BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi diskriptif korelasi melelui metode pendekatan Cross Sectional dengan tipe disainnya yaitu penelitian survei analitik. Pendekatan Cross Sectional atau Potong Lintang (Cross) yaitu pengumpulan sampel dimana variabel sebab dan akibat diukur dalam waktu yang bersamaan (Point Time Approach). Metode pengambilan data dalam penelitian ini dengan cara survai melalui wawancara menggunakan alat bantu kuesioner.
B. Variabel Penelitian 1. Variabel Bebas (Independen) Variabel bebas dalam penelitian ini: 1. Umur 2. Pendidikan 3. Pekerjaan 4. Pengetahuan 2. Variabel Terikat (Dependen) Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan.
C. Definisi Operasional
28
Tabel : 3.1 Definisi Operasional
No
Variabel
1.
Independen Umur
2.
Pendidikan
3.
Pekerjaan
4.
Pengetahuan
Definisi Operasional
Alat Ukur
Cara Ukur
Umur adalah usia ibu menyusui ketika memberikan ASI eksklusif
Kuesioner
Wawancara
Pendidikan yang diperoleh ibu secara formal diukur dari sekolah yang dilewati dengan sukses atau lulus
Pekerjaan yang setiap hari dilakukan responden dan mendapat upah dari pekerjaannya itu. Pengetahuan responden dalam memahami dan menjawab pertanyaan tentang pemberian ASI eksklusif.
Wawancara Kuesioner
Kuesioner
Wawancara
Kuesioner
Wawancara Bila jawaban benar nilai 1 dan bila salah nilai 0 untuk masing-masing poin
Hasil Ukur
Skala
Usia reproduksi sehat : umur 20-35 − Usia reproduksi tidak sehat : umur <20 tahun atau >35 tahun (Siswono, 2004) − Lulus SD / sederajat − Lulus SMP/ sederajat − Lulus SMA/ sederajat − Lulus Perguruan Tinggi − Bekerja − Tidak bekerja
Ordinal
−
− −
−
6.
Dependen Pemberian ASI eksklusif
Bayi hanya diberi ASI saja tanpa tambahan makanan lain sejak bayi lahir sampai usia 6 bulan.
Kuesioner
Wawancara Bila jawaban Ya nilai 1 dan bila Tidak nilai 0
− −
Ordinal
Nominal
Pengetahuan baik bila skor total : >80% (>16) Pengetahuan sedang bila skor total: 60%-80% (≥12 - ≤16) Pengetahuan kurang bila skor total: <60%(<12) (Khomsan, 2006)
Ordinal
Eksklusif : Bila skor 1 Tidak eksklusif : Bila skor 0
Nominal
D. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juni tahun 2009.
2. Tempat Penelitian Wilayah atau tempat yang digunakan sebagai tempat penelitian adalah di Desa Karangawen wilayah kerja Puskesmas Karangawen I Kabupaten Demak.
E. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang menyusui bayinya selama usia 0-6 bulan di Desa Karangawen wilayah kerja Puskesmas Karangawen I Kabupaten Demak bulan Mei-Juni tahun 2009 yang berjumlah 45 orang. Wilayah Desa Karangawen terdiri dari 5 Dukuh yaitu Dukuh Ngiri Wetan terdiri 7 orang, Dukuh Ngiri Kulon terdiri 8 orang, Dukuh Waruk terdiri 9 orang, Dukuh Karangawen Kidul terdiri 12 orang, Dukuh Karangawen Lor terdiri 9 orang. 2. Sampel Besar sample diperoleh dengan menggunakan rumus (Notoatmodjo, 2002). n=
N 1+ N (d 2 )
Keterangan : n : Besar sample N : Besar populasi d : Tingkat kepercayaan yang diinginkan yaitu 0,05 Jadi sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah 40 orang dari 45 orang dengan tingkat kepercayaan yaitu 0,05. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara Dukuh Ngiri Wetan diambil 6 orang, Dukuh Ngiri Kulon diambil 7 orang, Dukuh Waruk diambil 8 orang, Dukuh Karangawen Kidul diambil 11 orang, Dukuh Karangawen Lor diambil 8 orang.
Sampel dalam penelitian ini adalah semua ibu menyusui yang sesuai kriteria inklusi dan eklusi yang ditetapkan sebanyak 40 orang. Kriteria sampel : a. Kriteria inklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian mewakili sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sample. Yang menjadi karakteristik inklusi dalam penelitian ini adalah : 1) Ibu yang berada di Desa Karangawen wilayah kerja Puskesmas Karangawen I Kabupaten Demak 2) Ibu yang bersedia diteliti 3) Ibu yang mempunyai bayi dan menyusui 0–6 bulan b.Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian tidak dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah : 1) Ibu yang menolak untuk diteliti. 2) Bukan warga tetap Desa karangawen. 3. Sampling Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Random Sampling dengan cara Stratified Random Sampling. Yaitu Pengambilan sampel dilakukan secara acak sratifikasi. Dengan teknik ini didapatkan sampel sebanyak 40 responden.
F. Instrumen Penelitian
Alat atau instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner, yang terdiri dari kuesioner tentang identitas, pengetahuan dan pemberian ASI eksklusif. Ditinjau cara responden menjawab kuesioner, penelitian ini menggunakan pertanyaan tertutup. Pertanyaan yang digunakan disusun sedemikian rupa dengan jawaban yang
sudah disediakan sehingga responden tinggal memilih sehingga
kemungkinan jawaban yang diberikan responden sangat terbatas.
G. Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah : 1. Data primer Data diperoleh secara langsung dari responden melalui wawancara secara terpimpin dengan menggunakan kuesioner tertutup. 2. Data sekunder Yaitu data yang diperoleh dari registrasi Puskesmas Karangawen I dan Bidan Desa Karangawen. Cara pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menyebarkan alat ukur berupa kuesioner. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan pendekatan kepada responden, selanjutnya peneliti melakukan wawancara langsung secara terpimpin, dimana wawancara dilakukan berdasarkan pedoman berupa kuesioner yang telah disiapkan sebelumnya, kemudian jawabannya dipilih responden dan dituliskan pada lembar kuesioner oleh pewawancara.
H. Metode Pengolahan Data dan Analisa Data 1. Metode Pengolahan Data a. Editing Editing adalah mengorek data yang meliputi kelengkapan pengisian atau jawaban yang tidak jelas. Editing ini dilakukan di lapangan supaya bila terjadi kesalahan atau kekurangan data dapat segera dilakukan perbaikkan (Notoatmodjo, 2003). b. Coding Coding adalah sebuah dari jawaban responden akan diberi kode sebelum data dimasukkan ke software komputer untuk dilakukan pengolahan data lebih lanjut. Dalam pengkodingan sebagai berikut :
1) Umur Ibu a) Usia Reproduksi sehat : umur 20-35 tahun
: kode 1
b) Usia Reproduksi tidak sehat : umur <20 tahun atau >35 tahun : kode 2 (Siswono, 2004). 2) Pendidikan a) Lulus SD/ Sederajat
: kode 1
b) Lulus SMP/ Sederajat
: kode 2
c) Lulus SMA/ Sederajat
: kode 3
d) Lulus Perguruan Tinggi : kode 4 3) Pekerjaan
a) Bekerja
: kode 1
b) Tidak Bekerja
: kode 2
4) Pengetahuan a) Baik
: kode 3
b) Sedang
: kode 2
c) Kurang
: kode 1
(Ali Khomsan, 2006). c. Scoring 1) Untuk pertanyaan pengetahuan yang positif a) Jika jawabannya ”benar (B)” diberikan skor 1. b) Jika jawabannya ”salah (S)” diberikan skor 0. 2) Untuk pertanyaan pengetahuan yang negatif a) Jika jawabannya ”benar (B)” diberikan skor 0. b) Jika jawabannya ”salah (S)” diberikan skor 1. 3) Untuk pertanyaan pemberian ASI eksklusif a) Jika jawabannya ”ya (Y)” diberikan skor 1. b) Jika jawabannya ”tidak (T)” diberikan skor 0. d. Tabulating Memasukkan data dari hasil penelitian ke dalam tabel-tabel sesuai kriteria. e. Entry Tahap terakhir yaitu memasukkan data dari kuesioner ke dalam paket program komputer untuk dapat diolah sesuai dengan tujuan penelitian.
2. Analisa Data Data dianalisis dengan uji statistik Chi Square. I. Jadwal Penelitian Terlampir
BAB I HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Karangawen Keluraha Karangawen, Kecamatan Karangawen Kabupaten Demak Terdiri dari 5 Dukuh yaitu Dukuh Ngiri Wetan, Dukuh Ngiri Kulon, Dukuh Waruk, Dukuh Karangawen Kidul, Dukuh Karangawen Lor. Luas wilayahnya adalah ± 54.570 hektar dengan jumlah penduduk sebanyak 876 jiwa yang terdiri dari 184 kepala keluarga. Batas wilayah Desa Karangawen terdiri dari batas Utara adalah Desa Bumirejo, batas Timur adalah Desa Brambang batas Selatan adalah Desa Rejosari dan batas Barat adalah Desa Karanggawang. Mayoritas agama yang dianut adalah agama Islam.
Pekerjaan yang paling banyak yaitu buruh industri dan petani. Tingkat pendidikan di wilayah ini tergolong menengah yaitu tamat SD sampai SMA Penelitian “Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI Ekslusif pada bayi usia 0-6 bulan di Desa Karangawen Wilayah Kerja Puskesmas Karangawen I Kabupaten Demak Tahun 2009” bertujuan untuk mengetahui faktor apa saja yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan, dari segi umur, pendidikan, pekerjaan, dan pengetahuan. Jumlah responden dalam penelitian ini terdapat 40 responden yang merupakan 36 ibu menyusui dengan usia bayi 0-6 bulan di Desa Karangawen wilayah kerja Puskesmas Karangawen I Kabupaten Demak. 2. Analisis Univariat a. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Pengetahuan dan Pemberian ASI Eksklusif Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Pendidikan, Pekerjaan, Pengetahuan dan Pemberian ASI Eksklusif Variabel 1) Umur • Reproduksi sehat (20-35 tahun) • Reproduksi tidak sehat (<20 atau >35 tahun) Jumlah 2) Pendidikan • Lulus SD / Sederajat • Lulus SMP / Sederajat • Lulus SMA / Sederajat • Lulus Perguruan Tinggi Jumlah 3) Pekerjaan • Bekerja • Tidak bekerja Jumlah 4) Tingkat Pengetahuan • Baik
Frekuensi
Persentase (%)
30 10
75,00 25,00
40
100,00
9 15 16 0 40
22,50 37,50 40,00 0,00 100,00
27 13 40
67,50 32,50 100,00
9
22,50
• Sedang • Kurang Jumlah 5) Pemberian ASI Eksklusif • Ekskusif • Tidak ekskusif Jumlah
11 20 40
27,50 50,00 100,00
5 35 40
12,50 87,50 100,00
1) Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Dari Tabel 4.1 didapatkan bahwa sebanyak 30 orang (75,00%) berada pada usia reproduksi sehat, dari jumlah sampel sebanyak 40 orang. Dengan rata-rata usia ibu adalah 27 tahun, nilai tengahnya adalah 26 tahun, nilai rangenya adalah 20 dan standar deviasinya adalah 5,95 dengan batas usia minimumnya adalah 19 tahun dan batas usia maximumnya adalah 39 tahun. Dari hasil penelitian dapat dijelaskan bahwa secara umum dapat dikatakan bahwa sebagian besar responden termasuk usia reproduksi sehat (20-35 tahun) sebanyak 30 orang (75,00%). Usia reproduksi sehat merupakan suatu kondisi dimana organ reproduksi telah siap atau matang untuk menjalankan proses reproduksi kaitannya dengan proses laktasi. Keadaan tersebut menjelaskan bahwa ibu yang berada pada usia reproduksi sehat memiliki kondisi kesehata organ reproduksi khususnya laktasi yang lebih baik untuk dapat memnyusui bayinya dan memberikan ASI eksklusif (Siswono, 2004).
2) Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Dari uraian Tabel 4.1 Dapat dijelaskan bahwa secara umum tingkat pendidikan responden termasuk menengah (SMA) sebanyak 16 orang (40,00%) dan yang paling rendah adalah SD sebanyak 9 orang (22,50%). Pendidikan ibu akan mempengaruhi pola pikir ibu untuk menentukan tindakannya baik yang menguntungkan ataupun
tidak. Dimana secara faktual dengan tingkat pendidikan yang dimiliki tersebut responden diharapkan memiliki pengetahuan tentang cara pemberian ASI eksklusif. Misalnya saja seseorang berpendidikan tinggi dan pengetahuan luas akan lebih bisa menerima alasan untuk memberikan ASI eksklusif karena pola pikirnya yang lebih realistis dibandingkan yang berpendidikan rendah (Yoga, 2005).
3) Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Dari Tabel 4.1 Dapat dijelaskan bahwa 27 orang (67,50%) responden bekerja. Jenis pekerjaan responden terdiri dari buruh pabrik, pedagang dan petani. Tetapi sebagian besar responden bekerja sebagai buruh pabrik, sedangkan ibu yang tidak bekerja hanya sebanyak 13 orang (32,5%). Hal itu disebabkan karena Desa Karangawen dekat dengan kawasan industri atau pabrik. Fenomena tersebut menjelaskan secara faktual bahwa ibu yang bekerja mempunyai kesempatan untuk dapat menyusui bayinya dan memberikan ASI eksklusif.
4) Distribusi Responden Dalam Pemberian ASI Eksklusif Dari Tabel 4.1 disebutkan bahwa responden yang memberikan ASI eksklusif pada bayinya sampai usia 6 bulan hanya sebanyak 5 orang (12,50%) dari jumlah sampel sebanyak 40 orang. Pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air susu, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan
tim. Pemberian ASI secara eksklusif ini dianjurkan untuk jangka waktu setidaknya selama 6 bulan (Roesli, 2000). Berdasarkan hasil Tabel 4.1 cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan masih sangat rendah dari tarjet yang diharapkan oleh pemerintah yaitu 80,00%. Hal itu disebabkan karena beberapa faktor diantaranya umur, pendidikan, pekerjaan dan pengetahuan (Siswono, 2004). Dari penelitian ini faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif adalah pengetahuan. Sebab semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang, maka semakin tinggi pula kecenderungan untuk pemberian ASI eksklusif, begitu juga sebaliknya. Data yang menunjukkan hal tersebut adalah dari 5 orang responden yang memberikan ASI eksklusif, 4 orang diantaranya mempunyai tingkat pengetahuan baik dan 1 orang yang mempunyai tingkat pengetahuan sedang (Notoatmodjo, 2003).
5) Tingkat Pengetahuan Responden dalam Pemberian ASI Eksklusif Dari Tabel 4.1 disebutkan bahwa sebanyak 20 orang (50,00%) ibu menyusui di Desa Karangawen mempunyai tingkat pengetahuan kurang dan yang mempunyai tingkat pengetahuan baik hanya 9 orang (22,50%) dari jumlah sampel sebanyak 40 orang. Rata-rata skor nilainya adalah 12,40, nilai tengahnya 11,50, standar deviasi 4,272 dengan jumlah skor nilai minimumnya adalah 5 dan nilai maximumnya adalah 20.
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu dan sebagian besar pengetahuan didapat melalui
indera mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003). Hasil Table 4.1 menunjukkan bahwa 20 orang (50,00%) ibu menyusui di desa Karangawen mempunyai tingkat pengetahuan kurang. Sebagaimana menurut Notoatmodjo yang mengemukakan bahwa semakin tinggi pendidikan maka semakin tinggi pula tingkat pengetahuannya. Selain pendidikan formal responden juga dapat mencari pengetahuan tentang cara pemberian ASI eksklusif dari majalah,surat kabar, dan buku yang menguraikan tentang pemberian ASI secara eksklusif.
b. Distribusi Frekuensi Kuesioner Pengetahuan Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Kuesioner Pengetahuan No
Pertanyaan Benar
Frekuensi Persentase (%)
Salah
Persentase (%)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16 . 17. 18. 19. 20.
ASI ekslusif adalah pemberian ASI tanpa makanan tambahan lain pada bayi berumur 0-6 bulan. Susu formula tidak termasuk makanan tambahan. ASI hanya bermanfaat untuk bayi saja. Bayi yang diberi ASI saja sampai umur 6 bulan akan lebih cerdas. Pada umur 4 bulan, bayi boleh diberi biskuit atau bubur nasi. Bila menyusui, ibu bias kehabisan cairan dan menjadi kurang darah. Memberikan ASI Esklusif dapat menjarangkan kehamilan. Keuntungan ASI diantaranya yaitu lebih murah dan praktis. Dengan menyusui badan menjadi lebih cepat langsing. ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi. Ibu yang menyusui akan lebih dekat dengan bayi. ASI bukan hanya merupakan sumber nutrisi bagi bayi tetapi juga zat anti kuman. Ibu yang sering menyusui produksi ASInya akan bertambah. ASI tidak bisa disimpan, meskipun dalam lemari es. Setelah menyusui apabila payudara masih terasa penuh tidak perlu dikosongkan. Saat menyusui bayi tidak harus memasukkan seluruh putting susu kedalam mulutnya. Ibu harus menyusui bergantian diantara dua payudara. Saat menyusui, posisi yang baik hanyalah posisi duduk. Dalam menyusui posisi perut bayi harus menempel pada perut ibu. Setelah menyusui bayi tidak perlu disendawakan.
27
67,50
13
32,50
21
52,50
19
47,50
18 40
45,00 100,00
22 0
55,00 0,00
22
55,00
18
45,00
24
60,00
16
40,00
9
22,50
31
77,50
40
100,00
0
0,00
25
62,50
15
37,50
40
100,00
0
0,00
40
100,00
0
0,00
40
100,00
0
0,00
19
47,50
21
52,50
28
70,00
12
30,00
26
65,00
14
35,00
17
42,50
23
57,50
37
92,50
3
7,50
25
62,50
15
37,50
23
57,50
17
42,50
25
62,500
15
37,50
Berdasarkan Tabel 4.2 diperoleh hasil bahwa kemampuan responden dalam menjawab pertanyaan pengetahuan tentang pemberian ASI eksklusif masih dikatakan kurang. Terutama kemampuan responden dalam menjawab pertanyaan nomer 7. Responden yang dapat menjawab pertanyaan dengan benar hanya sekitar 9 orang (22,50%), sedangkan 31 orang lainnya (77,50%) menjawab salah. Pertanyaan poin ke
7 berisi tentang manfaat ASI bagi ibu khususnya dalam menjarangkan kehamilan atau sebagai kontrasepsi alamiah atau biasa disebut Metode Amenorhea Laktasi (MAL). Tetapi dalam hal ini banyak responden yang kurang mengerti akan manfaat tersebut. Keadaan tersebut disebabkan karena kurangnya informasi dari tenaga kesehatan khususnya bidan serta ketidak mantapan ibu dalam menggunakan metode KB ini. Ibu yang menyusui bayinya secara ekeklusif sampai 6 bulan penuh serta belum mendapatkan menstruasi pertamanya setelah melahirkan maka secara alamiah itu dapat menjarangkan kehamilan (Roesli, 2000).
3. Analisis Bivariat a. Hubungan Umur dengan Pemberian ASI Eksklusif Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Hubungan Umur dengan Pemberian ASI Eksklusif
No
Umur
1.
Reproduksi sehat Reproduksi tidak sehat
2.
Pemberian ASI Eksklusif Tidak Eksklusif 4 (13,30%) 26 (86,70%) 1(10,00%)
9 (90,00%)
Jumlah 30 (100,00%) 10 (100,00%)
P-value 0,633
Dari Tabel 4.3 bahwa responden yang berada pada usia reproduksi sehat sebesar 30 orang (75,00%). Pada kelompok ini, 4 orang (13,30%) memberikan ASI eksklusif pada bayinya dan 26 orang (86,70%) tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya. Responden yang berada pada usia reproduksi tidak sehat sebesar 10 orang (25,00%), 1 orang (10,00%) memberikan ASI eksklusif dan 9 orang (90,00%) tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya. Berdasarkan Tabel 4.3 nilai uji statistik chi-square menunjukkan P-value sebesar 0,633, karena P-value lebih besar dari 0,05. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara umur dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi 0 – 6 bulan.
Umur merupakan tolak ukur seseorang dalam menjalani hidup. Seseorang yang berada pada usia reproduksi sehat yaitu umur 20-35 tahun akan mempunyai kemantapan dalam pengambilan keputusan dan tindakan. Serta dalam hal maternal khususnya dalam pemberian ASI eksklusif (Siswono, 2004). Berdasarkan tabel 4.3 secara umum dapat diketahui bahwa umur responden tidak berpengaruh terhadap pemberian ASI secara eksklusif. Secara umum dinyatakan bahwa seseorang yang berada pada usia reproduksi sehat, mempunyai kecenderungan yang lebih besar untuk memberikan ASI eksklusif. Meskipun demikian ada juga ibu yang berada pada usia reproduksi tidak sehat yang dapat memberikan ASI eksklusif. Hal itu karena adanya dorongan dan dukungan baik dari keluarga maupun tenaga kesehatan khususnya bidan. Misalnya anggota
keluarga ikut membantu pekerjaan ibu, dan bidan desa yang rajin memberikan penyuluhan tentang ASI eksklusif. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara umur dengan pemberian ASI secara eksklusif.
b. Hubungan Pendidikan dengan Pemberian ASI Eksklusif Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Hubungan Pendidikan dengan Pemberian ASI Eksklusif
No
Pendidikan
1.
Lulus SD/Sederajat Lulus SMP/Sederajat Lulus SMA/Sederajat Lulus Perguruan Tinggi
2. 3. 4.
Pemberian ASI Eksklusif Tidak Eksklusif 0 (00,00%) 9 (100,100%)
Jumlah
1 (6,25%)
14 (93,33%)
15 (100,00%)
4 (26,67%)
12 (75,00%)
16 (100,00%)
0 (0,00%)
0 (0,00%)
0 (0,00%)
9 (100,00%)
P-value 0,258
Dari Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa responden yang berpendidikan SD sebanyak 9 orang (22,50%). Pada kelompok ini tidak ada responden yang memberikan ASI eksklusif pada bayinya. Responden yang berpendidikan SMA, sebanyak 16 orang (40,00%), 4 responden (26,67%) memberikan ASI eksklusif
dan 12 responden (75,00%) tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya. Responden yang berpendidikan SMP, sebanyak 15 orang (37,50%), 1 responden (6,25%) memberikan ASI eksklusif dan 14 responden (93,33%) tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya. Berdasarkan Tabel 4.4 nilai uji statistik chi-square menunjukkan P-value sebesar 0,258, karena P-value lebih besar dari 0,05. Dapat dimaksudkan bahwa tidak terdapat hubungan antara pendidikan dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan. Pendidikan adalah suatu proses pertumbuhan dan perkembangan manusia, usaha mengatur pengetahuan semula yang ada pada seorang individu itu. Pendidikan menjadi tolak ukur yang penting dan dapat menentukan status ekonomi, status sosial dan perubahan-perubahan lainnya. Pendidikan ibu mempengaruhi pola pikir ibu untuk menentukan tindakannya baik yang menguntungkan ataupun tidak. Diharapkan pola pikir dengan keadaan yang ada, misalnya saja seseorang berpendidikan tinggi dan pengetahuan luas akan lebih bisa menerima alasan untuk memberikan ASI eksklusif karena pola pikirnya yang lebih realistis dibandingkan yang berpendidikan rendah (Yoga, 2005). Berdasarkan tabel 4.4 secara umum dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan responden tidak berpengaruh terhadap pemberian ASI secara eksklusif. Dalam penelitian ini sebagian besar responden berpendidikan menengah (SMA). Menurut penelitian Sulastri tahun 2007 menyebutkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan responden maka akan semakin tinggi kecenderungannya untuk memberikan ASI eksklusif. Semakin rendah tingkat pendidikan responden maka
akan semakin tinggi kecenderungannya untuk tidak memberikan ASI eksklusif. Fenomena tersebut tidak sesuai dengan penelitian ini, sebab meskipun responden yang mempunyai tingkat pendidikan menengah ke bawah, ternyata ada yang mampu memberikan ASI eksklusif pada bayinya. Hal itu tergantung dari keinginan masing-masing individu untuk memberikan ASI secara eksklusif pada bayinya atau tidak. Maka dapat disimpulkan bahwa
tidak terdapat hubungan antara tingkat
pendidikan dengan pemberian ASI secara eksklusif.
c. Hubungan Pekerjaan dengan Pemberian ASI Ekslusif Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Hubungan Pekerjaan dengan Pemberian ASI Eksklusif No
Pekerjaan
1. 2.
Bekerja Tidak Bekerja
Pemberian ASI Eksklusif Tidak Eksklusif 3 (11,10%) 24 (88,90%) 2 (15,40%) 11 (84,60%)
Jumlah
P-value
27 (100,00%) 13 (100,00%)
0,531
Dari Tabel 4.5 bahwa responden yang bekerja sebanyak 27 orang (67,50%), 3 orang (11,10%) memberikan ASI eksklusif dan 24 orang (88,90%) tidak memberikan ASI eksklusif. Responden yang tidak bekerja sebanyak 13 orang (32,50%), 2 orang (15,40%) memberikan ASI eksklusif kepada bayinya dan 11 orang (84,60%) tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya. Berdasarkan Tabel 4.5 nilai uji statistik chi-square menunjukkan P-value sebesar 0,531, karena P-value lebih besar dari 0,05. Maka dapat dimaksudkan
bahwa tidak terdapat hubungan antara pekerjaan dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan. Pekerjaan merupakan suatu kegiatan yang setiap hari dilakukan responden dan mendapat upah dari pekerjaannya itu. Ibu yang memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya sampai umur 6 bulan saat ini masih rendah yaitu kurang dari 2 %, dari jumlah total ibu melahirkan, hal itu terjadi karena banyaknya ibu yang mempunyai pekerjaan di luar rumah. Jika ibu segera bekerja setelah melahirkan maka akan menghambat pemberian ASI eksklusif (Suradi, 2004). Bekerja bukan alasan untuk menghentikan pemberian ASI secara eksklusif selama paling sedikit 4 bulan dan bila mungkin sampai 6 bulan. Cuti hamil selama 3 bulan ibu dapat memberian ASI eksklusif pada bayinya. Serta didukung dengan adanya pengetahuan yang benar tentang menyusui, perlengkapan memerah ASI, dan dukungan lingkungan kerja. Jadi seorang ibu yang bekerjapun tetap dapat memberikan ASI secara eksklusif pada bayinya (Roesli,2000). Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa sebagian besar responden bekerja sebagai buruh pabrik. Hal itu disebabkan karena Desa Karangawen dekat dengan kawasan industri atau pabrik. Keadaan itu mendorong ibu untuk bekerja guna menambah penghasilan keluarga. Selain itu karena adanya faktor pendorong lainnya yaitu masalah ekonomi dan kondisi lingkungan masyarakat yang masih rendah. Dengan adanya cuti hamil selama 3 bulan ibu dapat memberian ASI eksklusif pada bayinya. Serta didukung dengan adanya pengetahuan yang benar tentang menyusui, perlengkapan memerah ASI, dan dukungan lingkungan kerja seperti adanya jam istirahat bagi ibu untuk memerah
ASI, dan bila jarak tempat kerja dekat dengan rumah ibu diperbolehkan pulang untuk menyususi bayinya selama tidak mengganggu jam kerja pabrik. Sekalipun terbatasnya waktu untuk mengasuh dan bertemu dengan bayinya karena harus bekerja di luar rumah, masih ada beberapa ibu yang tetap dapat memberikan ASI eksklusif pada bayinya. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara pekerjaan dengan pemberian ASI secara eksklusif.
d. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Pemberian ASI Ekslusif Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Pemberian ASI Eksklusif
No
Pemberian ASI
Jumlah
P-value
9 (100,00%) 11(100,00%) 20 (100,00%)
0,024
Kategori Pengetahuan Eksklusif 1. 2. 3.
Baik Sedang Kurang
4 (44,44%) 1 (9,09%) 0 (00,00%)
Tidak Eksklusif 5 (55,54%) 10 (90,90%) 20 (100,00%)
Dari Tabel 4.6 bahwa responden yang mempunyai tingkat pengetahuan baik sebanyak 9 orang (22,50%). Pada kelompok ini, 4 orang (33,33%) memberikan ASI eksklusif kepada bayinya dan 5 orang (66,67%) tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya. Responden yang mempunyai tingkat pengetahuan sedang sebanyak 11 orang (27,50%), 1 orang (9,09%) memberikan ASI eksklusif dan 10 orang (90,90%) tidak memberikan ASI eksklusif. Responden yang mempunyai tingkat pengetahuan kurang sebanyak 20 orang (50,00%), semuanya tidak memberikan ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan.
Berdasarkan Tabel 4.6 nilai uji statistik chi-square menunjukkan P-value sebesar 0,024, karena P-value lebih kecil dari 0,05. Maka inferensi yang diambil adalah terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan. Pengetahuan adalah kebisaaan, keahlian, ketrampilan pemahaman atau pengertian yang diperoleh dari pengalaman, latihan atau melalui proses belajar (Maternal And Neonatal Health Central Java, 2000). Dari pengalaman penelitian telah terbukti bahwa perilaku seseorang yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoadmojo, 2003). Jika pengetahuan seseorang baik diharapkan informasi tentang kesehatan dan perilakunya akan lebih mudah berubah dan diterima. Apabila pengetahuan ibu menyusui tentang ASI eksklusif kurang, kemungkinan besar akan mengganggu atau menghambat dalam proses menyusui ibu sendiri (Suradi, 2004). Berdasarkan uraian Tabel 4.6 secara umum dapat dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan responden, maka akan semakin tinggi kecenderungannya untuk memberikan ASI eksklusif. Hal itu terbukti dari banyaknya ibu yang tidak memberika ASI eksklusif pada bayinya karena sebagian besar responden mempunyai tingkat pengetahuan yang kurang. Hal tersebut disebabkan karena tingkat pendidikan yang rendah dan kurangnya fasilitas atau sarana kesehatan yang menunjang dalam pemberian ASI eksklusif. Serta kurangnya kesadaran warga untuk mencari informasi tentang kesehata khususnya masalah ASI eksklusif baik itu dari tenaga kesehatan ataupun sumber informasi lainnya yang dapat dipercaya misalnya buku, koran, TV, radio, internet
dan lain sebagainya. Kondisi yang demikian yang demikian akan dapat menghambat dalam pemberian ASI eksklusif. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan pemberian ASI eksklusif.