BAB III METODE PENELITIAN
III.1. Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan studi kasus yakni untuk menggambarkan keadaan mengenai fakta tentang reaksi social terhadap normalisasi sungai deli.
III.2. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kelurahan sei mati, Kecamatan Medan Maimun, dimana dilokasi tersebut merupakan tempat para developer melakukan normalisasi terhadap sungai deli yang menimbulkan reaksi social dari masyarakat.
III.3. Populasi dan Sampel III.3.1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang bermukim di Kelurahan Sei Mati khususnya masyarakat yang bermukim di bantaran sungai deli yang melakukan reaksi social terhadap normalisasi sungai deli. Sebagai unit analisis dalam penelitian ini adalah keluarga.
31
Universitas Sumatera Utara
III.3.2. Sampel Dalam pengambilan sampel, penulis menggunakan teknik Proporsional sampling. Dalam teknik ini penulis mengambil wakil dari unit-unit populasi tersebut dengan sistem perwalian yang berimbang. Kelurahan Sei Mati terdiri dari 12 lingkungan dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 2550. Berdasarkan data dan informasi yang diperoleh penulis, bahwa lokasi yang terkena dampak normalisasi sungai adalah lingkungan VII, IX, X, dan XII sehingga penulis tidak mengambil sampel dari 12 lingkungan yang ada di kelurahan Sei mati melainkan hanya mengambil 4 lingkungan sebagai sampel, dimana hanya 4 lingkungan lah yang merasakan langsung dampak normalisasi sungai Deli tesebut. Adapun perincian jumlah kepala keluarga dari lingkungan tersebut adalah sebagai berikut: (Unit I) Lingkungan VII jumlah kepala keluarga sebanyak 201 kk (Unit II) Lingkungan IX jumlah kepala keluarga sebanyak 300 kk (Unit III) Lingkungan X jumlah kepala keluarga sebanyak 270 kk (Unit IV) Lingkungan XII jumlah kepala keluarga sebanyak 231 kk. Jumlah keseluruhan kepala keluarga adalah sebanyak 1002 kk. Maka dalam hal ini penulis menggunakan prosentasi untuk menakar pembagian yang berimbang. Penulis menetapkan masing-masing unit diwakili oleh 10 % jumlah seluruh unit, maka unit I diwakili oleh 20 kk, Unit dua diwakili oleh 30 kk, Unit III diwakili oleh 27 kk, unit IV diwakili oleh 23 kk, total seluruhnya adalah 100 kk yang akan menjadi sampel penelitian.
32
Universitas Sumatera Utara
III.4. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang diperlukan, maka dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut: 1. Studi Kepustakaan Studi kepustakaan adalah Teknik pengumpulan data atau informasi yang menyangkut masalah yang diteliti dengan mempelajari dan menelaah buku, majalah atau suratkabar dan bentuk tulisan lainnya yang ada relevansinya dengan masalah yang diteliti 2. Studi Lapangan Studi lapangan dilakukan dengan mengumpulkan data langsung pada objek yang diteliti sebagai data primer. Pengumpulan data ini ditempuh dengan cara: a. Observasi, yaitu pengamatan dan pencatatan dengan sistematik tentang gejala-gejala yang diamati. Dengan observasi, peneliti akan memperoleh informasi/data yang tidak mungkin bisa dihimpun melalui wawancara atau kuesioner, misalnya partisipasi masyarakat. Hanya dengan observasi, peneliti akan memperoleh data akurat, siapa yang biasanya hadir dalam pertemuan warga yang membicarakan tentang perkembangan kasus normalisasi sungai deli. Selain itu peneliti dapat memahami konteks bagaimana proyek normalisasi dilaksanakan. b. Wawancara, Teknik wawancara yang digunakan peneliti adalah dengan menggunakan kuesioner melalui wawancara langsung dan wawancara mendalam
33
Universitas Sumatera Utara
b.1. Kuesioner melalui wawancara langsung Kuesioner ini ditujukan bagi responden sebanyak 100 orang. Dalam membagikan kuesioner, peneliti langsung bertatap muka dengan responden dan kuesioner tetap dipegang oleh pewawancara, lalu membacakan pertanyaan kepada responden, baik dengan atau tanpa option jawaban secara lengkap. b.2.Wawancara mendalam. Wawancara ini digunakan untuk mencari informasi dari beberapa informan kunci yang dipilih dengan beberapa pertimbangan.
III.3.5. Teknik Analisis Data Dalam penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif dalam bentuk penjelasan dan uraian secara rinci.
34
Universitas Sumatera Utara
BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
IV.1. Gambaran Umum Kelurahan Sei Mati Kelurahan Sei mati adalah kelurahan yang terletak di kecamatan Medan Maimun, Kotamadya Medan. Kelurahan ini memiliki luas yang terdiri dari: luas pemukiman 0,18 km2, luas kuburan 0,01 km2, luas pekarangan 0,01 km2, luas perkantoran 0,02 km2, luas prasarana umum lainnya 0,01 km2, dan total luas keseluruhan adalah 0,23 km2. Menurut data akhir tahun 2006 penduduk kelurahan ini berjumlah 13.138 jiwa. Kelurahan Sei mati terdiri atas 12 lingkungan yang masing-masing dipimpin oleh kepala lingkungan.
Selain itu kelurahan Sei Mati memiliki penduduk
mayoritas beragama Muslim dan mayoritas bersuku Batak Mandailing yang tersebar di 12 lingkungan. Ditinjau dari letak geografisnya kelurahan Sei mati memiliki batas-batas wilayah yaitu sebelah barat bersebelahan dengan Bandara Polonia (kelurahan Suka damai), sebelah timur bersebelahan dengan kelurahan Sitirejo serta pasar merah darat. Dari segi pendidikan, mayoritas masyarakat kelurahan Sei mati hanya tamat sekolah menengah pertama, dan wajar saja jika mayoritas dari mereka bekerja di sector informal anatra lain: pedagang kaki lima, buruh, kerajinan, pertukangan, karyawan swasta dan lain sebagainya.
35
Universitas Sumatera Utara
IV.2. Sejarah Singkat Sungai Deli Sungai Deli yang hulunya di Deli Tua, mengalir hingga ke Belawan, yang mana di satu desa (Namu Rambe) ada situs bersejarah tentang Putri hijau, benteng pertahanan, bekas istana, dan sumur tempat permandianyang kini merupakan pancuran yang airnya sampai saat ini tetap mengalir. Sungai deli merupakan salah satu kebanggaan masyarakat Deli tua sampai kemuara tepatnya Belawan yang dahulunya mayoritas penduduknya adalah suku Karo dan Melayu. Sejarah membuktikan bahwa sungai deli dahulunya pernah menjadi jalur transportasi rakyat. Bahkan sungai ini pernah dilalui oleh perahu atau kapal kerajaan Aceh dan kerajaan Haru ketika terjadi peperangan pada abad 16. Sungai deli telah mengukir sejarah yang panjang. Kisah seorang Sultan Muda dari kerajaan Aceh yang bernama Ali Mughayat Syah yang jatuh cinta dengan Putri Hijau, tetapi cinta Sultan tersebut ternyata ditolak oleh Putri hijau. Sehingga akibat penolakan tersebut menyebabkan terjadinya peperangan merebut kerajaan Haru yang sekarang menjadi Kesultanan Deli pada tahun 1552. Peperangan tersebut terajdi didataran rendah diantara pertemuan sungai deli dengan sungai babura yang dikenal sekarang menjadi Kampung Medan. Sungai deli merupakan saksi sejarah yang bisu dari masa keemasan. Bukan hanya kerajaan Aceh saja yang pernah melalui alur sungai deli, melainkan Sultan Johor dengan armada lautnya pun pernah berlayar mengarungi sungai Deli untuk membantu kerajaan Haru di abad ke 16 dalam peperangan melawan kerajaan Aceh. Mengenai nama sungai Deli dalam peta Willem Ijsbrandtsz Bontekoe pada 10 April 1662, bahwa Sungai Deli diberi nama “Rio De Dalim” yang artinya adalah Sungai Deli atau pada masa itu disebut juga dengan Sungai Petani.
36
Universitas Sumatera Utara
IV.3. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jumlah Penduduk Pada MasingMasing Lingkungan Berdasarkan hasil sensus kelurahan Sei mati tahun 2006, diketahui bahwa jumlah penduduk kelurahan ini mencapai 13.138 jiwa.yang tersebar di 12 lingkungan. Untuk mengetahui jumlah dan persentasinya dapat dilihat pada table yang telah disajikan dibawah ini: Tabel 1 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jumlah Penduduk Pada MasingMasing Lingkungan Lingkungan Jumlah Lingkungan 1 686 Lingkungan II 824 Lingkungan III 898 Lingkungan IV 857 Lingkungan V 915 Lingkungan VI 1208 Lingkungan VII 920 Lingkungan VIII 1161 Lingkungan IX 1514 Lingkungan X 1388 Lingkungan XI 1338 Lingkungan XII 1429 Total 13138 Sumber: Kantor Kelurahan Sei Mati, Agustus 2007
% 5,22 6,27 6,84 6,52 6,96 9,19 7,00 8,84 11,52 10,56 10,18 10,88 100,00
Berdasarkan table 1 diatas dapat dilihat bahwa lingkungan yang memiliki jumlah penduduk yang terbanyak adalah lingkungan IX dengan jumlah sebanyak 1514 orang (11,52 %). Sementara itu lingkungan X, XI, XII memiliki jumlah penduduk yang hampir berimbang, sedikit berada dibawah lingkungan IX, hal ini dapat dilihat dari persentasi dari table yang telah disajikan diatas. Sedangkan jumlah penduduk yang paling sedikit adalah lingkungan I yakni sebanyak 686 orang (5,22 %).
37
Universitas Sumatera Utara
IV.4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Dari total jumlah penduduk Kelurahan Sei mati sebanyak 13.138 jiwa, bahwa jumlah jenis kelamin terbanyak adalah jenis kelamin perempuan dengan jumlah 7124 orang (54,22 %) yang selisih perbedaannya tidak begitu mencolok dengan jenis kelamin laki-laki dengan jumlah sebanyak 6014 orang (45,78 %). Tabel 2 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin No 1 2
Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan Total
Jumlah 6014 7124 13138
% 45,78 54,22 100,00
Sumber: Kantor Kelurahan Sei Mati, Agustus 2007
IV.5. Komposisi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Tabel 3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Kelompok Umur (Tahun) 0-3 4-6 7-12 13-15 16-19 20-23 24-27 28-30 31-33 34-37 38-40 41-44 45-47 48-50 51-55 56-keatas
Total Sumber: Kelurahan Sei Mati, Agustus 2007
Jumlah
%
776 711 709 684 652 724 747 732 752 653 725 733 740 742 761 674 13138
5,91 5,41 5,49 5,21 4,96 5,51 5,69 5,57 5,72 4,97 5,52 5,58 5,63 5,65 5,79 5,13 100,00
38
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan table 3 diatas jumlah kelompok umur yang paling banyak adalah kelompok umur 0-3 tahun mencapai 776 orang dengan persentasi 5,91 %. Sedangkan kelompok umur yang paling sedikit jumlahnya adalah kelompok umur 16-19 tahun sebanyak 652 orang dengan persentasi sebesar 4,96 %. Akan tetapi data menunjukkan bahwa keseluruhan kelompok umur memiliki jumlah dan persentasi yang berimbang.
IV.6. Komposisi Penduduk Berdasarkan Suku Secara etnis, kelurahan Sei mati terdiri atas berbagai macam suku. Untuk melihat perinciannya dapat kita lihat pada table dibawah ini: Tabel 4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Suku NO 1 2 3 4 5 6 7
Suku Jumlah Batak Mandailing 4227 Melayu 1843 Padang 3568 Tionghoa 2815 Batak Toba 369 Aceh 147 Suku lainnya 169 Total 13138 Sumber: Kantor kelurahan Sei Mati, Agustus 2007
% 32,17 14,01 27,16 21,43 2,81 1,12 1,29 100,00
Dari perincian table 4 diatas dapat kita lihat bahwa jumlah suku yang paling banyak mendiami kelurahan Sei mati adalah suku batak mandailing dengan jumlah sebanyak 4227 orang (32,17 %). Kemudian pada posisi kedua yang terbanyak dimiliki oleh suku Padang yang tidak begitu mencolok jumlah perbedaannya yakni sebanyak 3568 (27,16 %). Sedangkan suku yang jumlahnya
39
Universitas Sumatera Utara
169 orang (1,29 %) dimiliki oleh suku lainnya yang tidak diterterakan dalam table, mereka adalah suku-suku seperti suku Jawa, Nias, karo, dan lain-lain.
IV.7. Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama Penduduk kelurahan Sei mati menganut beberapa macam agama antara lain agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, dan Budha. Untuk mengetahui jumlah dan persentasinya dapat kita lihat pada tabel dibawah ini Tabel 5 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama NO 1 2 3 4 5
Agama Yang Dianut Jumlah Islam 10561 Kristen 492 Katolik 180 Hindu 15 Budha 1890 Total 13138 Sumber: Kantor Kelurahan Sei Mati, Agustus 2007
% 80,39 3,74 1,37 0,11 14,39 100,00
Berdasarkan table 5 diatas yang memiliki jumlah yang paling banyak yang menganut sebuah agama tertentu adalah agama Islam dengan jumlah penganut sebanyak 10561 orang (80,39 5). Sedangkan jumlah penganut agama yang paling sedikit adalah agama hindu sebanyak 15 orang (0,11 %). Dari jumlah tersebut dapat disimpulkan bahwa mayoritas penduduk kelurahan Sei mati adalah menganut agama Islam. Akan tetapi walaupun mayoritas penduduknya menganut agama Islam, kerukunan beragama masih tetap terjaga dan terjalin dengan baik hingga sampai sekarang.
40
Universitas Sumatera Utara
IV.8. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Kondisi pendidikan penduduk kelurahan Sei mati dapat dikatakan relatif rendah. Hal ini dapat kita lihat pada table yang telah disajikan dibawah ini yang menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang tidak pernah sekolah sebanyak 1201 orang (20,84 %), tidak tamat SD sebanyak 965 orang (16,74 %), SD sebanyak 565 orang (9,80 %), SLTP sebanyak 525 orang (9,12 %), SLTA sebanyak 715 (12,41 %). Meskipun sudah ada yang mencapai gelar sarjana tetapi jumlahnya tidak sebanding dengan jumlah penduduk yang tidak tamat SD, tamat SD, dan bahkan yang tidak pernah sekolah. Tabel 6 Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan NO 1 2 3 4 5 6 7 8
Pendidikan Jumlah Belum sekolah 1645 Tidak pernah sekolah 1201 Tidak tamat SD 965 SD 565 SLTP 525 SLTA 715 Akademi D1/D3 95 Sarjana 52 Total 5763 Sumber: Kantor Kelurahan Sei Mati, Agustus 2007
% 28,54 20,84 16,74 9,80 9,12 12,41 1,65 0,90 100,00
IV.9. Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Ditinjau dari segi mata pencaharian, penduduk kelurahan Sei Mati memiliki mata pencaharian yang beragam. Hal ini dapat dilihat dari tabel komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian dibawah ini.
41
Universitas Sumatera Utara
Tabel 7 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Mata Pencaharian Jumlah Pensiunan ABRI 9 ABRI 16 Pensiunan PNS 62 Pegawai Negeri 178 Karyawan Swasta 2107 Pedagang 504 Pertukangan 176 Buruh 169 Pengrajin 132 Biro Jasa 20 Total 3373 Sumber: Kantor Kelurahan Sei Mati, Agustus 2007
% 0,27 0,47 1,84 5,28 62,47 14,94 5,22 5,01 3,91 0,59 100,00
Data dari table 7 diatas menunjukkan bahwasanya dari sejumlah penduduk yang bekerja, karyawan swasta memiliki jumlah yang terbanyak yakni mencapai 2107 orang (62,47%), kemudian pada urutan kedua adalah pedagang dengan jumlah 504 0rang (14,94) atau seperempat dari jumlah yang bekerja sebagai karyawan swasta. Sedangkan yang memiliki pekerjaan dengan jumlah yang paling sedikit adalah pensiunan ABRI yakni sebanyak 9 orang (0,27%).
IV.10. Sarana Pendidikan Pembangunan sarana pendidikan di kelurahan Sei mati dirasakan masih sangat perlu diperhatikan, sebab beberaap sarana pendidikan masih belum terdapat di kelurahan ini. Adapun sarana pendidikan di kelurahan ini, dapat dilihat pada table dibawah ini.
42
Universitas Sumatera Utara
Tabel 8 Sarana Pendidikan Pendidikan TK SD TPA Lembaga Pendidikan Keagamaan Jumlah Sumber: Kantor Kelurahan Sei Mati, Agustus 2007
Jumlah 1 5 1 1 8 buah
Berdasarkan Data pada table 8 dapat dilihat bahwa jumlah TK di kelurahan ini hanya 1 buah, SD 5 buah, TPA 1 buah, Lembaga pendidikan keagamaan 1 buah. Data tersebut menunjukkan bahwa SD merupakan sarana pendidikan yang paling banyak terdapat di kelurahan Sei mati. Kemudian data menunjukkan bahwa sarana pendidikan untuk SLTP dan SLTA belum terdapat didaerah ini, sehingga mengakibatkan banyak penduduk usia sekolah khususnya SLTP dan SLTA terpaksa bersekolah untuk memperolaeh pendidikan SLTP dan SLTA nya di luar kelurahan.
IV.11. Sarana Kesehatan Kebutuhan akan saarna kesehatan oleh penduduk kelurahan Sei mati juga dirasakan sangat penting. Oleh karena itu pemerintah maupun pihak swasta telah membangun beberapa sarana kesehatan guna memenuhi kebutuhan penduduk di bidang kesehatan. Untuk mengetahui sarana-sarana apa saja yang terdapat di kelurahn ini dapat dilihat pada table dibawah. Berdasarkan Data pada table 9 dapat dilihat bahwa poliklinik/balai kesehatan tersedia hanya 1 unit, apotik 1 unit, posyandu tersedia 12 unit, dan tempat Dokter praktek tersedia 3 unit. Data menunjukkan bahwa sarana kesehatan yang paling banyak tersedia adalah Posyandu dengan jumlah 12 unit yang tersebar
43
Universitas Sumatera Utara
di 12 lingkungan. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa sarana kesehatan di kelurahan ini cukup memadai Tabel 9 Sarana Kesehatan Sarana Kesehatan Jumlah Unit Poliklinik/Balai Pengobatan 1 Unit Apotik 1 Unit Posyandu 12 Unit Tempat Dokter Praktek 3 Unit Jumlah 17 Unit Sumber: Kantor Kelurahan Sei Mati, Agustus 2007
IV.12. Sarana Olahraga Di kelurahan Sei mati juga memiliki beberapa sarana olahraga yang terdiri dari lapangan sepak bola sebanyak 1 buah, lapangan bulu tangkis 2 buah, dan lapangan voli 1 buah. Kondisi fasilitas dan sarana olahraga tersebut masih dalam keadaan yang cukup baik dan sampai sekarang fasilitas tersebut masih digunakan oleh para pemuda-pemudi dan juga orangtua di kelurahan tersebut. Tabel 10 Sarana Olahraga Sarana Olahraga Lapangan Sepak bola Lapangan Bulu tangkis Lapangan Voli Jumlah Sumber: Kantor kelurahan Sei Mati, Agustus 2007
Jumlah 1 buah 2 buah 1 buah 4 buah
IV.13. Sarana Peribadatan Di kelurahan Sei mati hanya terdapat beberapa tempat peribadatan bagi agama tertentu, diantaranya adalah rumah peribadatan umat Islam dan umat Budha yang perinciannya adalah Masjid sebanyak 3 buah dan Mushola sebanyak 6 buah, serta Wihara sebanyak 1 buah. Sementara itu tempat peribadatan bagi
44
Universitas Sumatera Utara
umat Nasrani dan umat Hindu masih belum terdapat, sehingga para umat tersebut harus beribadah di luar kelurahan Sei mati. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa tempat peribadatan hanya terdapat rumah ibadah umat Islam dan umat Hindu, ini dikarenakan mayoriats penduduk kelurahan Sei mati adalah umat Islam yang persentasinya mencapai 80,39 % dari total jumlah penduduk dan umat Budha persentasinya mencapai 14,39 % dari total jumlah penduduk. Tabel 11 Sarana Peribadatan Prasarana Ibadat Masjid Mushola Wihara Jumlah Sumber: Kantor Kelurahan Sei mati, Agustus 2007
Jumlah 3 buah 6 buah 1 buah 10 buah
1V.14. Prasarana Air Masyarakat kelurahan Sei mati memiliki pengguna air yang beragam diantaranya ada yang menggunakan air sumur gali, air sungai, hidran umum, sumur pompa, PAM, dan MCK. Untuk mengetahui jumlah kepala keluarga yang menggunakannya dapat dilihat pada table dibawah ini: Tabel 12 Prasarana Air Pengguna Air Jumlah KK Pengguna air sumur gali 15 KK Pengguna air sungai 118 KK Pengguna hidran umum 1 KK Pengguna sumur pompa 5 KK Pengguna PAM 1724 KK Pengguna MCK 23 KK Jumlah 2960 KK Sumber: Kantor Kelurahan Sei Mati, Agustus 2007
45
Universitas Sumatera Utara
Dari table 12 diatas dapat dilihat bahwa jumlah kepala keluarga yang paling banyak mengunakan air adalah pengguna PAM dengan jumlah pengguna sebanyak 1724 KK. Sedangkan pengguna air yang paling sedikit adalah pengguna hidran umum dengan jumlah pengguna sebanyak 1 orang KK saja.
46
Universitas Sumatera Utara
Bagan 2 BAGAN STRUKTUR ORGANISASI PEMERINTAH KELURAHAN SEI MATI Lurah Drs. Ahmaddin NIP 400037536
Sekretaris Erwinsyah Nasution NIP 010261030
Kelompok Jabatan Fungsionil
Urusan Pemerintahan Erna Hasibuan NIP 010119996 Urusan Ketentraman dan Ketertiban Sri Wahyuni NIP 400051988 Urusan Pembangunan Cut Nurlaila NIP 400039441 Urusan Kesejahteraan Rakyat Syaiful Adlan NIP 4000 30039 Urusan Umum Ahmad Auni Ry NIP 010118976
Syahlan Daulay NIP 400034161 Lingkungan
47
Universitas Sumatera Utara
Lingkungan I Subandi
Lingkunan II H. Iza Usman
Lingkungan III Dasmail
Lingkungan IV Nurhayati
Lingkungan V Maragahon. H
Lingkungan VI Zulkarnain.MTD
Lingkungan VII Azhari NST
Lingkungan VIII Rusli NST
Lingkungan IX Sulaiman Heri
Lingkungan X Zainal As guci
Lingkungan XI H. A. Nawi SRG
Lingkungan XII Mahyuddin
48
Universitas Sumatera Utara
BAB V ANALISIS DATA Dalam analisis data pada BAB V, ada tiga bagian poin penting yang akan diuraikan dan dianalisis yang terdiri atas: Identitas Responden, Aksi Komunitas, serta Persepsi Masyarakat. Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas dari data yang telah terkumpul, dapat dilihat pada tabel-tabel distribusi frekuensi yang disajikan berikut ini.
V.1. Identitas Responden
Tabel 13 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin NO 1 2
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah Sumber: Data Primer
Frekuensi 25 75 100
% 25 75 100
Dari table 13 dapat diketahui bahwa mayoritas responden adalah perempuan. Hal ini dikarenakan suami mereka yang menjadi kepala keluarga sebahagian bekerja untuk mencari nafkah, sehingga peneliti tidak dapat mewawancarai mereka. Oleh karena itu peneliti mewawancarai istri mereka untuk menggantikannya sebagai responden. Kajian identitas responden berdasarkan umur telah disajikan pada table 14 berikut.
49
Universitas Sumatera Utara
Tabel 14 Distribusi Responden Berdasarkan Umur NO 1 2 3 4 5
Kelompok Umur
Frekuensi 6 11 13 47 23 100
35-39 40-49 45-49 50-54 55 keatas
Total Sumber: Data Primer
% 6 11 13 47 23 100
Dari table 14 dapat dilihat bahwa kelompok umur 50-54 lebih banyak dibandingkan dengan kelompok umur responden yang lain. Sementara itu kelompok umur 50-54 dan 55 keatas pada umumnya mereka adalah warga yang lahir di kelurahan Sei Mati dan memiliki keluarga serta bertempat tinggal menetap di kelurahan itu juga. Lalu, data tentang agama yang dianut responden disajikan pada table 15 berikut ini
Tabel 15 Distribusi Responden Berdasarkan Agama
NO 1 2 3 4 5
Agama Islam Protestan Katolik Budha Hindu
Jumlah Sumber: Data Primer
Frekuensi 96 2 0 2 0 100
% 96 2 0 2 0 100
Berdasarkan table 15 diatas dapat dilihat bahwa responden yang beragama Islam mencapai 96 % dari total responden yang berjumlah 100 kepala keluarga. Menurut data yang diperoleh dari kantor kelurahan Sei Mati, bahwa 80,39 %
50
Universitas Sumatera Utara
penduduk Kelurahan Sei Mati adalah memeluk agama Islam. Oleh karena itu wajar saja responden yang beragama Islam lebih banyak dibandingkan responden yang beragama lainnya. Kemudian data tentang distribusi responden berdasarkan suku disajikan pada table 16 berikut ini.
Tabel 16 Distribusi Responden Berdasarkan Suku NO
Suku Batak Mandailing Melayu Jawa Padang Batak Toba Tionghoa Jumlah Sumber: Data Primer 1 2 3 4 5 6
Frekuensi 51 32 6 7 2 2 100
% 51 32 6 7 2 2 100
Data pada table 16 menunjukkan bahwa responden terdiri atas beraneka ragam suku bangsa yang mendiami kelurahan Sei Mati yang tersebar di 12 lingkungan. Dari table juga dapat dilihat bahwa responden lebih banyak berasal dari suku batak Mandailing dengan jumlah 51 kk (51 %), diikuti suku Melayu 32 kk (32%), suku Jawa 6 kk (6 %), suku Padang 7 kk (7 %), suku Batak Toba 2 kk (2 %), dan suku Tionghoa 2 kk (2 %). Selanjutnya, pada table 17 dibawah ini telah disajikan data responden mengenai latar belakang pendidikannya. Untuk mengetahui frekuensi dan persentasinya dapat dilihat pada table berikut ini.
51
Universitas Sumatera Utara
Tabel 17 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan NO 1 2 3
Pendidikan
Frekuensi 80 11 9 100
SD SLTP SLTA
Jumlah Sumber: Data primer
% 80 11 9 100
Dari table 17 dapat dilihat bahwa mayoritas responden adalah berpendidikan sekolah dasar dengan jumlah 80 orang (80 %). Dapat kita simpulkan bahwa tingkat pendidikan penduduk kelurahan Sei mati masih relatif rendah. Hal ini juga ditandai dengan lembaga pendidikan di kelurahan Sei Mati hanya terdapat sekolah dasar saja, sedangkan SLTP dan SLTA belum ada sama sekali hingga sekarang. Kemudian data tentang distribusi responden berdasarkan lama bermukim telah disajikan pada table 18 berikut ini.
Tabel 18 Distribusi Responden Berdasarkan Lama Bermukim NO 1 2 3 4 5
Lama Bermukim 1-5 tahun 6-10 tahun 11-15 tahun 16-20 tahun 20 tahun lebih Jumlah Sumber: Data Primer
Frekuensi 2 6 21 24 47 100
% 2 6 21 24 47 100
Berdasarkan table 18 diatas dapat dilihat bahwa 47 orang (47 %) responden telah bermukim selama lebih dari 20 tahun di kelurahan Sei Mati. Sementara itu yang bermukim selama 1-5 tahun dan 6-10 tahun pada umumnya
52
Universitas Sumatera Utara
sebahagian dari mereka adalah para pendatang yang menyewa rumah di kelurahan Sei Mati. Sedangkan responden yang bermukim selama 20 tahun lebih pada umumnya mereka adalah warga yang lahir di kelurahan Sei Mati dan memiliki keluarga serta bertempat tinggal menetap di kelurahan itu juga. Akhirnya, data pada table 19 telah disajikan tentang distribusi responden berdasarkan mata pencaharian. Untuk mengetahui frekuensi dan persentasinya dapat dilihat pada table dibawah ini berikut dengan penjelasannya. Mata pencaharian penduduk kelurahan Sei Mati sangat beraneka ragam. Dari sejumlah responden, diketahui bahwa jenis mata pencaharian tersebut terdiri atas pedagang, buruh, pertukangan, pengrajin, karyawan swasta, dan pegawai negeri. Untuk mengetahui jumlah dan persentasinya dapat dilihat pada table dibawah ini.
Tabel 19 Distribusi Responden Berdasarkan Mata Pencaharian NO 1 2 3 4 5 6
Mata Pencaharian Pedagang Buruh Pertukangan Pengrajin Karyawan swasta Pegawai Negeri Jumlah Sumber: Data Primer
Frekuensi 46 21 24 4 3 2 100
% 46 21 24 4 3 2 100
Berdasarkan data pada table 19 diatas dapat dilihat bahwa mayoritas responden adalah bekerja sebagai pedagang dengan jumlah 46 orang (46 %). Disamping itu, tingkat pendidikan penduduk kelurahan Sei Mati yang relatif rendah tampaknya berpengaruh terhadap jenis pekerjaan yang mereka miliki yang
53
Universitas Sumatera Utara
pada umumnya tidak membutuhkan persyaratan pendidikan formal yang relatif tinggi. Hal tersebut dapat dilihat dari jenis pekerjaan yang mereka lakukan yang kebanyakan bekerja sebagai pedagang, buruh, pertukangan, dan pengrajin
V.2. Aksi Komunitas Glen (dalam Adi, 2003: 105) menyatakan bahwa aksi komunitas biasanya terkait dengan suatu isu khusus yang dirasa merisaukan oleh suatu komunitas. Isu tersebut mungkin merupakan isu yang khusus bagi sekelompok orang yang berada di wilayah tertentu, atau mungkin merupakan isu yang dirasakan oleh masyarakat secara umum. Kesamaan pengalaman terhadap hal yang dianggap tidak menyenangkan tersebut dapat menjadi tenaga penggerak untuk mengorganisir kekuatan yang akan memunculkan solidaritas kolektif. Solidaritas kolektif ini merupakan tenaga penggerak yang utama untuk munculnya suatu gerakan komunitas. Tanpa adanya solidaritas kolektif sebagai energi utama dari gerakan ini, aksi-aksi yang akan dilakukan akan menjadi lemah dan tidak mempunyai cukup kekuatan untuk mempengaruhi para pembuat kebijakan. Ketika masyarakat (komunitas) ingin menggoyang suatu sistem yang sudah mapan, mereka sangat membutuhkan adanya solidaritas kolektif untuk menjamin keberhasilan gerakan mereka. Dalam aksi komunitas ini, penulis menyajikan data dengan menggunakan table tunggal. Adapun data-data yang diperoleh adalah meliputi: pertama, Tahu tidaknya responden tentang sebuah gerakan masyarakat yang menentang normalisasi sungai Deli. Kedua, tanggapan responden tentang dukungan terhadap aksi gerakan masyarakat. Dalam poin dua ini, penulis menganalisis datanya
54
Universitas Sumatera Utara
dengan menggunakan teori harapan menurut Klandermans yang menyatakan bahwa partisipasi individual mempunyai hubungan dengan pencapaian tujuan. Kemudian yang ketiga, Tahu tidaknya responden mengenai kenapa kelompok aksi terbentuk. Untuk menganalisis datanya, penulis menggunakan teorinya Zander yang menyatakan bahwa ada empat keadaan yang dapat memfasilitasi kesadaran warga masyarakat akan posisi mereka, sehingga memungkinkan terbentuknya suatu kelompok aksi. Selanjutnya yang keempat, tentang pernah tidaknya responden mengikuti aksi, untuk menganalisis datanya penulis menggunakan teori nilai harapan menurut Feather dan Norman yang menyatakan bahwa perilaku individu merupakan fungsi nilai dari hasil yang diharapkan dari suatu perilaku. Sementara itu yang kelima, untuk menganalisis data tentang keterlibatan responden dalam mengikuti aksi, penulis memakai pendapatnya Glen tentang strategi dan taktik yang digunakan kelompok aksi. Kemudian yang keenam, untuk menganalisis data mengenai pernah tidaknya responden mengikuti pertemuan di kelurahan Sei Mati, penulis menggunakan teori motivasi menurut Ober-schall yang menyatakan bahwa untuk berpartisipasi dalam gerakan sosial sebagai fungsi tentang kerugian dan keuntungan berpartisipasi yang dirasakan. Ketujuh, data mengenai keterlibatan responden dalam mengikuti pertemuan di Sei Mati. Dan yang kedelapan mengenai antusias responden dalam mengikuti perkembangan kasus normalisasi sungai Deli. Untuk mengetahui secara rinci mengenai data serta analisisnya dapat dilihat sebagai berikut ini.
55
Universitas Sumatera Utara
Tabel 20 Tahu Tidaknya Responden Tentang Sebuah Gerakan Masyarakat yang Menentang Normalisasi Sungai Deli NO 1 2
Kategori Tahu Tidak tahu Jumlah Sumber Data Primer
frekuensi 100 0 100
% 100 0 100
Dari table 20 diatas dapat diketahui bahwa seluruh responden mengetahui tentang adanya gerakan masyarakat yang menentang normalisasi sungai Deli. Berdasarkan hasil wawancara dan hasil pengamatan dari seratus responden diketahui bahwa ada 91 responden yang termasuk anggota dari gerakan Masyarakat Medan Maimun Bersatu (GM3B) sehingga wajar saja mereka tahu ada gerakan masyarakat menentang normalisasi sungai Deli karena mereka juga adalah bahagian dari anggota gerakan masyarakat tersebut. Sementara itu 9 responden yang bukan anggaota GM3B yang sama sekali tidak pernah mengikuti aksi mengetahui adanya sebuah gerakan masyarakat tersebut, meskipun mereka bukanlah bahagian dari anggota GM3B. Kemudian pada table 21 telah disajikan data mengenai tanggapan reponden tentang dukungan terhadap aksi gerakan masyarakat. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai frekuensi dan persentasinya serta analisisnya, dapat dilihat sebagai berikut ini.
56
Universitas Sumatera Utara
Tabel 21 Tanggapan Responden Tentang Dukungan Terhadap Aksi Gerakan Masyarakat NO 1 2
Kategori Ya Tidak
Jumlah Sumber: Data Primer
Frekuensi 94 6 100
% 94 6 100
Data pada table 21 diatas dapat diketahui bahwa ada 94 responden yang memberikan dukungannya terhadap aksi gerakan masyarkat. Dari sejumlah dukungan yang diberikan oleh responden dapat kita kaji melalui pendapat Klandermans. Menurut Klandermans bahwa partisipasi individual mempunyai hubungan dengan pencapaian tujuan yang terdiri atas tiga harapan yang terpisah satu sama lain, yaitu (1) Harapan bahwa partisipasi individu dalam hal ini responden, akan memberikan kontribusi terhadap kemungkinan untuk sukses, dalam arti kemungkinan tuntutan masyarakat untuk mendesak pemerintah agar normalisasi sungai Deli yang telah dan akan dilakukan segera dihentikan dan masalah kerugian harta benda masyarakat segera diselesaikan akan sukses, (2) harapan bahwa aksi tersebut akan berhasil bila ada cukup banyak orang lain yang ikut berpartisipasi. Masyarakat Sei mati berharap agar ada cukup banyak orang yang ikut berpartisipasi dalam mengikuti aksi. Tentunya selain dukungan dari masyarakat juga diharapkan motivasinya untuk berpartisipasi dalam aksi gerakan ini. (3) harapan bahwa ada cukup banyak orang (lain) yang akan berpartisipasi. Meningkatkan visibilitas hubungan antara partisipasi individu (responden) dan pencapaian tujuan juga berarti meyakinkan orang-orang bahwa partisipasi individu
(responden)
memberikan
kontribusi
yang
signifikan
terhadap
57
Universitas Sumatera Utara
keberhasilan pencapaian tujuan atau non partisipasi akan menghambat kesuksesan serta strategi aksi gerakan masyarakat yang dalam hal ini menggunakan pendekatan konflik akan memberikan dampak terhadap institusi sasaran. Lalu, Pada table 22 telah disajikan data mengenai tahu tidaknya responden mengenai kenapa kelompok aksi terbentuk. Untuk itu dibawah ini telah disajikan data beserta analisisnya.
Tabel 22 Tahu Tidaknya Responden Mengenai Kenapa Kelompok Aksi Terbentuk NO 1 2
Kategori Tahu Tidak tahu
Jumlah Sumber: Data Primer
Frekuensi 91 9 100
% 91 9 100
Menurut Zander (dalam Adi, 2003: hal 108) bahwa ada empat keadaan yang dapat memfasilitasi kesadaran warga masyarakat akan posisi mereka, sehingga memungkinkan terbentuknya suatu kelompok aksi. “Pertama, adanya kondisi yang tidak menyenangkan di masyarakat atau munculnya masukan untuk mendapatkan kondisi yang lebih menyenangkan. Kedua, keadaan yang lebih menyenangkan tersebut dirasakan mungkin untuk diwujudkan. Ketiga, baik organizer ataupun warga masyarakat meyakini bahwa usaha bersama yang akan mereka lakukan akan berhasil bila mereka memperkenalkan usaha-usaha untuk melakukan perubahan. Keempat, kondisi masyarakat cukup mendukung aktifis atau organizer untuk terlibat aktif dalam setiap kegiatan tersebut”. Berdasarkan data pada table 22 diketahui bahwa ada 91 responden (91 %) yang tahu kenapa sebuah kelompok aksi terbentuk. Bila dikaji dari pendapat
58
Universitas Sumatera Utara
Zander bahwa adanya kondisi yang tidak menyenangkan dimasyarakat tersebut adalah bahwa masyarakat sadar akan dampak buruk yang diakibatkan oleh normalisasi sungai Deli bagi lingkungan dan aktivitas sosial ekonomi masyarakat sehingga mereka tergerak untuk membentuk sebuah kelompok aksi dalam rangka mewujudkan tujuan mereka yakni sebuah perubahan. Masyarakat Sei Mati dan organizer meyakini bahwa usaha bersama yang mereka lakukan akan berhasil bila mereka memperkenalkan usaha-usaha untuk melakukan perubahan melalui kegiatan aksi tersebut dan dengan terbentuknya kelompok aksi ini maka tujuan mereka akan tercapai melalui penggalangan kekuatan dari kelompok aksi ini. Sementara itu ada 9 responden yang tidak tahu kenapa terbentuk sebuah kelompok aksi. Ini menandakan bahwa kesadaran responden akan arti sebuah usaha dan perjuangan kelompok aksi ataupun gerakan masyarakat masih lemah. Selanjutnya, pada table 23 telah disajikan data mengenai pernah tidaknya responden mengikuti aksi. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai analisisnya, dapat dilihat pada berikut ini.
Tabel 23 Pernah tidaknya Responden Mengikuti Aksi
NO 1 2
Kategori Pernah Tidak pernah Jumlah Sumber: Data Primer
frekuensi 91 9 100
% 91 9 100
Menurut teori nilai harapan (Feather dan Norman dalam Klandermans 1997: hal 25) bahwa perilaku individu merupakan fungsi nilai dari hasil yang diharapkan dari suatu perilaku. Semakin besar kemungkinan suatu perilaku untuk
59
Universitas Sumatera Utara
menghasilkan hasil yang spesifik, dan semakin tinggi penilaian individu terhadap hasil tersebut, maka semakin besar pula kemungkinannya untuk melakukan perilaku itu. Teori tersebut dapat kita kaji bahwa 91 responden yang pernah mengikuti aksi memiliki harapan. Harapan tersebut adalah harapan bahwa tujuan aksi akan tercapai bila banyak orang ikut berpartisipasi dan harapan bahwa partisipasinya sendiri akan meningkatkan kemungkinan sukses. Dengan kata lain bahwa
keterlibatan
responden
dalam
mengikuti aksi
setidaknya
dapat
menciptakan peluang dan kemungkinan akan terwujudnya tujuan mereka yakni perubahan, perubahan dalam arti tuntutan mereka dipenuhi oleh pemerintah agar segera
menghentikan
normalisasi
sungai
Deli
serta
agar
pemerintah
memperhatikan nasib masyarakat yang menjadi korban akibat tnormalisasi sungai Deli. Sementara itu ada 9 responden yang tidak pernah mengikuti aksi. Kemungkinan ini dikarenakan oleh kurangnya motivasi untuk berpartisipasi dalam gerakan masyarakat atau disebabkan oleh terbatasnya kesempatan waktu mereka untuk berkumpul dalam mengikuti kegiatan dari gerakan masyarakat tersebut yang kemungkinan bisa juga dikarenakan kesibukan mereka dalam bekerja atau mengikuti aktivitas yang lain yang mungkin lebih menguntungkan daripada mengikuti kegiatan aksi. Kemudian, berikut ini telah disajikan data mengenai frekuensi keterlibatan responden dalam mengikuti aksi. Pada table 24 dibawah ini dapat kita lihat data beserta analisisnya.
60
Universitas Sumatera Utara
Tabel 24 Frekuensi Keterlibatan Responden Dalam Mengikuti Aksi NO 1 2 3 4 5
Kategori
1 kali 2 kali 3 kali 4 kali Lebih dari 4 kali Jumlah Sumber: Data Primer
Frekuensi 5 8 14 13 51 91
% 7 10 16 14 53 91
Berdasarkan data pada table 24, dapat diketahui mengenai frekuensi keterlibatan responden dalam mengikuti aksi. Data tersebut menunjukkan bahwa sebahagian besar responden sangat aktif mengikuti aksi dalam rangka menyuarakan aspirasinya untuk merealisasikan terwujudnya sebuah perubahan yakni perubahan akan kembalinya kondisi sungai Deli seperti sedia kala yang tidak pernah menimbulkan masalah buruk bagi lingkungan dan juga bagi masyarakat Sei mati khususnya. Disamping itu keaktifan responden dalam melakukan aksi tersebut setidaknya adalah sebuah usaha dan perjuangan mulia dari sebahagian kecil masyarakat yang sadar dan peduli akan nasib warganya dan nasib lingkungan tempat mereka dibesarkan dan dilahirkan. Selain itu responden yang pernah mengikuti aksi selalu didampingi oleh lembaga swadaya masyarakat seperti KONTRAS, WALHI, BAKUMSU, GELIAT, dan lembaga lainnya yang tetap setia dan konsisten mendampingi masyarakat untuk menyuarakan aspirasi mereka. Sementara itu, berdasarkan data yang diperoleh dan hasil pengamatan dilapangan, bahwa mengenai strategi dan teknik yang digunakan responden dalam menjalankan aksi komunitasnya, mereka yang dimotori oleh beberapa lembaga
61
Universitas Sumatera Utara
swadaya masyarakat, menggunakan strategi yang bersifat konflik dengan taktik bekerjasama dan taktik kampanye. Menurut Glen (dalam Adi, 2003: hal 106) bahwa kelompok aksi yang menggunakan strategi yang bersifat konflik adalah dengan tujuan untuk memperoleh dan mempertahankan kekuasaan sebagai sumber energi mereka. Mereka memandang kelompok sasaran mereka sebagai musuh dalam hal ini adalah musuh masyarakat adalah para developer. Glen juga berpendapat bahwa kelompok aksi yang menggunakan taktik bekerjasama seperti presentasi makalah, memberikan penjelasan, dan sebagainya, bila kelompok sasaran mereka pandang sebagai kelompok yang mempunyai wewenang untuk membuat kebijakan dan mengalokasikan sumber daya, serta mereka menduga bahwa kelompok sasaran tersebut akan mau bekerjasama sesuai dengan norma yang dimiliki oleh kelompok mereka. Selain itu kelompok aksi (masyarakat Sei mati) yang menggunakan taktik kampanye, seperti demonstrasi, pawai, ataupun taktik yang bersifat memaksa seperti terlibat dalam konfrontasi langsung dengan kelompok sasaran, bila kelompok sasaran mereka pandang sebagai kelompok yang mempunyai kapasitas untuk membuat suatu keputusan ataupun kebijakan tetapi tidak responsive (kurang mau menanggapi) tuntutan mereka, terutama karena adanya perbedaan sistem nilai dengan mereka. Bila kita kaji pendapat Glen, dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan strategi pendekatan konflik dan taktik bekerjasama serta taktik kampanye yang sudah dijelaskan tadi, masyarakat berharap usaha ini akan membuahkan hasil untuk mewujudkan sebuah perubahan yang lahir dari keputusan dan kebijakan yang akan dikeluarkan oleh pemerintah untuk memecahkan permasalahan tersebut
62
Universitas Sumatera Utara
dengan solusi yang tidak merugikan masyarakat melainkan akan lebih menguntungkan masyarakat. Untuk selanjutnya pada table 25 yang disajikan mengenai pernah tidaknya responden mengikuti pertemuan di kelurahan Sei Mati yang mendiskusikan tentang kasus normalisasi sungai Deli dapat dilihat pada berikut ini
Tabel 25 Pernah Tidaknya Responden Mengikuti Pertemuan di Kelurahan Sei Mati yang Mendiskusikan Tentang Kasus Sungai Deli NO 1 2
Kategori
Pernah Tidak pernah Jumlah Sumber: Data Primer
Frekuensi 94 0 94
% 94 0 94
Dari data pada table 25 diatas diketahui bahwa 94 responden (91 %) pernah mengikuti pertemuan di kelurahan Sei Mati yang mendiskusikan perkembangan kasus normalisasi sungai Deli. Pertemuan ini biasanya dilakukan di Masjid, rumah warga dan juga di kantor Kontras Sumatera Utara. Sementara itu, pada table 23 dapat dilihat bahwa ada 91 responden yang pernah mengikuti aksi menentang sungai Deli, sedangkan pada table 25 ternyata yang pernah mengikuti pertemuan di kelurahan Sei Mati yang mendiskusikan perkembangan kasus sungai Deli sejumlah 94 responden. Artinya tiga responden tidak pernah mengikuti aksi turun ke jalan, tetapi mereka terlibat hanya sebatas mengikuti pertemuan saja di kelurahan Sei Mati. Menurut Ober-schall (dalam Klandermans1997: hal 21) bahwa “motivasi dapat didefenisikan sebagai untuk berpartisipasi dalam gerakan sosial sebagai fungsi tentang kerugian dan keuntungan berpartisipasi yang dirasakan”. Maksudnya adalah bahwa kerugian
63
Universitas Sumatera Utara
dan keuntungan partisipasi yang dirasakan sangat bervariasi tidak hanya menurut jenis kegiatannya, tetapi juga dipengaruhi oleh kondisi, temperamen, dan prediksi individu yang bersangkutan. Bahkan, sangat mungkin suatu kegiatan dikerjakan sebagai kegiatan yang relatif tidak merugikan bagi seseorang, tetapi bagi orang lain dianggap sangat merugikan. Artinya, bahwa responden yang termotivasi untuk ikut serta pada salah satu jenis kegiatan seperti mengikuti petemuan di masjid atau rumah warga belum tentu juga bersedia untuk ikut serta dalam kegiatan lainnya sepert mengikuti aksi turun kejalan atau demonstrasi. Hal ini juga senada dengan pendapatnya Oliver dan Furman (dalam Klandermans 1997: hal 157) yang menyatakan bahwa partisipasi dengan usaha yang rendah seperti partisipasi responden yang hanya mengikuti pertemuan saja di rumah-rumah warga atau di masjid, dianggap sebagai substitusi bagi partisipasi yang lebih aktif, dengan kata lain, hal itu menjadi alasan untuk tidak terlibat di dalam kegiatankegiatan yang lebih menuntut seperti mengikuti demonstrasi yang pernah berakhir bentrok dengan aparat keamanan, dan aksi-aksi lainnya. Lalu, pada table 26 telah disajikan data dan analisisnya mengenai frekuensi keterlibatan responden dalam mengikuti pertemuan di kelurahan Sei mati. Untuk mengetahui lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut ini.
64
Universitas Sumatera Utara
Tabel 26 Frekuensi Keterlibatan Responden Dalam Mengikuti Pertemuan di Kelurahan Sei Mati NO 1 2 3
Kategori 2-4 kali 5-7 kali Lebih dari 8 kali Jumlah Sumber: Data Primer
Frekuensi 12 47 32 91
% 12 47 32 91
Berdasarkan data pada table 26 dapat diketahui frekuensi keterlibatan responden dalam mengikuti pertemuan di kelurahan Sei Mati. Data tersebut menunjukkan sebahagian besar responden sangat aktif dalam mengikuti pertemuan yang mendiskusikan perkembangan kasus normalisasi sungai Deli. Hal ini menandakan bahwa kasus ini cukup serius sehingga diperlukan langkahlangkah kedepan untuk memecahkan masalah ini supaya penderitaan masyarakat tidak semakin berkepanjangan. Selain itu pertemuan-pertemuan ini selalu dihadiri dan didampingi oleh aktivis dari beberapa lembaga swadaya masyarakat (LSM) seperti KONTRAS, WALHI, BAKUMSU dan lainnya. Lembaga-lembaga ini adalah para advokat dan organizer-organizer yang tetap konsisten untuk mendampingi masyarakat Sei mati dalam memperjuangkan hak-hak mereka. Akhirnya, telah disajikan data pada table 27 tentang antusias responden dalam mengikuti perkembangan kasus normalisasi sungai Deli. Penjelasan beserta analisisnya dapat dilihat berikut ini.
65
Universitas Sumatera Utara
Tabel 27 Antusias Responden Dalam mengikuti Perkembangan Kasus Normalisasi Sungai Deli NO 1 2
Kategori Ya Tidak
Jumlah Sumber: Data Primer
Frekuensi 32 59 91
% 32 59 91
Pada table 27 kita dapat mengetahui antusias responden dalam mengikuti perkembangan kasus normalisasi sungai Deli. Berdasarkan data tersebut kita dapat mengetahui bahwa yang tidak mengikuti perkembangan kasus normalisasi sungai Deli ternyata lebih banyak daripada yang mengikuti perkembangan kasus tersebut. Dari pengamatan peneliti bahwa 32 responden yang mengikuti perkembangan kasus ini selalu terlibat dan aktif. Hal ini terbukti dari keseriusan mereka dalam mengikuti setiap petemuan baik di masjid, di rumah warga, di kantor KONTRAS SUMUT, pertemuan terbuka yang diselenggarakan oleh lembaga swadaya masyarakat lainnya, sampai ikut bersama-sama dengan para aktivis KONTRAS mengajukan berkas pengaduan ke markas POLDA Sumatera Utara perihal tentang kasus pengrusakan yang dilakukan oleh para developer terhadap sungai Deli. Selain itu responden tersebut tidak pernah ketinggalan memperoleh informasi dari surat kabar yang memuat tentang perkembangan kasus tersebut
V.3. Persepsi Masyarakat Pada poin B mengenai persepsi masyarakat akan ditampilkan beberapa table distribusi frekuensi yang telah dianalisa mengenai pandangan ataupun tanggapan masyarakat terhadap normalisasi sungai Deli yang meliputi: Perihal
66
Universitas Sumatera Utara
tanggapan responden tentang setuju dan ketidaksetujuannya terhadap normalisasi sungai Deli, alasan ketidaksetujuan responden terhadap normalisasi sungai Deli, kemudian tanggapan responden terhadap kondisi dan bentuk sungai Deli dikembalikan seperti keadaan semula, selanjutnya mengenai frekuensi banjie sebelum dan sesudah adanya normalisasi sungai Deli yang terjadi dalam setahun, serta ada tidaknya harta benda/kekayaan yang dibebaskan sehubungan dengan adanya normalisasi sungai Deli. Untuk mengetahui secara rinci mengenai data serta analisisnya dapat dilihat sebagai berikut ini.
Tabel 28 Tanggapan Responden Terhadap Normalisasi Sungai Deli NO 1 2
Kategori Setuju Tidak setuju Jumlah Sumber: Data Primer
Frekuensi 6 94 100
% 6 94 100
Data pada table 28 menunjukkan bahwa 94 reponden (94 %) menyatakan ketidaksetujuannya akan normalisasi sungai Deli. Hal ini membuktikan bahwa normalisasi sungai Deli ternyata tidak membawa manfaat sama sekali bagi masyarakat Sei mati. Ternyata normalisasi justru mendatangkan kerugian yang besar bagi masyarakat. Adapun kerugian yang di derita masyarakat adalah: Pertama, normalisasi menimbulkan dampak lingkungan yang buruk seperti frekuensi banjir meningkat, dan juga tanah longsor yang mengakibatkan rumah warga di sekitar bantaran sungai ikut rusak akibat penimbunan di sekitar bantaran sungai. Kedua, normalisasi menyebabkan tergusurnya rumah warga akibat adanya pembebasan lahan yang dilakukan oleh para developer (pengembang) dengan memberikan ganti rugi yang tidak setimpal dengan biaya yang harus
67
Universitas Sumatera Utara
dikeluarkan oleh warga untuk pindah dan mendirikan rumah yang baru lagi di tempat yang lain. Berdasarkan data yang diperoleh, bahwa ada oknum tertentu yang meresahkan masyarakat, dimana oknum tersebut sering membawa-bawa nama Pemko Medan dalam melakukan negosiasi dengan warga, sehingga ketika warga mematok harga yang sesuai pasaran agar bisa membeli rumah lagi di daerah pinggiran, banyak yang takut akibat intimidasi secara halus yang dilakukan oleh oknum tersebut. Ketiga, persoalan baru juga muncul akibat normalisasi sungai Deli yakni terhambatnya aktivitas sosial ekonomi seperti berkurangya penghasilan warga khususnya mereka yang bekerja sebagai pedagang dan pengrajin, mereka terpaksa merasakan kehilangan dan kerusakan sebahagian barang dagangan dan perlengkapan kerjanya akibat banjir yang melanda kelurahan tersebut. Disamping itu juga terganggunya aktivitas belajar para murid SD akibat sekolah mereka terendam banjir. Dengan demikian ketidaksetujaun responden terhadap normalisasi sungai deli sangatlah jelas setelah dipaparkannya dampak buruk yang diakibatkan normalisasi tersebut. Sementara itu, dari table diatas kita juga dapat melihat bahwa ternyata ada juga yang setuju terhadap normalisasi sungai Deli dengan jumlah responden sebanyak 6 orang (6 %). Menurut dugaan peneliti dan juga berdasarkan data-data dan fakta dilapangan yang diperoleh, bahwa responden yang setuju ternyata adalah orang-orang yang telah mendapatkan ganti rugi ataupun kompensasi yang diberikan oleh developer yang cukup menggiurkan sehingga mereka mengatakan bahwa normalisasi sungai deli adalah suatau langkah untuk mengendalikan banjir, walaupun sebenarnya mereka mengetahui banwa normalisasi tersebut ternyata menimbulkan dampak yang buruk bagi masyarakat.
68
Universitas Sumatera Utara
Sementara itu, kita dapat lihat pada table 30 tentang tanggapan responden mengenai kondisi sungai Deli dikembalikan seperti semula. Data dari table tersebut menunjukkan bahwa seluruh responden setuju sungai Deli dikembalikan seperti keadaan semula, padahal ada 6 responden yang setuju terhadap normalisasi sungai deli. Hal ini menandakan bahwa hati nurani tidak bisa dibohongi, sebab ke enam responden yang setuju tadi ternyata setuju sungai deli dikembalikan seperti semula. Artinya, mereka ingin sungai deli itu seperti dahulu kala, dimana banjir jarang terjadi dan tidak pernah terjadi longsor. Data
selanjutnya
yang
akan
disajikan
adalah
mengenai
alasan
ketidaksetujuan responden terhadap Normalisasi sungai Deli. Apa yang menjadi alasan responden sehingga mereka tidak setuju dengan normalisasi ini? Untuk itu berikut ini telah disajikan analisis dari data tersebut.
Tabel 29 Alasan Ketidaksetujuan Responden Terhadap Normalisasi Sungai Deli No 1
Kategori Menimbulkan dampak lingkungan yang negatif Banyak rumah warga yang 2 terpaksa tergusur Berkurangnya penghasilan 3 warga Total Sumber: Data Primer
Frekuensi 85
% 85
7
7
2
2
94
94
Berdasarkan Data pada tabel 29 diatas dapat diketahui bahwa alasan ketidaksetujuan responden terhadap normalisasi sungai Deli adalah dikarenakan (1) menimbulkan dampak lingkungan yang negatif, (2) banyak rumah warga yang terpaksa tergusur, (3) Berkurangnya penghasilan warga. Dari data diatas dapat
69
Universitas Sumatera Utara
dilihat bahwa untuk kategori menimbulkan dampak lingkungan yang negatif memiliki frekuensi yang paling banyak yakni 91 responden (91 %). Hal ini menunjukkan bahwa ternyata normalisasi sungai Deli telah menimbulkan dampak buruk bagi lingkungan dan aktivitas sosial ekonomi masyarakat. Kemudian telah disajikan data pada table 30 tentang tanggapan responden terhadap kndisi dan bentuk sungai Deli dikembalikan seperti keadaan semula. Untuk mengetahui penjelasan dan analisisnya dapat dilihat sebagai berikut.
Tabel 30 Tanggapan Responden Terhadap Kondisi dan Bentuk Sungai Deli Dikembalikan Seperti Keadaan Semula NO 1 2
Kategori
Setuju Tidak setuju Jumlah Sumber: Data primer
Frekuensi 100 0 100
% 100 0 100
Data dari table 30 diatas menunjukkan bahwa seluruh responden menyatakan kesetujuannya terhadap kondisi dan bentuk sungai Deli dikembalikan seperti keadaaan semula. Artinya bahwa masyarakat ingin penimbunan, peenembokan dan rencana pelurusan terhadap sungai Deli harus segera dihentikan dan sungai yang telah diluruskan agar segera dikembalikan seperti alur kelokan aslinya. Selain itu tumbuh-tumbuhan dan bebatuan yang telah dihilangkan harus ditanami dan diisi kembali seperti semula supaya mahluk hidup dan biodata air dapat hidup dan lestari dan juga supaya frekuensi banjir tidak lagi terjadi secara drastic. Menurut informasi yang diperoleh peneliti yang dikutip dari pendapat DR. gadis Sri Haryani, bahwa memang normalisasi sungai telah dilakukan di masa lalu
70
Universitas Sumatera Utara
di seluruh dunia terutama oleh negara Barat seperti Amerika Serikat, Jerman, Belanda, dan Jepang. Namun dampak negatif perubahan ini terhadap ekologi sangat besar. Konsep ini telah ditinggalkan.banyak negara Barat. Oleh karena itu, para negara yang pernah melakukan normalisasi daerah aliran sungai (DAS) telah mengembalikan
kondisi
sungainya
pada
kondisi
alaminya,
dengan
mengembalikan aliran sungai ke alur kelokan asli, mengisi bebatuan di sungai dan menanami kembali tepian sungai dengan tumbuhan aslinya. Lalu, kita akan melihat frekuensi banjir sebelum adanya normalisasi sungai Deli. Dibawah ini telah disajikan data pada table 31 mengenai frekuensi tersebut. Berikut akan dipaparkan analisis tentang frekuensi banjir sebelum adanya normalisasi sungai Deli Sebelum adanya normalisasi sungai Deli ternyata banjir sangat jarang terjadi di kelurahan Sei Mati. Berdasarakn penjelasan dari responden bahwa dalam setahun banjir terjadi hanya dua atau tiga kali dalam setahun. Namun setelah adanya normalisasi ini, banjir bisa terjadi 10 atau lebih dari 13 kali dalam setahun. Hal ini berarti bahwa sebelum adanya penimbunan di bantaran sungai dan penembokan bibir sungai serta pemindahan arus sungai di kelurahan kampung baru yang bersebelahan dengan kelurahan Sei Mati ternyata banjir sangat jarang terjadi.
71
Universitas Sumatera Utara
Tabel 31 Frekuensi Banjir Sebelum adanya Normalisasi Sungai Deli yang Terjadi Dalam Setahun No
Kategori 1 kali 2 kali 3 kali Jumlah Sumber: Data Primer
Frekuensi 15 71 14 100
1 2 3
% 15 71 14 100
Selanjutnya, pada table 31 disajikan data mengenai frekuensi banjir sesudah adanya normalisasi sungai Deli yang terjadi dalam setahun. Untuk mengetahui frekuensi, persentasi dan analisisnya dapat dilihat pada table berikut ini.
Tabel 32 Frekuensi Banjir Sesudah Adanya Normalisasi Sungai Deli yang Terjadi Dalam Setahun NO 1 2 3
Kategori 7-9 kali 10-12 Lebih dari 13 kali Jumlah Sumber: Data Primer
Frekuensi 24 41 35 100
% 24 41 35 100
Berdasarkan data pada table 32 diatas dapat dilihat bahwa, setelah adanya normalisasi sungai Deli ternyata telah menimbulkan dampak buruk bagi masyarakat kelurahan Sei Mati. Akibat normalisasi menyebabkan frekuensi banjir meningkat jika terjadi hujan yang lebat. Sebelum adanya normalisasi sungai Deli biasanya frekuensi banjir terjadi hanya 2 atau 3 kali dalam setahun, dan semenjak adanya normalisasi justru frekuensi banjir menjadi semakin meningkat secara
72
Universitas Sumatera Utara
drastic dengan frekuensi banjir mencapai 10 dan bahkan lebih dari 13 kali dalam setahun. Menurut data yang diperoleh kedalaman banjir bisa mencapai 2 meter dari permukaan tanah sehingga masyarakat terpaksa harus merelakan rumah dan harta bendanya rusak dan hilang akibat terendam banjir. Disamping itu banjir juga menyebabkan masyarakat harus terpaksa pindah sementara ke tempat yang lebih tinggi menunggu banjir reda. Menurut Kepala Pusat Penelitian Limnologi LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia), Dr Gadis Sri Haryani, dalam Seminar Nasional bertema Pengelolaan Sumber Daya Perairan Darat Secara Terpadu di Indonesia, di Jakarta,. "Masalah banjir hendaknya tidak diatasi secara simptomatik sehingga mengakibatkan over- engineering atau terlalu berlebihan. Seharusnya dengan cara mengerti atau mencari penyebab yang paling fundamental. Menurutnya ternyata berbagai sungai besar seperti Ciliwung dan Cisadane dan sungai kecil di kawasan Jabodetabek, telah dan akan dinormalisasi. Normalisasi ini dilakukan dengan melakukan pelurusan dan pengerasan dinding sungai, pembuatan tanggul dan pengerukan, serta penghilangan tumbuhan, lumpur, pasir, dan batuan di tepi sungai. Hal ini mengakibatkan hilangnya fungsi daerah peralihan dua ekosistem lahan kering dan basah di tepi sungai. Dampaknya adalah hilang pula kemampuan sungai mengontrol aliran energi dan nutrien yang diperlukan biota yang hidup di sana. Dampak lebih lanjut adalah menurunnya keragaman hayati berbarengan karena hilangnya spesies di lahan tersebut. Ini pada akhirnya mengakibatkan perubahan ekosistem, hingga timbulnya bencana erosi dasar sungai, banjir, dan pendangkalan di hilir.
73
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan diatas maka sangat jelas bahwa normalisasi sungai Deli ternyata bukanlah solusi untuk mengatasi banjir, malah normalisasi tersebut justru menimbulkan dampak buruk bagi ekosistem, biodata air, dan masyarakat di sekitarnya. Berdasarkan data yang telah dikumpulkan melalui wawancara langsung dengan masyarakat, dapat diambil kesimpulan bahwa normalisasi sungai Deli telah mengakibatkan frekuensi banjir meningkat secara drastic dan apabila normalisasi ini tidak segera dihentikan akan menimbulkan dampak yang lebih buruk lagi yang akan dirasakan oleh masyarakat. Akhirnya, Kita akan melihat data pada tabel 33 yang telah disajikan dibawah ini. Untuk mengetahui penjelasan dan analisis dari data tersebut, maka dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 33 Ada Tidaknya Harta Benda / Kekayaan yang Dibebaskan Sehubungan Dengan Adanya Normalisasi Sungai Deli
No 1 2
Kategori Ada Tidak ada
Jumlah Sumber: Data Primer
Frekuensi 5 95 100
% 5 95 100
Berdasarkan data dan informasi yang diperoleh bahwa ada 30 kepala keluarga yang tanah dan rumahnya dibebaskan. Dari 30 kk tersebut ada 9 responden yang rumahnya dibebaskan. Menurut informasi dan hasil wawancara di lapangan bahwa ganti rugi atau kompensasi yang diberikan oleh pihak developer kepada masyarakat ternyata tidak memadai, hanya berkisar 15-20 juta Rp. Harga ini tidak sebanding dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk pindah ketempat
74
Universitas Sumatera Utara
lain dan mendirikan rumah yang baru lagi. Bahkan warga sering diintimidasi secara halus oleh para oknum tertentu yang meresahkan masyarakat, dimana oknum tersebut sering membawa-bawa nama Pemko Medan dalam melakukan negosiasi dengan warga, sehingga ketika warga mematok harga yang sesuai pasaran agar bisa membeli rumah lagi di daerah pinggiran, banyak yang takut akibat intimidasi secara halus yang dilakukan oleh oknum tersebut Sementara itu, berdasarkan informasi yang diperoleh dari salah satu aktivis Kontras, bahwa ada juga sebahagian masyarakat mendapatkan kompensasi atau ganti rugi yang cukup tinggi, walaupun yang menerimanya tidak sebanding dengan jumlah masyarakat yang menerima ganti rugi yang nilainya cukup rendah. Menurut informasi, tanah yang mereka jual permeternya bisa mencapai 1 hingga 2 juta per meternya, dan ini sudah melebihi standar harga tanah yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Bahkan mereka yang sudah menjual ada yang mendapatkan harga senilai 500 juta hingga 1 miliar dan ini harga yang cukup menggiurkan sehingga merekapun tanpa berpikir panjang langsung menjualnya.
75
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
VI.1. Kesimpulan Dari data yang telah dianalisis, maka penulis merumuskan kesimpulan sebagai berikut: 1. Dalam melakukan aksi menentang normalisasi sungai Deli, masyarakat dan para organizer menggunakan strategi yang bersifat konflik dengan taktik bekerjasama dan taktik kampanye 2. Bahwa masyarakat kelurahan Sei Mati yang pernah mengikuti aksi menentang normalisasi sungai Deli, memiliki harapan. Harapan tersebut adalah harapan bahwa keterlibatan mereka dalam mengikuti aksi setidaknya dapat menciptakan peluang dan kemungkinan tercapainya tujuan mereka yakni terwujudnya sebuah perubahan, perubahan dalam arti tuntutan mereka dipenuhi oleh pemerintah. 3. Bahwa normalisasi sungai Deli ternyata tidak membawa manfaat sama sekali bagi masyarakat Sei mati. Normalisasi justru mendatangkan kerugian yang besar bagi masyarakat. Adapun kerugian yang di derita masyarakat
adalah:
Pertama,
normalisasi
menimbulkan
dampak
lingkungan yang buruk seperti frekuensi banjir meningkat, dan juga tanah longsor yang mengakibatkan rumah warga di sekitar bantaran sungai ikut rusak akibat penimbunan di sekitar bantaran sungai. Kedua, normalisasi menyebabkan tergusurnya rumah warga akibat adanya pembebasan lahan yang dilakukan oleh para developer (pengembang) dengan memberikan
76
Universitas Sumatera Utara
ganti rugi yang tidak setimpal dengan biaya yang harus dikeluarkan oleh warga untuk pindah dan mendirikan rumah yang baru lagi di tempat yang lain. Ketiga, persoalan baru juga muncul akibat normalisasi sungai Deli yakni terhambatnya aktivitas sosial ekonomi seperti berkurangya penghasilan warga khususnya mereka yang bekerja sebagai pedagang dan pengrajin, mereka terpaksa merasakan kehilangan dan kerusakan sebahagian barang dagangan dan perlengkapan kerjanya akibat banjir yang melanda kelurahan tersebut. Disamping itu juga terganggunya aktivitas belajar para murid SD akibat sekolah mereka terendam banjir. Akibat dampak buruk yang dirasakan langsung oleh masyarakat, maka persoalan tersebutlah yang melatar belakangi timbulnya reaksi sosial dari masyarakat untuk menentang normalisasi sungai Deli. 4. Normalisasi sungai Deli telah menyebabkan frekuensi banjir semakin meningkat jika terjadi hujan yang lebat. Sebelum adanya normalisasi sungai Deli, biasanya frekuensi banjir terjadi hanya 2 atau 3 kali dalam setahun, dan semenjak adanya normalisasi, justru frekuensi banjir menjadi semakin meningkat secara drastic dengan frekuensi banjir 10 dan bahkan lebih dari 13 kali dalam setahun, dengan kedalaman mencapai 2 meter dari permukaan tanah 5. Menurut persepsi masyarakat bahwa seluruh responden setuju dengan pengembalian kondisi sungai Deli seperti keadaan semula. Artinya penimbunan disekitar bantaran sungai Deli, penembokan bibir sungai, dan sungai yang telah diluruskan agar dikembalikan seperti sedia kala. Dan ini merupakan salah satu tuntutan masyarakat kelurahan Sei Mati.
77
Universitas Sumatera Utara
VI.2. Saran Penulis memiliki beberapa saran yang ditujukan kepada pemerintah. Adapun yang menjadi saran penulis adalah sebagai berikut: 1. Hendaknya pemerintah harus tegas dan lebih ketat dalam memberikan perizinan bagi pihak yang ingin melakukan proyek pembangunan khususnya dikawasan daerah aliran sungai, karena ini menyangkut masalah alam dan lingkungan yang bisa mempengaruhi kelestarian alam dan kehidupan manusia serta mahluk hidup yang tinggal disekitarnya 2. Pemerintah harus mengambil tindakan untuk membatalkan setiap rencana penormalisasian terhadap daerah aliran sungai sebelum terjadi dampak yang buruk bagi alam, lingkungan dan mahluk hidup disekitarnya. Terhadap sungai yang telah dinormalisasi, hendaknya sungai tersebut dikembalikan seperti keadaan aslinya, sebab konsep normalisasi sungai sudah banyak ditinggalkan oleh negara maju seperti Amerika, Belanda, Jerman, dan Jepang, bahkan Jerman sendiri telah mengembalikan sungai ke bentuk aslinya yang sudah ratusan tahun lalu dinormalisasi. 3. Pemerintah harus sepenuhnya memperhatikan nasib masyarakat yang telah menjadi korban akibat dampak dari normalisasi sungai, khususnya masyarakat kelurahan Sei mati yang telah banyak menderita kerugian akibat normalisasi sungai Deli yang dilakukan oleh para developer. Terhadap developer yang telah melakukan pengrusakan lingkungan yang masih terkait dalam proyek normalisasi ini hendaknya diberikan sanksi hukum yang tegas.
78
Universitas Sumatera Utara