mahasiswa sehingga akan membantu keduabelah pihak. Demikian halnya dengan alat tulis kantdr dan layanan dokumen sehingga memudahkan mahasiswa termasuk kebutuhan adminislrasi kampus. Sedangkan masyarakat dari pcnduduk setempat lebih banyak memproduksi kebutuhan bahan makanan, termasuk produksi pertanian dan petemakan. Mereka mendapat bantuan kredit usaha untuk mengembangkan produksi yang selama ini digeluti. Meski tidak terkait langsung dengan produksi pertanian namun pembiayaan tetap diberikan dari bank. Perguruan tinggi melalui lembaga yang ada seperti Pemaseka memberikan rekomendasi, sekaligus pemberdayaan usaha dengan melibatkan mahasiswa sebagai supervisor. Dengan demikian, memungkinkan usaha yang dirintis menjadi berkembang dan memiliki kelayakan sebagai usaha yang sehat. "Diversifikasi usaha dimungkinkan sehingga memberikan kemudahan dalam penyaluran kredit," kata Dhaniel sambil mengcmukakan, berbagai usaha yang mendapat pembiayaan meinungkinkan masyarakat untuk mampu mengembalikan kredit yang menjadi kewajibannya. Pada prinsipnya kampus memberikan kemudahan bagi mahasiswa termasuk masyarakat dalam mengembangkan usaha. Dengan demikian akan memberikan keuntungan kepada masingmasing pihak yang terlibat.
BAB II
Wirausaha Sekitar Kampus
Kredit Mikro Berhasil Kembangkan Usaha Fotokopi dana dari Bank Jatim Cabang Malang untuk Kucuran pemberdayaan masyarakat sekitar kampus Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Jawa Timur, diam-diam dinikmati penjual jasa bidang fotokopi Arifin, 54 tahun. Pria yang awalnya hanya memiliki satu mesin fotokopi ini, sejak pensiun tahun 1999 lalu membuka usaha fotokopi di belakang kampus UMM. Yang menarik, setelah mendapat pinjaman uang dari Bank Jatim Rp 25 juta, Arifin berhasil mengembangkan usahanya dan terbilang sukses.
Arifin disebut sukses karena saat ini ia tak hanya berhasil menambah mesin fotokopinya hingga menjadi empat buah, tetapi ia juga memiliki mesin laminasi, mesinjilid ring, aneka kertas untuk kebutuhan fotokopi dan penjilidan buku atau paper. Di tokonya yang berukuran sekitar 10 x 6m dihiasi pula aneka alat-alat kebutuhan kantor. Tak pclak jika para mahasiswa yang datang ke toko Arifin merasa terpenuhi kebutuhannya. "Terus terang, dulu saya hanya punya mesin fotokopi satu buah. Itu saja modal saya," ucap Arifin di tokonya, Jl Karya Wiguna, tepatnya di belakang kampus Universitas Muhammadiyah Malang.
Satu mesin fotokopi tersebut, menurutnya dibeli dari dana pensiun ahun 1999- "Waktu itu saya berpikir, uang pensiun ini harus saya eunakan untuk hal yang produktif. Tapi saya bingung usaha apa? Setelah saya lihat ada kampus UMM, saya dapat ide untuk membeli tnesin fotokopi. Bcberapa lama kemudian saya beli satu lagi. Saya vakin usaha ini bakal lancar," tambah pensiunan perusahaan korek 3pi di Jatim ini mengenang masa lalu. Setelah pensiun kebetulan seorang temannya menawarkan sepetak tanah untuk Arifin berwirausaha di belakang kampus UMM. Tawaran itu ia terima, lalu ia membuka usaha jasa fotokopi. Untungnya, Arifin boleh menempati tanah kosong itu tanpa bayar sewa sepeser pun. Sejak tahun 1999 itulah Arifin memulai usahanya. Setelah usahanya berjalan 3 tahun, ia mendapat undangan penyuluhan dari Kepala Desa Kelurahan Tegal Gondo, Kecamatan Karang Ploso, Kabupaten Batu, Malang. Temyata, pihak UMM bekerja sama dengan Bank Jatim siap membantu para pengusaha kecil
di sekitar kampus itu dengan pemberian modal melalui Kredit Pundi Kencana. Tentu saja Arifin menyambut hangat tawaran berupa Kredit Mikro bagi wirausahawan kecil tersebut. Oleh karena setiap pinjaman uang harus menggunakan agunan, ia pun memberikan surat tanahnya berupa sertifikat sebagai jaminan di Bank Jatim. "Untungnya saya punya sertifikat tanah, langsung saja saya ajukan pinjaman pada Bank Jatim dengan serHfikat itu sebagai agunannya," papar Arifin serius. Alhasil, awal tahun 2003 ini Arifin mendapat bantuan modal yang dijanjikan pihak Bank Jatim sebesar Rp 25 juta. "Alhamdulillah, uang itu saya gunakan untuk beli mesin fotokopi dua buah, mesin laminasi dan mesin jilid ring. Sisanya saya belikan kertas, juga alatalat kebutuhan lainnya," ujar Arifin seraya menjelaskan, sebuah mesin fotokopi seharga Rp 10,5 juta, mesin laminasi seharga Rp 1,25 juta dan mesin jitid ring Rp 1 juta, Saat bersamaan, adiknya bemama Tuty, yang biasa mewarung dapat pinjaman sama, Rp 25 juta. Akhimya Arifin membangun toko fotokopinya dua lantai. Bagian bawah untuk usaha fotokopi, sedangkan bagian atas untuk usaha warung makan atau depot makanan. "Jadi, mahasiswa yang mau memfotokopi atau menjilid di bawah. Tapi yang mau sarapan atau makan mereka dipersilakan naik ke atas di lantai dua," ujar pemilik Toko PRIMA ini sumringah. "Saya sangat berterima kasih dengan adanya bantuan ini baik kepada pihak Univcrsitas Muhammadiyah maupun Bank Jatim. Sebab, dengan adanya tambahan modal berupa Kredit Mikro ini, usaha saya semakin bagus," ucapnya bersyukur. "Dulu, kalau ada orang mau jilid buku, saya tidak bisa melayani. Tapi sekarang, sejak ada mesin penjilid, saya bisa kerjakan. Begitu juga kalau ada yang minta laminasi, pasti keluar. Sekarang tidak lagi." Arifin merasa bersyukur karena sejak ia menambah mesin
fotokopinya, usahanya semakin lancar. Terlebih dengan adanya mesin penjilid buku dan laminasi, semua kebutuhan mahasiswa berhasil ia layani. "Mahasiswa di sini pun jadi enggak repot lagi harus mondar-mandir. Cukup di toko saya, ditunggu, selesai. Malah sekarang bisa bikin cover, hitam putih ataupun wama," urainya. Tak heran jika sebelumnya usaha Arifin agak tersendat kini menjadi semakin lancar. Bahkan, per hari rata-rata ia menghabiskan kertas folio untuk fotokopi sebanyak 20 rim. Dalam satu rim kertas berisi 500 lembar, jika 20 rim berarti 10.000 lembar. Harga per lembar fotokopi ia patok Rp 75. Maka, dari usaha fotokopi ini Arifin berhasil meraup uang per hari Rp 750.000. "Paling sepi menghabiskan kertas 15 rim. Kalau paling ramai sampai 30 rim," akunya ketika ditanya produktifitas usaha mesin foto kopi. Beum lagi dari penjilidan buku atau paper, laminasi dan penjualan alat-alat tulis dan kebutuhan kantor. Itu sebabnya, cicilan bank sebesar Rp 800.000 per bulan selama 3 tahun {36 bulan) ia yakin akan terlunasi. "Saya baru mencicil tiga kali, sejak Januari lalu," jelas pria bertubuh tinggi dan berkulit coklat kehitaman. Dengan adanya mesin-mesin fotokopi baru dan pengembangan usaha yang makin besar, kini Arifin mempekerjakan tujuh orang karyawan. Masing-masing karyawan, menurutnya mendapat upah berbeda sesuai dengan kemampuan mereka. Karyawan yang ahlinya hanya memfotokopi ia beri upah Rp 300.000 per bulan. Jika karyawan tersebut juga pandai menjilid buku atau paper, artinya tak hanya mampu memfotokopi, upahnya febih tinggi hingga Rp 45(1.000 per bulan. Sedangkan karyawan yang teknisi mesin fotokopi dibori upah mencapai Rp 600.000 per bulan. Semua karyawan mendapat makan siang gratis di warung adiknya. Saat ini, penghasilan bersih Arifin per bulan terus meningkat. "Alhamdulillah, setelah dipotong cicilan, bayar karyawan dan bayar listrik, masih tersisa uang yang bisa saya tabung," ujar ayah satu putri bemama Vivi Febria Rosanti, dari pemikahannya
dengan Ny Emy Trisnowati. Tentang sepetak tanah yang ia tempati untuk usahanya itu, Arifin mengaku, tidak bayar sama sekali, tetapi setelah 15 tahun seluruh rumah yang ia bangun akan dilimpahkan kepada pemiliknya. "Kita sudah mengadakan perjanjian di notaris. Insya Allah dalam waktu 3 tahun ke depan usaha ini sudah break even," ujamya yang lalu menambahkan, belum lama dirinya berhasil membeli sebidang tanah ukuran 8 x 15m dekat kampus baru UMM yang tak jauh dari kampus lama. "Saya sangat terima kasih atas bantuan modal dari Bankjatim kerja sama dengan UMM. Kalau mendatang dapat bantuan Kredit Mikro lagi, saya mau buka usaha yangsama di tanah dekat kampus baru itu," kata Arifin antusias.
Mahasiswa Sekitar Kampus UMM Gemari Menu Depot Makan 'Vina' Mikro yang menambah modal usaha Arifin dalam Kredit bidang jasa fotokopi, digunakan pula oleh adiknya, Tuty, dalam berwirausaha mewarung. Jika usaha jasa fotokopi Arifin di lantai satu, Tuty menempati bagian atas gedung berlantai dua di belakang kampus Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Jatim. Seperti halnya Arifin, usaha mewarung yang ditekuni Tuty pun terbilang sukses. Pasalnya, mahasiswa sekitar kamptis UMM menggemari aneka menu Depot Makan 'Vina'.
Awalnya Tuty membuka usaha warung tak jauh dari saudaranya, Arifin, yang menjual jasa bidang fotokopi. Karena ia pun mendapat pinjaman modal usaha dari Bank Jatim sebesar Rp 25 juta, jumlah yang sama diterima Arifin, maka wanita yang hobi masak-memasak ini sepakat membuka usaha warung makan di satu gedung bersama kakaknya. Setelah berhasil membangun gedung dua lantai itulah Tuty menempati bagian atas dengan bidang usaha rumah makan. Depot makan "Vina" yang dikelola Tuty bermodal awal Rp 40 juta. Setelah mendapat suntikan modal dari Bank Jatim Rp 25 juta, ruang usahanya ia buat lebih bagus, nyaman, dan menyediakan
dalam jumlah delapan orang, empat orang, atau berdua dengan rekan sesama mahasiswa. Dengan wama cat dinding hijau tua pada basian bawah dan putih di atasnya, terlihat depot makan "Vina" bersih dan nyaman. Tempat aneka menu yang disediakan depot milik Tuty pun terbuat dari etalase kaca. Hal itu tentunya menambah kemudahan mahasiswa memilih hidangan kesukaannya. Seperti halnya restoran besar, pelayanan di depot ini pun mengambil sendiri baik nasi, sayur-mayur maupun lauk-pauk atau daun-daun lalapan. I'elayan kasir tinggal mengKitungnya setelah nampan pengunjung yang datang dipenuhi makanan yang akan disantapnya.
aneka menu, termasuk menu khas Jatim. Dari nasi rames, nasi rawon, pecel lele, sayur asam sampai lauk pauk seperti ikan goreng hingga tempe goreng. Berbagai minuman pun disediakan depot makan Tuty, untuk memenuhi kesenangan mahasiswa UMM yang datang ke rumah makannya. Baik minuman segar teh hangat, kopi manis, air jeruk sampai jus aneka buah. Semua itu ia sediakan untuk memenuhi selera mahasiswa UMM yang datang dari berbagai daerah dan etnik berbeda. Bahkan, di UMM terdapat pula sejumlah mahasiswa dari berbagai mancanegara. Karena itulah Tuty menghidangkan pula minuman es aneka rupa. Suasana depot di lantai dua dibuat terbuka, kecuali pada dinding belakang dan samping kiri yang masih tertutup rapat dengan pewarung sebelah. Sehingga, pengunjung yang datang bisa merasakan udara segar dari luar bagian depan dan sebelah kanan. Meja makan yang disediakan pun bervariasi, bisa makan bersama
"Jadi, pembeli tinggal memilih sendiri menu yang disukainya. Di kasir kita hitung lalu mereka bayar. Setelah itu mereka boleh berlama-lama di sini, jika pengunjungnya tidak terlalu padat," kata Tuty di depot makanan "Vina", tempatnya berwirausaha. "'Alhamdulillah, mahasiswa yang datang pun cukup banyak," tambahnya cena. Satu porsi makan nasi beserta sayur dan lauk-pauk, Tuty memberi harga hanya Kp 3.500. Untuk minuman, kecuali air putih atau teh, dipatok harga Rp 1.500. "Pokoknya lima ribu sudah kenyang. Kita enggak mahal kok. Yang penting modal bisa kembali, mahasiswa merasa puas, cukup," ucap wanita bertubuh gemukini. Dengan kucuran Kredit sebesar Rp 25 juta, Tuty mengaku, uang itu ia gunakan untuk mombeli kompor gas, menambah perabotan piring dan gclas, kursi dan meja makan, ctalase kaca dan lainnya. la pun menambah menu makanannya hingga aneka rupa. Kalau dulu depot ini terlihat sangat sederhana, sekarang lebih bagus, lebih nyaman dan memuaskan para mahasiswa yang datang ke sini," papamya. Ditanya berapa cicilan yang harus ia bayar kepada Bank Jatim, Tuty menjawab sama dengan Arifin saudaranya. "Delapan ratus
ribu rupiah selama tiga tahurh-Saya sudah cicil tiga bulan, dan saya yakin bakal lunas," ucapnya serius. "Penghasilan kotor depot ini mencapai Rp 4 juta per bulan. Sedangkan penghasilan bersih sekitar Rp 1,5 juta setelah dipotong cicilan kredit, bayar enam karyawan, biaya listrik dan sebagainya," papar wanita yang enggan menyebut berapa usianya itu. Dari enam karyawannya, Tuty membayar gaji masing-masing Rp 300.000 setiap bulan. Khusus juru masak, mencapai tarif Rp 400.000 per bulan. "Namanya usaha warung makan, selain dapat gaji maka para karyawan di sini bebas makan sekenyangnya," ujar Tuty berkelakar. "Saya sangat berterima kasih kepada Universitas Muhammadiyah yang peduli pada Hngkungannya bahkan membina para pedagang di sekitar kampus, juga Bank Jatim yang membantu menambah permodalan," kilahnya seraya menambahkan, bunga kredit pun kecil sehingga tidak menyulitkan yang menerima penyaluran Kredit Mikro.
Menyiasati 'lncome' Tambahan dari Mahasiswa Kos (43 tahun) termasuk pria yang ulet. Pegawai negeri Suwamo sipil yang tempat tinggalnya berhimpitan dengan kampus perguruan tinggi, tepatnya di sebelah Barat Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) di bilangan Kelurahan Tegal Gondo, Malang, Jawa Timur, ini mendapat income tambahan cukup besar dari sebagian rumah yang ia jadikan untuk kamar kos. Kini ia tengah berencana untuk melebarkan usahanya dengan membangun kamar-kamar kos baru.
Pasangan suami-istri Suwamo dan Siti Mubaidah yang dikaruniai dua anak laki-laki, menyadari betul upaya membangun sarana untuk membantu kebutuhan mahasiswa berupa kamar kos tersebut. Kehidupan Suwamo yang tergolong maju, beruntung memiliki rumah sendiri sehingga sebagian kamamya disediakan untuk menampung mahasiswa. Selain itu, istrinya yang tinggal di rumah sambil mengasuh anak menyediakan kebutuhan sehari-hari dengan membuka warung. Rumah Suwamo berdiri di atas tanah seluas 200 meter persegj, dibuat dua bagian dua kamar untuk keperluan keluarga-, satu kamar di bagian depan untuk membuka warung danenam
kamar lainnya disediakan bagi mahasiswa yang kos. Bangunan di lantai bawah itu dibuat permancn sehingga dapat dikembangkan ke atas dengan membuat sejumlah kamar baru bagi mahasiswa selama menempiih pendidikan di kampusnya sehingga akan memberi keuntungan keduabelah pihak. Suwamo bersama masyarakat sekitar kampus mendapat kesempatan mengikuti sejumlah pertemuan yang difasilitasi Lurah Tegal Gondo dan Universitas Muhammadiyah Malang serta Batik Jatim Cabang Malang. Intinya masyarakat melalui pembinaan perguruan tinggi dan mahasiswa memperoleh Kredit usaha untuk mengembangkan kos yang selama ini dirintisnya.
kesejahteraan dalam keluarga, masyarakat dan bangsa. Masih banyak masyarakat yang membutuhkan dana untuk membangun usaha meski kecil namun akan sangat berguna bagi pengcmbangan usaha ke arah yang lebih baik lagi. Kredit dengan bunga pasar yang banyak tersedia di bank temyata tidak menarik bagi masyarakat sehingga pilihan tetap dipercayakan kepada Bank Jatim Cabang Malang. Kebijakan itu hendaknya diteruskan agar memberi bantuan kepada masyarakat yang berusaha untuk lebih mengembangkan usahanya. "Kalau
Dari serangkaian pertemuan tersebut ia mendapat kredit dari Bank Jatim Cabang Malang senilai Rp20 juta untuk mengembangkan usaha kos yang selama ini dikelola bersama istrinya. "Sengaja belum saya bangun, menunggu pas penerimaan mahasiswa baru sehingga kamar tidak sempat kosong," ujamya beralasan. Uang senilai Rp20 juta itu masih disimpan meski sebagian dipakai untuk mengembangkan usaha warung yang selama ini dijalankan sang istri sejumlah Rp3 juta sehingga sekitar Rpl5 juta yang tersisa dapat dipakai untuk membuat kamar baru bagi mahasiswa. Untuk tahap awal kredit itu dapat dikelola dan berdasarkan perhitungan dapat dikembalikan dalam waktu 36 bulan. Setiap bulannya harus menyisakan uang sekitar Kp800 ribu untuk membayar angsuran ke Bank Jatim Cabang Malang yang sudah menguojrkan kredit. "Kredit ini sangat membantu dan memudahkan karena bunga yang ditetapkan masih terjangkau sehingga tidak memberatkan," papamya sambil mengemukakan ke depan hendaknya kredit diteruskan dengan model sekarang. Kredit dengan bunga yang terjangkau hendaknya diperluas agar masyarakat yang memperoleh manfaat akan lebih banyak lagi sehingga mampu memberi
bunganya sesuai pasar, ya tidak perlu lagi ke Bank Jatim. Bank lain juga memberi kesempatan serupa itu," kata Suwamo beralasan. Suwamo mengaku akan mengajukan kredit serupa di masa depan untuk lebih mengembangkan usaha yang se!ama ini ditokuni. Selama ini baru tahap awal dari usaha yang dikelola. Menurut rencana selain membangun seluruh lahan rumahnya untuk kos, memperbesar warung yang dirintisnya juga mengembangkan ke lahan
yang baru sehingga akan makin memajukan usaha. Total dana yang dibuluhkan senilai Rp45 juta dengan perincian sebanyak Rp20 juta sudah didapatkan dan selebihnya untuk tahap kedua. Kalau seluruh kredit sudah dapat dilunasi maka akan diajukan kredit serupa untuk menyelesaikan seluruh rencana yang digariskan. "Kami akan mengembangkan kos dengan membeli lahan di bagian depan sehingga ada ruang parkir untuk tamu," papamya menguraikan rencana jangka panjang yang akan direalisasikan sesegera mungkin setelah tahap demi tahap kredit yang diterimanya dapat dilunasi. Suwamo mengaku memperoleh manfaat yang besar dengan membangun kos selain sebagai tempat tinggal, sekaligus akan dapat banyak belajar dari mahasiswa yang tengah menuntut ilmu. Akan ada kesempatan untuk terus belajar dengan menggali melakukan diskusi dalam berbagai kesempatan. "Barangkali saja anak saya nanti juga membutuhkan kos di tempat lain," ujamya sambil mengemukakan, pihaknya menetapkan harga wajar untuk mahasiswa yang kos di rumahnya. Selain memperhatikan kelayakan sebagai tempat untuk belajar juga beberapa fasilitas disediakan. Setiap kamar hanya untuk satu mahasiswa agar mereka memiliki kesempatan istirahat yang cukup untuk kemudian belajar secara baik. Untuk satu kamar dengan satu mahasiswa setahun ditetapkan sewa senilai KpSOfl ribu, sengaja tidak dialokasikan untukdua orang meski ada kemungkinan menambah uang sewa menjadi Rpl juta. Sebab, kalau diperhitungkan dengan pengeluaran listrik dan air nilainya menjadi sama sedang kelayakan sebagai tempat kos bagi mahasiswa menjadi berkurang. "Sengaja kami koskan kepada mahasiswa putra dengan berbagai pertimbangan, selain menjaga perasaan istri di rumah juga
banyak hal yang menjadi bahan pertimbangan," papamya sambil meriambahkan, kalau kos putri akan ada lebih banyak pengeluaran untuk listrik dan air. Alasannya, setiap kali putri mendapatkan haid akan banyak membutuhkan air, termasuk listrik sehingga setelah dipertimbangkan disepakati hanya kos mahasiswa putra saja.