XII di salah satu sekolah swasta di Lubuk Pakam. “Keadaan ekonomi semakin sulit sejak bapak pergi nak. Kita semua harus banting tulang untuk menyekolahkan adiknya HP. Entah apa yang ada difikiran bapak. Mungkin karena seringnya kami berantam membuat dia pusing dan malas melihat aku. Tapi kalaupun malas dia lihat aku, seharusnya anak-anaknya ini gak ditinggalkannya gitu ajalah, aku kan jadi kewalahan kali dek. Untunglah udah besarbesar anakku, jadi bisa orang itu ngerti keadaan aku sama bapaknya” Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu O, ia menyatakan bahwa kondisi keluarga mereka saat ini memang sedang sulit. Sebelum suaminya meninggalkan rumah, Ibu O mempunyai
ketergantungan
ekonomi
terhadap
suaminya.
Kini
penghasilan
yang
diperolehnya sangat rendah menjadi penghambat dalam pemenuhan kebutuhan rumah tangga mereka sehari-hari. Biaya untuk menyekolahkan anak-anak semakin mahal dan terasa sulit untuk dipenuhi sendiri oleh ibu O. Penghasilan ibu O sendiri hanya berkisar Rp. 800.000 sebulan. Hal tersebut juga belum cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Begitu juga
Universitas Sumatera Utara
saat anaknya yang kedua pernah menderita sakit deman berdarah dan harus dirawat di Rumah Sakit, Ibu O pernah meminta bantuan biaya pengobatan kepada keluarganya. Raut wajah Ibu O terlihat berubah saat menyatakan bahwa Ibu O juga memiliki ketakutan dengan keterbatasan pendapatan yang dimilikinya akan mengakibatkannya tidak sanggup untuk membiayai sekolah anaknya. Ia khwatir anaknya akan berhenti dan tidak dapat melanjutkan sekolahnya. Ibu O selalu mengajarkan HP dan saudaranya yang lain dengan memberi kebebasan pada anak-anaknya untuk melakukan aktivitas apa saja terutama dalam hal pemilihan aktivitas di rumah dan di luar rumah. Ibu O juga mengaku bahwa ia mengetahui segala aktivitas anaknya diluar rumah karena ibu O selalu mengajarkan anaknya untuk terbuka dan tidak menutup-nutupi apapun dari orang tuanya.
5.2.9 Informan Utama – IV Nama
:
Ibu F
Umur
:
33 Tahun
Pendidikan Terakhir
:
S2
Agama
:
Kristen
Suku
:
Batak
Jumlah Anak
:
3
Status
:
Menikah
Pekerjaan
:
Dosen
Ibu F sedang berada di rumahnya saat peneliti menemuinya. Peneliti mendekati dengan bertegur sapa yang berlanjut pada izin untuk melakukan wawancara. Ibu F sangat ramah. Ibu F selalu tersenyum tiap kali memulai menjawab pertanyaan dari peneliti. Saat ini
Universitas Sumatera Utara
ia berusia 33 tahun. Jika dilihat dari bentuk fisiknya, ada kemiripan antara ibu F dengan RD. Kulit nya putih, matanya sipit dan memakai kacamata berlensa bulat. Kedua orangtua RD sudah meninggal dunia sejak RD berusia enam tahun. Kedua orangtuanya meninggal lima tahun yang lalu. Kemudian mereka di asuh oleh adik ibunya. RD kini menganggap tantenya sebagai ibu tirinya. Ayah dan Ibu tirinya menikah sudah hampir 18 tahun tahun namun hingga kini mereka belum dikaruniai seorang keturunan. Hingga kini status hubungan diantara mereka masih dalam hubungan suami dan isteri yang sah. Hubungan mereka pun dapat dikatakan harmonis. Ayahnya NR sehari-harinya bekerja sebagai pengacara. sementara Ibunya F adalah seorang dosen. Bapak NR lulusan strata satu dari suatu Perguruan Tinggi dan ibunya lulusan magister di suatu Perguruan Tinggi di Jawa. Bapak NR memiliki tiga anak tiri laki-laki, anak pertama yaitu RD berusia 21 tahun, anak kedua yaitu HD berusia 19 tahun dan saat ini kuliah di salah satu universitas di Jakarta, anak terakhirnya yaitu CT masih berusia 17 tahun dan masih bersekolah di tingkat SMA. Berdasarkan hasil wawancara dengan ibunya yaitu Ibu F, mengatakan bahwa mereka merupakan keluarga yang berkecukupan dan tidak merasa kekurangan dengan penghasilan yang di dapatnya. Penghasilan yang diterima oleh Ibu F setiap bulannya sekitar Rp 6.000.000, sudah dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka setiap hari. Ditambah dengan penghasilan suaminya setiap bulan yang berkisar Rp. 8.000.000. Keluarga mereka tidak memiliki hambatan dalam pemenuhan kebutuhan rumah tangga. Disamping itu, keluarga mereka juga memiliki kebiasaan untuk menabung sebagian dari sisa penghasilannya untuk masa depan anak-anak mereka. Ibu F selalu mengajarkan RD dan saudaranya yang lain dengan memberi kebebasan pada anak-anaknya untuk melakukan aktivitas apa saja terutama dalam hal pemilihan aktivitas di rumah dan di luar rumah. Ibu F mengatakan bahwa suaminya tidak tahu menau tentang keseharian dan aktivitas anaknya dirumah ataupun di luar rumah sebab beliau sibuk
Universitas Sumatera Utara
dengan pekerjaanya dan tidak punya waktu untuk memperhatikan anak-anaknya. Ibu F pun begitu, Ibu F lebih sering berada di kontrakannya yang di medan daripada dirumah. Namun mereka tetap menjaga komunikasi dengan baik apabila sedang berjauhan dengan cara menghubungi ank-anaknya melalui telepon genggam mereka masing-masing. Setiap malam mereka harus melaporkan kegiatan mereka agar tetap dapat dikontrol. Melalui pola komunikasi yang begitu pula lah Ibu F mengetahui segala sesutau tentang RD. Ibu F mengatakan bahwa ia mengetahui RD seorang waria dan tidak pernah mempermasalahkan hal tersebut karena menurut Ibu F menjadi waria bukanlah sebuah aib, beliau percaya “nrimo ing pandum” yang artinya menerima dengan ikhlas setiap pemberian dari Tuhan. RD merupakan berkat dari Tuhan dan berkat Tuhan tidak boleh disia-siakan. Ibu F mengatakan: “RD itu anak yang sangat baik, dia selalu berkata jujur kepada saya, saya bahkan tidak malu menganggap dia sebagai anak saya. Stigma buruk mengenai waria juga tidak mengurangi rasa sayang saya terhadap anak sulung saya. Bahkan apabila dia ikut menjadi bagian dari waria yang melacur, saya akan tetap menyayanginya.”
5.2.6 Informan Utama – V Nama
:
Ibu PI
Umur
:
42 Tahun
Pendidikan Terakhir
:
SMA
Agama
:
Islam
Suku
:
Melayu
Jumlah Anak
:
3
Status
:
Janda
Pekerjaan
:
Pembantu Rumah Tangga
Universitas Sumatera Utara
Ibu PI sedang bekerja dirumah Ibu A saat peneliti menemuinya. Peneliti mendekati dengan bertegur sapa yang berlanjut pada izin untuk melakukan wawancara. Ibu PI awalnya sangat ramah. Saat ini ia berusia 42 tahun. Jika dilihat dari bentuk fisiknya, Ibu PI berbadan pendek dan bertumbuh gendut. Berkulit putih dengan rambut hitam lurus. Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti dengan Ibu PI, FA lahir dari pasangan Bapak L dan Ibu PI. Orangtua FA sudah menikah hampir 26 tahun. Selama suaminya hidup, hubungan mereka tidak harmonis. Ketidakharmonisan itu terjadi karena ayah dan ibu FA sering berseteru karena status FA sebagai waria. Ayahnya sangat menentang dan bahkan tidak menganggap anak sulungnya itu. Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu PI, yang menyatakan bahwa kondisi keluarga mereka memang mengalami kesulitan ekonomi. Adanya keterbatasan ekonomi dalam keluarga menjadi penghambat dalam pemenuhan kebutuhan rumah tangga mereka sehari-hari. Bahkan untuk menyekolahkan anak-anak terutama dalam hal pembayaran uang sekolah anak-anaknya saja masih terasa sulit bagi ibu PI. Ibu PI dan suaminya pernah membahas permasalahan yang sedang mereka alami tersebut, namun mereka selalu bertengkar saat membicarakan hal tersebut. Ibu PI bahkan pernah meminjam uang tetangganya untuk melunasi dua bulan pembayaran uang sekolah anaknya. Begitu juga apabila anak-anaknya sedang dalam keadaan sakit, Ibu PI hanya akan memberikan obat dari warung sekitar tempat tinggal mereka jika sakit yang dialami anggota keluarganya tidak terlalu serius. Ibu PI juga menyatakan bahwa mereka tidak memiliki tabungan. Penghasilan orangtua yang pas-pasan, membuat FA putus sekolah dikelas 2 SMA. Ibu PI mengatakan bahwa beliau selalu mengajarkan FA dan saudaranya yang lain dengan memberi kebebasan pada anak-anaknya untuk melakukan aktivitas apa saja terutama dalam hal pemilihan aktivitas di rumah dan di luar rumah. Ibu PI juga mengaku bahwa ia
Universitas Sumatera Utara
mengetahui segala aktivitas anaknya diluar rumah karena selalu mengajarkan anaknya untuk terbuka dan tidak menutup-nutupi apapun dari orang tuanya. “Aku tahu anak saya bekerja menjadi PSK, namun apa lagi mau dikata. Memang harus gitulah mungkin jalan hidupnya. Toh dia jadi PSK itu kan untuk membantu keluarganya tetap makan dan bertahan hidup. Tapi ada penyesalan besar dari diri anakku itu, karna sampe mati bapaknya enggak akur dia sama bapaknhya.” 5.2.6 Informan Utama – VI Nama
:
DS
Umur
:
33 Tahun
Jelas Kelamin
:
Perempuan
Pendidikan Terakhir
:
S1
Agama
:
Buddha
Suku
:
-
Status
:
Menikah
Pekerjaan
:
Dokter
DS merupakan teman dekat EV sejak dibangku SMA. DS sedang berada di salah satu kafe di sekitar Lapangan Tengku Raja Muda saat peneliti menemuinya. Disana ia bersama temannya EV. Menurut DS mereka memang selalu bertemu ditempat itu karena EV tidak pernah mau kembali ke kota asalnya di Perbaungan. Berdasarkan hasil wawancara dengan temannya yaitu DS, menurut DS, EV merupakan pribadi yang keras kepala dan tidak bijaksana. Pernah satu malam EV mendatangi rumah DS dan menceritakan tentang pilihannya untuk hidup mandiri dan meninggalkan keluarganya. DS menyarankan untuk tetap tinggal dan melanjutkan pendidikan S1. DS mengatakan:
Universitas Sumatera Utara
“saya sempat sedikit marah sama EV waktu ia mengatakan ingin menjauh dari keluarganya, saya suruh ia lanjutkan dulu lah pendidikannya, kalau ia pergi dari rumah sekarang ini nanti hidupnya susah, mencari pekerjaan gak mudah apalagi ia cuma lulusan SMA. Tunggulah sampai sarjana kan gak lama juga paling cuma empat tahun tapi ia tidak mau dengar, ia berkeras hati, katanya ia gak mau buat malu keluarga.” DS pernah menawarkan EV untuk bekerja di toko nya, namun EV menolak dengan alasan toko tersebut berdekatan dengan toko ayahnya. Kalaupun mereka ingin bertemu biasanya mereka mengatur pertemuan di daerah Medan. DS mengatakan bahwa EV sering meminjam uang kepadanya, sebagai teman DS hanya mampu memberikan pinjaman uang, DS sendiri berharap dapat membantu lebih dari itu.
5.2.7 Informan Utama – VII Nama
:
C
Umur
:
27 Tahun
Jelas Kelamin
:
Perempuan
Pendidikan Terakhir
:
S1
Agama
:
Islam
Suku
:
Jawa
Status
:
Menikah
Pekerjaan
:
Guru
C merupakan teman dekat AD sejak dibangku SMA. C sedang berada di sekolah saat peneliti menemuinya. Setelah selesai mengajar, peneliti menemuinya dan mengajaknya
Universitas Sumatera Utara
berkenalan. C sangat ramah walau pada awalnya ia menolak namun setelah peneliti meyakinkannya, akhirnya ia mau diajak berkomunikasi lebih lanjut. Berdasarkan hasil wawancara dengan temannya yaitu C, AD merupakan pribadi yang boros dan juga mudah tersinggung. C mengatakan bahwa AD tidak pernah mengeluhkan tentang masalah keluarga ataupun masalah keuangannya karena AD mendapatkan uang saku yang cukup dari kedua orang tuanya namun AD tidak pintar dalam mengelola keuangannya tersebut. C juga mengatakan bahwa ia pernah mengingatkan AD tentang sifat borosnya namun tidak direspon dengan baik, C pernah tidak dicakapi selama satu bulan hanya karena teguran itu. Sejak saat itu C tidak pernah lagi menegur ketika AD melakukan kesalahan, karena ia takut itu hanya akan membuat AD tersinggung. “Saya serba salah, mengingatkan dia marah, tidak mengingatkan, dia ada dijalan yang salah. Tapi ya saya memilih diamlah, daripada harus menjauh dari dia. Ibunya sendiri meminta saya untuk tetap memantau keadaan AD. Bagaimana cara saya memantau kalau dia saja berhubungan baik dengan saya kan? AD menjadi PSK itu sangat membuat saya terkejut. Kalau bagi saya, itu dilakukannya bukan karena ekonomi yang kurang cukup tapi karena pergaulannya yang tidak benar dek. Temanteman nya yang sama-sama make narkoba itu lah mungkin yang buat dia ikut-ikutan mengenal dunia malam.”
5.2.8 Informan Utama – VIII Nama
:
KN
Umur
:
24 Tahun
Jelas Kelamin
:
Laki-laki
Pendidikan Terakhir
:
SMA
Agama
:
Islam
Universitas Sumatera Utara
Suku
:
Jawa
Status
:
Lajang
Pekerjaan
:
Penjaga Sebuah Warung Internet
KN merupakan teman dekat HP sejak dibangku SMA. KN sedang berada di rumahnya saat peneliti menemuinya. Menjadi penjaga warnet membuat nya jarang tidur sehingga lingkaran hitam dimatanya sangat jelas. KN bertubuh tinggi, tegap, dan berkulit gelap. dengan kaos berwarna hitam yang dikenakannya ia terlihat gagah. Rambutnya gondrong sebahu. Berdasarkan hasil wawancara dengan temannya yaitu KN, HP merupakan pribadi yang sederhana. KN mengatakan bahwa HP sering mengeluhkan tentang bapak LP yang tak pernah pulang sehingga membuat keadaan ekonomi semakin menyulit, satu tahun pertama bapak LP masih rutin mengirimkan uang bulanan melalui rekening tetangga tapi tahun berikutnya bapak LP tidak lagi mengirimkan uang bulanan. Menurut KN, HP sebenarnya mengetahui dimana ayahnya berada namun HP tidak mau mengusik dan memilih membiarkan saja tanpa memberitahukannya kepada Ibu O. HP juga sering mengeluhkan masalah keuangannya, HP sering menangis apabila menceritakan AT yang teranncam putus sekolah karena masalah ekonomi HP sering meminjam uang kepada KN. KN mengaku selalu memberikannya dan tidak pernah menganggap itu adalah hutang. Sebagai teman ia mampu merasakan bagaimana sulitnya keadaan HP saat ia datang untuk meminjam uang. “Desakan ekonomi, membuat kawanku itu memilih jadi PSK. tapi iyalah pula, dia itu waria dek. Apalah yang bisa dibuatnya? Kerja salon gak bisa, jualan malu katanya takut dikata-katai pembeli, mau lamar kerja gimanalah, dia aja pun cuma
Universitas Sumatera Utara
tamatan SMA kan dek. Aku apalah bisa kubuat untuk bantu dia, kerjaku pun cuma jaga warnetnya.”
5.2.9 Informan Utama – IX Nama
:
MA
Umur
:
20 Tahun
Jelas Kelamin
:
Laki-laki
Pendidikan Terakhir
:
SMA
Agama
:
Kristen
Suku
:
Batak
Status
:
Mahasiswa
Pekerjaan
:
-
MA merupakan teman dekat HP sejak dibangku kuliah. Mereka berada didalam satu kelas yang sama. MA mengaku bahwa pada awalnya ia tidak sadar bahwa RD adalah seorang waria. Karena di kampus RD itu sangat pendiam dan tidak mau bergaul. Jadi jika dilihat sekilas saja, teman-temannya tidak akan tahu bahwa ia adalah seorang waria. MA pun mengakui kalau RD sudah berdandan seperti wanita, itu juga tidak akan membuatnya yakin bahwa RD adalah seorang lelaki, karena menurutnya RD sangat cantik. Berdasarkan hasil wawancara dengan temannya yaitu MA, RD adalah waria yang sangat elegan, berkepribadian baik, hanya saja sedikit tertutup. Ia mengaku bahwa ia mengagumi sosok RD. RD memiliki selera yang tinggi kalau berurusan dengan lifestyle namun tidak berlebihan, menurutnya hal itu sesuai dengan uang saku yang dimilikinya. Menurut MA, RD bukanlah orang yang mudah bergaul, RD kerap kali menghubunginya untuk sekedar meminta ditemani. Ia tidak punya teman lain selain MA. Hal ini dikarenakan
Universitas Sumatera Utara
RD trauma dengan masa kecilnya dan memilih tidak membuka diri dengan orang lain disekelilingnya. MA pernah mengajak RD untuk bergabung di komunitas waria yang ada di Lubuk Pakam, awalnya RD menolak namun setelah MA meyakinkan bahwa tidak akan ada yang mengejek ataupun mencacinya, akhirnya RD meyakinkan diri dan mau bergabung bersama komunitas tersebut. Setelah bergabung dengan komunitas tersebut, RD jarang menghubungi MA. “Saya fikir teman saya itu sudah nyaman dengan komunitas barunya sehingga jarang menghubungi saya, yang saya tahu itu adalah komunitas waria yang terdiri dari kerja salon dan mahasiswa, saya tidak tahu bahwa mereka memiliki kerjaan sampingan.”
5.2.10 Informan Utama – X Nama
:
S
Umur
:
24 Tahun
Jelas Kelamin
:
Perempuan
Pendidikan Terakhir
:
S1
Agama
:
Islam
Suku
:
Batak
Status
:
Lajang
Pekerjaan
:
Teller Bank
S merupakan teman dekat HP sejak masih kecil. Rumah mereka samping-sampingan. Orang tua mereka pun akrab. Sejak kecil diakui S bahwa ia dan HP memang sering bermain
Universitas Sumatera Utara
boneka-bonekaan dan masak-masakan. S terlihat sangat cantik dengan rok dan baju birunya. Saat itu S baru saja kembali dari tempatnya bekerja. Berdasarkan hasil wawancara dengan temannya yaitu S, FA merupakan pribadi sederhana dan mudah bergaul. FA sering menceritakan keluh kesahnya tentang ayah dan ibunya yang kerap berantam hanya karena dirinya seorang waria. Hal tersebut membuat dunianya sangat kelam baginya hingga pernah memutuskan untuk bunuh diri. FA sendiri adalah orang yang pendiam namun terbuka, menurut S, dia sangat tidak menyangka bahwa FA nekat melakukan percobaan bunuh diri mengingat FA adalah orang yang terbuka dan tidak menutup diri. Menurut S, FA menjadi PSK karena keputusannya untuk tidak melanjutkan sekolahnya.hal tersebut membuatnya tidak enggan untuk mencari pekerjaan. Usaha kain songket yang dijalaninya pun tidak berjalan lancar. S mengaku menjadi pembeli setia barang dagangannya walaupun barang tersebut tidak digunakannya. Hal itu dilakukan agar FA semangat dalam menjalani bisnis kain songketnya. “Dari kecil itu FA udah kelihatan dek berbedanya dari anak lelaki lain. Teman-temannya semua perempuan. Orang bilang FA itu melacur. Kakak sendiri kurang yakin kalau gak lihat langsung. Soalnya FA itu pekerja keras dek, tapi imannya kurang kuat mungkin ya.”
5.2.11 Informan Tambahan Nama
:
Batara Rival Harahap S.Sos MSi
Jelas Kelamin
:
Laki-laki
Pendidikan Terakhir
:
S2
Agama
:
Islam
Suku
:
Batak
Universitas Sumatera Utara
Alamat
:
Jalan Diponegoro Nomor 101 Lubuk Pakam
Bapak Batara selaku camat Lubuk Pakam mengatakan bahwa waria pekerja seks komersial di Lapangan Tengku Raja Muda
5.3 Analisis Data 5.3.1 Faktor Ekonomi Sebagian besar ditemukan dilapangan para waria PSK memilih profesi ini karena adanya desakan ekonomi ditambah di keluarga rata-rata mereka merupakan tulang punggung keluarga, sulit mendapatkan pekerjaan pada zaman sekarang dan sebagian kecil dari mereka yang beralasan memilih profesi ini dikarenakan adanya tuntutan gaya hidup mewah.
a. Sulit Mencari Pekerjaan Susahnya lapangan pekerjaan di Indonesia, menjadi salah satu masalah sosial yang menjadi tanggung jawab pemerintah. Keterbatasan lapangan pekerjaan yang tidak sesuai dengan jumlah peningkatan pendidikan yang setiap tahun mahasiswa maupun siswa sehingga menyebabkan mereka sulit mendapatkan pekerjaan. Akibatnya menjadi problematika sosial dalam pembangunan ekonomi nasional dan regional. Masyarakat tanpa pekerjaan menjadi menjadi beban ekonomi berkepanjangan, yang sebenarnya mereka juga tidak ingin dalam keadaan seperti itu. Menurut Intan Kumalasari & Iwan Andhyantoro (2012) mengatakan bahwa kebutuhan ekonomi yang semakin banyak pada waria memaksa untuk mencari sebuah pekerjaan dengan penghasilan yang memuaskan namun kadang kesulitan mencari pekerjaan membuat mereka harus bekerja menjadi PSK untuk memenuhi kebutuhan tesebut. Hal ini juga didukung oleh asal dari informan yang sebagian besar berasal dari desa yang dimana memiliki anggapan kalau sudah dewasa mereka harus membantu orang tua. Hurlock (2002) juga mengatakan
Universitas Sumatera Utara
bahwa usia dewasa muda adalah fase dimana seseorang sudah mulai bekerja untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Berdasarkan hasil wawancara menunjukkan bahwa informan berusia 21-34 tahun, ini artinya pada usia di atas 17 tahun merupakan usia yang sudah cukup untuk bekerja namun terkadang masih saja ditemui kesulitan mencari pekerjaan dengan gaji yang sesuai dengan kebutuhan hidup mereka, sehingga mereka memilih untuk menjalani hidupnya dengan menjadi PSK karena mereka beranggapan menjadi PSK lebih mudah dilakukan dan mendapat hasil yang memuaskan dibanding harus dengan susah mencari pekerjaan di kota dengan gaji yang kecil dan tidak dapat memenuhi kebutuhan keluarga. Secara fisik dan mental, kelompok waria dipandang tidak atau kurang normal, yang berdampak dalam pergaulan yang mengucilkan mereka. Secara ekonomi, mereka kesulitan bahkan dipersulit untuk mengakses pada sumber-sumber ekonomi terutama di sektor formal sebagai dampak dari konstruksi sosial dan pandangan dominan tentang heteroseksualitas, sehingga mendorong tindakan pengucilan atas kelompok waria. Berdasarkan hasil wawancara, kelompok waria selalu ditolak untuk mengisi lowongan pekerjaan di sektor formal mulai dari pegawai negara, pekerja perusahaan negara dan swasta, atau berbagai profesi lainnya. Kontruksi sosial dan pandangan dominan dalam melihat eksistensi kelompok waria sadar atau tidak sadar selalu menempatkan mereka dalam posisi yang lemah dan karena terus-menerus berlangsung posisi mereka terus pula dilemahkan. Kesempatan untuk mendapat pengakuan atas eksistensi mereka tampaknya tak pernah terpenuhi dari negara atau aparat negara. Kedua hambatan inilah yang menyulitkan mereka untuk memperoleh pekerjaan di sektor formal. Hal ini dialami oleh informan I, II, dan III yang menyatakan pernah kesulitan dalam mencari pekerjaan karena alasan kewariaannya. Seperti penuturan informan I yakni EV :
Universitas Sumatera Utara
“Setiap kali aku berupaya mencari pekerjaan terutama di sektor formal ya say, pasti hasil akhirnya aku gak diterima, padahal aku lolos persyaratan adminsitrasi dan wawancara. Hasil tes dan wawancara ku pun cukup baiknya. Teman-temanku udah mengingatkan untuk gak coba-coba melamar kerja, kata mereka percuma lo, orang lekong kayak kita gak punya tempat.” Hasil kutipan wawancara dengan AD (informan II) : “Aku selalu mengalami penolakan kalau ngelamar kerja, mereka bilang gak nerima waria, ada juga yang sempat menawarkan aku untuk merubah penampilanku dengan iming-iming aku bakal diterima kerja, tapi aku ya enggak mau la dek, aku ingin nyaman dengan kerjaanku, berpakaian kayak laki-laki itu gak nyaman kali rasaku. Jadi ya apa boleh buat lah, mau berusaha sendiri pun aku enggak punya modal.” Hal yang senada juga dikatakan oleh HP (informan III) : “Sulitnya mencari kerja sudah eke rasain, bahkan bukan sulit mencari aja cin, mempertahankan kerjaan itu pun juga sangat sulit loh. Pahitlah. Eke tahu kalau soal kerja yang kata nya di sektor semacam formal itu emang harus didasarin kualifikasi ya, eke ngelihatnya si dari sudut pandang keterampilan aja. Kalau kinerja kami ya sebenarnya waria-waria ini jauh lebih baik lah dibanding yang normal-normal itu, jadi semestinya harus lebih terbuka juga lah peluangnya. Kami sebagai waria ini cin tingkat ketekunannya lebih dibanding yang lain tapi kesempatan untuk bersaing dalam pekerjaan masih aja tertutup. Seharusnya siapa yang memiliki pengetahuan dan keterampilan dia lah yang terpilih. Mungkin bukan kerja dikantoran yang gak cocok sama kami, tapi orang-orang yang didalam itu yang gak bisa nerima kelebihan kami para waria ini”
Universitas Sumatera Utara
Informan I,II dan III mengalami hal yang sama, mendapatkan penolakan karena statusnya sebagai waria. Hak untuk memperoleh pekerjaan merupakan hak setiap orang tanpa kecuali termasuk kelompok waria namun sulit pula dibantah kebenarannya bahwa kelompok waria selalu mendapat perlakuan diskriminasi dalam kesempatan untuk memperoleh pekerjaan tersebut. Dalam banyak aspek, kelompok waria sering menjadi bahan olok-olokkan atau pelecehan dan diabaikan sebagai bagian dalam kumpulan komunitas. Bahkan lebih menyedihkan lagi, pandangan ekstrim menganggap kelompok waria tak berguna atau merusak moral atau sumpah serapah dan berbagai bentuk cibiran lainnya. Kenyataan pahit itu pula yang memaksa kelompok waria untuk bergerak dan bekerja secara underground tanpa bergantung pada perlindungan negara maupun tanpa mengharapkan solidaritas atau belas kasihan dari kelompok masyarakat lainnya. Secara positif, spirit ini mendorong kelompok waria untuk menjalani hidup mereka secara mandiri, termasuk menemukan atau menciptakan lapangan kerjanya sendiri betapa pun kesulitan yang mereka hadapi. Profesi informal yang dipilih sebagai PSK merupakan pilihan profesi yang terpaksa harus mereka ambil. Dari semua waria yang mencari penghidupan informal di jalan sebagai PSK, banyak di antara mereka yang pernah mengenyam pendidikan formal sampai di tingkat SMU. Bahkan, ada informan yang telah mengenyam pendidikan S-1 yaitu Informan II. Pendidikan diketahui sebagai aspek penting dalam kehidupan karena melalui pendidikan seseorang dapat menjadi individu yang lebih berkualitas. Pendidikan adalah sarana untuk mendapatkan SDM yang berkualitas karena pendidikan dianggap mampu untuk menghasilkan tenaga kerja yang bermutu tinggi, mempunyai pola pikir dan cara bertindak yang modern. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang telah ditempuh maka seharusnya semakin berkualitas pula output atau lulusan yang dihasilkan. Salah satu hal yang dapat dijadikan sebagai ukuran kualitas output tersebut adalah bagaimana output ini mampu bersaing di dunia kerja dan diharapkan mampu menggerakkan pembangunan nasional (Putranto dan Mashuri, 2012). Namun hal
Universitas Sumatera Utara
yang berbeda terjadi ketika kaum waria yang mencari pekerjaan tersebut ketika mereka melamar pekerjaan di suatu instansi, baik di sektor pemerintahan maupun swasta, orientasi seksual mereka sebagai waria selalu dipermasalahkan. Dalam kasus Informan II bahkan pihak perusahaan dengan tegas menolak mereka karena orientasi seksual berbeda itu. Padahal ia telah memenuhi semua persyaratan yang dikehendaki oleh pihak perusahaan. Alasan seorang waria menjadi pekerja seks adalah karena desakan ekonomi, dimana untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari namun sulitnya mencari pekerjaan sehingga menjadi pekerja seks merupakan pekerjaan yang termudah (Kasnodihardjo, 2001). Hal ini dapat kita lihat pada informan I, II dan III yang putus asa dalam mencari pekerjaan dan memilih untuk mencari pekerjaan yang mereka anggap bisa dengan mudah dilakukan yaitu dengan menjadi seorang PSK. Penyebab lain diantaranya tidak memiliki modal untuk kegiatan ekonomi, tidak memiliki keterampilan maupun pendidikan untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik sehingga menjadi pekerja seks merupakan pilihan (Yustinawaty, 2007). Informan II berkeinginan untuk membuka usaha sendiri namun keinginnan tersebut terbentur dengan ketidak adaan modal sedangkan infroman I tidak memiliki keterampilan maupun pendidikan yang cukup tinggi karena ia hanyalah lulusan SMA. Berbeda dengan informan III yang memiliki keterampilan walaupun pendidikan yang dimilikinya hanya sebatas tamatan SMA. Informan III merasakan sulitnya bersaing didalam dunia kerja dengan pengalamannya sebagai seorang barboy. Faktor pendorong lain untuk bekerja sebagai PSK antara lain terkena PHK sehingga untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup menjadi PSK merupakan pekerjaan yang paling mudah mendapatkan uang. Hal ini dialami oleh informan I. Ia diberhentikan dari pekerjaan dengan aalsan-alasan yang tidak masuk akal, pendapatan toko dikatakan menurun, namun pada kenyataannya toko selalu ramai pembeli. Hal tersebut membuatnya curiga bahwa pemecatan itu dilakukan bukan karena omset yang menurun namun karena kewariannya,
Universitas Sumatera Utara
sebelum pemecatan ia sempat ditegor karena dikatakan terlalu gemulai dan membuat pelanggan menjadi risih. Hal yang sama dialami oleh informan III, ia memiliki keterampilan yang baik, bahkan ia mengaku i bahwa dirinya yang paling cekatan diantara teman-temannya ketika dia bekerja menjadi bar boy. Rasa iri dan dengki teman-teman nya pun kemudian menjadi rintangan tersendiri bagi HP. Ia harus menerima perlakuan yang tidak baik dari teman-teman satu kerjanya yang kemudian berdampak pada keputusan atasan untuk tidak memperkerjakan HP lagi dengan alasan agar terjalin ketentraman dan kedamaian sesama pekerjanya.
b. Gaya Hidup Gaya hidup adalah fungsi motivasi konsumen dan pembelajaran sebelumnya, kelas sosial, demografi dan sebagainya. Gaya hidup adalah konsepsi ringkasan yang merupakan nilai konsumen. Konsumen mengembangkan seperangkat konsepsi yang meminimumkan ketidakcocokkan atau inkonsistensi di dalam nilai dan gaya hidup mereka. Orang menggunakan konsepsi seperti gaya hidup untuk menganalisis peristiwa yang terjadi di sekitar diri mereka dan untuk menafsirkan, mengkonseptualisasikan, serta meramalkan peristiwa (Engel et al. 1997). Gaya hidup mempengaruhi perilaku seseorang dan pada akhirnya menentukan pilihan-pilihan konsumsi seseorang. Ada orang yang senang mencari hiburan bersama kawan-kawannya, ada yang senang bepergian bersama keluarga, ada yang memilih untuk menyendiri di tempat yang tenang seperti pegunungan, ada yang senang berolahraga, berbelanja, dan aktivitas lainnya. Orang-orang yang berorientasi pada karir akan memilih buku, komputer dan produk lain yang mendukung karir mereka, dan kondisi ini akan berbeda dengan orang-orang yang berorientasi pada keluarga.
Universitas Sumatera Utara
Gaya hidup secara luas didefinisikan sebagai cara hidup yang diidentifikasikan oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka (aktivitas), apa yang mereka anggap penting dalam lingkungannya (ketertarikan), dan apa yang mereka pikirkan tentang diri mereka sendiri dan juga dunia di sekitarnya (pendapat). Gaya hidup suatu masyarakat akan berbeda dengan masyarakat yang lain. Bahkan dari masa ke masa gaya hidup suatu individu dan kelompok masyarakat tertentu akan bergerak dinamis. Namun demikian, gaya hidup tidak cepat berubah, sehingga pada kurun waktu tertentu gaya hidup relatif permanen (Sutisna, 2003). Seperti yang diungkapkan oleh informan II: “aku dulu dek boros kali orangnya, untuk buang suntuk ngabisin waktu aku biasanya cari kesenangan yang makan banyak uang, beli ini beli itu, nongkrong disini nongkrong disitu sampsi uang saku ku pun kurang kadang. Pernah pun aku makan uang kuliahku cuma buat hepi-hepi sama kawanku, cemanalah, kawan kuliah tau lah, tipis uang, mana mau bekawan. Belum lagi aku konsumsi narkoba dek, hancurhancuran lah giliran gak ada lagi uang masuk” Informan II menghabiskan waktu dengan berfoya-foya dengan alasan membuang suntuk sepulang kuliah. Menurutnya hal itu dilakukannya karena ia tidak kuliah di jurusan yang diinginkannya, melainkan jurusan yang dipilihkan dan dipaksakan oleh orang tuanya. Ia sendiri memiliki anggapan bahwa sebagai seorang waria, ia sangat bersyukur apabila ada orang yang mau berteman dengannya, hal ini dikarenakan pengalaman buruknya dimasa kecil tentang penolakan-penolakan yang diterimanya dari lingkungannya. Hatinya sangatlah senang apabila ada teman yang mau diajak menghabiskan waktu dan membuang suntuk bersamanya, karena senang hatinya tersebut ia memilih menanggung semua biaya yang dikeluarkan ketika nongkrong bersama sehabis pulang kuliah. Ia tidak memilah teman mana
Universitas Sumatera Utara
yang baik dan buruk sehingga ia cenderung dimanfaatkan oleh teman-temannya dan diajak untuk mengkonsumsi narkoba. Bagaimana AD menggunakan waktu untuk berlibur, ataupun menekuni hobi, mengukur minat yang merupakan pilihannya dan memenuhi permintaan atas narkoba membuat ia tidak lagi mampu memenuhi seluruh kebutuhan dan keinginannya dengan uang saku yang dimilikinya, apalagi ia masih berstatus mahasiswa dan tidak bekerja. Ia kemudian terpojok karena masalah keuangan untuk pemenuhan keinginan tersebut maka ia mengambil jalan akhir dengan menjadi PSK untuk pemuasan dirinya. Sebuah teori yang dikembangkan oleh Kennedy dan Forde (1990) menunjukkan bahwa latar belakang dan karakteristik dari aktivitas sehari-hari berpengaruh pada waktu yang diluangkan dalam gaya hidup yang beresiko dimana gaya hidup tersebut akan membawa orang kejalan yang lebih berbahaya lagi. Sementara itu menurut Sampson dan Wooldredge (1987) menyatakan seseorang dapat menjadi korban terhadap sebuah gaya hidup apabila mereka terus-menerus berinteraksi dengan kelompok yang memiliki potensi membahayakan dimana seseorang tersebut memiliki pertahanan diri yang lemah. Gaya hidup merupakan gambaran bagi setiap orang yang mengenakannya dan menggambarkan seberapa besar nilai moral orang tersebut dalam masyarakat disekitarnya. Atau juga, gaya hidup adalah suatu seni yang dibudayakan oleh setiap orang. Gaya hidup juga sangat berkaitan erat dengan perkembangan zaman dan teknologi. Semakin bertambahnya zaman dan semakin canggihnya teknologi, maka semakin berkembang luas pula penerapan gaya hidup oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari. Dalam arti lain, gaya hidup dapat memberikan pengaruh positif atau negatif bagi yang menjalankannya, tergantung pada bagaimana orang tersebut menjalaninya. Gaya hidup membawa pengaruh negatif bagi RD, seperti yang diungkapkannya:
Universitas Sumatera Utara
“aku terbiasa hidup mewah say, itupun karna orang tua angkatku dari kecil membiasakan aku begitu. Tapi soal kesehatan aku kurang karna aku merokok, sehari bisa dua bungkus. Tapi kalau soal olahraga aku rajin semenjak aku bergabung dengan komunitas waria itu. Sejak bergabung disitu, aku sedikit demi sedikit berubah menyesuaikan sama mereka.” Upaya untuk menemukan jati diri membuat RD mengambil keputusan untuk bergabung dengan komunitas waria. Hal ini tentu berkaitan dengan bagaimana ia menampilkan dirinya. Ia ingin kehadirannya diakui sebagai bagian dari komunitas secara umum dan secara khusus sebagai bagian dari kelompok teman sebaya mereka. Demi mendapatkan pengakuan tersebut ia seringkali bersedia melakukan berbagai upaya meskipun hal itu mungkin merupakan sesuatu yang tidak diperlukan menurut pandangan orang tua atau keluarganya. Keinginan yang kuat untuk melepaskan diri dari keterikatan dengan orang tua membuat ia mencari dukungan sosial melalui teman. Komunitas menjadi sarana sekaligus tujuan dalam pencarian jati dirinya. Terkait dengan gaya hidup, ia juga akan mencari referensi sesuai dengan jati diri orang-orang yang ada dikomunitasnya. Namun RD sendiri tidak mengetahui bahwa sanya setengah dari anggota yang ada berprofesi sebagai PSK. Teori gaya hidup adalah teori yang menyebutkan bahwa tidak semua orang memiliki gaya hidup yang sama, setiap orang memiliki gaya hidup yang berbeda, gaya hidup satu orang dengan yang lain cenderung sama apabila intensitas bertemu antara keduanya tinggi. Teori gaya hidup ini dikembangkan oleh Hindelang, Gottfredson dan Garafalo yang berarti berbicara tentang pola hidup atau kegiatan rutin yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Gaya hidup ini dipengaruhi oleh perbedaan umur, jenis kelamin, pendidikan, pendapatan keluarga dan ras yang berkaitan dengan rutinitas sehari-hari yang rentan terhadap resikoresiko untuk melakukan kejahatan. Gaya hidup ini sangat berpengaruh pada frekuensi orang berinteraksi dengan jenis gaya hidup tertentu sesuai dengan lingkungannya. RD cenderung
Universitas Sumatera Utara
mengikuti gaya hidup teman-teman satu komunitasnya sehingga berpengaruh pada aktivitasnya dan menjadi PSK.
c. Keluarga yang Tidak Mampu Keluarga adalah unit sosial paling kecil dalam masyarakat yang peranannya besar sekali terhadap perkembangan sosial, terlebih pada awal-awal perkembangannya yang menjadi landasan bagi perkembangan kepribadian selanjutnya. Masalah yang sering terjadi dalam keluarga adalah masalah ekonomi. Dimana ketidak mampuan dalam memenuhi kebutuhan didalam keluarga, sehingga kondisi ini memaksa para orang tua dari kelurga miskin memperkerjakan anaknya sebagai pekerja seks. Pada dasarnya tidak ada orang tua yang mau membebani anaknya untuk bekerja namun karena ketidakmampuan dan karena faktor kemiskinan, sehingga tidak ada pilihan lain membiarkan anaknya menjadi pekerja seks, untuk pemenuhan tuntutan kebutuhan sehari-hari yang tidak dapat ditoleransi (Agus, 2005:57). Pelacuran erat hubungannya dengan masalah sosial. Pasalnya kemiskinan sering memaksa orang bisa berbuat apa saja demi memenuhi kebutuhan hidup termasuk melacurkan diri ke lingkaran prostitusi. Sebagian besar ditemukan dilapangan para PSK memilih profesi ini karenaadanya desakan ekonomi ditambah di keluarga rata-rata mereka merupakan tulang punggung keluarga, sulit mendapatkan pekerjaan pada zaman sekarang dan sebagian kecil dari mereka yang beralasan memilih profesi ini dikarenakan adanya tuntutan gaya hidup mewah biasanya terjadi dikalangan mahasiswa. Seperti yang diungkapkan Ibu O (ibu kandung Informan III, HP): “Saya pernah bertengkar dengan suami karena uang belanja sehari-hari. Saya pernah minta ditambahin uang belanja sama bapak, sekarangkkan taulah harga barang-barang juga mahal. Dia cuma memberi enam ratus ribu rupiah untuk membayar biaya makan, listrik, air serta biaya sekolah anak. Tapi saya tidak pernah
Universitas Sumatera Utara
direspon sama dia, kami terlibat pertengkaran hebat karena itu. Setelah itu dia pergi dari rumah ninggalinkami gitu aja, setahun pertama masih sering dia kirimin kami uang lewat pak tua si HP tapi tahun berikutnya udah gak pernah lagi dia nafkahin kami keluarganya, akhirnya anakku paling besar lah yang menggantikan bapaknya kerja untuk makan dan uang sekolah adiknya” Jadi hasil wawancara dengan Ibu O diatas dapat disimpulkan bahwa kondisi ekonomi yang pas-pasan yang dialami keluarga mereka menjadi penghambat terutama dalam pemenuhan kebutuhan hidup yang semakin melambung tinggi dan juga dalam menyekolahkan anaknya. Pada sebuah keluarga yang setiap hari pusing memikirkan desakan kebutuhan hidup, tentunya keadaan ini akan menyulut tumbuhnya sikap temperamental seperti halnya yang dialami oleh suami ibu O. Tempramen merupakan gaya perilaku seseorang dan cara khasnya dalam memberi tanggapan atau respons (Santrock, 2009). Sikap termpramen yang tidak terkontrol mengakibatkan ia memilih meninggalkan rumah dan memutuskan hubungan pernikahan tanpa mengurus perceraian terlebih dahulu dan membuat keluarga mengalami kesulitan ekonomi yang semakin parah. HP sebagai anak pertama merasa bertanggung jawab atas kehidupan keluarganya dan menjadi tulang punggung keluarga agar adiknya tetap bisa bersekolah, ia menjadi PSK sebulan setelah ayahnya tidak lagi mengirimkan uang bulanan. Begitu juga yang dialami oleh Informan V, keterbatasan ekonomi juga mengakibatkan anak dari Informan V, yaitu FA menjadi PSK. Seperti yang diungkapkan Ibu PI (ibu kandung Informan V, FA) : “Saat ini suami saya pengangguran, dia tidak memiliki pekerjaan tetap, kadang kerja serabutan juga. Untuk kebutuhan sehari-hari saja, upah yang saya terima masih kurang nak, apalagi untuk sekolah anak jugakan perlu biaya yang besar. Kondisi itu membuat suami saya melakukan apa saja agar dia bisa
Universitas Sumatera Utara
memperoleh uang supaya dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari, salah satunya dengan mengizinkan FA menjadi PSK. padahal bapak sendiri sangat tidak setuju FA itu jadi waria. Kami pun sering bertengkar karena tau anak kami itu waria.” Jadi hasil wawancara dengan Ibu PI diatas dapat disimpulkan bahwa permasalahan yang dihadapi oleh Ibu R adalah masalah keuangan. Karena suaminya hanya tamatan SMP, sehingga keahlian yang dimiliki juga terbatas, yang kemudian berdampak pada pekerjaan dan penghasilan yang diterima. Ketiadaan pekerjaan dan penghasilan yang dimiliki oleh suaminya dikarenakan tidak adanya pekerjaan serta himpitan ekonomi dalam memenuhi kebutuhan hidup yang kian mendesak, memaksa suaminya untuk merelakan anaknya menjadi seorang PSK.
5.3.2 Faktor Lingkungan Lingkungan merupakan semua yang ada di lingkungan dan terlibat dalam interaksi individu pada waktu melaksanakan aktifitasnya. Lingkungan tersebut meliputi lingkungan fisik, lingkungan psikososial, lingkungan biologis dan lingkungan budaya. Lingkungan psikososial meliputi keluarga, kelompok, komuniti dan masyarakat. Lingkungan dengan berbagai ciri khusunya memegang peranan besar terhadap munculnya corak dan gambaran kepribadian pada seseorang. Apalagi kalau tidak didukung oleh kemantapan dari kepribadian dasar yang terbentuk dalam keluarga, sehingga penyimpangan prilaku yang tidak baik dapat terhindari.
a.
Turunan
Turunan adalah generasi penerus atau sesuatu yang turun-temurun. Tidak dapat disangkal bahwa keluarga merupakan tempat pertama bagi anak untuk belajar berinteraksi sosial. Melalui keluarga anak belajar berespons terhadap masyarakat dan beradaptasi
Universitas Sumatera Utara
ditengah kehidupan yang lebih besar kelak. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal yang mempengaruhi perkembangan orang yang ada didalamnya. HP mengungkapkan (informan III): “eke kaget cin ketika tau bapak sudah tidak kerja dikantor lagi, tapi hidupnya enak, eke bisa lihat dari wajah bapak, gak ada susah-susahnya. Bapak bilang dia bisa kasih eke kerja, tapi itupun kalau eke mau, eke tanyakan kerja apa, bapak bilang kerja malam dilapseg. eke udah ngerti lah pekerjaan apa yang dimaksud bapak. Mau gak mau ya eke terima lah daripada aku nganggur. Lumayanlah bisa bantu bayar uang sekolah adek eke”. HP merupakan satu-satunya informan yang menjadi PSK atas dasar masukan dari ayahnya. Adakalanya melalui tindakan-tindakan, perintah-perintah yang diberikan secara langsung untuk menunjukkan apa yang seharusnya dilakukan. Orang tua atau saudara bersikap atau bertindak sebagai patokan, contoh, model agar ditiru. Berdasarkan hal-hal diatas orang tua jelas berperan besar dalam perkembangan anak, jadi gambaran kepribadian dan prilaku banyak ditentukan oleh keadaan yang ada dan terjadi sebelumnya (Gunarsa, 2000). Seorang anak yang setiap saat melihat ayahnya melakukan pekerjaan itu, sehingga dengan tidak merasa bersalah itupula akhirnya ia mengikuti jejak ayahnya. Ayah merupakan contoh bagi anak.
b. Broken home Keluarga adalah sumber kepribadian seseorang, didalam keluarga dapat ditemukan berbagai elemen dasar yang membentuk kepribadian seseorang. Lingkungan keluarga dan orang tua sangat berperan besar dalam perkembangan kepribadian anak. Orang tua menjadi faktor penting dalam menanamkan dasar kepribadian yang ikut menentukan corak dan
Universitas Sumatera Utara
gambaran kepribadian seseorang. Lingkungan rumah khususnya orang tua menjadi sangat penting sebagai tempat tumbuh dan kembang lebih lanjut. Perilaku negatif dengan berbagai coraknya adalah akibat dari suasana dan perlakuan negatif yang di alami dalam keluarga. Hubungan antara pribadi dalam keluarga yang meliputi hubungan antar orang tua, saudara menjadi faktor yang penting munculnya prilaku yang tidak baik. Dari paparan beberapa fakta kasus anak yang menjadi korban perceraian orang tuanya, menjadi anak-anak broken home yang cenderung berprilaku negatif seperti menjadi pecandu narkoba atau terjerumus seks bebas dan menjadi PSK. Anak yang berasal dari keluarga broken home lebih memilih meninggalkan keluarga dan hidup sendiri sehingga untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sering mengambil keputusan untuk berprofesi sebagai PSK, dan banyak juga dari mereka yang nekat menjadi pekerja seks karena frustasi setelah harapannya untuk mendapatkan kasih sayang dikeluarganya tidak terpenuhi. Hal ini dialami oleh informan III dan V yang menyatakan tidak ada keharmonisan dalam keluarga serta suasana rumah sering ribut dan gaduh. Perbedaan pendapat terhadap suatu pokok persoalan keluarga menimbulkan pertengkaran. Antara suami dan istri sering terjadi percekcokan dan perselisihan yang terus menerus berlangsung, sehingga dalam perselisihan tersebut seringkali menyebabkan salah satu pihak menjadi marah, sering menyakiti dan memukul pihak lainnya. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu R (ibu kandung informan I, HSS) : “Saya dan suami sering berbeda pendapat, kadang soal keuangan, juga bisa karena masalah anak-anak. Dan kalau sudah berantam biasanya kami saling diam dan itupun bertahan cuma sehari. Apalagi meski hati ini masih kesal, tapi kalau bapak minta dibuatkan sarapan pagi-pagi, tetap ibu harus buatkan juga. Kami sering ribut, biasanya masalah uang, kadang hal sepele juga diributkan sama suami saya. Karena hal seperti itu, hubungan kami sering tidak baik. Kami dan anak-anak juga
Universitas Sumatera Utara
tidak pernah jalan-jalan ke tempat wisata dan melakukan ibadah sama-sama seperti orang lain. Saya sekarang masih kesal kalau mengingat tentang suami. Kurang ajar dia itu, pergi begitu aja meninggalkan anak-anaknya. Sebelum dia pergi meninggalkan kami sampai hari ini, kami memang sudah bertengkar. Selama ini, saya sudah bersabar dengan sikapnya yang suka marah bahkan saya juga selalu terima kalo dia selalu pulang kemalaman bahkan jarang pulang. Tetapi waktu kami bertengkar terakhir itu, dia menyalahkan dan memarahi saya dengan bahasa-bahasa kotor hanya karena saya menanyakan kenapa pulang hingga tengah malam lagi. Dia marah dan bentak saya. Setelah itu, dia malah pergi dari rumah dan sampai sekarang tidak pernah ada kabar darinya. Padahal anak-anak masih perlu biaya darinya untuk sekolah dan kebutuhan lainnya”. Jadi hasil wawancara dengan Ibu O diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga Ibu O merupakan keluarga yang tidak harmonis, hal itu diakrenakan sering terjadi perbedaan pendapat diantara suami dan isteri terutama diakibatkan oleh masalah keuangan. Masalah keuangan juga yang mengakibatkan informan III jarang melakukan rekreasi serta ibadah bersama-sama.
Perbedaan pendapat yang dialami oleh kedua orangtua HP mengakibatkan
mereka sering bertengkar. Dampak dari pertengkaran yang terjadi mengakibatkan suaminya tidak pernah pulang ke rumah dan anak tidak pernah diberikan nafkah dan biaya pendidikan. Rusmil (dalam Huraerah, 2007: 66) menyatakan apabila orang tua tidak memenuhi kebutuhan, baik kebutuhan fisik, psikis ataupun emosi, tidak memberikan perhatian dan sarana untuk berkembang sesuai dengan tugas perkembangannya juga merupakan suatu tindakan penelantaran. Dalam hal ini, anak-anak Ibu O tidak diberikan biaya pendidikan anak, kesehatan dan tidak dipenuhi kebutuhan lainnya sehingga mengalami penelantaran. Pengaruh yang paling terlihat jika anak mengalami hal ini adalah kurangnya perhatian dan kasih sayang orang tua terhadap anak. Hurlock (2004) menyatakan jika anak kurang kasih
Universitas Sumatera Utara
sayang dari orang tua menyebabkan berkembangnya perasaan tidak aman, gagal mengembangkan perilaku akrab, dan selanjutnya akan mengalami masalah penyesuaian diri pada masa yang akan datang. Keluarga Ibu O juga mengalami disfungsi keluarga. Disfungsi keluarga, yaitu peran orang tua yang tidak berjalan sebagaimana seharusnya. Seorang ayah seharusnya berperan sebagai pemimpin keluarga, pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, serta peran ibu sebagai sosok pengasuh dan pendidik anak. Suami dari Ibu O kini tidak menjalankan peran tersebut dengan baik. Setelah suaminya meninggalkan mereka, Ibu O kemudian menggantikan peran suaminya sebagai pencari nafkah untuk terus dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Selain itu kondisi keluarga yang sering bertengkar, keluargakeluarga yang dimana baik suami atau istri mendominasi dalam membuat suatu keputusan penting seperti berapa banyak uang yang dibelanjakan untuk makan dan perumahan, dimana bertempat tinggal, pekerjaan apa yang mau dimabil juga mempunyai pengaruh seorang waria menjadi PSK yang lebih tinggi dibandingkan dengan keluarga-keluarga yang suami-istri sama-sama bertanggungjawab atas keputusan-keputusan tersebut. Seperti yang dikatakan oleh Ibu PI (ibu kandung informan V, FA) : “Dulu semasa bapak hidup, perbedaan pendapat diantara kami sering terjadi, hal itu biasanya karena masalah uang dan masalah anak laki-laki saya yang tidak sesuai dengan harapannya karena FA bertingkah laku dan berpenampilan seperti wanita. Dia selalu menyalahkan saya, katanya saya tidak becus mengurus anak. trus kalau kami sudah berseteru karena itu biasanya malamnya dia pasti minum-minum. Terutama dengan kebiasaannya yang suka minum-minum hingga mabuk itu, membuat saya tidak pernah suka dengan sikapnya. Karena masalah itu biasanya kami akan bertengkar. Kalau sudah berantam, kami jadi saling diam, saya merasa kasihan dengan anak saya FA, bapaknya tidak pernah mau mengikutsertakan FA dalam acara
Universitas Sumatera Utara
apapun, itu juga yang membuat kami tidak pernah rekreasi bersama apalagi beribadah bersama.” Jadi hasil wawancara dengan Ibu PI diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga ini juga bukan termasuk keluarga yang harmonis. Perbedaan pendapat yang dialami oleh Ibu PI beserta suaminya mengakibatkan mereka sering bertengkar. Perbedaan itu terkait masalah uang yang dibelanjakan untuk kebutuhan sehari-hari yang dinilai masih tidak cukup. Serta sikap sang suami yang tidak dapat menerima status anaknya sebagai waria. Untuk meringankan beban keuangan orang tua sekaligus membuktikan bahwa dirinya berharga dimata bapaknya akhirnya FA memutuskan menjadi PSK.
5.4 Keterbatasan Penelitian Berdasarkan pengalaman dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasam yang peneliti temukan yaitu: 1. Literatur yang digunakan dalam penelitian ini masih sangat kurang sehingga mempengaruhi peneliti dalam menyajikan dan membahas topik yang terkait dengan penelitian ini. 2. Penelitian ini merupakan pengalaman pertama peneliti dalam melakukan penelitian sehingga dalam pelaksanaannya mempengaruhi kemampuan peneliti terutama dalam menggali data yang harus dikaji, serta dalam melakukan pendekatan dan membangun kepercayaan dengan para informan yang pada dasarnya tidaklah mudah.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan Bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang diperoleh dari hasil penelitian penulis di Lubuk Pakam. Penulis memperoleh data melalui observasi dan wawancara langsung dengan 16 orang informan. Adapun penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi waria menjadi pekerja seks komersial di Kelurahan Cemara Kecamatan Lubuk pakam kabupaten Deli Serdang. Berdasarkan penelitian ini, diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi waria menjadi pekerja seks komersial di Kelurahan Cemara Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang secara umum dibagi dalam dua faktor, yakni faktor ekonomi dan faktor lingkungan. 2. Faktor ekonomi yang mempengaruhi waria menjadi pekerja seks komersial adalah sulitnya waria dalam mencari pekerjaan yang disebabkan oleh minimnya tingkat pendidikan dan keterampilan yang dimiliki serta adanya diskriminasi terhadap kaum waria didalam dunia pekerjaan, gaya hidup yang cenderung mewah, dan berasal dari keluarga yang kurang mampu. 3. Faktor lingkungan yang mempengaruhi waria menjadi pekerja seks komersial adalah berkenaan dengan interaksi waria didalam lingkungan sosialnya, termasuk didalamnya lingkungan keluarga. Waria yang memiliki orang tua yang bekerja di dunia prostitusi cenderung mengikuti pekerjaan yang dilakoni orang tuanya. Waria yang hidup didalam keluarga yang tidak harmonis (broken home) juga mempengaruhi waria menjadi PSK.
Universitas Sumatera Utara
4. Faktor dominan yang mempengaruhi waria menjadi pekerja seks komersial di Kelurahan Cemara Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang adalah berasal dari faktor ekonomi yaitu sulitnya mencari pekerjaan dan berasal dari keluarga yang tidak mampu.
6.2 Saran Sangat disadari bahwa masalah prostitusi waria ini tidak bisa di tangani oleh negara saja. Diperlukan kerja sama yang baik antara orang tua, masyarakat
dan pemerintah dalam
mengurangi jumlah anak yang menjadi pekerja seks komersial di Kelurahan Cemara Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang. Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian, beberapa saran yang dapat dipertimbangkan untuk mengurangi jumlah waria yang bekerja sebagai pekerja seks komersial di Kelurahan Cemara Kecamatan Lubuk pakam kabupaten Deli Serdang adalah sebagai berikut : 1. Orang tua berperan memberikan kasih sayang (afeksi) dan hubungan yang erat agar anak tidak terlibat dalam dunia prostitusi. Orang tua tidak hanya berperan sebagai pemberi nafkah, namun juga memberikan perhatian penuh terhadap proses tumbuh kembang anak. Kesempatan yang besar serta akses bagi seluruh anak untuk melangsungkan dan menyelesaikan pendidikan dasar menjadi salah satu upaya pencegahan yang penting. 2. Masyarakat Indonesia tentunya dapat membantu dengan tidak memandang sebelah mata kaum yang termarginalisasi seperti waria. Diskriminasi dan intoleransi terhadap kaum waria sudah seharusnya dihilangkan didalam kehidupan bermsyarakat. 3. Negara dalam hal ini pemerintah seharusnya berperan penting untuk menjamin hak-hak asasi manusia termasuk para waria. Menyediakan lapangan kerja di sektor formal maupun informal agar waria tidak memilih menjadi PSK karena sulitnya dalam mencari pekerjaan 4.
Universitas Sumatera Utara