BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional. Dalam penelitian cross sectional digunakan pendekatan transversal, dimana observasi terhadap variabel bebas (faktor resiko) dan variabel terikat (efek) dilakukan hanya sekali pada saat yang sama. B. Lokasi penelitian Penelitian dilakukan di SLB Negeri Surakarta dan rumah subjek C. Subjek Penelitian 1. Populasi Subjek dalam penelitian merupakan ibu dari murid SD-SMP penderita tunagrahita kelas I-IX SLB C dan C1 di SLB Negeri Surakarta. 2. Teknik Sampling Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah consecutive sampling. Dalam penelitian ini yang dipilih sebagai subjek penelitian merupakan ibu dari murid SD-SMP penderita tunagrahita kelas IIX SLB C dan C1.
34
35
Kemudian, dalam menentukan besar sampel peneliti menggunakan rumus :
n
Z 21 / 2 pq d2
n
1,96 2 x 0,01x0,99 0,05 2
= 15,2 dibulatkan menjadi 15 n
= Besar sampel
Z1-α/2 = 1,96 pada α 0,05 p
= Proporsi prevalensi kejadian (1% / 0,01)
q
= p-1
d
= Presisi ditetapkan (0,05)
Dengan demikian, besar sampel untuk setiap kelompok masing-masing 15 orang. Penentuan sampel penelitian berdasarkan kriteria – kriteria berikut ini: a. Kriteria inklusi: 1) Tidak memiliki anak lain dengan tunagrahita b. Kriteria eksklusi: 1) Memiliki gangguan jiwa berat 2) Skor L-MMPI lebih dari sama dengan 10
36
D. Desain Penelitian Ibu Penderita Tunagrahita
Tunagrahita Ringan
Tunagrahita Sedang
Formulir Biodata + L-MMPI
Formulir Biodata + L-MMPI
Kuesioner TMAS &BDI-II
Kuesioner TMAS & BDI-II
Skala cemas
Skala Depresi
Skala Depresi
Skala Cemas
Analisis Depresi
Analisis Kecemasan
Gambar 3.1 Skema Desain Penelitian
E. Identifikasi Variabel Penelitian 1. Perbedaan Kecemasan antara Ibu Penderita Tunagrahita Ringan dan Sedang a. Variabel Bebas
: ibu penderita tunagrahita ringan dan sedang
b. Variabel Terikat
: kecemasan ibu penderita tunagrahita ringan dan sedang
2. Perbedaan Depresi antara Ibu Penderita Tunagrahita Ringan dan Sedang a. Variabel Bebas
: ibu penderita tunagrahita ringan dan sedang
37
b. Variabel Terikat
: depresi ibu penderita tunagrahita ringan dan sedang
F. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Variabel bebas a. Ibu penderita tunagrahita ringan adalah ibu dari murid kelas I-IX SLB C Sekolah Luar Biasa Negeri Surakarta. b. Ibu penderita tunagrahita sedang adalah ibu dari murid kelas I-IX SLBC1 Sekolah Luar Biasa Negeri Surakarta. 2. Variabel terikat a. Kecemasan:
suatu keadaan patologis yang ditandai oleh perasaan
ketakutan di sertai tanda somatik pertanda sistem saraf otonom yang hiperaktif (Saddock dan Saddock, 2010). Kecemasan sebagai keadaan pada subjek penelitian diukur dengan kuesioner TMAS (TaylorMinnesota Anxiety Scale) b. Depresi: gangguan perasaan atau mood yang disertai komponen psikologi berupa sedih, susah, tidak ada harapan dan putus asa disertai komponen biologi atau somatik misalnya anoreksia, konstipasi dan keringat dingin (Atkinson et al., 1993). Depresi diukur dengan BDI-II (Beck’s Depression Inventory II). G. Instrumentasi Penelitian Alat dan bahan penelitian : 1. Formulir biodata dan informed consent 2. Kuesioner L-MMPI (Lie-Minnesota Multiphasic Personality Inventory)
38
MMPI merupakan tes kepribadian yang terbanyak penggunaannya di dunia sejak tahun 1943. Dikembangkan oleh Hathaway (psikolog) dan Mc Kinley (psikiater) dari Universitas Minnesota, Minneapolis, Amerika Serikat sejak tahun 1930-an. Pada tahun 1989 MMPI diperbaiki menjadi MMPI-2 (Butcher, 2005). Tes MMPI-2 inilah yang diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia dan memiliki beberapa sub-skala. Dalam penelitian ini hanya dipergunakan skala L (Lie) dalam keseluruhan tes MMPI. Skala L dipergunakan untuk mendeteksi ketidakjujuran subjek termasuk kesengajaan subjek dalam menjawab pertanyaan supaya dirinya terlihat baik (faking good) (Graham, 1990). Tes ini berfungsi sebagai skala validitas untuk mengidentifikasi hasil yang mungkin invalid karena kesalahan atau ketidakjujuran subjek penelitian. Tes terdiri dari 15 soal dengan jawaban ”ya” atau ”tidak” atau ”tidak menjawab”. Apabila subjek menjawab “tidak” ≥ 10 maka jawaban responden tersebut dinyatakan invalid. 3. Kuesioner TMAS (Taylor’s Manifest Anxiety Scale) TMAS
pada
mulanya
dikembangkan
sebagai
alat
dalam
mengkategorikan sampel pada penelitian tentang stress, motivasi, dan daya hasil manusia. Tetapi, pada prakteknya kuesioner ini dapat menjadi indikator kecemasan sebagai sebuah kepribadian (bukan kecemasan patologis) (Zung, 1974). TMAS merupakan kuesioner yang dikembangkan oleh Janet Taylor. Tingkat kecemasan akan diketahui dari tinggi rendahnya skor yang
39
didapatkan. Makin besar skor maka tingkat kecemasan makin tinggi, dan makin kecil skor maka tingkat kecemasan makin rendah. Kuesioner TMAS berisi 50 butir pertanyaan , dengan 2 pilihan ”ya” dan ”tidak”. Responden menjawab sesuai dengan keadaan dirinya dengan memberi tanda (X) pada kolom jawaban ya atau tidak. Jawaban yang sesuai dengan kunci diberi skor 1. Kemudian seluruh skor dijumlahkan dan diratarata. TMAS mempunyai derajat validitas yang cukup tinggi, akan tetapi dipengaruhi juga oleh kejujuran dan ketelitian responden dalam mengisinya (Azwar, 2007). Karena itu peneliti menggunakan tes L-MMPI untuk menghindari terjadinya perhitungan hasil yang mungkin invalid karena kesalahan atau ketidakjujuran responden. 4. Kuesioner BDI-II (Beck Depression Inventory – II) BDI versi kedua atau BDI-II didesain sebagai indikator adanya depresi dan untuk mengukur derajat gejala depresi sesuai dengan DSM-IV. Kuesioner ini bukan sebagai instrumet diagnosis, melainkan banyak digunakan sebagai instrumen screening dan untuk penelitian klinis. Kuesioner ini disusun oleh Dr. Aaron T. Beck (Beck et al., 1996). BDI-II Mengandung skala depresi yang terdiri dari 21 item yang menggambarkan 21 kategori, yang terdiri dari 15 item tentang emosi, 4 item tentang perubahan perilaku, dan 6 item tentang gejala somatik. 21 item, yaitu: (1) perasaan sedih; (2) perasaan pesimis; (3) perasaan gagal; (4) perasaan tak puas; (5) perasaan bersalah; (6) perasaan dihukum; (7) membenci diri sendiri; (8) menyalahkan diri; (9) keinginan bunuh diri; (10)
40
mudah menangis; (11) mudah tersinggung; (12) menarik diri dari hubungan sosial; (13) tak mampu mengambil keputusan; (14) penyimpangan citra tubuh; (15) kemunduran pekerjaan; (16) gangguan tidur; (17) kelelahan; (18) kehilangan nafsu makan; (19) penurunan berat badan; (20) preokupasi somatik; (21) kehilangan libido Klasifikasi nilainya menurut Beck et al. (1996) adalah sebagai berikut: a. Nilai 0-13 menunjukkan tidak ada gejala depresi. b. Nilai 14-19 menunjukkan adanya depresi ringan. c. Nilai 20-28 menunjukkan adanya depresi sedang. d. Nilai 29-63 menunjukkan adanya depresi berat. H. Cara Kerja Penelitian 1. Responden mengisi formulir biodata dan informed consent 2. Responden
mengisi
kuesioner
L-MMPI
untuk
mengetahui
angka
ketidakjujuran subjek. Bila didapatkan angka ≥ 10 maka responden invalid dan dikeluarkan dari sampel penelitian. 3. Dilakukan random sampling untuk memperoleh sampel tiap kelompok dengan nomor undian. 4. Responden mengisi kuesioner TMAS untuk mengetahui skor kecemasan. 5. Responden mengisi kuesioner BDI-II untuk mengetahui skor depresi. I. Teknik Analisis Data Data yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan analisis uji t. Uji t adalah teknik statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis bila dalam populasi terdiri atas dua atau lebih kelas, data berbentuk interval atau rasio dan
41
sampelnya kecil. Penggunaan uji t termasuk dalam uji parametrik sehingga menganut asumsi-asumsi data berdistribusi normal, sebaran data homogen dan sampel diambil secara acak (Handoko, 2008). Data akan diolah dengan menggunakan program Statistical Product and Service Sollution (SPSS) 20.