BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian adalah suatu rancangan percobaan sedemikian sehingga informasi yang berhubungan dengan atau diperlukan untuk persoalan yang sedang diteliti dapat dikumpulkan (Sudjana, 2002:1). Desain atau perencanaan diperlukan sebelum melakukan atau membuat sesuatu agar hasilnya sesuai dengan keinginan atau harapan. Penentuan desain penelitian akan memungkinkan hasil penelitian hanya dua yaitu menerima H0 atau menolak H0, dapat dikatakan penelitian hanya akan menjawab permasalahan saat ini bukan yang lain. Desain penelitian memiliki peran penting dalam sebuah penelitian eksperimental. Penelitian kali ini akan menggunakan desain randomized control group pretest-pascatest. Desain randomized control group pretest-pascatest menggunakan dua grup yang dipilih secara acak. Kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebelum diberikan perlakuan terlebih dahulu diberikan pretest sebagai tes awal. Sanjaya (2013:105) menyebutkan bahwa setelah menentukan sampel penelitian, kedua kelompok diberikan pretest. usai pemberian pretest, diberikan perlakuan atau treatment yang berbeda pada kedua kelompok. Akhir dari pemberian perlakuan, dilakukan tes sebagai pascatest. Kedua hasil ini kemudian dibandingkan untuk melihat perbedaan dan pengaruh dari perlakuannya. Desain randomized control group pretestpascatest secara visual dapat dilihat dalam tabel 3.1. Tabel 3.1. Desain Randomized Control Group Pretest-Pascatest Kelompok Pretest Treatment Pascatest Eksperimen (random) T1e X T2e Kontrol (random) T1k T2k Keterangan : T1e = hasil belajar kelas eksperimen sebelum diberikan tindakan (pretest) T2e = hasil belajar kelas eksperimen setelah diberikan tindakan (pascatest) T1k = hasil belajar kelas kontrol sebelum diberikan tindakan (pretest) T2k = hasil belajar kelas kontrol setelah diberikan tindakan (pascatest) X = tindakan yang dilakukan yaitu pengajaran modul. B. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di SMA Negeri 2 Salatiga pada kelas XI IPA. Penelitian di sekolah ini dikarenakan pembelajaran menggunakan modul belum pernah 19
20 dilakukan. Hasil belajar siswa menunjukkan perlu dilakukannya tindakan untuk meningkatkannya. Penelitian di SMA Negeri 2 Salatiga dilakukan mulai bulan Januari 2014 sampai Juni 2014. C. Teknik Pengambilan Sampel Penentuan sampel dilakukan dengan teknik pengambilan sampel random atau acak. Teknik pengambilan sampel yang dilakukan pada penelitian ini adalah cluster random sampling. Berikut penjelasan mengenai populasi dan sampel yang ada di dalam penelitian ini: 1. Populasi Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI jurusan IPA SMA Negeri 2 Salatiga. 2. Sampel Penggunaan teknik pengambilan sampel dengan cluster random sampling adalah untuk menentukan sampel dari kelas-kelas jurusan IPA di SMA Negeri 2 Salatiga. Sampel yang terpilih dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 3 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPA 2 sebagai kelas kontrol. D. Variabel Penelitian Penelitian ini terdiri dari dua macam variabel, yaitu variabel bebas dan terikat. Variabel tersebut yaitu: 1. Variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah pengajaran modul. 2. Variabel terikat (Y) dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa pada materi turunan fungsi. Penelitian akan lebih mudah dipahami jika memuat definisi operasional bagi setiap variabelnya. Definisi operasional dapat menyeragamkan pemahaman peneliti dan pembaca. Purwanto (2010:93) mengartikan definisi operasional sebagai pernyataan yang sangat jelas sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman penafsiran karena dapat diobservasi dan dibuktikan perilakunya. Definisi operasional bagi variabel bebas dan variabel terikat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pengajaran modul adalah pembelajaran yang menggunakan modul dalam seluruh pembelajarannya sebagai pedoman kegiatan. Kegiatan yang dilaksanakan disesuaikan dengan sintaks pengajaran modul dan sudah tertulis dalam petunjuk penggunaan modul. Pengajaran terdiri dari lima tahapan. Tahapan pertama merupakan tahapan awal sebelum dimulainya pengajaran modul. Tahap kedua meruapakan tahapan pada saat
21 pengajaran modul dan berlangsung cukup lama. Tahapan ketiga adalah tahap dimana siswa sudah menyelesaikan modulnya. Tahapan keenpat adalah pemberian soal pengayaan kepada siswa yang sudah menyelesaikan modul. Tahap terakhir merupaka tahap untuk mengevaluasi. 2. Hasil belajar adalah nilai yang diperoleh siswa setelah mengikuti proses belajar dan diukur dengan tes pada akhir materi. Hasil belajar yang diujikan pada penelitian ini ada dua. Hasil belajar tersebut adalah hasil belajar sebelum penellitian (pretest) dan hasil belajar setelah penelitian (pascatest). Soal yang diberikan berupa soal pillihan ganda. Data hasil belajar ini nantinya akan diolah dengan menggunakan SPSS 16. E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data Data yang diharapkan dalam penelitian ini adalah data hasil belajar siswa sebelum dan sesudah mengikuti pengajaran modul serta data kesesuaian pembelajaran dengan sintak. 1. Teknik Pengumpulan Data Data dalam penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder. Data primer dalam penelitian ini adalah data tes hasil belajar matematika kelas kontrol dan kelas eksperimen setelah dilakukan tindakan (pascatest) dan data hasil observasi terhadap guru. Data sekunder dalam penelitian ini adalah data tes hasil belajar matematika kelas kontrol dan kelas eksperimen sebelum dilakukannya tindakan (pretest). Data primer maupun data sekunder tersebut dapat diperoleh dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang sesuai. Teknik pengumpulan data berupa tes dilakukan untuk memperoleh data tes hasil belajar matematika pada kelas kontrol dan kelas eksperimen setelah diberikan tindakan (pascatest). Teknik pengumpulan data dengan observasi dilakukan untuk memperoleh data hasil observasi terhadap guru, sedangkan teknik dokumentasi untuk mengumpulkan data tes hasil belajar matematika pada kelas kontrol dan kelas eksperimen sebelum diberikan tindakan (pretest). 2. Instrumen Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tes, observasi, dan dokumentasi. Instrumen yang digunakan untuk teknik pengumpulan data tersebut adalah soal tes, lembar observasi, dan dokumentasi. Soal tes digunakan untuk mengumpulkan data tes hasil belajar matematika pada kelas kontrol dan kelas eksperimen setelah diberikan tindakan (pascatest). Soal tes yang diberikan berbentuk pilihan ganda. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data hasil
22 observasi terhadap guru adalah lembar observasi. Lembar observasi berisikan kegiatan yang seharusnya dilakukan oleh guru selama pengajaran modul. Lembar observasi ini dilakukan untuk melihat kesesuaian pengajaran modul yang dilaksanakan guru dengan pengajaran modul yang direncanakan dalam RPP. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data tes hasil belajar siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen sebelum diberikannya tindakan (pretest) adalah dokumentasi. Data nilai tes ini merupakan arsip guru sehingga untuk memperolehnya, data tersebut dicopy. Arsip nilai yang asli dikembalikan kepada guru sedangkan hasil fotocopy-nya diambil sebagai sumber. F. Uji Instrumen Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini sebelum digunakan haruslah diuji terlebih dahulu. Instrumen tes sebelum digunakan pada kelas kontrol dan kelas eksperimen diuji validasi, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya beda. Instrumen lembar observasi hanya diuji validasinya. 1. Tes Tes yang digunakan untuk menguji hasil belajar matematika pada kelas eksperimen dan kelas kontrol berbentuk pilihan ganda. Soal pilihan ganda terdiri dari 15 butir soal yang diselesaikan dalam waktu 1 jam pelajaran. Secara lengkap, soal tes dapat dilihat pada Lampiran 1. Soal tes yang digunakan sebelumnya sudah melalui pengujian-pengujian. Pengujian tersebut adalah uji validitas, uji reliabilitas, daya beda dan taraf kesukaran. a. Validitas Tes Validitas berhubungan dengan kemampuan untuk mengukur secara tepat sesuatu yang diinginkan untuk diukur (Purwanto, 2010:123). Pengujian validitas instrumen dalam penelitian dapat dilakukan dengan validitas expert judgment. Validitas expert judgment adalah mengetahui penilaian dari para ahli tentang instrumen yang akan diteliti. Widoyoko (2010:146) menjelaskan bahwa validatorlah yang nantinya menyatakan instrumen layak untuk digunakan, perlu perbaikan atau perlu perombakan total. Lembar validasi instrumen tes secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 2. Instrumen tes, disamping diuji validitas isinya juga diuji validitas itemnya. Validitas item adalah validitas untuk menguji masing-masing item soal. Sebuah item dikatakan valid apabila mempunyai dukungan yang besar terhadap skor total (Arikunto 1986:76). Validitas item soal
23 tes dapat diperoleh dengan menggunakan rumus koefisien korelasi biserial. =
−
dimana, = koefisien korelasi biserial = rerata skor dari subjek yang menjawab betul bagi item yang dicari validitasnya. = rerata skor total. = standar deviasi dari skor total. = proporsi siswa yang menjawab benar = proporsi siswa yang menjawab salah Menurut Arikunto (1986:75) penafsiran koefisien korelasi selalu terdapat antara -1,00 sampai dengan 1,00. Koefisien mungkin melebihi dari 1,00 atau kurang dari -1,00 karena proses penghitungan yang dibulatkan. Koefisien korelasi bernilai negatif menunjukan hubungan kebalikan. Koefisien korelasi bernilai positif menunjukan kesejajaran. Intrepetasi besar koefisien korelasi sebagai berikut: antara 0,800 sampai dengan 1,00 = sangat tinggi antara 0,600 sampai dengan 0,799 = tinggi antara 0,400 sampai dengan 0,599 = cukup antara 0,200 sampai dengan 0,399 = rendah antara 0,000 sampai dengan 0,199 = sangat rendah b. Reliabilitas Tes Reliabilitas artinya ajeg atau tetap yang diartikan sebagai sama (Arikunto, 1986:86). Penghitungan reliabilitas dapat menggunakan rumus yang ditentukan oleh Kuder dan Richardson yaitu K-R 20. Rumus yang digunakan untuk mengukur reliabilitas tes adalah −∑ = −1 dimana, r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah ( = 1 − ) pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q n = banyaknya item S = standar deviasi dari tes
24 c. Daya Beda Daya beda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang kurang pandai (berkemampuan rendah). Daya beda sering disebut pula indeks diskriminasi. Soal yang baik haruslah memiliki daya beda yang artinya dapat dijawab benar oleh siswa-siswa yang pandai saja. Menghitung indeks diskriminasi sebelumnya harus membagi siswa menjadi 2 kelompok yaitu kelompok pandai atau kelompok atas (upper group) dan kelompok siswa tidak pandai atau kelompok bawah (lower group). Arikunto (1986:213) menjelaskan untuk menhitung indeks diskriminasi dapat dengan rumus berikut: =
−
=
−
dimana, J = jumlah peserta tes JA = banyaknya peserta kelompok atas JB = banyaknya peserta kelompok bawah BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar PA = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar PB = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar Indeks diskriminasi berkisar antara -1,00 sampai 1,00. Tanda negatif pada indeks berarti bahwa soal menunjukan secara terbalik kualitas peserta yang diuji (Arikunto 1986:211). Klasifikasi indeks diskriminasi menurut Arikunto (1986:218) adalah sebagai berikut: antara 0,00 sampai 0,19 menunjukan soal yang jelek (poor) antara 0,20 sampai 0,39 menunjukan soal cukup (satisfactory) antara 0,40 sampai 0,69 menunjukan soal baik (good) antara 0,70 sampai 1,00 menunjukan soal yang baik sekali (excellent) antara 0,00 sampai -1,00 menunjukan soal yang tidak baik dan sebaiknya tidak digunakan. d. Taraf Kesukaran Arikunto (1986:207) menyebutkan bahwa soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah sekaligus tidak terlalu sukar. Taraf kesukaran dinyatakan dalam rumus:
25
=
dimana, P = indeks kesukaran B = banyak siswa yang menjawab soal itu dengan betul JS = jumlah seluruh siswa peserta tes Besar indeks kesukaran antara 0,00 sampai dengan 1,0. Soal dengan indeks kesukaran 0,0 menunjukan bahwa soal itu terlalu sukar sebaliknya soal dengan indeks kesukaran 1,0 menunjukan bahwa soal itu terlalu mudah. Arikunto (1986:210) mengklasifikasikan indeks kesukaran sebagai berikut: antara 0,00 sampai 0,29 adalah soal sukar antara 0,30 sampai 0,69 adalah soal sedang antara 0,70 sampai 1,00 adalah soal mudah 2. Lembar Observasi Instrumen yang digunakan selain soal tes adalah lembar observasi. Instrumen ini diuji validitasnya dengan metode validitas isi. Purwanto (2010:126) menyebutkan bahwa validitas ini dapat diperoleh dengan meminta pertimbangan ahli (expert judgement). Orang ahli yang dimaksudkan adalah orang yang memiliki kompetensi dalam pendidikan. G. Teknik Analisis Data Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini menghasilkan data pretest dan pascatest. Data pretest merupakan data yang diperoleh dengan dokumentasi daftar nilai guru sedangkan data pascatest merupakan data yang diperoleh dengan memberikan soal tes kepada siswa. Kedua data ini dianalisis dengan analisis deskriptif dan analisis inferensial. Analisis deskriptif yang dilakukan pada data antara lain minimum (nilai terendah), maximum (nilai tertinggi) dan mean (rata-rata). Analisis ini dilakukan pada data pretest dan pascatest masing-masing kelas. Analisis ini digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang terkumpul tanpa digeneralisasikan. Analisis deskriptif kemudian dilanjutkan dengan analisis inferensial. Analisis inferensial ditujukan untuk menguji hipotesis nol (H0) yang telah dirumuskan, apakah diterima atau ditolak. Uji yang sesuai dengan desain penelitian untuk menerima atau menolak hipotesis nol (H0) adalah uji independent t-test. Uji independent t-test dapat dilaksanakan jika syarat yang ditentukan sudah terpenuhi. Syarat yang harus dipenuhi adalah data berdistribusi normal dan
26 homogenitas data. Menentukan data berdistribusi normal atau tidak, dapat dilakukan dengan uji normalitas. Uji normalitas yang dilakukan adalah uji normalitas menurut Shapiro-Wilk. Uji normalitas menurut Shapiro-Wilk dipilih karena jumlah sampel pada masing-masing kelas adalah sampel kecil dimana < 50 (Sen, 1990:105). Data dikatakan berdistribusi normal apabila nilai sig-nya > 0,05. Sebaliknya data dikatakan berdistribusi tak normal apabila nilai sig-nya < 0,05. Syarat lain yang harus dipenuhi adalah data merupakan data yang homogen. Untuk melihat homogenitas data, dilakukan uji homogenitas. Data dikatakan homogen apabila nilai sig-nya > 0,05. Sebaliknya data dikatakan tidak homogen apabila nilai sig-nya < 0,05. Kedua uji prasyarat ini haruslah terpenuhi baru bisa dilanjutkan dengan uji independent t-test. Data yang dianalisis jika dengan pengujian kemudian dinyatakan tidak berdistribusi normal, maka uji hipotesisnya tidak dapat menggunakan independent t-test. Pengujian terhadap hipotesis pada kondisi tersebut dapat dilakukan dengan uji Whitney-Wann. Perbedaan uji ini dengan uji independent t-test adalah data yang dianalisis haruslah berbentuk ordinal. Data yang bukan berbentuk ordinal perlu diubah terlebih dahulu kedalam bentuk data ordinal (Sulaiman, 2013:29). Data dapat berubah bentuk menjadi ordinal dengan cara memberi ranking pada nilai-nilainya. Rangking ini akan dijumlah dengan rangking-rangking dari nilai yang sama kemudian dibagi dengan banyaknya nilai yang sama. Hasil dari pengolahan data tersebutlah yang nantinya diuji dengan Whitney-Wann. Data lain yang terkumpul selain data pretest dan pascatest adalah data hasil observasi kesesuaian proses belajar mengajar dengan RPP. Data ini merupakan data yang diperoleh dengan mengisi lembar observasi yang disediakan. Data ini nantinya akan dianalisis dengan analisis kualitatif. Huberman menganggap bahwa analisis kualitatif terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan (verifikasi). Alur pertama adalah reduksi data. Pada alur ini, peneliti memilih tentang bagian-bagian yang dikode, bagian yang dibuang, dan cerita-cerita apa yang sedang berkembang. Semua tindakan tersebut merupakan pilihan analitis. Alur kegiatan kedua adalah penyajian data. Penyajian dapat berupa teks naratif, matriks, grafik, jaringan, dan bagan. Informasi yang diperoleh kemudian dirancang sehingga tersusun dalam bentuk padu dan mudah dipahami. Tahap ketiga adalah menarik kesimpulan (verifikasi). Pada tahap ini terjadi proses menguji kebenaran, kekokohan, dan kecocokannya (Huberman, 2009:16-19).