44
BAB III METODE PENELITIAN
3.1
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian
ini
dilaksanakan
di Badan
Kepegawaian
Daerah
Kabupaten Jepara. Penelitian dimulai dari bulan Oktober 2013. 3.2
Teknik Pengumpulan Data Dalam melakukan suatu penelitian, seorang peneliti harus memastikan persiapan agar penelitian yang dilakukan dapat berjalana dengan baik. Proses persiapan pada suatu penelitian biasanya dirumuskan dalam suatu metode penelitian yang menjelaskan bagaimana suatu penelitian dilakukan dengan sistem dan prosedur tertentu. Pemilihan suatu metode penelitian yang sesuai akan mempengaruhi hasil penelitian itu sendiri. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah survei, yang menurut pengertian Istijanto (2006, p.43) adalah pengumpulan data dengan bertanya kepada sasaran penelitian melalui daftar pertanyaan atau pertanyaan disampaikan kepada karyawana menggunakan kuesioner terstruktur maka yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif. Metode penelitian deskriptif menurut Istijanto (2006, p.90) adalah analisis yang bertujuan untuk mengubah kumpulan data mentah menjadi bentuk yang mudah dipahami, dalam bentuk informasi yang lebih ringkas.
45
1. Studi Literatur Data yang diperoleh dengan membaca, mengumpulkan, mencatat, mempelajari dan merumuskan secara umum fakta-fakta yang diperoleh dari buku-buku pustaka, buku-buku pelengkap atau referensi, untuk mendapatkan informasi yang diperlukan dalam pembahasan ini. 2. Observasi Observasi dilakukan melalui pengamatan langsung di lapangan, serta memperhatikan aktivitas dan kegiatan yang dipandang penting sehubungan dengan tujuan dan masalah penelitian. 3. Kuesioner Kuesioner disebarkan kepada seluruh pegawai di Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Jepara. 3.3
Jenis dan Sumber Data Penelitian Data-data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Data Primer Dimana semua data yang diperoleh dari survei lapangan yang menggunakan semua metode pengumpulan data original. Primer merupakan sumber data yang dipilih untuk memenuhi tujuan penelitian. Menurut Istijanto (2006, p.32), data primer adalah data asli yang dikumpulkan sendiri oleh periset untuk menjawab masalah risetnya secara khusus. Data akan dilakukan dengan membagikan daftar pertanyaan (kuesioner) kepada para pegawai di Badan
46
Kepegawaian Daerah Kabupaten Jepara. Data primer yang digunakan meliputi: a). Pengamatan/observasi,
yaitu
melakukan
pengamatan
secara
langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan. b). Wawancara, yaitu dengan melakukan wawancara secara langsung dengan pihak-pihak yang berkepentingan di BKD Kabupaten Jepara untuk mendapatkan data-data yang diperlukan. c). Angket (kuesioner), yaitu dengan membagikan daftar pertanyaan kepada responden yang bersangkutan untuk dijawab. 2. Data Sekunder Dimana semua data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan dipublikaiskan kepada masyarakat pengguna data. Data sekunder ini diperoleh melalui studi literatur dengan cara melihat, membaca,
dan
mencatat
buku-buku,
tesis,
dokumen-dokumen
perusahaan yang bersangkutan dan berhubungan dengan topik penelitian, serat data-data yang di dapatkan melalui internet. 3.4
Populasi dan Sampel 3.4.1 Populasi Menurut Kuncoro dan Riduwan (2008, p,37) Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai di
47
Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Jepara yang berjumlah 46 orang. 3.4.2 Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 1999). Sampel yang diambil dari populasi harus benar-benar representatif (mewakili). Sampel yang diambil adalah seluruh pegawai BKD namun untuk menghindari netralitas maka penulis dan Kepala BKD tidak dimasukkan sebagai sampel sehingga total sampel 44 responden. Alasannya, karena jumlah pegawai BKD secara keseluruhan tanpa pimpinan dan penulis adalah 44 orang. Alasan kedua adalah syarat penelitian hipotesis jumlah sampel minimal 30 orang (Sugiyono, 2004). Alasan terakhir mengacu dari pendapat Arikunto (1995), “Apabila subyek kurang dari 100, lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Jika jumlah subyeknya besar atau lebih dari 100 dapat diambil antara 10%-15% atau 20%25% atau lebih”. 3.4.3 Teknik Pengambilan Sampel Selanjutnya teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik populasi, dimana sampel diambil berdasarkan populasi yang ada secara menyeluruh.
48
3.5
Skala Likert Istijanto (2005, p.88) mengemukakan skala likert banyak digunakan dalam riset-riset pemasaran yang menggunakan metode survei dan dapat dikategorikan sebagai skala interval. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang kejadian atau gejala sosial. Dalam penelitian gejala sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian. Dengan menggunakan skala likert, maka variabel yang akan di ukur dijabarkan menjadi dimensi, dimensi dijabarkan menjadi sub variabel kemudian sub variabel dijabarkan lagi menjadi indikator-indikator yang dapat diukur. Akhirnya indikator-indikator yang terukur ini dapat dijadikan titik tolak untuk membuat item instrumen yang berupa pertanyaan atau pernyataan yang perlu dijawab oleh responden. Setiap jawaban dihubungkan dengan bentuk pernyataan atau dukungan sikap yang diungkapkan dengan kata-kata sebagai berikut:
Tabel 3.1 Skala Likert Sangat Setuju (SS) Setuju (S) Netral (N) Tidak Setuju (TS) Sangat Tidak Setuju (STS)
=5 =4 =3 =2 =1
49
3.6
Uji Validitas dan Realibilitas 3.9.1
Uji Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan suatu instrumen. Suatu instrumen dianggap valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Dengan kata lain, mampu memperoleh data yang tepat dari variabel yang diteliti. (Simamora, 2004, p.179). Dalam penelitian uji validitas kuesioner dilakukan dengan menggunakan teknik Bivariate Pearson Perarson (korelasi r product moment). Untuk pengujian apakah korelasi signifikan atau tidak, yaitu dengan membandingkan antara nilai r hitung dengan r tabel. Validitas menunjukkan ukuran yang mengukur apa yang akan di ukur. Jadi dapat dikatakan semakin tinggi validitas suatu alat tes, maka alat tes tersebut semakin mengenai pada sasarannya, atau memberikan hasil ukur sesuai dengan makna dan tujuan diadakannya test tersebut. Suatu test dapat dikatakan mempunyai validitas tinggi apabila
test
tersebut
menjalankan
fungsi
ukurnya,
atau
memberikan hasil ukur sesuai dengan makna dan tujuan diadakannya test tersebut. Salah satu cara untuk menghitung validitas suatu alat test yaitu dengan melihat data pembeda item (item discriminality). Daya pembeda item adalah metode yang
50
paling tepat digunakan untuk setiap test. Daya pembeda item dalam penelitian ini dilakukan dengan cara: “korelasi item-total”. Korelasi item-total yaitu konsistensi antara skor item dengan skor secara keseluruhan yang dapat dilihat dari besarnya koefisien korelasi antara setiap item dengan skor keseluruhan, yang dalam penelitian ini menggunakan koefisien korelasi Rank-Spearman. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data adalah valid. Atau dengan kata lain, instumen tersebut dapat mengukut apa yang seharusnya diukur. Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. (Sugiyono, 2002). Uji validitas dari sebuah variable instumen dapat dilakukan dengan menghitung nilai r (Corrected Question-total Correlation pada SPSS) dari masing-masing butir variable tersebut. Sebuah butir dikatakan valid apabila mempunyai r > 0,3. Jika terdapat butir yang tidak memenuhi kriteria tersebut maka butir tersebut dibuang atau diperbaiki. Selanjutnya proses diulang sampai semua butir dari sebuah variable adalah valid dengan nilai r > 0,3 (Sugiyono, 2002). Priyatno (2008, p.16) berpendapat bahwa validitas adalah ketepatan atau kecermatan dalam mengukur apa yang ingin diukur. Pada penelitian ini dilakukan validitas konstruk, yaitu
51
suatu koesioner yang baik harus dapat mengukur dengan jelas kerangka dari penelitian yang akan dilakukan. Pertama-tama yang dilakukan peneliti adalah mencari apa saja yang merupakan kerangka dari konsep tersebut. Dengan diketahuinya kerangka tersebut, seorang peneliti dapat menyusun tolak ukur operasional konsep
tersebut.
Mencari
definisi-definisi
konsep
yang
dikemukakan para ahli yang tertulis di dalam literatur. Untuk membantu penyusunan definisi dan mewujudkan definisi tersebut ke dalam bentuk yang operasional, peneliti disarankan untuk mendiskusikan konsep tersebut dengan para ahli yang kompeten di bidang tersebut. Kemudian pendapat para ahli dan peneliti dicari kesamaanya. 3.9.2
Uji Reabilitas Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Suatu alat ukur dikatakan mempunyai keandalan konsistensi internal apabila item penyusunnya konsisten mengukur hanya variable yang dikehendaki dan ini menunjukkan item-item tersebut mempunyai rata-rata korelasi antar item yang tinggi. Dengan kata lain, reliabilitas menunjukkan konsistensi suatu alat ukur didalam mengukur gejala yang sama.
52
Uji reliabilitas ini menggunakan koefisien alpha cronbach, yang menggunakan perhitungan koefisien keandalan (α), yang menetapkan batas minimum α sebesar 0,6. Menurut Priyatno (2008, p.28) uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur, apakah alat pengukur yang digunakan dapat diandalkan dan tetap konsisten jika pengukuran tersebut diulang. Metode Alpha sangat cocok digunakan pada skor berbentuk skala (misal 1-4, 1-5). Pada Program SPSS, metode ini dilakukan dengan Cronbach’s Alpha, dimana suatu kuesioner dianggap reliable apabila Cronbach’s Alpha > 0,6 (Santosa, 2005, p.251). 3.7
Uji Multiple Regression Penggunaan model uji multiple regression, akan membantu untuk melakukan identifikasi setiap variasi independen yang diteliti, sehingga nampak variabel mana dari variabel bebas yang sangat berpengaruh terhadap variabel dependen, baik secara parsial maupun secara serempak. Adapun rumus uji multiple regression yang akan di uji adalah: Y = b0 + b1X1 + b2X2 + e Dimana : Y
= Produktivitas Kerja Pegawai Kantor Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Jepara
X1 = Pendidikan X2 = Pelatihan
53
b0 = Konstansta (intercept) b1b2 = Koefisien regresi (parameter yang akan ditaksir) e
= Faktor kesalahan (galat/error estimate)
Selanjutnya untuk melihat pengaruh dari masing-masing variabel maka dilakukan pengujian hipotesis sebagai berikut: 3.7.1 Statistik Uji F Uji F digunakan pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat (Ghozali, 2005). Langkah–langkah pengujiannya adalah sebagai berikut: 1) Derajat kepercayaan = 5 % 2) Derajat kebebasan F tabel (α, k, n-k-1) α = 0,05 k = jumlah variabel bebas n = jumlah sampel 3) Menentukan kriteria pengujian H0 ditolak apabila F hitung > F tabel Ha ditolak apabila F hitung < F tabel 4) Menentukan F dengan rumus : F
=
R2 / k (1-R2) / (n – k – 1)
54
Dimana : R2 = koefisien determinan berganda n = jumlah sampel k = jumlah variabel bebas Kesimpulan: Apabila F hitung < F tabel maka H0 diterima dan Ha ditolak, artinya tidak ada pengaruh secara simultan. Apabila F hitung > F tabel maka H0 ditolak dan Ha diterima, artinya ada pengaruh secara simultan.
Daerah Penolakan Ho
Daerah Penerimaan Ho
0
F
Gambar 3.1 Gambar Kurva Distribusi F
3.7.2 Statistik Uji t Uji t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas secara individu akan menerangkan variansi variabel terikat. Rumusnya adalah: t = rs√ n-2 √ 1-rs2
55
Dimana: N = jumlah responden Rs = Korelasi rank spearman’s t = thitung yang selanjutnya dikonsultasikan dengan ttabel Kriteria Uji dan dasar pengambilan keputusan adalah: Variabel bebas = n-2. Jika menggunakan SPSS maka kriteria ujinya adalah: •
Jika thitung > ttabel maka H0 ditolak
•
Jika thitung < ttabel maka H0 diterima
Gambar 3.2 Gambar Kurva Dustribusi t 3.8
Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang
56
dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Imam Ghozali, 2005)