ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB III KEBIJAKSANAAN DAN PERKEMBANGAH MONETER DI INDONESIA
Kebijaksanaan moneter pada dasarnya mempunyai tujuan yang sama dengan kebijaksanaan ekonomi umumnya, antara lain meliputi tujuan untuk mencapai full employment, pertumbuhan ekonomi, stabilitas hargn-harga, dan pemerataan. Kebijaksanaan moneter mejL'upttican snj-tui .-*nuu IUn i/or A yang dapat mompcngaruhi kegiatan ekonomi, Dalam pelaksa naannya kebijakan ini menggunakan suatu instrumen baik yong^bersifat umum seperti cash ratio, discount rate po licy dan open market operation maupun instrumen yang ber oifat khusus untuk tujuan selektif. Sehingga kebijakan monoter dapat dipakai untuk mencapai sasaran pembangunan. Untuk mengendalikan keadaan perekonomian, pemerintah melalui Bank Indonesia (Bank Sentral) dapat
mengam-
bil langkah, yakni menetapkan kebijakeanaan moneter. Se perti deregulasi perbankan yang dikeluarkan oleh pemerintah pada tanggal 1 Juni 1983.
1. Deregulasi Perbankan Sebelum adanya deregulasi perbankan 1 Juni
1983,
dunia perbankan Indonesia berada dalam posici dana murah
41 SKRIPSI
PENGARUH KEBIJAKSANAAN MONETER...
DINING RETNOWATI
ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
42
yang berasal dari Bank Indonesia melalui injeksi
kredit
likuiditas. Dalam kebijaksanaan pemberian kreditnya, pihak bank berusaha untuk sebanyak mungkin menggunakan dana dari Bank Indonesia dan sesedikit mungkin menggunakan dana sendiri. Usaha untuk menghimpun dana dari
masyara
kat berupa deposito berjangka dan tabungan atau uang ku asi relatif tidak digalakkan. Struktur pendanaan perbankan — bank peraerintah —
khususnya
bank-
sangat bergantung pada Bank Indonesia.
Demikian juga besarnya suku bunga deposito berjangka dan tabungan serta suku bunga kredit ditentukan oleh Bank In donesia. Bank Indonesia pada raasa sebelum deregulasi per bankan berfungsi sebagai lender of the first resort bankbank pemerintah. Dalam rangka mendorong kegiatan ekonomi —
melalui penyediaan likuiditas yang mencukupi serta un
tuk memelihara stabilitas moneter —
Bank Indonesia meng
gunakan pengaturan seoara langsung. Dengan berubahnya keadaan perekonomian Indonesia, maka sangat dirasakan bahwa dana pembangunan semakin sulit untuk diperoleh, Oleh sebab itu, pemerintah
berang-
gapan perlu segera mengambil langkah baru untuk
menga-
tasi keterbatasan dana pembangunan. Pada tanggal 1 Juni 1983, pemerintah melalui Bank Indonesia mengeluarkan serangkeian peraturan yang sifatnya mendasar di bidang moneter dan perbankan. Serangkai-
M I LI K v PERPUS1AK.AAN j "U N IV H RS 1TAS AIRLAN O G A SKRIPSI
s u r a b MONETER... PENGARUH KEBIJAKSANAAN
J
DINING RETNOWATI
ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
43
an peraturan tersebut adalah kebijaksanaan moneter dere gulasi perbankan. Pada av^alnya kebijaksanaan ini
sering
disehut sebagai langkah liberalisasi perbankan, "... berhubung kata 'liberal* saat ini di Indonesia
mengandung
konotasi negatif, setidak-tidaknya dari sudut pandang pe merintah, maka langkah 1 Juni 1983 kemudian lebih i nal sebagai deregulasi perbankan.”
dike-
1
-Di dalam kebijaksanaan deregulasi perbankan
ter-
kandung beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh otoritas moneter Indonesia, antara lain: (1) Meningkatkan pengerahan dana pembangunan yang berasal dari dalam negeri melalui perbankan, yang ditempuh dengan cara meningkatkan permintaan masyara kat akan tabungan dan deposito berjangka^ (uang kua si). (2) Mendorong pertumbuhan investasi. (3) Mendorong peningkatan efisiensi perbankan. (4 ) Mengubah fungsi Bank Indonesia yang semula sebagai lender of first resort bagi bank-bank pemerintah menjadi lend er of last resort. Untuk itu di luar sektor prioritas, Bank Indonesia hanya akan memberikan kredit li kuiditas dengan pertimbangan tertentu. (5) Mengubah pola kebijaksanaan pengaturan jumlah uang beredar, yaitu dari pengaturan langsung menjadi tidak lang sung, 2 Dengan demikian, pada dasarnya, deregulasi perban kan berisikan: (1) Penghapusan pagu kredit pada bank pemerintah. (2) Penghapusan pagu tingkat bunga deposito berjangka pa-
1 Syahrir, "Deregulasi Perbankan: Pengurangan Distorsi dalam Elconomi", Prisma, Edisi Juni, 1986, hal. 3. 2 Hendi Kariawan, op cit, hal. 76.
SKRIPSI
PENGARUH KEBIJAKSANAAN MONETER...
DINING RETNOWATI
ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
44
da bank-bank pemerintab. (3) Menaikkan tingkat bunga Tabanas dan Taska. (4) Tetap diberlakukannya pagu tingkat bunga dan
kredit
likuiditas Bank Indonesia untuk sektor-sektor
yang
diprioritaskan oleh pemerintah. (5 ) Kelonggaran pembebasan pajaKbunga atas deposito ber* jangka rupiah yang dimiliki penduduk Indonesia.
2. Perkembangan Permintaan Uang Periode 1980-1985 Permintaan uang yang didefinisikan dalam arti luas adalah merupakamlikuiditas perekonomian.
Likuiditas
perekonomian terdiri dari jumlah uang kuasi (QM)
ditam-
bah jumlah uang beredar (M1), sehingga dari posisi likui ditas perekonomian ini dapat dilihat perkembangan permintaan uang di Indonesia, baik uang beredar, uang kuasi ma upun uang luas. Perkembangan permintaan uang — pokannya —
menurut pengelom-
dapat pula dilihat menurut periode waktu se
perti yang dikehendaki, kemudian dibedakan untuk masa sebelum deregulasi perbankan (1979sIV—1983sll) dan masa setel&h deregulasi perbankan (1903:III-1985:IV). Pada masa sebelum deregulasi perbankan,
secara
umum, permintaan uang beredar (M1) dari triwulan ke triwulan naik. Dari Tabel 1 dapat dilihat, hanya
pada
ta-
hun 1982:IV, permintaan uang beredar menurun sekitar 6,2
SKRIPSI
PENGARUH KEBIJAKSANAAN MONETER...
DINING RETNOWATI
ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
45 TABEL 1
PEKEMBANGAN PERMINTAAN UANG SEMPIT, UANG KUASI, DAN UANG LUAS DALAM NILAI NOMINAL, 1979:IV - 1988:1V Raslo(%)
Tahun Ml
m
M2
1979:IV
3.386
1,837
1980: I
3.797
2.006
1983:
1984:
Laju Pertum buhan(% )
M 1/M 2
QM/M2
6.222
64,8
36,2
6.803
65,4
QM
Ml
M2
*
-
-
36
12
9
11
10
16
11,8
13
12 6
n
4.179
2.309
6.488
64,4
36,6
m
4.682
2.612
7.294
04,2
36
IV
4.995
2.696
7.691
64,9
36,1
6,3
3
1981:
1982:
(dalam m ilyar rupiah)
I
» 6.214
2.692
7.906
65,9
34,1
4,4
0,14
2,8
n
6.618
2.763
8.381
67
33
7,7
2,6
6
m
6.997
3.119
9.116
65,8
34,2
6.7
12,8
8,7
IV
6.486
3.231
6 ,7 1 7 '
66,7
33,3
8,1
3,6
6,6
I
6.775
3.376
10.161
66,7
33,3
4,6
4,5
4,6
n m
7.177
3.636
10.713
67
33
6
4,7
5,5
7.693
3.667
11.260
67,4
32,6
6,7
3,7
5
IV
7.121
3.954
11.075
64,3
36
-6,2
7,8
-1.6
I
12.248
60,2
40
3,6
23,1
10,6
7.379
4.869
n
7.606
8.465
12.970
67,9
42,1
1*7
12,3
6
m
7.716
6.120
13.836
58,7
44,3
2,8
12
6,7
IV
7.669
7.094
14.663
61,6
46,4
-1,9
16
6
I
8.066
7.704
16.769
61
48,9
6,4
8,6
7,6
n
8.183
6.267
16.450
49,7
60,3
1,6
7,3
4.4
ni
7.961
8.780
16.741
47,6
62,6
-2,7
6,2
1,7
IV
8.661
9.366
17.937
47,8
62,2
7,7
6.6
7.1
1985: - 1
8.988
10.469
19.447
46,2
63,8
4,7
11,8
8,4
n m
9.428
10.998
20.426
46,1
63,9
4,9
6,1
5
9.414
12.236
21.660
43,6
66,8
-0,16
11,2
6
IV
10.104
13.049
23.163
43,6
60,6
7,3
6.6
7
RATA-RATA PERTUMBCTHAN(%) ’79 • '83
•
’83 • '86
-
*
•
-
6,6
7,6
6
•
•
*
•
3
9
6
-
-
65
36
•
♦
-
•
48
52
•
*
-
RATA-RATA RA8IO<%) ’79 - '83
•
'83 • '88
-
Bumber : Laporan M lngguan Bank Indonesia, berbagai edlel. Laporan T ahunan Bank Indonesia T ahun 1965/1986.
SKRIPSI
PENGARUH KEBIJAKSANAAN MONETER...
DINING RETNOWATI
ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
46
persen atau menjadi Rp 7.121 milyar, sedang untuk
uang
kuasi terjadi penurunan permiritaannya pada tahun 1 9 8 1 :1 , yaitu sekitar 0,14% atau menjadi Rp 2.692 milyar. Kenaikan permintaan uang beredar yang
tertinggi
adalah sebesar 12%, yaitu pada 1980:1 dan 1980:111.
Se
dangkan permintaan uang kuaai kenaikan tertingginya
se
besar 23,1% atau menjadi Rp 4.869 milyar pada 1983:1. Untuk periode setelah deregulasi perbankan,
per
mintaan uang beredar mengalami turun naik, tetapi permintaan uang kuasi dari triwulan ke triwulan selalu
raenun-
jukkan peningkatan dan tidak pernah menurun. * * Bila dibandingkan menurut periode waktu,
secara
rata-rata, permintaan uang sempit mengalami penurunan da ri 5,5% menjadi 3% untuk masa setelah deregulasi perban kan. Sedangkan uang kuasi, secara rata-rata
permintaan-
nya mengalami peningkatan sekitar *1,5% atau menjadi
3%
pada masa setelah deregulasi perbankan. Kemudian,, perkembangan permintaan uang
sempit,
luas, dan kuasi (Ml, M2, dan QM) dapat dilihat dari
ra-
sio atau perbandingan maging-masing kelompok uang —
M1
dan QM —
terhadap likuiditas perekonomian (M2). Menurut
perbedaan masa, yaitu sebelum dan sesudah deregulasi per bankan, secara rata-rata, perbandingan atara uang sempit dan uang luas (M1/M2) mengalami penurunan dari 6 5%
men-
jadi 48& atau sekitar 17$. Sedangkan, perbandingan anta-
SKRIPSI
PENGARUH KEBIJAKSANAAN MONETER...
DINING RETNOWATI
ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
47
ra QM dan M2 (QM/M2) mengalami peningkatan sekitar
17%,
yaitu dari 35% menjadi 52%. Dari Tabel 1 juga dapat disimpulkan bahwa pada ma sa sebelum deregulasi perbankan, masyarakat
memegang
uang sempit dalam jumlah yang lebih besar bila dibandingkan dengan jumlah uang kuasi yang dipegangnya. Hal ditunjukkan oleh perbandingan (rasio) secara
ini
rata-rata
antara M1 terhadap M2 yang nilainya lebih besar daripada rasio antara QM terhadap M2, yakni M1/M2 = 65% sedangkan QM/M2 = 37%. Tetapi untuk masa setelah deregulasi
perbankan,
keadaan berubah menjadi sebaliknya. Rasio QM terhadap M2 lebih besar daripada M1 terhadap QM, yakni M1/M2
adalah
sekitar 48%, sedangkan QM/M2 sebesar 52%. Dengan demikian, pada masa setelah deregulasi perbankan,
masyarakat
Indonesia cenderung memegang uang kuasi dalam suatu jum lah yang lebih besar dibanding dengan jumlah! uang sempit.
3. Perkembangan Tingkat Bunga dan Tingkat Inflasi Perio de 1979-1985 Paktor-faktor yang merapengaruhi besar dan
kecil-
nya permintaan uang kuasi antara lain adalah tingkat bu nga dan tingkat inflasi, Perkembangan tingkat
inflasi
dan tingkat bunga, baik secara nominal maupun riil mulai triwulan I tahun 1980 sampai dengan triwulan IV 1985 da-
SKRIPSI
PENGARUH KEBIJAKSANAAN MONETER...
DINING RETNOWATI
ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
48
pat dilihat pada Tabel 2. Karena berbagai macam keterbatasan yang ada,
me-
nyebabkan penulis mengalami kesulitan dalara ...memperoleh data tingkat bunga di Indonesia. Oleh sebab itu, data mengenai tingkat bunga diambil dari berbagai sumber
yang
cara pengolahannya mempergunakan dasar perhitungan
yang
sama, yaitu memakai rata-rata tertimbang berbagai
depo
sito berjangka yang berada pada bank-bank pemerintah. Mengenai pemilihan tingkat bunga deposito berjangka pada bank-bank pemerintah sebagai pengukur tingkat bu nga uang kuasi di Indonesia, terdapat beberapa
alasan
yang dapat dikemukakan, yaitu: (1) Bahwa pada periode ta hun 1 9 8 0 sampai dengan tahun 1985 sebagian besar atau lebih kurang 75% dari uang kuasi terdiri dari deposito berjangka, dan (2 ) sebagian besar atau sekitar 6 2 ,3 %
dari
deposito berjangka tersebut berada pada bank-bank
peme
rintah (lihat Tabel 3). Tabel 3 nienggarabarkan
proporsi
deposito berjangka terhadap uang kuasi. Sedangkan
dalam
Tabel 4 raenunjukkan posisi deposito berjangka pada bankbank pemerintah. Pengukuran laju inflasi di Indonesia, semenjak ta hun 1979 didasarkan atas Indeks Harga Konsumen (IHK) In donesia. Indeks ini mencakup 115-150 jenis barang dan jasa serta merupakan gabungan indeks harga di 1 7 kota, ya itu: Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta,
SKRIPSI
PENGARUH KEBIJAKSANAAN MONETER...
Surabaya,
DINING RETNOWATI
ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
49
TABEL 2 PERKEMBANGAN TINGKAT INFLASI DAN TINGKAT BUNGA 1979:IV - 1985:IV *) Tahun IHK ; Tk infla Tk bunga no Tk bunga si <*) minal (£•)**) riil (%) 1979:IV
143,07
-
1980:1
147,14
11
8,17
11,44
5,12
-
-
II
156,61
2,83 6,32
III
160,78
2,65
11,44
8,75
IV
167,55
4,17
11,44
7,23
172,14
2,71 1,50
11,44
8,69
11,73
10,23
11,73
10,21
11,73
10,37
1981:1
II III
174,73 177,38
IV
179,82
1,52 1,36
189,63
5,42
11,73
190,94
11,74 11,74
6,31 11,35 10,18
1982:1
II III
193,41
0,39 1,56
IV
197,85
2,29
11,74
9,45
205,99
11,74 11,40
7,61 6,52
12,90
11,32
1983:1 II
216,19
III IV
219,61
4,13 4,88 1,58
221,53
0,87
14,80
13,93
233,42 238,69
5,30
17,50
12,20
2,24
17,88
III
238,98
0,12
17,90
15,64 17,78
IV
241,63
1,04
17,10
16,06
1985:1 II
242,12 249,46
0,20
18,00
17,80
17,70 16,00
14,67 15,50
14,60
14,34
1984:1 II
III
250,69
3,03 0,50
IV
251,34
0,26
Sumber: Laporan Mingguan Bank Indonesia dari berbagai nomor penerbitan.
SKRIPSI
PENGARUH KEBIJAKSANAAN MONETER...
DINING RETNOWATI
ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
50
Keterangan: *) Indeks Harga Konsumen Indonesia di 17 ibukota pinsi, April 1978 - Maret 1979 = 100.
pro
**) Diambil dari data yang telah diolah oleh Majalah Infobank, Prisma, dan Kajian Perekonomian Indonesia da ri berbagai nomor penerbitan. Angka-angka itu dihi- . tung dengan menggunakan dasar perhitungan yang sama, yaitu rata-rata tertimbang tingkat bunga deposito berjangka pada bank-bank pemerintah. TABEL 3
^ Tahun
PERKEMBANGAR UANG KUASI DAN DEPOSITO BERJANGICA TAHUN 1980 - 1985 (dalam milyar rupiah) Uang kuasi
Deposito berjangka
1980
2.696
1.650,8
1981
3.230
2.209,9
1982
3.954
2 .9 8 1 , 6
1983
7.094
5.781,8
1984
9.356
7.778,9
1985
13.049
1 1 .7 2 6 , 6
Sumber: 1. Nota Keuangan dan RAPBN 1986/1987. 2, Laporan Mingguan Bank Indonesia* Medan, Padang, Palembang, Pontianak, Banjarmasin, Denpasar, Mataram, dan Jayapura. Indeks Harga Konsumen ini merupakan pengganti dari Indeks Biaya Hidup di Jakarta da lam hal pengukuran laju inflasi di Indonesia. Dengan demikian, Indeks Harga Konsumen
Indonesia
ini merupakan alat ukur yang lebih mencerminkan
keadaan
sebenarnya. Di samping mencakup nilai pengeluaran dan jumlah serta jenis barang dan jasa yang lebih banyak, juga
SKRIPSI
PENGARUH KEBIJAKSANAAN MONETER...
DINING RETNOWATI
ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
51
TABEL 4 P^ICEMBANGAN DEPOSITO BERJAKGKA TAHUN 1980 - 1985 (dim milyar Rp) *#) Deposito ' BP B.S.N. (% x Dep) (% x Dep)
Tahun 1980
1 .6 5 0 , 8 (1 0 0 )
1981
2.209,9 (1 0 0 )
1982
2 ,9 8 1 , 6 (1 0 0 )
1.196,7 (72,5) 1.399,6 (63,3) 1.718,2 (57,6)
19830
5.781,8 (1 0 0 )
3.631,2 (6 2 ,8 )
1984
7.778,9 (1 0 0 )
4.405,2 (56,63)
1985
1 1 ,7 2 6 , 6 (1 0 0 )
7.150,7 (60,98)
B.A. {% % Dep) 222,8
231,3 (14,0
(13,5)
417,4 (18,9) 672,6 (2 2 ,6 )
392,9 (17,7 590 ,*6 (19,8)
1.292.3 (22,4) 2 .1 6 0 . 1 (27,8)
858.3 (14,8) 1 .2 1 3 , 6 (15,42)
3 .3 1 2 , 2
1.263,7 (10,78)
(28,25)
Keterangan: *) Termasuk sertifikat deposito. **) Termasuk Bank Pembangunan Daerah. B.P.
= Bank-bank pemerintah.
B.S.N. = Bank swasta nasional. B.A.
= Bank Asing.
Sumber: 1. Kota Keuangan dan RAPBN 1986/1987. 2. Laporan Mingguan Bank Indonesia, mencakup pola konsumsi semua golongan masyarakat di
se-
jumlah kota besar di Indonesia* Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa pada masa lum deregulasi perbankan, laju inflasi yang
sebe-
tertinggi
mencapai 5,42£>, yaitu pada 1982:1. Setelah masa
deregu
lasi perbankan, tingkat inflasi tertinggi mencapai 5,30# pada 1984:1.
SKRIPSI
PENGARUH KEBIJAKSANAAN MONETER...
DINING RETNOWATI
ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
52
Tingkat bunga nominal tertinggi yang pernah dicapai pada masa sebelum deregulasi perbankan adalah 11,74% sedang untuk tingkat bunga riil sebesar 10,23%* Pada masa sebelum deregulasi perbankan ini, tingkat bunga nomi nal relatif tidak berubah —
perubahannya sangat
kecil.
Sedangkan pada masa setelah deregulasi perbankan,
ting
kat bunga, baik dalam harga nominal maupun dalam
harga
riil mengalami perubahan yang cukup menyolok. Dari Tabel 2 terlihat bahwa sejak diberlakukannya kebijaksanaan deregulasi perbankan, tingkat bunga mengalami peningkatan, yaitu mulai 1 9 8 3 : 1 1 1 sampai dengan ta hun 1985:1. Setelah itu, sampai dengan 1985:IV,
tingkat
bunga cenderung turun. Peningkatan suku bunga tersebut merupakan
akibat
yang wajar dari adanya kebijaksanaan ini. Karena
bank-
bank berusaha menarik masyarakat untuk raenanamkan
dana-
nya dalam bentuk uang kuasi melalui rangsangan suku
bu
nga yang tinggi.
4. Perkembangan Pendapatan Riil Masyarakat Periode
1980
Sampai Dengan 1985 Posisi Produk Domestik Bruto atas dasar harga berlaku mulai tahun 1979 hingga 1985 disajikan dalam sebuah tabel, yakni Tabel 5. Dari Tabel 5 dapat dilihat
bahwa
pertumbuhan secara rata-rata selama enam tahun adalah se-
SKRIPSI
PENGARUH KEBIJAKSANAAN MONETER...
DINING RETNOWATI
ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
53
besar 20,5$. Produk Domestik Bruto (tahunan) yang
ter
tinggi terjadi pada tahun 1 9 8 0 , yaitu sekitar 41,9$ atau raenjadi Rp 4 5 .4 4 5 , 7 milyar, sedangkan pertumbuhan terenTABBL 5 POSISI PRODUK DOMESTIK BRUTO PERIODE TAIIUN 1979-1985 Tahun
Produk Domestik Bruto (milyar Rp)
Pertumbuhan ($)
1979
32.025,4
40,80
1 9 80
45.445,7
41,91
1981
54.027,0
18,88
1982
59.632,6
10,38
1983
73.697,6
23,50
1984
87.535,5
18,78
*) 1985 }
9 6 .0 6 6 , 4
9,75
*) Angka sementara. Sumber: Republik Indonesia, Hota Keuangan dan RAPBN, Ta hun Anggaran 1980/198T "s/d 1984/1985. dah adalah sebesar 9,7$ yang terjadi pada tahun 1 9 8 5 , ya itu menjadi Rp 96,066,4 milyar. Sebelum diberlakukannya kebijaksanaan
deregulasi
perbankan, Produk Domestik Bruto mencapai pertumbuhan pa ling tinggi sebesar 41,9$ pada tahun 1980. Setelah dere gulasi perbankan, pertumbuhan Produk Domestik Bruto yang tertinggi hanya mencapai 18,7$. "Dalam menerapkan model permintaan dan Mailangkay, pendapatan riil masyarakat
SKRIPSI
PENGARUH KEBIJAKSANAAN MONETER...
uang
Aghevli
diukur
dari
DINING RETNOWATI
ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
54
TABEL 6 PERKEfrlBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO TRIV/ULAHAN INDONESIA DALAM HARGA NOMINAL DAN RIIL 1980:1 - 1985:IV (dim milyar Rp) Tahun 1980:1
PDB tahunan .
45.445,7
II III IV 1981 si
%
54.027,0
II III IV
PDB triwulanan (nominal)*
PDB triwulanan (riil)
10.103,270
6.866,430
10,942,040
6.986,808
11,780,809 12.619,578
7.327,280
12.702,253 13.238,584 13.774,915
7,531,830 7'.379,025 7.519,363
14.311,247
7.765,765 7.958,650
14.382,625
7.584,572
II
14.732,975
III
15.083,325
7.716,023 7.798,627
IV
15.433,675
7.800,695
17.105,806
8.304,192
17.984,868
8.319,010
III
18.863,931
IV
19.742,993
8.589,741 8 .9 1 2 , 1 0 8
1982:1
1983:1 II
59.632,6
73.697,6
1984:1 II III IV
87.535,5
1985:1 II
96.066,4+)
III IV
20.586,571 21.451,440 22.316,309
8.819,541 8.987,155
23.181,178
9.338,149 9.593,667
23.216,828
9.588,976
23.750,009 24.283,190
9.520,568
24.816,371
9.686,541 9.873,626
Sumber: Republik Indonesia, Nota Keuangan dan RAPBN, Ta hun Anggaran 1980/1981 s/d 1984/1985, diolah Icembali.
SKRIPSI
PENGARUH KEBIJAKSANAAN MONETER...
DINING RETNOWATI
ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
55
Keterangan: *) Dihitung dengan rumusan interpolasi linier. +) Angka sementara. Produk Domestik Bruto (PDB)".^ Produk Domestik Bruto-ri il yang digunakan dalam pembahasan ini "berbentuk
data
triwulanan, sedangkat data Produk Domestik Bruto
yang
tersedia hanya dalam bentuk tahunan. Sehingga untuk memperoleh data Produk Domestik Bruto riil triwulanan digu nakan rumusan interpolasi linier. Tabel 6 memperlihatkan Produk Domestik Bruto secara tahunan dan triwulanan atas dasar harga yang
berlaku
(nominal) serta Produk Domestik Bruto triwulanan
riil.
Sehingga perkembangan pendapatan riil masyarakat
mulai
triwulan I 1980 sampai dengan triwulan IV 1985 dapat pu la ditunjukkan dalam Tabel 6 .
3Ibid, hal. 80.
SKRIPSI
PENGARUH KEBIJAKSANAAN MONETER...
DINING RETNOWATI