BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional. Yang dimaksud dengan penelitian analitik yaitu penelitian yang hasilnya tidak hanya berhenti pada taraf pendeskripsian, akan tetapi dilanjutkan sampai taraf pengambilan kesimpulan yang dilakukan dengan menggunakan uji statistik untuk menganalisis data yang diperoleh. Yang dimaksud dengan pendekatan cross-sectional yaitu penelitian dengan pengumpulan data yang dilakukan hanya satu kali pada saat yang sama untuk menjawab suatu pertanyaan penelitian (Taufiqurohman, 2004).
B. Lokasi dan Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi (RSDM).
C. Subjek Penelitian 1. Populasi
: Spesimen darah pasien rawat jalan yang
masuk ke Laboratorium Patologi Klinik RSDM. 2. Kriteria inklusi
:
a. Memiliki jumlah leukosit, trombosit dan eritrosit normal b. Pasien rawat jalan 27
28
3. Kriteria eksklusi a. Memiliki penyakit keganasan hematologi yang diketahui dari diagnosis banding 4. Besar sampel penelitian Besar sampel dalam penelitian ini adalah 30 sampel darah yang yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak termasuk dalam kriteria eksklusi. Pengambilan sampel dilakukan dalam waktu 6 hari, pada minggu ke 3 bulan April.
D. Teknik Sampling Pengambilan sampel dilakukan secara consecutive sampling. Pemilihan subjek penelitian berdasarkan ciri-ciri atau sifat tertentu yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi hingga jumlah subjek yang diperlukan terpenuhi (Sopiyudin, 2010). Sampel penelitian ini diambil dari spesimen darah pasien RSUD Dr. Moewardi. Besar sampel untuk analisis bivariat, dimana pada penelitian terdapat satu variabel bebas yaitu penundaan preparasi specimen darah dan satu variabel terikat yaitu perubahan morfologi leukosit,
dapat
ditentukan dengan pedoman rule of thumb. Dengan rule of thumb maka jumlah sampel yang diperlukan adalah 30 spesimen darah. Peneliti menggunakan pedoman rule of thumb karena menurut Voorhis dan Morgan (2007) perhitungan sampel dari sebuah penelitian dapat dipengaruhi beberapa faktor seperti lamanya waktu pengambilan sampel, sampel yang tersedia dan biaya yang
29
dibutuhkan. Dari beberapa faktor tersebut, maka Voorhins dan Morgan (2007) menyimpulkan bahwa sampel ideal yang dapat digunakan untuk sebuah penelitian adalah sebesar 30-500 sampel.
E. Variabel Penelitian 1.
Variabel bebas : Penundaan preparasi spesimen darah
2.
Variabel terikat : Morfologi leukosit
F. Definisi Operasional Variabel 1. Variabel bebas
: Penundaan preparasi spesimen darah
Lama penundaan preparasi spesimen darah dibagi menjadi 4 kelompok: a. 30 menit b. 120 menit c. 180 menit d. 240 menit Skala variabel ini adalah ordinal. 2. Variabel terikat
: Morfologi leukosit
Morfologi leukosit dikatakan normal apabila tidak didapatkan adanya vakuolisasi. Skala variabel ini adalah nominal. G. Instrumen Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Kaca objek 2. Tabung EDTA
30
3. Rak preparat 4. Pipet 5. Tisu 6. Timer 7. Mikroskop
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Darah 2. Pewarna Wright dan Giemsa
H. Cara Kerja dan Teknik Pengumpulan Data 1. Pengambilan spesimen darah (Tahono et al., 2012) Pengambilan sampel darah dilakukan dengan teknik venipuncture, dan memilih vena di fossa ante cubiti sebagai lokasi pengambilan sampel karena vena lebih besar dan terfiksir. Sebelum melakukan pengambilan sampel darah, identitas pasien yang ingin diambil sampel harus jelas. Pengambil sampel juga harus menjelaskan prosedur yang akan dilakukan kepada pasien. Setelah pasien paham dan setuju, pasien disiapkan dalam posisi duduk atau berbaring. Alat yang dibutuhkan dalam pengambilan sampel darah adalah jarum, holder, tabung, sarung tangan, tourniquet, kapas alkohol, kassa steril, plester, dan tempat sampah. Lakukan sterilisasi tangan dan gunakan sarung tangan selama prosedur
31
berlangsung. Instruksikan pasien untuk menggenggam tangan agar vena lebih mudah teraba saat palpasi, lalu pasang tourniquet diatas lokasi penusukan jarum, dengan jarak antara tourniquet dan tempat penusukan jarum 1-2 inci. Desinfeksi tempat pengambilan sampel darah dengan alkohol 70% secara sirkuler. Setelah desinfeksi selesai, fiksasi vena dibawah tempat tusukan. Masukkan jarum ke dalam pembuluh darah yang telah dipilih. Setelah darah sudah masuk ke dalam spuit, tourniquet dilepas dan pasien diberi instruksi untuk melepas genggamannya. Tarik jarum setelah jumlah sampel darah yang diinginkan sudah cukup, lalu tutup daerah bekas tusukan dengan kassa steril. Sampel yang sudah diambil kemudian dicampur dalam tabung yang sudah terkandung antikoagulan. Pengambilan sampel darah dilakukan oleh staf Laboratorium Patologi Klinik RSDM.
2. Pemeriksaan normalitas darah (Heil et al,. 2004) Spesimen darah diproses oleh mesin untuk mengetahui apakah darah termasuk atau mendekati kriteria normal. Kriteria darah normal yang digunakan sebagai rujukan adalah: Eritrosit
: 4,1 – 5,1 mil/µL
Trombosit : 150.000 – 450.000/µL Leukosit
: 4.400 – 11.300/µL
32
3. Pembuatan sediaan apusan darah (Pramudianti, 2013) a. Tempatkan satu tetes darah (diameter 2-3 mm) pada kaca objek bagian ujung kanan dari kaca objek. Kaca objek harus dipegang pada daerah yang tidak mengandung tetesan darah tadi. b. Tempatkan kaca penggeser pada posisi sudut 30-450 terhadap kaca objek dan dorong kaca penggeser menuju tetesan darah hingga menyentuhnya. Biarkan tetesan darah tadi tersebar di tepi kaca penggeser hingga merata. c. Kaca penggeser didorong kearah kiri dengan cepat, dengan tekanan yang kecil dan dipertahankan pada sudut yang tetap. d. Keringkan darah pada kaca objek dengan cara dianginanginkan sebelum pengecatan selama beberapa menit.
4. Pengecatan sediaan apusan darah (Pramudianti, 2013) a. Tempatkan sediaan apusan darah diatas rak. b. Siapkan pipet dan pewarna. c. Teteskan sediaan apusan darah dengan pewarna giemsa sampai membanjiri sediaan
apusan
darah.
Penetesan
membutuhkan waktu 1 menit untuk mendapatkan hasil yang optimal. d. Tambahkan larutan penyangga sejumlah larutan pewarna. pH optimal untuk pengecatan adalah 6,4-6,8. Larutan pewarna
33
dan larutan penyangga dicampur perlahan dengan cara ditiup. Jika timbul warna kilat hijau metalik, maka rasio larutan penyangga dan larutan pewarna sudah tepat. e. Sediaan apusan darah dibilas dengan air sampai seluruh warna hilang. Sisa warna dibersihkan dengan menggunakan tisu. f. Keringkan sediaan apusan darah dengan cara dianginanginkan selama beberapa menit. 5. Penilaian/pengukuran data Setelah sediaan apusan darah selesai dicat, taruh sediaan di bawah mikroskop untuk diamati. Hal yang harus diamati dari sediaan apusan darah adalah vakuolisasi. Saat melakukan pengamatan moorfologi leukosit, peneliti didampingi observer. Perbesaran mikroskop yang digunakan untuk melihat vakuolisasi pada leukosit adalah 100x. Jumlah leukosit yang mengalami vakuolisasi diambil dari perhitungan 100 sel leukosit, kemudian jumlah tersebut diubah dalam bentuk persen. Zona apusan darah yang diamati melalui mikroskop adalah zona V (Pramudianti, 2013). Simpan sampel pada suhu ruang atau sekitar 22o C. Lakukan pembuatan apusan darah pada menit ke 30 sebagai acuan awal. Ulangi pembuatan apusan darah pada menit ke 120, 180, dan 240. Amati perubahan yang terjadi kemudian dicatat. Skala
34
pengukuran akan disajikan dalam jumlah sel yang mengalami perubahan morfologi.
I. Rancangan Penelitian
Responden penelitian
Pengambilan sampel darah
Pemeriksaan normalitas darah
Amati morfologi pada leukosit
Pembuatan dan pewarnaan apusan darah
Memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi
Catat hasil awal sebagai acuan
Ulangi pembuatan dan pewarnan apusan darah pada menit ke 120, 180, 240.
amati morfologi pada leukosit dan catat apabila terdapat perubahan
Gambar 3.1. Alur Penelitian
J. Teknik Analisis Data Teknik analisis data menggunakan uji Analysis of variance (Anova). Uji Anova pada prinsipnya adalah melakukan analisis variabilitas data menjadi dua sumber variasi, yaitu variasi di dalam kelompok (within) dan variasi antar kelompok (between). Variasi
35
antar kelompok lebih besar daripada variasi di dalam kelompok berarti intervensi tersebut memberikan efek yang berbeda, dengan kata lain nilai rerata yang dibandingkan menunjukkan adanya perbedaan (Sugiyono, 2014).