BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada januari sampai dengan Juni. Pengambilan data dilakukan pada bulan April sampai dengan Mei 2013 yang bertempat di wilayah Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.
3.2 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei . Metode survei adalah metode penelitian dengan teknik wawancara yang menggunakan kuesioner sebagai instrumen utama untuk mengumpulkan data dengan tujuan untuk mengetahui siapa mereka, apa yang mereka pikir, rasakan, atau kecenderungan suatu tindakan (Wikipedia, 2013). Menurut
Bahasa
Indonesiana (2011), wawancara adalah suatu cara mengumpulkan data dengan cara mengajukan pertanyaan langsung kepada seorang informan atau autoritas atau seorang ahli yang berwenang dalam suatu masalah.
3.3 Sumber dan Cara Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer berupa data langsung yang dikumpulkan melalui wawancara dengan responden dan menggunakan alat yaitu daftar pertanyaan (kuisioner) sepeti pada Lampiran 2. Data- data tersebut meliputi kegiatan perikanan tangkap, data nelayan dan tingkat pendapatan yang bersumber dari responden yaitu nelayan pancing ulur. Data sekunder bersumber dari data Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tangerang, Badan Pusat Statistik, dan literatur- literatur yang bersumber dari instansi terkait.
21
22
3.4 Teknik Pengambilan Sampel Pengambilan sampel dalam penelitian ditentukan berdasarkan teknik purposive sampling, menurut
Fauzi (2001) dalam Yuliriane (2012) teknik
purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang dilakukan tidak secara acak melainkan berdasarkan pertimbangan tertentu. Pertimbangan yang digunakan yaitu nelayan tradisional pancing ulur yang menjadi responden guna mendukung tujuan penelitian. Penentuan responden yaitu terdiri dari : Nelayan pancing ulur yang menggunakan kapal motor sebanyak 20 orang, Nelayan pancing ulur yang menggunakan perahu mesin luar/ tempel sebanyak 15 orang Nelayan pancing ulur yang menggunakan perahu tanpa motor sebanyak 15 orang. Jadi total responden yang dipilih yaitu sebanyak 50 orang.
3.5 Parameter Yang Diukur 3.5.1 Kinerja Usaha Penangkapan Kinerja usaha penangkapan nelayan pancing ulur meliputi aspek alat- alat dan bahan yang digunakan dalam proses penangkapan seperti kapal, alat tangkap, nelayan dan metode pengoperasian alat tangkap.
Semua komponen tersebut
termasuk dalam biaya, yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun hasil tangkapan ikan/ produksi yang diperoleh banyak atau sedikit, sedangkan biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh hasil tangkapan ikan/ produksi yang diperoleh (Sujarno, 2008).
23
3.5.2 Pendapatan dan Kesejahteraan Pendapatan nelayan adalah selisih antara total penerimaan (TR) dengan total biaya (TC). Penerimaan nelayan adalah perkalian antara produksi yang diperoleh (Q) dengan harga jual (P). Biaya nelayan biasanya diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap (FC) adalah biaya yang realtif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun prosuksi yag diperoleh banyak atau sedikit. Biaya variable (VC) adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh posuksi yang diperoleh, contohnya biaya untuk tenaga kerja ( Soekartawi, 2002 dalam Sujarno, 2008) . Menurut istilah umum, sejahtera menunjuk ke keadaan yang baik, kondisi manusia di mana orang-orangnya dalam keadaan makmur, dalam keadaan sehat dan damai. Dalam ekonomi, sejahtera dihubungkan dengan keuntungan benda. Sejahtera memiliki arti khusus resmi atau teknikal (lihat ekonomi kesejahteraan), seperti dalam istilah fungsi kesejahteraan sosial. Dalam kebijakan sosial, kesejahteraan sosial menunjuk ke jangkauan pelayanan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Ini adalah istilah yang digunakan dalam ide negara sejahtera (Wikipedia, 2013). Kesejahteraan merupakan sejumlah kepuasan yang diperoleh seseorang dari hasil mengkonsumsi pendapatan yang diterima, namun tingkatan dari kesejahteraan itu sendiri merupakan sesuatu yang bersifat relatif karena
tergantung
dari
besarnya
kepuasan
yang
diperoleh dari
hasil
mengkonsumsi pendapatan tersebut (Pratama, 2012).
3.6 Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif kuantitatif. Metode deskriptif bertujuan untuk menafsirkan data yang berkenaan dengan situasi yang terjadi secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta- fakta serta hubungan antara variable utuk mendapatkan kebenaran, sedangkan metode kuantitatif bertujuan untuk mengangkat fakta, keadaan variable dan fenomena- fenomena yang terjadi saat sekarang dan menyajikannya apa adanya (Sugiyono,2003).
24
3.6.1 Analisis Kinerja Usaha Penangkapan 1) Analisis Produktivitas Secara umum produktivitas mengandung pengertian perbandingan antara hasil yang dicapai (output) dengan keseluruhan atau sebagian sumberdaya (input) yang digunakan. Produktivitas dapat dirumuskan sebagai berikut (Soeharto dan Summant, 1984 yang dikutip oleh Iryanto, 2008):
Produktivitas = Pada perikanan tangkap input merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan usaha penangkapan terdiri dari biaya tetap dan variabel. Menurut Lipsey et al. (1995) dalam Mardiana (2005) Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap atau konstan, tidak dipengaruhi oleh perubahan intensitas volume kegiatan (biaya perawatan kapal) sedangkan biaya variabel adalah biaya yang berubah sesuai dengan perubahan intensitas volume kegiatan (biaya perbekalan, biaya pembelian es). Output merupakan hasil yang diperoleh setelah mendayagunakan seluruh output, dalam hal ini berarti penerimaan. Penerimaan adalah hasil perkalian dari jumlah produksi total dengan harga satuan.
Produktivitas =
=
2) Analisis teknis penangkapan Analisis aspek teknis berkaitan dengan faktor-faktor teknis dari unit penangkapan ikan, seperti kapal, alat tangkap, nelayan dan metode pengoperasian alat tangkap. Analisis ini dapat dilakukan dengan metode wawancara dengan pihak-pihak yang terkait dan pengamatan secara langsung.
25
3) Analisis Finansial Analisis finansial adalah analisis mengenai biaya (cost) dan penerimaan (benefit). Analisis finansial dalam penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk melihat kelayakan dari kegiatan usaha penangkapan nelayan pancing ulur. Kedua komponen ini akan dianalisis dengan menggunakan metodenya masing- masing. Biaya dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya variabel dan juga biaya tetap. Menurut Soekartawi (2005) dalam Yunawati (2008) bentuk persamaan total biaya pada tingkat harga tertentu ialah : TC = VC + FC
Dimana : TC = Total Cost (total biaya) VC = Variabel Cost (biaya variable) FC = Fixed Cost (biaya tetap) Penerimaan menurut Soekartawi (1995) dalam Yunawati (2008), adalah perkalian antara produksi dengan harga jual. Dalam bentuk persamaan total penerimaan pada tingkat harga pasar tertentu ialah:
TR = P . Q Dimana : TR = Total Revenue (Total penerimaan) P = Price (Harga) Q = Quantity (jumlah)
26
3.1 Benefit Cost Ratio Analisis BC Rasio digunakan untuk mengetahui kelayakan usaha dari kegiatan nelayan menangkap ikan (Gumilar dalam Yuliriane 2012). Rumusnya adalah sebagai berikut:
Indikatornya : Hasil BC Rasio > 1, maka kegiatan usaha dapat dikatakan layak (memberikan keuntungan) Hasil BC Rasio = 1, maka kegiatan usaha dapat dikatakan impas (tidak untung dan tidak rugi) Hasil BC Rasio < 1, maka kegiatan usaha dapat dikatakan tidak layak (memberikan kerugian) 3.2 Profitabilitas Profitabilitas
menggambarkan
kemampuan
perusahaan
dalam
mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya (Syafri 2008 dalam Riadi 2012). Rasio profitabilitas menggunakan perbandingan antara pendapatan dan biaya dalam presentase (Riyanto 1995 dalam Wardani et al 2012). Rumusnya adalah sebagai berikut:
Keterangan : 1. Jika profitabilitas > tingkat suku bunga bank yang berlaku maka usaha menguntungkan.
27
2. Jika profitabilitas < tingkat suku bunga bank yang berlaku maka usaha tidak menguntungkan Rasio Profitabilitas dapat mengetahui untung rugi suatu usaha dengan ditentukan oleh suku bunga bank, dimana suku bank di tahun 2013 sebesar 5,75% (BI Rate, 2013). 3.6.2 Analisis Pendapatan dan Kesejahteraan Pada penelitian ini rumus yang digunakan untuk menghitung pendapatan bersih dari setiap kegiatan nelayan menangkap ikan di laut (Gumilar dalam Yuliriane 2012). Rumusnya adalah sebagai berikut: Π = TR-TC
Keterangan: π
: Pendapatan bersih
TR (Total Revenue) : Total pendapatan TC (Total Cost)
: Total biaya (biaya investasi + biaya tetap + biaya variabel)
Ktiteria: TR > TC, maka usaha menguntungkan TR = TC, maka usaha tidak untung dan tidak rugi TR < TC, maka usaha rugi Total pendapatan adalah biaya yang dihasilkan dari suatu kegiatan usaha. Total biaya adalah biaya yang dikeluarkan untuk melakukan kegiatan usaha. Biaya tersebut meliputi biaya investasi yang bersifat dapat dipakai berulangulang, lalu biaya tetap yang sifatnya statis atau tidak berubah, dan biaya variable yang bersifat dapat berubah-ubah atau dinamis (Gumilar dalam Yuliriane 2012). Sistem bagi hasil adalah wahana untuk membagi resiko antara pemilik kapal dengan nelayan buruh. Sitem bagi hasil dapat berbeda antara satu daerah dengan daerah lainnya atau berbeda antara satu jenis alat tangkap dengan jenis alat tangkap lainnya. Bagi hasil merupakan salah satu cara pengupahan yang dibayarkan secara natura atau uang dan ditentukan atas dasar kesepakatan
28
bersama antara anak buah kapal dan jumlahnya berdasarkan hasil tangkapan ( Sujarno, 2008). Kesejahteraan adalah sesuatu yang bersifat subyektif dimana setiap orang mempunyai pedoman, tujuan dan cara hidup yang berbeda- beda sehingga memberikan nilai- nilai yang berbeda pula terhadap faktor- faktor yang menentukan tingkat kesejahteraannya (Sukirno 1985 dalam Pratama 2012). Tingkat kesejahteraan dapat diukur dengan Upah Minimum Regional (UMR) sebagai pembandingnya. Adapun UMR di Kabupaten Tangerang yaitu sebesar Rp. 2.200.000,- ( Susanti, 2012 ). 3.6.3 Analisis Pengembangan Usaha Penangkapan Analisis SWOT digunakan untuk menentukan faktor-faktor yang berpengaruh
dalam
pengembangan
perikanan
tangkap.
Analisis
ini
menggambarkan peluang dan ancaman sebagai faktor eksternal yang dihadapi oleh perikanan tangkap dan disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan sebagai faktor internal yang dimilikinya. Analisis SWOT ini pada dasarnya berpatokan dengan logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats). Proses pengambilan keputusan strategi berkaitan dengan tujuan pengembangan perikanan tangkap.
29
BERBAGAI PELUANG
Kuadran 3
Kuadran 1
mendukung strategi
mendukung strategi
turn around
agresif KEKUATAN
KELEMAHAN INTERNAL
Kuadran 4
Kuadran 2
mendukung strategi
mendukung strategi
defensif
diversifikasi
EKSTERNAL
BERBAGAI ANCAMAN
Gambar 5. Diagram analisis SWOT (Rangkuti 2006 dalam Renofati 2009) Kuadran 1 : Merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (growth oriented strategy). Kuadran 2 : Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkanpeluang jangka panjang dengan cara stratifikasi diversifikasi (produk/pasar). Kuadran 3 : Perusahaaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi di lain pihak, menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. Fokus strategi perusahaan adalah meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik. Kuadran 4 : Merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, perusahaan menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.
30
3.6.3.1 Internal Factor Analysis Summary (IFAS) dan Eksternal Factor Analysis Summary (EFAS) IFAS adalah Internal Factors Analysis Summary, yaitu kesimpulan analisis dari berbagai faktor internal yang mempengaruhi keberlangsungan perusahaan. EFAS adalah External Factors Analysis Summary, yaitu kesimpulan analisis dari berbagai faktor eksternal yang mempengaruhi keberlangsungan perusahaan.
Perumusan IFAS dan EFAS berperan penting dalam penentuan
komponen-komponen yang menyusun analisis SWOT. IFAS akan menyusun komponen sthrengts dan weaknesses kemudian EFAS akan menyusun komponen opportunities dan threats. Dalam analisis SWOT, EFAS yang berdampak positif terhadap bisnis dapat digolongkan sebagai opportunities dan EFAS yang berdampak negatif dapat digolongkan sebagai threats. Analisis SWOT yang telah lengkap akan membantu perumusan strategi yang tepat bagi perusahaan. (BGLC,2013) 3.6.3.2 Internal Factor Evaluation (IFE) dan Eksternal Factor Evaluation (EFE) Menurut Rangkuti (2006) dalam Renofati (2009), dalam pembuatan analisis SWOT dibutuhkan analisis terhadap faktor internal dan eksternal. Analisis internal dan eksternal ini dapat dilakukan dengan menggunakan matriks IFE dan EFE dilakukan dengan membuat matriks SWOT. Matriks IFE digunakan untuk mengevaluasi faktor-faktor internal untuk melihat kekuatan dan kelemahan utama perusahaan
terhadap
fungsi-fungsi
bisnisnya,
sedangkan
matriks
EFE
memungkinkan perencana strategi untuk mengevaluasi faktor-faktor eksternal seperti : Ekonomi, politik, sosial, teknologi dan kondisi persaingan. Penyusunan matriks IFE dan EFE dilakukan dengan menyusun seluruh kekuatan dan kelemahan pada matriks IFE dan peluang dan ancaman pada matriks EFE. Menurut Kinnear dan Taylor (1991), penentuan bobot dilakukan dengan menggunakan metode “Paired Comparison” yang memberikan penilaian terhadap bobot di setiap faktor internal dan eksternal. Dalam penentuan bobot digunakan skala 1,2,3 yang dimanfaatkan untuk pengisian kolom, sebagai berikut:
31
1 = Apabila indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal 2 = Apabila indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal 3 = Apabila indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal Bobot pada tiap variabel didapatkan dengan menetapkan nilai pada tiap variabel terhadap jumlah keseluruhan variabel dengan menggunakan rumus, yaitu:
= Keterangan: =bobot variabel ke−i
=nilai variabel ke−i
= 1,2,3,….n
n = jumlah variabel
Penilaian bobot faktor strategis internal dan eksternal dapat dilihat pada Tabel 2 dan Tabel 3 ( Kinear dan Taylor, 1991 dalam Renofati, 2009). Tabel 2. Penilaian bobot faktor strategis internal Faktor strategis internal Indikator A Indikator B Indikator C …. Total
A
B
C
…..
Total
Tabel 3. Penilaian bobot faktor strategis eksternal Faktor strategis eksternal Indikator A Indikator B Indikator C …. Total
A
B
C
…..
Total
32
Pemberian rating untuk tiap-tiap faktor diberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor) berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi usaha perikanan tangkap (Rangkuti, 2006). Skala peringkat yang digunakan untuk matriks IFE, antara lain: 1 = sangat lemah 2 = lemah
3 = kuat 4 = sangat kuat
Sedangkan skala peringkat yang digunakan untuk matriks EFE, antara lain: 1 = rendah 2 = sedang
3 = tinggi 4 = sangat tinggi
Nilai dari bobot dan rating dikalikan pada tiap-tiap faktor dan hasil dari perkalian tersebut dijumlahkan secara vertikal agar mendapatkan total skor pembobotan. Hasil dari pembobotan dan rating dapat ditampilkan dalam bentuk Tabel 4 dan Tabel 5 (David, 2003 dalam Renofati, 2009) Tabel 4. Matriks Internal Factor Evaluation Faktor strategis Internal Kekuatan : 1. 2. . . Kelmahan : 1. 2. . . Total
Bobot
Rating
Skor
33
Tabel 5. Matriks External Factor Evaluation Faktor strategis Eksternal Kekuatan : 1. 2. . . Kelemahan : 1. 2. . .
Bobot
Rating
Skor
Total Menurut David (2003) dalam Renofati (2009) , seberapa banyak faktor yang dimasukkan dalam matriks IFE dan EFE, jumlah nilai terbobot dapat berkisar 1,0 yang rendah sampai dengan 4,0 yang tertinggi, dan 2,5 sebagai ratarata. Total nilai rata-rata terbobot yang jauh di bawah 2,5 merupakan ciri organisasi yang lemah secara internal. Sedangkan jumlah yang jauh di atas 2,5 menunjukkan posisi internal yang kuat. Alat yang digunakan untuk menyusun faktor-faktor strategis adalah matriks SWOT. Matriks ini menggambarkan bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Matriks ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategis. 1) Strategi SO (strength-opportunity) Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran suatu perikanan tangkap, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. 2) Strategi ST (strength-threat) Strategi ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman. 3) Strategi WO (weakness-opportunity) Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.
34
4) Strategi WT (weakness-threat) kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman. Matriks SWOT dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Matriks Strength Weakness Opportunities Threats Eksternal
Internal
Kekuatan ( strength )
Kelemahan ( weakness )
Peluang ( opportunities)
Strategi SO: Ciptakan
Strategi WO: Ciptakan
strategi yang
strategi yang
menggunakan kekuatan
meminimalkan
untuk memanfaatkan
kelemahan untuk
peluang
memanfaatkan peluang
Strategi ST: Ciptakan
Strategi WT: Ciptakan
strategi yang
strategi yang
menggunakan kekuatan
meminimalkan
Ancaman ( threats )
untuk mengatasi ancaman kelemahan dan menghindari ancaman
Berdasarkan empat set kemungkinan strategi di atas, dapat dikaitkan tiaptiap faktor internal dan eksternal, sehingga dapat dilihat peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi oleh suatu perusahaan yang dapat dikaitkan dengan kelemahan dan kekuatan internalnya. Model perumusan strategi dapat dilihat pada Gambar 6.
35
Analisis Internal
Perumusan Pernyataan Misi
Mengembangkan Alternatif Strategi
Alternatif strategi
Analisis Eksternal Gambar 6. Model Perumusan Strategi Sumber : Nurani (2008) dalam Renofati (2009)
3.6.3.3 Matriks Grand Strategy Matriks Grand Strategy didasarkan pada dua penilaian, yaitu posisi kompetitif dan pertumbuhan pasar. Strategi yang sesuai untuk dipertimbangkan organisasi terdapat pada urutan daya tariknya dalam masing- masing kuadran dalam matriks. a.)
Perusahaan yang berada dalam kuadran I memiliki posisi yang sangat
bagus. Strategi yang tepat untuk perusahaan ini adalah berkonsentrasi terus menerus pada saat ini dan juga pada pegembangan produk. Jika perusahaan pada kuadran I memiliki sumberdaya yang berlebih, maka intergrasi kebelakan, kedepan atau integrasi horisontal akan efektif. Jika persahaan di kuadran I terlalu berkomitmen pada suatu produk, maka diversifikasi konsentris dapat membantu mengurangi resiko yang berhubungan lini produk yang sempit. b.)
Perusahaan di kuadran II perlu menilai pendekatan terhadap pasar dengan
lebih serius. Hal ini disebabkan karena mereka tidak bisa bersaing dengan efektif meskipun mereka tetap tumbuh. Karena itu peru dicari tahu mengapa mereka kurang bisa bersaing dan apa yang harus diubah agar mereka bisa lebih kompetitif. Strategi intensif merupakan pilihan utama bagi perusahaan di kuadran II karena mereka berada di lingkungan yang cepat tumbuh. Jika kekurangan keunggulan kompetitif, maka integrasi horisontal merupakan alternative yang baik. Divestasi atau likudasi juga bisa diprtimbangkan sebagai jalan terakhir.
36
c.)
Perusahaan pada kuadran III berada pada posisi bersaing lemah dan
pertumbuhan industrinya pun lambat. Perusahaan harus melakukan
perubahan
drastis untuk menghindari penurunan yang lebih jauh dan kemungkinan likuidasi. Pengurangan biaya dan asset yang ekstensif (retrenchment ) harus dilakukan terlebih dahulu. Stategi alternative pun bisa dilakukan dengan mengalihkan seluruh sumberdaya yang ada saat ini ke bidang yang lain dan pilihan terakhir adalah dengan melakukan likuidasi atau divestasi. d.)
Perusahaan di kuadran IV berada pada posisi kompetitif yang kuat namun
pertumbuhan industrinya lambat. Perusahaan
memiliki
kekuatan
untuk
memperkenalkan program yang terdiversifikasi ke area yang pertumbuhannya menjajikan. Perusahaan bisa melakukan diversifikasi konsentrik, horisontal, atau konglomerat dengan sukses. Selain itu perusahaan di kuadran IV juga bisa mengadakan joint venture.
Gambar 7. Matriks Grand Strategy Sumber : Rangkuti (2000)