BAB III ANALISIS EMPIRIS TENTANG MUBALIGH MELALUI TILAWAT AL-QUR’AN
3.1. Biografi KH. Q Ahmad Syahid KH. Q Ahmmaad Syahid Lahir di Cicalengka pada tanggal 9 januari 1945 dari pasangan KH. Mohammad Soleh dan Hj Rokayah. Beliau anak pertama dari enam bersaudara. KH. Q Ahmad Syahid dibesarkan dalam keluarga yang agamis, syarat dengan nilai-nilai Islam. beliau dibesarkan di kalangan keluarga ajengan, masa kecil KH. Q Ahmad Syahid dilewati dengan penuh kesederhanaan tapi dari kesederhanaan inilah timbul suatu keinginan untuk terus memperkaya diri dengan ilmu pengetahuan terlebih lagi dalam ilmu pengetahuan keagamaan. Sejak masa kecil kecerdasan KH. Q Ahmad Syahid memang sudah nampak, selain beliau mudah menyerap ilmu-ilmu yang telah dipelajarinya, beliau pun memilki ketekunan dan keuletan untuk terus menggali ilmu secara otodidak, tak heran KH. Q Ahmad Syahid memilki nilai lebih dari sudut keilmuan lebih dibanding dengan teman-teman sebayanya. Kecerdasan yang dimiliki KH. Q Ahmad Syahid mulai diasah sejak mulai keluar SD dengan terus mengasah kemampuan
yang
dimilikinya
dan
mengembankan
pengetahuan
yang
didapatkannya dengan cara mengajar baik itu secara formal melalui pendidikan Diniyah ataupun nonformal melalui pengajian-pengajian dirumah. Dakwah pada dasarnya merupakan kegiatan penyampaian pesan agama Islam, ada banyak cara atau metode yang dapat dilakukan untuk penyampaian
proses pesan dakwah ini, salah satunya melalui pendidikan keagamaan dengan cara kegiatan belajar mengajar. Dan berawal dari kegiatan belajar mengajar inilah pergerakkan dakwahnya dimulai, bahkan kegiatan ini terus dilakukannya hingga sekarang, dan memang terbukti hasilnya terus berkembang. Keaktifan KH. Q Ahmad Syahid dalam penyebaran ilmu keagamaan terus dikembangkannya, mulai dengan mengikuti pengajian baik dirumah maupun madrasah. Terlibatnya K.H Q Ahmad Syahid dalam bidang keagamaan sampai pada saat ini terus berkembang, itu tidak lain dan tidak bukan memang didorong atas keinginan sendiri, istilahnya K.H Q Ahmad Syahid mempunyai minat yang cukup besar untuk bisa mengembangkan dakwah Islam. selain itu juga ditunjang dengan bakat yang dimiliki yang dapat mempermudah untuk terus menggali ilmu keagamaan, kedua faktor ini merupakan faktor yang sangat urgen yang ada pada diri seseorang. Selain kedua factor tersebut, ada juga factor yang cukup mempengaruhi untuk keberhasilan seseorang, yaitu dukungan dari orang tua untuk mendukung minat dan bakat yang dimilki untuk terus dikembangkan sehingga bisa menjadi seorang mubaligh yang professional. K.H Q Ahmad Syahid hidup dalam cukup yang sederhana, tapi kesederhanaan tidak membatasinya untuk terus menggali ilmu pengetahuan, beliau tetap bersemangat untuk terus belajar dan belajar sehingga bisa mengajarkannya kembali kepada orang lain, inilah intinya yang disebut dengan Dakwah,
mengajak
kembali
orang
lain
dengan
ajaran-ajaran
Islam.
Kesederhanaan membuat K.H Q Ahmad Syahid membuatnya giat untuk dapat mewujudkan apa yang menjadi impiannya.
Ada hal yang unik dan menarik dari keinginan orang tua K.H Q Ahmad Syahid, mereka tidak mendukung anak-anaknya untuk memasuki jalur pendidikan formal yang bersifat umum, tapi mereka sangat mendukung anak-anaknya untuk menempuh jalur pendidikan keagamaan, maka dari itu mereka terus mendukung kegiatan K.H Q Ahmad Syahid yang bersifat keagamaan, misalnya dengan mengikuti pengajian-pengajian. Hal ini membuktikan selama keluar dari pendidikan formal, keluar Sekolah Dasar, tidak menghentikannya untuk terus menggali ilmu pengetahuan, memperkaya diri dengan ilmu pengetahuan. Bahkan karena ketekunan dan keuletan yang dimilkinya tetap bisa mengimbangi teman-temannya yang menempuh jalur pendidikan formal, ketika memasuki kembali pendidikan formal, pengetahuan yang dimilkinya dari belajar secara otodidak melebihi dari mereka yang duduk dibangku sekolah, inilah bukti kecerdasan yang dimilki K.H Q Ahmad Syahid dari masa kecil hingga sekarang. Dari kegigihan dan ketekunan KH. Q Ahmad Syahid dalam menggapai mimpinya beliau mendapatkan prestasi dari berbagai penghargaan dianataranya; Prestasi dan kepercayaan pemerintah Indonesia yang pernah diberikan kepada beliau; 1. Prestasi yang pernah diraih ialah juara nasional pertama di Indonesia tahun 1968 dan juara internasional pertama di Kualalumpur. 2. Kepercayaan Indonesia yang pernah ditugaskan kepada beliau juri kehormatan pada MTQ di Brunei, Malaysia, Thailand, Saudi Arabia,
Iran, dan ketua Dewan Hakim Internasional pertama di Indonesia tahun 2005. Dari prestasi yang diraih oleh KH. Q Ahmad Syahid diatas beliau juga menjadikan santri-santrinya berprestasi dalam bidang MTQ diantaranya; Prestasi Alumni santri Al-Falah yang pernah meraih MTQ di Tingkat Nasional dan Internasional: 1. KH. Khumaidi Hambali ( Juara MTQ di Kualalumpur Malaysia ) 2. KH. Tubagus Abbas ( Juara MTQ Tingkat Asia ) 3. KH. Ridwan Alawi ( Juara MTQ Tingkat ASEAN ) 4. KH. Jeje Fauzi Ridwan ( Juara MTQ di Mekkah ) 5. KH. Hawasyi ( Juara Internasional ) 6. KH. Jejen Syukrillah ( Juara MTQ di Mekkah ) 7. KH. Nanang Qosim ( Juara MTQ Nasional dan Internasional ) 8. Hj. Nurasiah Jamil ( Juara MTQ Tingkat Nasional ) Keluarga merupakan komunitas yang terkecil dari suatu bangsa, disinilah tempat berinteraksi, berbagi rasa antara seorang ayah, ibu dan juga anak-anak. K.H Q. Ahmad Syahid berkeinginan dan terus berusaha untuk terus menciptakan lingkungan keluarga mencontoh Rasulullah SAW, yang kemudian dapat dilakukan pula oleh keluarga yang lainnya, hubungan yang harmonis antara anggota keluarga dengan mengedepankan pendidikan sehingga tercermin sebagai keluarga yang agamis intelektual.
K.H Q Ahmad Syahid dan istrinya kini dikaruniai delapan orang anak yakni: 1. H. Cecep Abdulah Syahid, S.Ag, M.Pd.I 2. Hj. Lilim Halimatussa’diah, S.Ag, M.Pd.I 3. Hj. Ela Kholilah, S.Ag, M.Pd.I 4. H. Rif’at Aby Syahid, S.Ag, M.Pd.I 5. Hj. Wafa Wafiah Syahid, S.Ag, M.Pd.I 6. Hj. Wafi Wafiroh Syahid, S.Pd.I 7. Muhammad Nawawi (Muna) 8. Hj. Farroh Diba Maulida Jika dilihat dari profesinya hampir semua dari anak-anak K.H Q Ahmad Syahid berprofesi sebagai pengajar di Pesantren, keberhasilan anak-anaknya tidak bisa dipisahkan dari peran serta kedua orang tuanya. K.H Q Ahmad Syahid terlebih lagi menekankan anak-anaknya untuk memperkaya diri dengan ilmu pengetahuan,serta selalu memdalam diri dengan membaca Al-Qura’an. Dari semasa kecil K.H Q Ahmad Syahid memang tumbuh dilingkungan keluarga yang agamis, hal ini ia terapkan kembali untuk membina keluarganya untuk selalu berpegang teguh pada agama Allah, hal ini ditambah dengan jalur pendidikan formal pada anak-anaknya. Sebenarnya hal ini memang bukan syarat mutlak, contoh saja ketika beliau pada waktu mudanya tidak menempuh jalur pendidikan formal, tapi berkat kecerdasan dan keuletan yang dimiliki, seperti halnya K.H. Mohammad Soleh (Ayah Beliau) seorang gurunya meskipun latar
belakang pendidikan tidak sebatas pada pendidikan formal, beliau bisa menjadi tokoh ulama besar, begitupun halnya dengan K.H Q Ahmad Syahid. Berbeda dengan zaman dulu, para ulama yang rajin belajar mengkaji keilmuan secara otodidak, mengkaji kitab-kitab dan lain sebagainya tanpa menempuh pendidikan formal, zaman sekarang karena banyak sekali gangguan yang bisa memalingkan orang-orang untuk mengkaji ilmu agama, maka dari itu minat dan bakat yang dimilki ditunjang oleh pendidikan secara formal, seperti pada akhrirnya K.H Q Ahmad Syahid mengarahkan anak-anaknya untuk memperdalam ilmu agama dan selalu membaca Al-Qur’an. Sebelum mengarahkan anak-anaknya untuk menggali cakrawala keilmuan, K.H Q Ahmad Syahid membekali anak-anaknya dengan ilmu ajaran agama. Oleh karena itu, barangsiapa yang berdakwah kepada masyarakat harus sangat serius membina keluarganya. Dengan demikian, tidak hanya dirinya yang menjadi dakwah, tetapi seluruh anggota keluarganya menjadi bagian dari dakwah dan menjadi contoh bagaimana Islam bisa membanguin sebuah keluarga yang sakinah, keluarga yang berprestasi, keluarga yang produktif serta bermanfaat bagi lingkungannya. Hal ini dibuktikan peran serta K.H Q Ahmad Syahid dalam membina keluarganya bersama istrinya dengan menerapkan nilai-nilai keislaman sehinnga dengan sendirinya muncul karakteristik yang agamis, selain itu juga ditunjang dengan pendidikan keagamaan yang ditempuh anak-anaknya untuk kembali diamalkan dalam kegiatan belajar mengajar di Pondok Pesantren Al-Qur’an AlFalah Cicalengka yang sekarang dipimpinnya, bagaimanapun juga ilmu yang
bermanfaat adalah ilmu yang dapat diamalkan kembali kepada orang lain. Dari sinilah muncul karakteristik keluarga intelektual. Maka dengan begitu dapat disimpulkan karakteristik dari keluarga K.H Q Ahmad Syahid adalah AgamisIntelektual. Membina keluarga tidak boleh dari sisa waktu, sisa tenaga dan sisa pikiran. Namun menjadi prioritas yang sama pentingnya dengan membina diri. Kegigihan kita dalam membina diri sama dengan dalam membina orang lain. Anak-anak harus menjadi bukti pribadi-pribadi yang agamis dan intelektual dalam kehidupannya yang dapat mengajarkannya kembali kepada orang lain. Istri maupun khadimat yang ada di rumah harus menjadi tim terpadu dan suru tauladan bagi lingkungannya, hal ini tercermin istri K.H Q Ahmad Syahid yang sering mendampingi ibu-ibu dan berperan aktif dalam pengajian-pengajian yang kerap dilaksanakan di Pondok Pesantren Al-Qur’an Al-Falah Cicalengka. Kehadiran seorang istri bagi K.H Q Ahmad Syahid, merupakan kunci yang amat penting dalam proses pengembangan dakwah Islamnya. Benar-benar bagian dari scenario pertolongan Allah dalam mengemban amanah dakwahnya. Di Pondok Pesantren Al-Qur’an Al-falah KH. Q Ahmad Syahid dipanggil oleh semua kalangan santri maupun masyarakat sebagai “Ayah” dikarenakan sebutan Ayah tersebut dapat membuat semua Santri maupun masyarakat menganggap bahwa KH. Q Ahmad Syahid sebagai keluarga tidak sebagai seorang pengajar maupun pengasuh.
Diakui atau tidak, ada banyak faktor yang cukup mempengaruhi untuk membentuk kepribadian K.H Q Ahmad Syahid menjadi seorang mubaligh. Lingkungan merupakan salah satu faktor yang cukup dominan untuk membentuk kepribadian
seseorang,
dimana
seseorang
dibesarkan
dan
seperti
apa
lingkungannya. Keluarga merupakan pendidikan utama yang banyak mengajarkan banyak hal, kedua orang tua K.H Q Ahmad Syahid mengarahkan anak-anaknya untuk membekali dirinya dengan ilmu agama. Sikap kedua orang tua K.H Q Ahmad Syahid yang tidak mendukungnya untuk menempuh jalur pendidikan yang bersifat umum, membuat K.H Q Ahmad Syahid semakin tekun untuk mendalami ilmu agama. Selain faktor di atas, ada salah seorang tokoh yang berpengaruh membentuk kepribadian K.H Q Ahmad Syahid menjadi seorang mubaligh. Beliau ialah guru-guru yang mengajarkan banyak hal dalam mendalami ilmu pengetahuan dan keagamaan. Adapun silsilah Guru KH. Q Ahmad Syahid diantaranya; 1. Tentang Al-Qur’an, KH. Q Ahmad Syahid berguru kepada KH. Mohammad Sholeh(ayah beliau), Berguru kepada KH. Mohammad Ishaq bergurukepada Mansur berguru kepada Tb. Ma’un berguru kepada
Syaikh
Al-Ghomrowi
dan
seterusnya
kepada
RasulillahMuhammad SAW. 2. KH. Q Ahmad Syahid berguru kepada KH. Mohammad Toha (Tentang Fiqih)
3. KH. Q Ahmad Syahid berguru kepada KH. Mu’thi (Tentang Bahasa Arab) 4. KH. Q Ahmad Syahid berguru kepada KH. Ma’mun Bakri (Tantang Qiro’atil Qur’an) 5. KH. Q Ahmad Syahid berguru kepada KH. Syuja’I (Tentang Balaghoh) 6. KH. Q Ahmad Syahid berguru kepada KH. Mohammad Siroj (Qiro’atil Qur’an) 7. KH. Q Ahmad Syahid berguru kepada Syaikh Muhammad Nazdim (Tentang Toriqoh Naqsabandiyah) 8. KH. Q Ahmad Syahid kepada Sayyid Alwi Al-Maliki (di Mekkah) Keberhasilan K.H Q Ahmad Syahid menjadi seorang mubaligh sangat didukung oleh faktor-faktor diatas, tapi ada hal yang sangat mendukung hingga beliau bisa menjadi seorang mubaligh, beliau tidak akan menjadi sekarang (mubaligh) tanpa pertolongan Allah dan kedua orang tua. Dengan demikian K.H Q Ahmad Syahid yakin sepenuhnya bahwa ini memang sepenuhnya rencana Allah yang memberikan minat dan bakat kepadanya didukung oleh do'a dari kedua orang tua.
3.2. Model Pengembangan Tabligh KH. Q Ahmad Syahid 3.2.1. Sistematika Penyampaian pesan KH.Q.Ahmad Syahid Dalam melaksanakan pidato (khithabah) harus menggunakan sistematika penyampaian pesan yang berurutan. Penyampaian pesan tidak berurutan akan mengakibatkan tumpang tindih dari materi yang kita sampaikan, dan akan membingungkan bagi orang yang mendengarkan. Khatib yang sudah mahir seperti KH.Q.Ahmad Syahid. Sistematika penyampaian pesan dengan baik sangat diperlukan, dari mulai pendahuluan sampain salam penutup harus berurutan. Goethe menulis dalam bulan Mei 1798 kepada Schiller dengan begitu banyak bahan yang saya miliki, saya akan merasa bimbang, kalau tidak ada aturan yang ketat, dimana saya menyusun kertas-kertas, mengaturnya secara sistematis dan mempergunakan setiap jam dengan baik lalu menyelesaikan satu sesudah yang lain. Sistematika penyampaian pesan khithabah yang sering digunakan oleh KH.Q.Ahmad Syahid, yaitu: 1. Muqadimah Muqadimah yang didalamnya terdiri dari ayat suci al-Qur’an dan Hadist serta do’a. dalam khithabah muqadimah penting sekali sebab jika muqadimah tidak menarik perhatian, para pendengar bisa mengakibatkan menjadi tidak memperhatikan kepada uraian materi selanjutnya. Oleh karena itu, setiap muqadimah yang dilakukan oleh KH. Q Ahmad Syahid selalu dimulai dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an dengan waktu yang lama. Dalam muqadimah tujuannya adalah membangkitkan perhatian,
memperjelas latar belakang pembicaraan dan menciptakan kesan yang baik
kepada
mukhathab.
Bagi
khithabah
KH.Q.Ahmad
Syahid
penyampaian muqadimahnya sudah meyakinkan dan membuat penasaran untuk mendengarkan materi penyampaian materi selanjutnya. 2. Sapaan terhadap audiens (mukhathab) Sapaan terhadap audiens (mukhathab) harus diperhatikan oleh seorang komunikator, jika seseorang yang berbicara dihadapan umum tidak menyapa audiens terlebih dahulu maka bagi orang yang mendengarkannya akan terkesan tidak diperhatikan. Sapaan terhadap audiens merupakan salah satu faktor keefektifan dalam khithabah. Bagi KH.Q.Ahmad Syahid sapaan terhadap audiens biasanya suka dilakukan sesudah muqadimah, dalam uraian materi, serta sesudah penyampaian materi. 3. Materi KH.Q.Ahmad Syahid penyampaian materinya yang diselingi dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an dan hadist dengan menerjemahkannya serta menjelaskannya, yang disampaikan secara sistematis. Materi merupakan
batang
tubuh
dari
pembicaraan,
yang
didalamnya
mengemukakan suetu masalah. 4. Kata-kata penutup (kesimpulan) Dalam kata-kata penutupnya atau akhir pembicaraan KH.Q.Ahmad Syahid, ia dapat memfokuskan fikiran dan perasaan khalayak (mukhathab) pada gagasan utama atau kesimpulan penting dari isi khithabahnya. Sebab berhasil dan tidaknya pesan yang disampaikan tergantung kepada
kemampuan pembicara untuk menarik kesimpulan yang jelas, singkat, tepat dan padat. Cara mengakhirikhithabahnya biasanya selalu dibuat atau diarahkan kepada satu titik, dan ujungnya atau puncaknya dibuat semacam kesimpulan meskipun tidak disebutkan kesimpulannya. 5. Permohonan maaf dan salam Dalam melakukan khithabah tidak setiap khatib meminta permohonan maaf diakhir, namun khatib seperti KH.Q.Ahmad Syahid meminta permohonan maaf dilakukan diakhir pembicaraan. Permohonan maaf bagi seorang khatib harus dilakukan, ditakutkan terjadi dalam penyampaian materi terdapat kekeliruan dan kesalahan, serta tidak terkesan orang yang paling tahu. Pada saat ini banyak khatib menggunakan metode dalam penyampaian pesan, dari mulai memakai metode deduktif, ada juga yang memakai metode induktif. Metode deduktif maupun metode induktif, kedua-duanya baik tetapi yang harus diperhatikan adalah bagaimana khatib bisa mengemas pesan dengan baik agar diterima oleh khalayak yang menjadi objek khithabah. Bagi KH.Q.Ahmad Syahid metode yang digunakannya yakni metode deduktif, yaitu menyampaikan hal-hal yang bersifat umum dulu, kemudian dilanjutkan kepada materi yang khusus. Penggunaan metode tersebut sangat tepat baginya.
3.2.2. Metode Tabligh Metode adalah cara yang teratur dan terpikirkan baik-baik untuk mencapai maksud atau cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan sesutau kegiatan guna mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan. Dalam penggunaan metode perlu sekali diperhatikan bagaimana hakikat metode itu, karena hakikat metode merupakan pedoman pokok yang mula-mula harus dijadikan bahan pertimbangan dalam pemilihan dan penggunaannya. Selain itu dengan memahami hakikatnya, pemakai metode tidak mudah secepatnya memuja terhadap suatu metode tertentu, karena keberhasilannya. Dan sebaliknya tidak akan tergesa-gesa menyisihkan suatu metode, gara-gara kegagalannya. Hakikat metode, hanyalah satu pelayan, suatu jalan atau alat saja. Tidak ada metode yang seratus persen baik. Metode yang paling sesuai pun belum menjamin hasil yang baik dan otomatis. Yang terpenting penggunaan metode adalah yang efektif dan efesien. Untuk mengarahkan kearah tujuan dakwah islam, metode merupakan bagian terpenting ketika dalam menyampaikan materi-materi atau pesan-pesan dakwah islam. Penggunaan metode ini tentunya disesuaikan dengan keadaan atau permasalahan yang erat hubungannya dengan kehidupan sehari-hari. Begitu juga metode yang digunakan KH. Q Ahmad Syahid tidak semuanya sesuai dengan teori yang ada sebagaimana yang dikaji oleh penulis. Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti di kediaman KH. Q Ahmad Syahid tepatnya di Pondok Pesantren Al-Qur’an Al-Falah I Cicalengka, metode yang digunakan KH. Q Ahmad Syahid dalam melaksanakan kegiatan tablighnya adalah:
1. Metode Ceramah Metode ini bila kita hubungkan dengan teori yang dikemukakan oleh para ahli termasuk metode interview atau bisa juga masuk pada metode wawancara, Menurut Wawan yang juga ustad di Pondok Pesantren Al-Qur’an Al-Falah metode ini dinilai cukup efektif dan efesien terhadap individu atau kelompok khususnya bagi masyarakat luas, karena metode ceramah dizaman modern sekarang ini sedang ramai-ramainya digunakan oleh para da’i baik di instansiinstansi pemerintah maupun pihak-pihak perusahan, baik melalui televise, radio maupun ceramah secara langsung. Disisi lain metode ini bias memanfaatkan waktu seefektif mungkin. ( Hasil wawancara dengan KH. Q Ahmad Syahid ) Adapun kemudahan dalam metode ini, diantarnya; 1. Materi yang disajikan dapat tersampaikan dengan baik 2. Bagi mubaligh bias menggunakan pengalamannya dalam menyampaikan suatu materi’ 3. Metode ceramah ini lebih fleksibel dalam arti mudah disesuaikan dengan situasi dan kondisi srta waktu yang tersedia. 2.
Metode Diskusi
Metode diskusi ini dititikberatkan untuk penggalian pemahaman keislaman lebih dalam lagi, dengan metode diskusi ini sering mengetengahkan masalahmasalah yang hangat dan tentunya berkaitan erat dengan kemajuan islam, sehingga diharapkan akan memunculkan sikap kritis terhadap apa yang terjadi di dunia islam, dengan kata lain akan menumbuhkan semangat juang untuk menegakan syariat islam.
Dalam penggunaan metode ini KH. Q Ahmad Syahid menekankan penyampaian pesan beliau dengan fenomena-fenomena yang berada di masyarakat sekitar. Oleh karena itu, penggunaan metode ini sering digunakan oleh KH. Q Ahmad Syahid untuk memperdalam wawasan mad’u supaya fenomena yang ada di sekitar masyarakat menjadi jelas dan memperoleh wawasan. ( Hasil wawancara dengan KH. Q Ahmad Syahid ) 3. Metode Qiro’ah Metode ini adalah metode yang sering digunakan oleh KH. Q Ahmad Syahid dalam meyampaikan dakwahnya. Karena dengan metode ini beliau dapat menyampaikan pesan beliau dengan menggunakan metode qiro’atul sab’ah. Metode ini memang dikhususkan kepada mad’u yang mayoritasnya paham akan apa itu qiro’ah., sehingga apa yang akan disampaikan akan diterima dengan baik oleh mad’u. Dalam metode ini KH. Q Ahmad Syahid membaca beberapa ayat Al-Qur’a, yang dilagamkan, berbeda dengan da’i lain. Dimana seorang da’i biasanya membaca ayat Al-Qur’an hanya satu ayat atau pun dua ayat, tidak bagi KH. Q Ahmad Syahid, beliau membaca ayat Al-Qur’an pada pembukaan lebig dari beberapa ayat. Oleh karena itu, beliau selalu menyampaikan pesan selalu dimulai dengan pembacaan ayat-ayat Al-Qur’an dan melagamkanya. Oleh sebab itu, KH. Q Ahmad Syahid sangat sering menggunakan metode ini ketika para mad’unya dalam kondisi yang mengetahui apa itu qiro’ah. Seperti ceramah beliau yang diadakan di Pondok Pesantren Al-Qur’an Al-Falah I Cicalengka, karena di Pesantren beliau mayoritas mengetahui apa itu qiro’ah sehingga penyampaian pesan yang diberikan KH. Q Ahmad Syahid dapat diterima dengan baik. Oleh
sebab itu, metode ini sangat efektif digunakan apabila mad’unya paham dengan ilmu qiro’ah itu sendiri. ( Hasil wawancara dengan KH. Q Ahmad Syahid ) Dari ketiga metode tersebut ternyata metode yang sering digunakan oleh KH. Q ahmad Syahid adalah metode ceramah karena dengan metode ceramah dinilai sangat efektif terutama melihat kondisi mad’u yang beragam. Walaupun demikian, metode qiro’ah ini sering dilakukan diberbagai daerah mengingat sistematika penyampaian pesan beliau selalu dimulai dengan pembacaan ayat AlQur’an. 3.2.3. Materi Tabligh Seiring dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, materi khitabah perlu dimuat dasar-dasar kehidupan dalam masyarakat pada umumnya, yang senantiasa dilandasi dengan paham keislaman, sehingga tidak hanya sekedar mengetahui hubungan dengan tuhannya saja tetapi harus mengetahui bagaimana hubungan dengan manusia, dengan alam sekitarnya serta bias mengaplikasikanya dalam kehidupan demikian pesat. Yang membawa umat kejurang kemaksiatan. Perkembangan dan kecanggihan teknologi sudah dirsakan oleh kita, sehingga para khatib harus berwawasan luas dalam menyampaikan materi khitabahnya. Khatib tidak hanya membaca keadaan, namun harus mampu menjawab tantangan masa depan, dan harus mencegah masyarakat yang terbawa arus teknologi sedemikian pesat. Materi yang disampaikan KH. Q Ahmad Syahid ialah bersumber dari AlQur’an san Al-Hadits, serta memberikan solusi bagi mukhatab yang dihadapinya.
Setiap uraian yang disampaikan KH. Q Ahmad Syahid memiliki hikmah dan dapat menambah ilmu pengetahuan yang baru, sehingga pendengar dapat asyik untuk menyimaknya. Kemampuan menyampaikan materi khitabah yang sesuai kebutuhan umat yang berada saat ini. Dari hal ini lah yang menjadi ciri khitabah KH. Q Ahmad Syahid yang dilakukan hingga saat ini ia mampu menguraikan secara sistematis dan logis. Dalam memberikan materi, KH. Q Ahmad Syahid selalu mengambil pedoman materinya dalam ayat suci Al-Qur’an karena disetiap pembacaan ayat suci Al-Qur’an beliau selalu melagamkan ayat tersbut dengan waktu yang lama sehingga apa yang disampaikan oleh KH. Q Ahmad Syahid dapat diterima dengan baik dan mudah. Materi yang tepat sasaran merupakan bentuk efektifitas khitabah yang dilakukan oleh seorang khatib professional. KH. Q Ahmad Syahid mampu menguraikan pesan khitabah secara sistematis dan logis dengan bahasa yang sederhana serta penyajian yang tidak bertele-tele. Materi-materinya yang disampaikan pada masa sekarang lebih menyentuh kepada aspek terdalam yaitu pada hati dan jiwa yang sedang terjadi. Pendekatan khitabah ini merupakan jawaban atas realitas yang sedang dihadapi dan dialami oleh umat yang selalu merasakan kegelisahan dalam hidupnya. Dengan melihat khatib seperti KH. Q Ahmad Syahid seorang khatib mempunyai bekal yang cukup terutama segi materi dan harus dipersiapkan secara matang. Khatib tampil dimasyarakat bukannya orang yang hanya mampu membuat sasaran tertawa dan sebagaii penghibur belaka. Khitabah bukan saja
memberikan hiburan untuk meluapkan persoalan dan menceritkan hal yang sedang terjadi namun lebih dari itu. Khatib harus mampu bersifat menyembuhkan masyarakat dari penyakit-penyakit yang menggangu berjalannya kehidupan mereka. Seorang khatib harus membimbing umat untuk memahami realitas, memaksimalkan potensi yang dimilki, dan akhirnya mengembangkan kepribadian yang dibuktikan dengan amalan ajaran islam dalam setiapo sendi-sendi kehidupan. 3.2.4. Media Tabligh Media tabligh adalah perantara atau alat yang digunakan untuk melaksanakan tugas-tugas dakwah dalam rangka mencapai tujuan tabligh. Oleh karena itu, media tabligh sangat penting dalam sampainya pesan yang diterima masyarakat. Menurut pendapat H. Ahmad Subandi (1994:88-96) berkenaan dengan media dilihat dari jenis dan peralatan yang melengkapinya, media tabligh dibagi menjadi tiga, yaitu: 1. Media tradisonal; 2. Media Modern; 3. Media yang memadukan antara tradisonal dan modern. Media tradisonal adalah media komunikasi yang secara tradisi dan ekslusif digunakan oleh kelompok-kelompok masyarakat yang dipandang paling efektif bagi mereka. Adapun jenis konkritnya boleh berupa mimbar atau kesenian tradisonal tertentu.
Media modern adalah media-media yang bercirikan kemampuan dan keampuhan teknologi, seperti radio, surat kabar, televise, film dan media massa lainnya. Adapun perpaduan media tradisonal dan media modern adalah dengan jalan memakai kedua jenis tersebut dalam suatu proses komunikasi secara bersamaaan. Ini bias dilakukan dengan dua cara: a. Pesan disalurkan melalui kedua media tersebut secara berurutan, bergantian. b. Kedua media sama-sama menyajikan pesanan dalam satu proses komunikasi. Semua media tersebut dalam penyampaian dan penerimaan pesannya digolonhkan kepada tiga macam, sebagai berikut; 1. Media Auditif, yakni semua media pesan yang disampaikan dan diterima mengandalkan pada kemampuan lisan dan pendengaran. 2. Media visual, ialah media yang penyampaian maupun penerimaan pesannya menggunakan saran visual 3. Media audio visual, yaitu media yang menggabungkan antara unsur-unsur suara dan pendengaran dengan unsur- unsure tampilan dan penglihatan. Dari media-media diatas, media yang digunakan oleh KH. Q Ahmad Syahid
dalam menyampaikan pesan dakwahnya ialah media tradisional dan
media auditif, media ini sering digunakan KH. Q Ahmad Syahid setiap beliau melakukan ceramahnya. Karena mimbar adalah salah satu media yang sering digunakan oleh beliau ketika menyampaikan pesan dakwah. Dan qiro’ah adalah
salah satu metode dalam menyampaikan pesan dakwah beliau dengan membaca ayat suci Al-Qur’an yang dilagamkan, sehingga para jamaah atau masyarakat menikmati apa yang disampaikan oleh beliau. Dalam pengembangannya, media yang sering digunakan beliau ketika ceramah ialah sebelum ceramah dimulai beliau meminta para santrinya untuk membacakan ayat suci Al-Qur’an dengan melagamkanya dengan waktu lama yang kemudian beliau menjelaskanya saat di pembacaan materi. Oleh sebab itu, pengguanaan media ini lebih sering digunakan oleh KH. Q Ahmad Syahid dalam menyampaikan pesan dakwahnya. Disamping ceramah-ceramah diberbagai daerah, KH. Q Ahmad Syahid pun melakukan ceramahnya dalam pengajian mingguan yang mana diadakan setiap hari selasa-kamis yang bertempat di Pondok Pesantren Al-Qur’an Al-Falah I Cicalengka yang dihadiri oleh masyarakat disekitar. ( Hasil Wawancara dengan KH. Q Ahmad Syahid )