BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Tren peningkatan yang ditunjukkan oleh permintaan kertas di dalam negeri selama dua dekade terakhir mengindikasikan bahwa produk berbasis selulosa ini memiliki potensi pasar yang sangat baik. Pengelolaan rantai pasokan dalam industri pulp dan kertas yang mencakup segala aktivitas yang terjadi dari hulu sampai hilir mempunyai peranan yang sangat penting dalam paradigma integratif. Terlebih industri ini melibatkan tahapan-tahapan aktivitas yang sangat panjang dan dilakukan oleh biasanya lebih dari satu perusahaan atau organisasi. Rantai pasokan kertas menjadi menarik untuk dikaji tidak saja sehubungan dengan tren konsumsinya yang terus meningkat, tetapi juga kompleksitas isu yang turut mempengaruhinya, seperti perhatian dunia akan konservasi hutan dan pemanasan global, serta perubahan peta sumber pasokan pulp dunia. Pada penelitian ini rantai pasokan kertas dianalis dengan mengikuti kerangka kerja Van der Vorst (2006). Dengan pendekatan ini, rantai pasokan dibedakan dalam empat elemen dasar yang saling terkait: struktur, proses bisnis, manajemen, dan sumberdaya rantai pasokan. Dari perspektif sebuah perusahaan, proses-proses dalam rantai pasokannya, menurut Chopra dan Meindl (2001), dapat dikelompokkan kedalam tiga wilayah utama: customer relationship management (CRM), internal supply chain management (ISCM), dan supplier relationship management (SRM). Kesuksesan rantai pasokan sangat dipengaruhi oleh integrasi ketiga proses makro yang berjalan baik. Dengan berfokus pada ketiga proses makro ini, performa rantai pasokan yang melibatkan perusahaan dapat dideskripsikan. Fokus kajian penelitian ini selanjutnya diarahkan pada salah satu aspek terpenting dalam proses makro SRM, yaitu seleksi pemasok. Kerangka kerja untuk fokus kedua ini diadopsi dari Lee et al. (2001), Tam dan Tummala (2001), dan Tahriri et al. (2008). Model AHP diterapkan sebagai basis pendekatan untuk mengembangkan metode seleksi pemasok yang sistematis dan logis bagi suatu perusahaan kertas. Model AHP digunakan untuk mengkalkulasi bobot kriteria – baik yang kuantitatif maupun yang kualitatif – dalam pemilihan pemasok, dan memperingkatkan kinerja pemasok yang dievaluasi. Diagram kerangka pemikiran konseptual penelitian ini disajikan pada Gambar 4. Dengan mengadopsi kerangka kerja yang dikembangkan Lee et al. (2001), informasi yang diperoleh dari proses seleksi pemasok digunakan sebagai masukan bagi proses manajemen pemasok. Terdapat tiga bagian logis dari subkerangka peningkatan rantai pasokan kertas melalui aspek SRMnya, yaitu sistem strategi pengadaan, sistem seleksi pemasok, dan sistem manajemen pemasok. Strategi pengadaan yang meliputi empat kriteria (biaya, pengiriman, kualitas, dan pelayanan) berfungsi untuk memilih item-item kritis dari sekian banyak item pembelian dalam suatu perusahaan kertas, untuk penilaian awal alter na tif pemasok yang dievaluasi, dan untuk me n g id e ntifikasi krit e ria seleksi pemasok. Pada penelitian ini, item-item kritis dipilih berdasarkan studi literatur yang dikonfirmasikan kepada pakar. Identifikasi kriteria-kriteria yang digunakan dalam seleksi pemasok item kritis tersebut juga didasarkan pada studi literatur dan konsultasi pakar. Dari 25 subkriteria awal yang teridentifikasi (lihat Subbab 3.3 Rancangan Penelitian dan Definisi Operasional), responden ahli diminta untuk memberikan penilaian tentang tingkat kepentingan kriteria-kriteria tersebut menggunakan skala tigapoin. Teknik yang digunakan Tam dan Tummala (2001) diterapkan dalam rangka mengurangi kriteria yang terlalu banyak dan kurang relevan, sehingga memudahkan proses pemberian nilai perbandingan berpasangan oleh pakar.
14
Rantai Pasokan Struktur Rantai Pasokan -------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Proses Bisnis
Manajemen Rantai
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Sumberdaya Rantai Pasokan ISCM CRM
SRM
Sistem Strategi Pengadaan Strategi Pengadaan Pengiriman
Biaya
Kualitas
Pelayanan
Seleksi item kritis Identifikasi pemasok yang akan dianalisis/dievaluasi Identifikasi kriteria seleksi pemasok
Sistem Seleksi Pemasok Kalkulasi bobot kriteria
Penghitungan semua skor bagi pemasok-pemasok alternatif
Pemilihan pemasok utama
Sistem Manajemen Pemasok
Bobot Kriteria
Identifikasi kriteria kunci
Identifikasi kriteria yang lemah pada pemasok utama Skor rating & keseluruhan skor pemasok
Identifikasi kriteria manajerial
Monitoring kriteria manajerial
Gambar 4. Kerangka pemikiran konseptual penelitian (diadaptasi dari kerangka kerja Van der Vorst 2006 untuk pengembangan rantai pasokan dan Lee et al. 2001 untuk pemodelan AHP) Sistem seleksi pemasok berfungsi untuk mengkalkulasi bobot setiap kriteria (terpilih) dan menyusun peringkat alternatif pemasok berdasarkan kinerja terhadap kriteria tersebut, serta memilih pemasok utama sesuai basis item kritisnya dengan menggunakan model AHP. Selanjutnya pada sistem manajemen pemasok, kriteria manajerial diidentifikasi melalui informasi yang diperoleh dari proses seleksi pemasok, dan menjadikannya bahan monitoring utama bagi pengembangan kinerja pemasok.
15
3.2 Tata Laksana Penelitian 1.
2.
3. 4. 5.
6.
7.
Pelaksanaan penelitian ini melalui tahapan-tahapan sebagai berikut. Identifikasi masalah Langkah awal ini sangat diperlukan untuk menentukan dan memperjelas masalah yang akan dibahas sehingga penyelesaiannya dapat lebih terarah dan tepat. Studi pustaka Studi pustaka yang sesuai dengan topik penelitian ini yaitu mengenai konsep rantai pasokan dan kerangka pengembangannya, serta mengenai evaluasi pemasok dan penerapan metode AHP pada masalah tersebut. Perumusan masalah Penentuan lingkup permasalahan yang sudah diidentifikasi. Penetapan tujuan penelitian Penentuan tujuan penelitian untuk dijadikan acuan hasil akhir penelitian ini. Pengumpulan data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data kuantitatif dan kualitatif, baik yang berupa data primer maupun sekunder. Pengamatan langsung dan wawancara dilakukan untuk mengumpulkan data primer dari pihak PTKL, terutama dari unit pengadaan, penjualan, pemasaran, logistik, dan produksi. Pengumpulan data sekunder dilakukan melalui studi literatur yang bersumber dari laporan yang dikeluarkan oleh PTKL, jurnal, buku-buku yang relevan, internet, serta sumber-sumber lainnya. Data utama untuk pengembangan model seleksi dan evaluasi pemasok diperoleh dari kuesioner yang diisi oleh responden ahli. Kuesioner dirancang untuk menentukan kriteria (dan subkriteria) yang relevan untuk dipertimbangkan dalam penilaian pemasok pada industri kertas, dan dilanjutkan dengan kuesioner untuk menentukan tingkat kepentingan masingmasing kriteria (dan subkriteria) yang telah terpilih. Pengolahan data Data yang telah berhasil dikumpulkan kemudian dianalisis sesuai dengan metode yang dipilih, yaitu dengan kerangka kerja Van der Vorst untuk pendefinisian konfigurasi rantai pasokan, dan AHP untuk pengembangan model seleksi dan evaluasi pemasok. Penarikan kesimpulan Kesimpulan diperoleh dari hasil analisis mengenai konfigurasi rantai pasokan kertas dan penerapan AHP pada model seleksi dan evaluasi pemasok, sesuai tujuan dari penelitian ini, sehingga dapat dijadikan pertimbangan bagi perbaikan kinerja perusahaan dan rantai pasokan kertas pada umumnya.
3.3 Rancangan Penelitian dan Definisi Operasional 3.3.1 Seleksi Item/Bahan Kritis Sebuah perusahaan manufaktur rela mengerahkan waktu dan daya yang dimiliki olehnya untuk mengelola item/bahan kritis yang mempunyai tingkat kepentingan tinggi relatif terhadap produk akhirnya (Krause et al. 1998; Lee et al. 2001). Oleh karena itu, sangatlah penting untuk menentukan item/bahan apa yang harus dibeli dan dari pemasok yang mana. Dalam penelitian ini, penulis membagi bahan kritis pada industri kertas ke dalam empat kelompok besar: bahan baku serat, pigmen penyalut dan pengisi, bahan kimia pendukung, serta bahan kimia dasar dan pemucatan (Tabel 4). Dasar pertimbangan dalam penentuan bahan kritis tersebut yaitu faktor resiko (tinggi), volume pembelian (besar), dan kebutuhan sumber pasokan impor.
16
Tabel 4. Item/bahan kritis untuk produksi kertas Bahan 1. Pulp a. Virgin - Pulp serat pendek - Pulp serat panjang - Pulp mekanis b. Daur ulang (kertas bekas) 2. Bahan Penyalut dan Pengisi 3. Bahan Kimia Pendukung a. Pati b. Komponen-Al c. Bahan kimia khusus - Bahan kimia fungsional
-
Polimer binders Sizing Wet stength resins Coating additives Synthetic dry strength resins Colorants Optical brighteners Chelating agents Lain-lain Bahan kimia proses
Retention/drainage aids Defoamers/deaerators Fixatives Cleaners Flocculants/ coagulants Biosides Lain-lain 4. Bahan kimia dasar dan pemucatan*
Volume (%) 89.00 46.00 40.63 30.47 28.91 54.00 8.00 3.00 53.33 10.00 36.67 89.09 62.92 13.48 7.87 6.74 2.25 1.69 1.12 0.56 3.37 10.91 29.09 18.18 12.73 13.64 10.91 9.09 6.36 1.00
*sebagai bahan penolong yang direcovery kembali Dikumpulkan dan diolah dari berbagai sumber: Carlsson et al. (2006), Papermaking Chemistry and Technology (Februari 2011), Data Consult Inc. (1996)
Dalam pandangan global, saat ini kertas tersusun atas hampir 99 persen dari material alam. Komposisi serat dari virgin pulp di Indonesia mencapai sekitar 41 persen (dari total konsumsi bahan baku), sedangkan dari kertas bekas telah mencapai hingga 48 persen. Sebanyak 8 sampai 10 persen lainnya, kertas disusun oleh material non-serat yang berfungsi sebagai bahan pengisi dan penyalut. Sisanya sekitar 3 persen adalah bahan kimia tambahan, dimana 1.6 persennya merupakan produk berbasis pati. Selain itu, terdapat tambahan 1 persen bahan yang disebut sebagai bahan kimia dasar dan pemucatan (Papermaking Chemistry and Technology 2011). Untuk setiap bahan/item, tingkat kepentingan relatif dari masing-masing faktor yang dipertimbangkan sangat mungkin berbeda, bergantung pada karakteristik bahan/item tersebut. Selain itu, tingkat kepentingan relatif itu juga dipengaruhi oleh nilai/biaya item tersebut dan seberapa kritis
17
kebutuhan terdahapnya. Oleh karena itu, pada kondisi ideal, identifikasi tingkat kepentingan relatif per masing-masing item kritis dan strategis perlu dilakukan. Namun demikian, dalam penelitian ini, hanya satu item saja yang dipilih untuk dijadikan kasus dalam seleksi dan evaluasi pemasok.
3.3.2 Identifikasi Kriteria Seleksi Pemasok Metodologi survei diterapkan untuk mengumpulkan data dan meyusun daftar kriteria seleksi pemasok item/bahan kritis pada perusahaan kertas. Sebelum melaksanakan survey, penulis mengumpulkan data kriteria dan teknik seleksi pemasok pada PT Kertas Leces. Kriteria yang dipakai pada PTKL yaitu kriteria teknis, ekonomi, pengiriman, cara pembayaran, dan garansi. Disamping itu, penulis mengkombinasikan kriteria tersebut dengan kriteria (dan subkriteria) yang digunakan dalam literatur-literatur mengenai seleksi pemasok (Lee et al. 2001; Tam dan Tummala 2001; Tahriri et al. 2008; Cheng et al. 2009; Koprulu dan Albayrakoglu 2007; Ting dan Cho 2008; Chakraborty 2005; Cheraghi 2002; Cheng dan Tang 2009). Sebanyak 25 subkriteria yang terbagi dalam empat dimensi kriteria utama dipilih sebagai dasar awal untuk identifikasi kriteria yang relevan dan penting dipertimbangkan terkait sasaran penelitian ini. Pada Tabel 5 disajikan 25 kriteria (subkriteria) tersebut. Tabel 5. Kriteria dan subkriteria pada tahap pra-eliminasi oleh responden ahli Kriteria Kualitas
Pengiriman
Pelayanan dan Manajemen Organisasi
Biaya
Subkriteria Kesesuaian Teknis Reliabilitas Produk Standar dan Jaminan Kualitas Rasio Ketertolakan Produk Rasio Kecacatan Produk Kecepatan Pengiriman Ketepatan Waktu Ketepatan Jumlah Fleksibilitas Daya Respon Layanan Purnajual Prosedur Komplain dan Responsibilitas Tingkat Kemudahan Komunikasi Status Finansial Kepercayaan Hubungan Jangka Panjang Sistem Informasi Tanggungjawab Lingkungan Kemampuan Teknis Fasilitas dan Kapasitas Kebijakan Garansi dan Klaim Harga Produk Reduksi Biaya Struktur Penentuan Harga Cara Pembayaran
18
Salah satu fokus penelitian ini adalah analisis kriteria evaluasi untuk seleksi pemasok material produksi pada perusahaan kertas. Untuk mengeliminasi kriteria (subkriteria) yang kurang relevan atau kurang penting bagi kajian seleksi pemasok ini maka dibutuhkan pertimbangan para ahli. Responden ahli yang dipilih adalah para profesional dalam bidang kajian ini, khususnya dari kalangan akademisi perguruan tinggi dan lembaga riset. Setiap responden ahli diminta untuk memberikan penilaian terhadap setiap kriteria di atas dengan skala tiga-poin, yaitu “tidak penting”, “penting”, dan “sangat penting” (mengikuti metode Tam dan Tummala 2001). Dengan menerapkan nilai pembatas (cutoff value) tertentu terseleksilah kriteria (subkriteria) yang paling relevan untuk kajian penelitian ini berdasarkan pendapat para ahli. Selanjutnya, kriteria (subkriteria) yang sudah tersaring diolah dengan metode analisis AHP untuk mendapatkan bobot kepentingan relatif setiap kriteria, sehingga dapat diterapkan dalam proses seleksi pemasok.
3.3.3 Pemilihan Pakar Pakar yang dilibatkan dalam penelitian ini terbatas dari kalangan akademisi (dosen) dan lembaga riset (peneliti). Para pakar tersebut adalah sebagai berikut. 1. Prof. Dr. Ir. E. Gumbira Said, MA.Dev., Dosen/Guru Besar Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor 2. Dr. Ir. Han Roliadi, MS, M.Sc., Staff Peneliti Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. 3. Dr. Ir. Muhammad Yani, M.Eng., Dosen pada Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pemilihan pakar sengaja dibatasi dari kalangan akademisi dan peneliti untuk memberikan perspektif dari sisi yang berbeda, dibandingkan dengan perspektif pelaku usaha, dalam memandang kasus seleksi dan evaluasi pemasok.
3.4 Metode Analisis Data 3.4.1 Kerangka Kerja Pengembangan Rantai Pasokan Van der Vorst Konfigurasi rantai pasokan kertas tulis dan cetak dianalisis secara deskriptif dengan mengikuti kerangka kerja pengembangan rantai pasokan yang diadaptasi oleh Van der Vorst (2006) dari Lambert dan Cooper (2000). Dengan pendekatan ini terdapat empat elemen yang dapat digunakan untuk mendeskripsikan dan menganalisis rantai pasokan (Gambar 5), yaitu sebagai berikut. a. Struktur rantai (jaringan), menetapkan batasan lingkup rantai pasokan dan menggambarkan para anggota atau aktor utamanya, peran resmi dan/atau tidak resmi yang dilakukan, serta semua konfigurasi beserta kesepakatan-kesepakatan institusional yang membentuk rantai (atau jaringan) tersebut. b. Proses bisnis rantai, yaitu serangkaian aktivitas bisnis terstruktur dan terukur yang didesain untuk menghasilkan output khusus (berupa produk fisik, jasa, dan informasi) bagi konsumen atau pasar tertentu. c. Manajemen jaringan dan rantai, menjelaskan koordinasi dan struktur manajemen dalam rantai pasokan yang memfasilitasi eksekusi proses-proses dalam rantai pasokan oleh para anggota, menggunakan sumberdaya yang tersedia, untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Komponen manajemen dapat dibedakan menjadi dua, yaitu komponen fisik-teknis dan komponen manajerial dan behavioral (Tabel 6). d. Sumberdaya rantai, digunakan untuk menghasilkan produk dan mengirimkannya ke tangan konsumen. Sumberdaya yang dimaksud dapat berupa manusia, mesin atau alat, dan teknologi informasi dan komunikasi (informasi, sistem informasi, dan infrastruktur informasi).
19
Siapa saja anggota rantai pasokan dan apa peranannya? Bagaimana konfigurasi kerjasama atau kesepakatan di dalamnya?
Tujuan Rantai
Struktur Jaringan
Proses Bisnis Rantai
Manajemen Rantai
Struktur manajemen apa yang digunakan dalam setiap hubungan proses? Apa kesepakatan kontraktual yang dibuat? Struktur organisasi?
Siapa yang menjalankan setiap proses tertentu dalam jaringan rantai pasokan ? Pada level apa integrasi proses terjadi?
Struktur Jaringan
Kinerja Rantai
Sumber daya apa (TIK, manusia, teknologi) yang digunakan dalam setiap proses dalam rantai pasokan oleh masing-masing anggota?
Gambar 5. Kerangka kerja pengembangan rantai/jaringan pasokan (diadaptasi dari Lambert dan Cooper 2000 dalam Van der Vorst 2006) Tabel 6. Dua kelompok komponen manajemen yang terlingkup dalam rantai pasokan Komponen Fisik dan Teknis
Komponen Manajerial dan Behavioral
Metode perencanaan dan kontrol (misalnya kontrol dorong atau tarik)
Metode manajemen (yaitu filosofi korporasi dan teknik manajemen)
Aliran kerja/struktur aktivitas (menunjukkan bagaimana perusahaan menjalankan tugas dan aktivitasnya)
Budaya dan sikap perusahaan Struktur resiko dan penghargaan Struktur kekuatan dan kepemimpinan
Struktur organisasi (menunjukkan siapa yang menjalankan tugas dan aktivitas) Struktur fasilitas aliran komunikasi dan informasi (seperti transparansi informasi) Struktur fasilitas aliran produk (seperti lokasi persediaan, tempat pemisahan) Sumber: Lambert dan Cooper (2000) dalam Van der Vorst (2006)
3.4.2 Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk Pemodelan Seleksi Pemasok Pada umumnya, seleksi pemasok adalah masalah keputusan yang mempertimbangkan banyak kriteria (multicriteria decision problem), baik yang kuantitatif maupun yang kualitatif. Dalam kasus semacam ini, trade-off antara satu kriteria dengan kriteria yang lain membutuhkan analisis yang tepat. Disamping itu, suatu kriteria dapat memiliki tingkat kepentingan yang bervariasi tergantung pada siatuasi pembeliannya.
20
Beberapa pendekatan dan metodologi telah dikembangkan sehubungan dengan masalah seleksi dan evaluasi pemasok. Pada penelitian ini digunakan pendekatan Analytic Hierarchy Process (AHP) untuk masalah seleksi dan evaluasi pemasok pada industri kertas. Dengan mengadaptasi kerangka kerja metodologi yang dikembangkan oleh Tam dan Tummala (2001) dan Lee et al. (2001), suatu skala tingkat kinerja diterapkan untuk memberikan nilai pada masing-masing alternatif bagi setiap subkriteria terkait. Proses pemodelan AHP untuk seleksi dan evaluasi pemasok meliputi empat tahapan sebagai berikut (Tam dan Tummala 2001). 1. Menyusun permasalahan seleksi pemasok Tahapan ini mencakup formulasi struktur model AHP yang sesuai bagi permasalahan yang ingin diselesaikan, terdiri dari tujuan, kriteria, subkriteria, skala kinerja, dan alternatif. Tujuan dari masalah yang diangkat disini adalah memilih pemasok untuk industri kertas yang dapat memenuhi persyaratan pelanggan, menguntungkan perusahaan, dan meningkatkan daya saing perusahaan. Tujuan ini ditempatkan pada level pertama hierarki, seperti ditunjukkan oleh Gambar 6. Level 1 Tujuan
Level 2 Kriteria Level 3 Subkriteria
Seleksi Pemasok Material Produksi Kertas
Kualitas
Biaya
Pelayanan
Subkriteria 1
Subkriteria 1
Subkriteria 1
Subkriteria 1
Subkriteria 2
Subkriteria 2
Subkriteria 2
Subkriteria 2
Subkriteria …
Subkriteria …
Subkriteria …
Subkriteria …
Subkriteria w
Subkriteria x
Subkriteria y
Subkriteria z
Level 4 Sangat Baik Tingkat Kinerja
Level 5 Alternatif
Pengiriman
Pemasok 1
Baik
Cukup
Pemasok 2
Kurang
Buruk
Pemasok 3
Gambar 6. Model AHP untuk seleksi dan evaluasi pemasok material produksi kertas Dalam rangka mencapai tujuan di atas, beberapa kriteria dan subkriteria dipertimbangkan untuk kemudian ditempatkan pada level kedua dan level ketiga dalam struktur hierarki AHP. Empat dimensi kriteria utama ditetapkan mengikuti kerangka kerja Lee et al. (2001), yaitu kualitas, biaya, pengiriman, dan pelayanan. Sedangkan subkriteria turunannya dipilih dari 25 subkriteria umum teridentifikasi pada tahap penentuan subkriteria yang relevan untuk diterapkan pada industri kertas (Subbab 3.3 Rancangan Penelitian dan Definisi Operasional). Setiap kriteria dan subkriteria pada kedua level tersebut dinilai melalui
21
perbandingan berpasangan dengan mengekspresikan tingkat kepentingannya pada skala 1 sampai 9. Bobot prioritas global dari setiap subkriteria selanjutnya dapat ditentukan dengan mengalikan bobot lokalnya dengan bobot kriteria induk di atasnya. Level hierarki yang keempat berisi skala tingkat kinerja. Level ini berbeda dengan bentuk pendekatan AHP pada umumnya, dimana skala tingkat kinerja akan diterapkan pada setiap subkriteria terkait dengan alternatif yang dinilai, selain juga melakukan perbandingan berpasangan terhadapnya. Teknik ini diadopsi oleh Tam dan Tummala (2001) dari studi Liberatore (1987, 1989). Lima-poin skala tingkat kinerja yang digunakan yaitu Sangat Baik (A), Baik (B), Cukup (C), Kurang (D), dan Buruk (E). Bobot prioritas dari kelima skala tingkat kinerja ini dapat ditentukan melalui perbandingan berpasangan, seperti akan dijelaskan pada Bagian 3. Alasan utama dalam mengadopsi teknik ini adalah agar proses penilaian dapat dijalankan sesederhana mungkin. Level hierarki yang paling bawah terdiri dari alternatif-alternatif, yaitu pemasokpemasok pada industri kertas, yang akan dievaluasi dalam rangka memilih pemasok terbaik. Sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 6, tiga alternatif pemasok bahan/item prodeuksi kertas spesifik digunakan sebagai contoh implementasi model yang dikembangkan dalam penelitian ini. 2.
Pengumpulan dan pengolahan data Setelah menyusun struktur AHP, tahapan selanjutnya yaitu pengumpulan dan pengolahan data, meliputi penentuan tim evaluator (responden ahli, sebagaimana dijelaskan sebelumnya), dan penilaian tingkat kepentingan kriteria dan subkriteria dengan perbandingan berpasangan. Skala 1 sampai 9 yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty pada 1983 diterapkan pada semua elemen pada setiap level hierarki. Setiap anggota tim akan memberikan penilaiannya yang kemudian akan diterjemahkan kedalam matriks perbandingan berpasangan. Disamping itu, pendekatan rataan geometrik juga digunakan untuk menggabungkan penilaian perbandingan berpasangan dari responden-responden ahli agar diperoleh konsensusnya. Kuesioner yang berisi semua kriteria dan subkriteria dari kedua level struktur AHP dirancang untuk mengumpulkan pendapat para responden ahli dalam penilaian perbandingan berpasangan. Hasil dari kuesioner tersebut kemudian digunakan untuk membuat matriks perbandingan berpasangan agar dapat ditentukan bobot normalisasinya. Perbandingan berpasangan dibuat sedemikian sehingga atribut pada bagian baris i (i = 1,2,3,4,…,n) dinilai tingkat kepentingannya relatif terhadap setiap atribut yang direpresentasikan pada n kolom. Penilaian tersebut diekspresikan sebagai angka integer 1 sampai 9 sebagaimana ditunjukkan Tabel 7. Tabel 7. Skala nilai perbandingan berpasangan Nilai 1 3 5 7 9 2, 4, 6, 8 Kebalikan dari nilai di atas
Keterangan Kriteria/alternatif A sama penting dengan kriteria/alternatif B A sedikit lebih penting dari B A jelas lebih penting dari B A sangat jelas lebih penting dari B A mutlak lebih penting dari B Apabila ragu-ragu antara dua nilai yang berdekatan Untuk merepresentasikan nilai perbandingan B dengan A
22
Dengan mengasumsikan C1, C2, C3, …, Cn sebagai sekumpulan elemen dan aij merepresentasikan pendapat atau judgment terhadap pasangan elemen Ci dan Cj, suatu matriks nxn berikut kemudian digunakan untuk menghitung/mengolah data pendapat tersebut.
𝐴 = 𝑎𝑖𝑗
𝑤1 𝑤1 𝑤2 𝑤1 . = 𝑤𝑖 𝑤𝑗 = . . 𝑤𝑛 𝑤1
𝑤1 𝑤2 𝑤2 𝑤2 . . .
… 𝑤1 𝑤𝑛 … 𝑤2 𝑤𝑛
𝑤𝑛 𝑤2
… 𝑤𝑛 𝑤𝑛
. . .
. . .
1 1 𝑎12 . = . . 1 𝑎1𝑛
… 𝑎1𝑛 … 𝑎2𝑛
𝑎12 1 . . . 1 𝑎2𝑛
. . .
. . . … 1
Jika ci dinilai sama penting dengan cj, maka aij = 1 Jika ci dinilai lebih penting daripada cj, maka aij > 1 Jika ci dinilai kurang penting daripada cj, maka aij < 1 aij = 1/aji, dimana i, j = 1, 2, 3, …, n), aij ≠ 0 Pada matriks A di atas, penentuan bobot numerik w1, w2, w3, …, wn untuk setiap n elemen c1, c2, c3, …, cn yang merepresentasikan penilaian dari responden ahli adalah hal yang perlu dilakukan selanjutnya. Jika A merupakan matriks yang konsisten, hubungan antara bobot wij dengan nilai aij yaitu wi/wj = aij (untuk i, j = 1, 2, 3, …, n). 3.
Penentuan bobot normalisasi Setiap matriks perbandingan berpasangan yang telah diperoleh pada tahapan sebelumnya kemudian diterjemahkan ke dalam representasi nilai eigen (λ) terbesarnya sehingga dapat diketahui bobot prioritas normalisasi untuk masing-masing kriteria (dan subkriteria). Dalam penentuan bobot prioritas normalisasi ini digunakan bantuan software Expert Choice. Nilai consistency ratio (CR) untuk masing-masing matriks perbandingan berpasangan juga dihitung untuk mengetahui konsistensi penilaian yang diberikan oleh reseponden. 𝐶𝑅 =
𝐶𝐼 𝜆𝑚𝑎𝑥 − 𝑛 𝑑𝑖𝑚𝑎𝑛𝑎 𝐶𝐼 = 𝑅𝐼 𝑛−1
Random Index (RI) merupakan nilai indeks random yang dikeluarkan oleh Oarkridge Laboratory, seperti ditunjukkan pada Tabel 8. Tabel 8. Nilai random index pada beberapa tingkat alternatif n
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
RI
0.00
0.00
0.58
0.90
1.12
1.24
1.32
1.41
1.45
1.49
1.51
1.48
1.56
Keterangan: Penilaian dianggap konsisten apabila CR < 0.1
Sebagaimana dijelaskan pada Bagian 1, pendekatan AHP pada penelitian ini mengadopsi lima-poin skala tingkat kinerja, dimana nilai matriks perbandingan berpasangannya ditentukan seperti pada Tabel 9. Perbedaan kepentingan relatif antara dua nilai skala yang berdekatan diasumsikan konstan sebesar dua kalinya. Matriks tersebut kemudian dihitung nilai eigen maksimumnya, sehingga diperoleh bobot prioritas untuk masing-masing skala Sangat Baik (A), Baik (B), Cukup (C), Kurang (D), dan Buruk (E) berturut-turut samadengan 0.513, 0.261, 0.129, 0.063, dan 0.034.
23
Tabel 9. Matriks perbandingan berpasangan untuk skala limapoin tingkat kinerja E A B C D
4.
A
1
3
5
7
9
B
1/3
1
3
5
7
C
1/5
1/3
1
3
5
D
1/7
1/5
1/3
1
3
E
1/9
1/7
1/5
1/3
1
Sintesis solusi Setelah menghitung bobot prioritas normalisasi untuk setiap matriks penilaian perbandingan berpasangan pada struktur AHP, tahapan selanjutnya yaitu sintesis solusi dari permasalahan seleksi pemasok terkait. Bobot prioritas lokal normalisasi kriteria dan subkriteria yang diperoleh dari tahap ketiga selanjutnya digabungkan menurut level hierarki urutannya agar diperoleh bobot prioritas komposit global dari semua subkriteria pada level ketiga struktur AHP. Subkriteria-subkriteria tersebut kemudian disusun secara berurutan berdasarkan bobot prioritas globalnya dari yang paling tinggi. Setiap alternatif pemasok kemudian dievaluasi performanya terkait dengan setiap subkriteria dengan memberikan nilai skala A, B, C, D, dan E, dimana masing-masing sudah ditetapkan nilainya. Nilai skala tingkat kinerja pemasok tersebut kemudian dikalikan dengan bobot prioritas global yang sudah diperoleh sehingga dapat ditemukan kandidat pemasok terbaik yang memiliki nilai tertinggi dari hasil perkalian skala tingkat kinerja dengan bobot prioritas globalnya.
Hasil solusi yang diperoleh dengan pendekatan AHP di atas menjadi masukan untuk menentukan langkah pengembangan manajemen hubungan dengan pemasok. Salah satunya dengan melakukan analisis sensitivitas sehingga dapat diketahui respon utilitas keseluruhan dari semua alternatif terhadap perubahan tingkat kepentingan relatif setiap keriteria. Dari pendekatan AHP ini pula dapat teridentifikasi kriteria kunci dalam penilaian pemasok pada industri kertas, dan dapat dijadikan informasi tambahan dalam menggambarkan karakteristik rantai pasokannya. Kriteria kritis yang menjadi kelemahan kandidat pemasok juga dapat diketahui untuk kemudian menjadi bahan monitoring dan evaluasi perusahaan manufaktur dalam mengembangkan kinerja pemasoknya.
24