BAB III METODE PENELITIAN Penelitian yang akan dilaksanakan haruslah berdasarkan kajian-kajian dan metode penelitian yang telah didesain sebelum penelitian dilaksanakan. Penelitian didasari oleh masalah untuk diselidiki secara sistematis untuk menemukan atau mengembangkan pengetahuan yang baru, juga merupakan suatu usaha yang sistematis dan terorganisasi untuk menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban. Setiap orang yang meneliti mempunyai metode penelitian berbeda yang dipengaruhi oleh tujuan tertentu. Tujuan penelitian secara umum pada dasarnya adalah sama, yaitu bahwa penelitian merupakan keinginan dari manusia yang selalu berusaha untuk mengetahui sesuatu. Keinginan untuk memperoleh dan mengembangkan pengetahuan merupakan kebutuhan dasar manusia yang umumnya menjadi motivasi untuk melakukan penelitian.
A. Tempat Dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian akan dilakukan pada di SD Alfirdaus Surakarta yang beralamat di Jalan Yosodipuran No. 56, Surakarta. Peneliti mengambil subjek di SD Alfirdaus, karena setiap satu siswa berkebutuhan khusus didampingi oleh satu guru pendamping khusus yang akan memberikan intervensi agar bisa fokus membantu kesulitan guru dan siswa. 2. Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada rentang waktu 6 bulan, antara bulan Desember 2015 – Mei 2016. Waktu pelaksanaan dibagi menjadi tiga tahap yang meliputi persiapan, penelitian dan penyusunan laporan. Adapun diuraikan sebagai berikut: a. Tahapan persiapan meliputi observasi, pengajuan judul, penyusunan proposal, penyusunan dan validasi instrumen observasi dan tes, serta mengurus izin penelitian.
31
32
b. Tahapan pelaksanaan meliputi pengambilan data awal, intervensi, evaluasi intervensi dan perbaikan intervensi hasil evaluasi. c. Tahapan penyusunan laporan yang meliputi pengolahan data dan pemaparan hasil.
B. Desain Penelitian Sunanto (2005: 54) menyebutkan bahwa desain penelitian eksperimen secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu desain penelitian kelompok dan desain subjek tunggal. Penelitian yang akan dilaksanakan menggunakan metode penelitain subjek tunggal yang merupakan bagian intergral dari analisis tingkah laku. Subjek tunggal mengacu pada strategi penelitian yang dikembangkan untuk mendokumentasikan perubahan tingkah laku subjek secara individu (Sunanto.2005). Melalui seleksi yang akurat dari pemanfaatan pola desain penelitain yang sama untuk memperlihatkan hubungan fungsional antara perlakuan dari perubahan tingkah laku. Penelitian modifikasi perilaku, penggunaan skor individu lebih diutamakan dari pada skor rata-rata kelompok. Pada desain subjek tunggal pengukuran variabel terikat atau target tingkah laku diukur secara berulang-ulang dengan periode waktu tertentu, misalnya perminggu, perhari atau perjam. Perbandingan tidak dilakukan antara individu maupun kelompok, tetapi dibandingkan pada subjek yang sama dalam kondisi yang berbeda, yang biasa disebut dengan kondisi baseline dan kondisi intervensi. Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan untuk memperoleh data mengenai pengaruh metode floor time dalam meningkatkan kemampuan Bahasa anak autis dengan menggunakan desain penelitian eksperimen subjek tunggal yang dikembangkan menjadi desain reversal A-B (Baseline dan Intervention), yang diulang menjadi desain A-B-A-B dimulai dengan menentukan target tingkah laku yang diukur secara kontinyu pada kondisi baseline (A1) dengan periode waktu tertentu, kemudian pada kondisi intervensi (B1). Setelah melakukan pengukuran pada kondisi intervensi (B1) pengukuran dilanjutkan pada kondisi baseline kedua (A2). Pengukuran pada kondisi baseline kedua (A2) dimaksudkan sebagai kontrol
33
untuk fase intervensi, sehingga memungkinkan untuk menarik kesimpulan. Desain penelitian subjek tunggal menggunakan desain A-B-A-B (Baseline 1, Intervention 1, baseline 2, intervention 2) dengan pola tersebut bisa digambarkan seperti berikut:
B2= Intervention 2
Grafik Visual (Hasil)
A2= Baseline 2 B1= Intervention 1 A1= Baseline 1 Gambar 3.1 Desain Penelitian A-B-A-B
C. Teknik Pengambilan Subjek Penelitian Teknik pengambilan subjek pada penelitian yang akan dilakukan adalah dengan menetapkan langsung subjek yang dibutuhkan sesuai dengan desain penelitian subjek tunggal. Adapun subjek penelitian dipilih langsung satu orang subjek dengan beberapa kriteria yang dibutuhkan pada penelitian yang sudah dilakukan. Peneliti mengambil kriteria subjek berdasarkan DSM V yang dikeluarkan oleh American Psychiatric Association. Kriteria diagnosis anak autis menurut Diagnostic and Statistical Manul of Mental Disorder (DSM) V (2013:50) adalah: a. Adanya defisit komunikasi dan interaksi sosial yang terus menerus, ditunjukan dengan: 1) Defisit sosial emosional, misalnya sulit mengeluarkan respon dalam interaksi sosial, sulit mempertahankan komunikasi dua arah. 2) Defisit pada komunikasi nonverbal, misalnya gangguan kontak mata, bahasa tubuh, hingga eskpresi wajah. 3) Defisit dalam membangun serta mempertahankan hubungan, misalnya sulit berteman hingga tidak tertarik pada individu lain. b. Adanya keterbatasan perilaku, aktifitas dan minat, yang ditunjukan dengan:
34
1) Pergerakan stereotipik, gerakan motorik berulang, maupun penggunaan kata-kata yang tidak dapat dimengerti. 2) Perilaku yang tetap, tidak fleksibel dan harus mengikuti suatu pola kegiatan yang sudah ada, misalnya urutan makanan yang sama. 3) Adanya keteratarikan ataupun fokus yang abnormal pada suatu objek yang berlebihan 4) Reaksi berlebihan ataupun kurangnya reaksi terhadap suatu masukan sensoris, misalnya rasa sakit atau perubahan suhu. c. Gejala tersebut timbul pada masa perkembangan awal yang akan makin jelas gejalanya seiring dengan berjalannya waktu. d. Gelaja ini menyebabkan gangguan sosial, okupasional, dan fungsi lain secara signifikan. e. Gejala ini tidak dapat dijelaskan dengan adanya disabilitas intelektual.
Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manul of Mental Disorder (DSM) V ada 3 level yang membedakan tingkat keparahan autis. Level 3 adalah sangat banyak membutuhkan bantuan, level 2 adalah banyak membutuhkan bantuan dan level 1 adalah membutuhkan bantuan. Ketiga level kontinum derajat autis didasari pada sejauh mana anak membutuhkan dukungan orang lain dalam melakukan tugas perkembangannya. Peneliti memilih subjek anak autis ringan dengan kriteria dan hambatan spesifik pada komunikasi bahasa dan emosi sosial. Berikut identitas subjek penelitian: Nama
: MFA
Usia
: 10 Tahun
Kelas
:4B
Kemampuan subjek
:
a. Komunikasi bahasa 1) Mampu berbicara, tetapi belum mampu berbicara dengan jelas. 2) Anak belum mampu memahami intruksi kompleks. 3) Belum mampu memahami bahasa secara efektif. 4) Keterbatasan memahami dan mengungkapkan makna kalimat.
35
5) Belum mampu menuliskan kata-kata sendiri, sehingga harus dibantu menggunakan contoh. 6) Belum dapat memproduksi kata-kata, sehingga kosakata masih sedikit. 7) Anak belum mampu berbicara dengan jelas. b. Emosi sosial 1) Cenderung memiliki prilaku cuek terhadap lingkungan, tetapi memiliki kesadaran bisa mempengaruhi orang lain. 2) Mudah menangis dan marah ketika menemukan kesulitan.
D. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data sangat penting dalam penelitian, karena pengumpulan data merupakan cara peneliti untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian. Bungin (2013: 129) mendefinisikan pengumpulan data adalah bagian instrumen pengumpulan data yang menentukan berhasil atau tidak suatu metode penelitian. Sumber penelitian dapat digunakan beberapa teknik seperti angket, observasi, wawancara, tes, dan analisis dokumen (Bungin, 2013: 130). Data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian yang akan dilakukan menggunakan wawancara, analisis dokumen dan observasi. Adapun pengumpulan data dikumpulkan dengan cara : 1. Wawancara Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan masalah yang harus diteliti dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari respondens yang lebih mendalam dan jumlah respondens sedikit/kecil. Proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya tawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan respondens atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara (Bungin, 2013) Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur (peneliti telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh) maupun tidak terstruktur (peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah
36
tersusun secara sistematis dan lengkap sebagai pengumpul data) dan dapat dilakukan secara langsung maupun secara tidak langsung. Penggunaan wawancara sebagai metode pengumpulan data dalam penelitian menurut Widoyoko (2012) didasari pada anggapan bahwa: a) Bahwa subjek adalah orang yang paling tahu tentang diri sendiri. b) Bahwa apa yang dinyatakan oleh subjek kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya. c) Bahwa interprestasi subjek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada subjek adalah sama yang dimaksudkan oleh peneliti. 2. Analisis dokumen Analisis dokumen merupakan suatu cara pengumpulan data yang dilakukan dengan menganalisis isi dokumen yang berhubungan dengan masalah yang diteliti (Widoyoko, 2012). Selain itu, dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu dan berbentuk catatan harian, tulisan, biografi, peraturan atau kebijakan (Sugiyono, 2013). Dokumen yang dianalisis bersumber dari nilai harian siswa, nilai ulangan, nilai rapor, catatan siswa dan catatan guru pendamping khusus.
3. Observasi Bungin (2013:96) mendefinisikan bahwa observasi adalah kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan panca indra mata sebagai alat bantu utamanya dan panca indra lain, seperti telinga, penciuman, mulut dan kulit. Selain itu, Widoyoko (2012:23) mengemukakan bahwa observasi bentuk data hasil pengamatan objek visual dan menafsirkan hasil pengamatan kedalam bentuk catatan data, sehingga validitas data sangat tergantung pada kemampuan observasi. Berdasarkan jenis-jenis proses pengumpulan data observasi dibedakan menjadi dua, yaitu observasi partisipan yang dimana partisipan juga orang yang melakukan observasi turut ambil bagian dalam kegiatan atau terlibat secara langsung dalam aktifitas orang-orang yang sedang diobservasi, dan observasi tidak partisipan yang dimana jika orang yang melakukan observasi tidak turut dalam ambil bagian dalam kegiatan observasi. Dalam penelitian ini, peneliti
37
sebagai observasi partisipan, dimana peneliti berkolaborasi dengan guru pendamping khusus. Observasi meliputi pengambilan sumber data yang dikumpulkan untuk dianalisis dan ditarik kesimpulan
E. Teknik Uji Validitas Instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut dapat dengan tepat mengukur apa yang hendak diukur (Widoyoko, 2012). Validitas instrumen secara garis besar dibedakan menjadi dua, yaitu validitas internal dan validitas eksternal. Validitas internal adalah sebuah instrumen menunjukkan pada kondisi sebuah instrumen yang memenuhi syarat valid berdasarkan hasil penalaran atau rasional, sedangkan validitas eksternal didasari pada kriteria yang ada diluar instrumen, yaitu berdasarkan fakta empiris dan pengalaman. Pada penelitian yang akan dilakukan menggunakan validitas internal dan diperdalam lagi menggunakan validitas isi, dimana validitas isi adalah instrumen yang berbentuk tes untuk mengukur hasil belajar yang didasari oleh indikator dan materi pembelajaran (Widoyoko, 2012). Instrumen akan diuji validitaskan dengan para ahli dalam bidang yang berkaitan dengan masalah pokok dari peneliti yang akan dilakukan, seperti ahli psikologi, guru kelas dan ahli bahasa. Para ahli akan berpendapat dan menilai layak atau tidak sebuah instrumen yang akan dipakai pada penelitian yang akan dilaksanakan. Adapun validator uji instrumen penelitian sebagai berikut: Tabel. 3.1 Nama-nama validator instrumen No
Nama
Keahlian
1.
Erma Kumala Sari
Psikolog
2.
Retno Winarno
Ahli Bahasa
3.
Yusriatin
Guru
Penelitian yang akan dilakukan menggunakan validitas isi sebelum instrumen diberi penilaian oleh para ahli, untuk meningkatan validitas penelitian dengan menggunakan desain A-B-A-B, maka peneliti melaksanakan pengukuran dan pencatatan data pada kondisi baseline (A) secara terus menurus, tiga atau lima
38
kali dan/atau sampai kondisi baseline stabil. Kondisi stabil dapat dilihat dari jejak data nilai yang tidak terlalu jauh dan/atau nilai selalu sama pada kondisi yang sama. Desain A-B-A-B ada pengulangan pengukuran, dimana baseline (A) dan intervensi (B) yang telah dilakukan pengukuran pada subjek yang sama, diulang kembali pada baseline (A) dan intervensi (B) dengan demikian ada pengaruh intervensi terhadap variabel terikat, sehingga perubahan pada target penelitian terkontrol. Desain A-B-A-B juga dimungkinkan adanya kontrol terhadap variabel bebas yang lebih kuat dibandingkan dengan desain A-B atau A-B-A. validitas internal juga akan lebih meningkat, sehingga penelitian yang menunjukan hubungan fungsional antara variabel terikat dan bebas lebih meyakinkan. Dengan membandingkan dua kondisi baseline sebelum dan sesudah intervensi keyakinan ada pengaruh intervensi lebih valid. Desain A-B-A-B adalah pengulangan dari desain A-B. dengan prosedur ini dimungkinkan ditarik kesimpulan adanya hubungan sebab akibat (Sunanto, 2005).
F. Teknik Analisis Data Analisis data merupakan tahapan terakhir sebelum menarik kesimpulan. Data-data yang diperoleh dari hasil pencatatan kemampuan atau kompetensi yang ada pada subjek merupakan kemampuan berbahasa secara ekpresif dan reseptif. Penelitian modifikasi perilaku dalam pelaksanaan menggunakan skor individu lebih diutamakan dari pada skor rata-rata kelompok. Pada desain subjek tunggal pengukuran variabel terikat atau target tingkah laku diukur secara berulang-ulang dengan periode waktu tertentu, misalnya perminggu, perhari atau perjam. Perbandingan tidak dilakukan antara individu maupun kelompok, tetapi dibandingkan pada subjek yang sama dalam kondisi yang berbeda, yang biasa disebut dengan kondisi baseline dan kondisi intervensi. Penelitian dengan desain subjek tunggal berfokus pada data individu dari pada data kelompok. Dalam menganalisis data pada penelitian dengan desain subjek tunggal ada beberapa hal, diantaranya pembuatan grafik, penggunaan statistik deskriptif dan penggunaan analisis visual. Penggunaan analisis grafik diharapkan dapat memperjelas gambaran dari suatu kondisi ekperimen, baik
39
sebelum perlakuan maupun pada saat intervensi serta perubahan-perubahan yang terjadi setelah intervensi (Sunanto.2005). Analisis data pada penelitian desain tunggal yang akan dilakukan meliputi analisis dalam kondisi dan antar kondisi 1. Analisis Dalam Kondisi Menganalisis perubahan data dalam satu kondisi pada baseline atau kondisi intervensi, sedangkan komponen yang akan dianalisis meliputi. a. Panjang Kondisi Pada penentuan kondisi diawal dengan menentukan panjang interval. Panjang interval menuntukan beberapa sesi dalam kondisi tersebut. Selanjutnya di buat dalam bentuk tabel. Tabel 3.2 Panjang Kondisi KONDISI
BASE LINE (A)
INTERVENSI (B)
Panjang Kondisi
b. Kecenderungan Arah Pada penelitian ini menggunakan metode split-middle, karena menentukan kecenderungan arah grafik berdasarkan median data point nilai ordinatnya. Tabel 3.3 Kecenderungan Arah KONDISI
BASELINE (A)
(Meningkat) Estimasi Kecenderungan Arah
(Mendatar)
(Menurun) c. Kecenderungan stabilitas Kecenderungan stabilitas digunakan untuk mengukur kevalidat data, karena data yang diperoleh harus dalam kondisi yang stabil dan tidak berubah-ubah.
40
d. Jejak data Menentukan kecenderungan jejak data dilakukan dengan proses yang sama dengan proses kecenderungan arah. e. Level stabilitas dan rentang Istilah level menunjukan pada besar kecil data yang berada pada skala ordinat (sumbu Y). data diambil berdasarkan hasil perhitungan kecenderungan stabilitas. f. Level perubahan Tingkat perubahan menunjukan berapa besarannya perubahan data dalam suatu kondisi dengan cara : 1) Tentukan apakah selisih menunjukan arah yang positif atau ke arah yang negatif sesuai dengan tujuan intervensi atau pengajaran. 2) Menentukan berapa besar data poin (skor) pertama dan terakhir. 3) Kurangi data yang besar dengan data yang kecil Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini terkait perubahan untuk suatu variabel. Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara jelas, peneliti harus berfokus pada perubahan satu targer perilaku dan dua kondisi yang berubah sepanjang fase intervensi dan perubahannya dibandingkan dengan fase baseline. Jika benar terjadi perubahan pada fase baseline dan fase intervensi serta terjadi hanya pada variabel terikat, mengindikasi adanya pengaruh intervensi terhadap target perilaku.
2. Analisis Antar Kondisi Dalam menganalisis tidak hanya dalam fase atau satu kondisi, tetapi juga harus menganalisis antar kondisi untuk mengetahui sebab dan akibat. Menganasisi visual antara kondisi terhadap kondisi harus memperhatikan komponen sebagai berikut : a. Jumlah variabel yang diubah Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas (metode floor time) terhadap variabel terikat (kemampuan berbahasa) secara jelas, peneliti harus berfokus pada perubahan satu target perilaku dengan dua kondisi.
41
b. Perubahan kecenderungan arah dan efek Menentukan perubahan kecenderungan arah dengan mengambil data pada analisis kecenderungan arah dalam masing-masing kondisi, baik fase baseline maupun intervensi. c. Perubahan stabilitas Menentukan perubahan kecenderungan stabilitas dengan melihat kecenderungan stabilitas pada fase baseline maupun fase intervensi. d. Perubahan level Menentukan level perubahan dengan cara menentukan data skor pada kondisi baseline pada sesi terakhir dan sesi pertama pada kondisi intervensi kemudian dihitung selisih keduanya.
G. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian subjek tunggal tidak terlepas dari prosedur penelitian yang berulang-ulang sampai data yang didapatkan stabil atau kecenderungan tidak berubah-ubah. Kecenderungan stabil digunakan untuk menentukan validitas penelitian yang akan dilakukan. Prosedur penelitian dengan desain A-B-A-B dari pengulangan desain A-B yang dimulai dengan menentukan target perilaku yang diukur secara kontinyu pada kondisi baseline (A1) dengan periode waktu tertentu, kemudian pada kondisi intervensi (B1). Setelah melakukan pengukuran pada kondisi intervensi (B1) pengukuran dilanjutkan pada kondisi baseline kedua (A2). Pengukuran pada kondisi baseline kedua (A2) dimaksudkan sebagai kontrol untuk fase intervensi, sehingga memungkinkan untuk menarik kesimpulan. Gambaran prosedur penelitian subjek tunggal dengan desain reserval berulang A-B-A-B yang
Ikuti apa yang sedang anak kerjakan dan berinteraksila h
Gambar 3.4 Prosedur Penelitian
Prosedur 5
Mulailah dengan membuka siklus komunikasi
Prosedur 4
Pilih waktu 20 - 30 menit tanpa gangguan
Prosedur 3
Peneliti dan guru berdiskusi untuk menentukan target tingkah laku yang akan dimasukan dalam PPI
Prosedur 2
Prosedur 1
terdiri dari empat prosedur penelitian, sebagai berikut: Evaluasi dengan intsrumen pengamatan sampai data stabil.
42
Prosedur penelitian meliputi lima tahapan untuk mendapatkan data penelitian dan disimpulkan. Prosedur penelitian dideskripsikan sebagai berikut: 1. Peneliti berdiskusi dengan guru pendamping khusus untuk menentukan target tingkah laku yang akan di intervensi didalam proses program pembelajaran individu yang akan dilangsungkan. 2. Guru bersama peneliti milih waktu antara 20 – 30 menit tanpa gangguan dan berilah perhatian penuh kepada anak. Usahakan tetap sabar, santai dan waspadalah tentang perasaan
pemberi intervensi karena akan sangat
mempengaruhi interaksi. 3. Mulailah dengan membuka siklus komunikasi dengan berempati kepada anak. 4. Ikuti apa yang akan dan sedang anak kerjakan sambil memberikan intervensi menggunakan berbagai media atau pembelajaran bahasa Indonesia dan eksprorasi pustaka. Carilah jalan untuk mengubah tindakan anak seperti tidak sedang melakukan apapun menjadi suatu interaksi komunikasi. 5. Evaluasi dengan intsrumen pengamatan sampai data stabil.