Keanekaragaman Jenis Nyamuk Di Sekitar Kampus Universitas Hasanuddin Makassar
Mila Karmila1 Syahribulan 2 Isra Wahid3 1,2 Jurusan Biologi, Fakultas MIPA, Universitas hasanuddin 3 Jurusan Parasitologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected]
ABSTRAK
Penelitian mengenai Keanekeragaman Jenis Nyamuk di sekitar kampus Universitas Hasanuddin Makassar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman jenis, tempat perkembangbiakan dan indeks keanekaragaman nyamuk di sekitar lingkungan kampus Universitas Hasanuddin Sampling nyamuk dilakukan di lima titik yaitu : bagian tengah (Fak. Pertanian), Barat (Teaching Industri), Selatan (Danau UNHAS), Utara (Ramsis Unit II) dan Timur (bagian belakang RSP). Sampling larva dengan menggunakan metode cidukan sedangkan dewasa dengan metode kelambu trap. Hasil penelitian diperoleh 6 jenis larva yaitu Aedes albopictus Skuse (60.66%), Culex tritaeniorynchus Giles (16.39%), C. visnhui Theobald (13.11%), A. barbirostris Van der Wulp (4.92%), A. aegypti Linnaeus (3.28) dan A. nigerrimus Giles (1.64%). Sedangkan nyamuk dewasa ditemukan sebanyak 16 jenis yaitu A. subpictus Grassi (29.4%), C. tritaeniorynchus Giles, C. visnhui Theobald (11.9), A. vigilax Skuse (8.7%), A. indefinitus Ludlow (6.6%), A. albopictus Skuse (5.9%), C. gelidus Theobald (5.25), Mansonia uniformis Theobald (4.9%), C. pipiens fatigans Say (4.2%), A. aegypti Linnaeus (1.4%), A. barbirostris Van der Wulp (1), C. bitaeniorynchus Giles (0.7), C. fuscocephalus Theobald (0.7), A. vagus Donitz (0.3%) dan M. bonneae Edwards (0.3%). Tempat perkembang biakan nyamuk yang ditemukan berupa barang bekas, rawa, sawah dan danau Unhas. Nilai indeks keanekaragaman jenis larva sebesar 1.19 termasuk kedalam kategori rendah dan nyamuk dewasa sebesar 2.16 termasuk kedalam kategori sedang. Kata Kunci : Keanekaragaman, Anopheles, Aedes, Culex, Mansonia. Pendahuluan Nyamuk merupakan ektoparasit pengganggu yang merugikan kesehatan manusia. Hal tersebut disebabkan kemampuannya sebagai vektor berbagai
penyakit (Fahmi 2014), misalnya: demam berdarah, chikungunya, demam kuning, encephalitis, serta penyakit-penyakit yang disebabkan oleh nematoda seperti filariasis, riketsia dan protozoa misalnya malaria. Jenis-jenis nyamuk yang menjadi vektor utama, biasanya adalah Aedes sp, Culex sp, Anopheles sp, dan Mansonia sp (Sembel, 2009). Menurut Sembel (2009) tingkah laku dan aktivitas nyamuk pada saat terbang berbeda-beda menurut jenisnya, ada nyamuk yang aktif pada waktu siang seperti Aedes aegypti dan ada yang aktif pada waktu malam seperti Anopheles. Demikian pula ada nyamuk yang aktif mengisap darah pada waktu pagi atau sore dan ada nyamuk yang aktif pada waktu malam sebelum tengah malam dan ada yang aktif pada waktu subuh. Waktu mencari makan (feeding time) mempunyai pola harian yang dipengaruhi oleh tenggelam dan terbitnya matahari, demikian juga waktu istirahat (resting time) pada nyamuk yang disebut sebagai siklus harian atau musiman. Pengumpulan spesimen vektor perlu memperhatikan pola harian tersebut. Pola kegiatan harian biasa dipengaruhi oleh perubahan musim, terutama turunnya hujan, perubahan suhu, dan kelembaban relatif, yang selanjutnya dapat mempengaruhi jumlah populasi (Komariah, 2010). Universitas Hasanuddin terletak di sebelah timur kota Makassar, sekitar 10 km tepatnya di Kecamatan Tamalanrea, menempati lokasi seluas ±220 Ha dan terdiri atas 16 Fakultas. Di sekitar kampus terdapat rumah pondokan, kandang ternak, tempat pembuangan sampah, rumah sakit yang memungkinkan timbulnya tempat perkembangbiakan nyamuk. Hasil penelitian Yosefina (2013) menyebutkan bahwa di kampus Universitas Hasanuddin terdapat nyamuk Aedes aegypti dan A. albopictus. Larvanya ditemukan hidup pada berbagai tempat penampungan air yang terdapat di Fak. Peternakan, Fak. Hukum, Pusat Kegiatan Penelitian/PKP, Workshop / Pondokan dan Fak. MIPA. Keberadaan nyamuk ini diketahui dengan menggunakan metode ovitrap/perangkap telur dan survei larva terhadap berbagai tempat penampungan air yang berada pada lokasi penelitian.
Material dan Metode A. Pengumpulan Sampel Larva Sampel larva dikumpulkan pada bulan Januari-Maret 2016 di sekitar lingkungan kampus Universitas Hasanuddin pada lima titik lokasi pengambilan yaitu Bagian Tengah sekitar fakultas Pertanian, Bagian Barat Teaching Industri, Bagian Selatan Danau UNHAS, Bagian Utara Ramsis Unit II, Bagian Timur belakang RSP UNHAS. Alat yang digunakan dalam penelitian adalah alat ciduk, pipet larva, talang/tray, botol sampel/plastik sampel, alat ukur salinitas, suhu, pH meter, mistar, label dan alat tulis, kamera digital. Peralatan yang digunakan untuk
penangkapan nyamuk dewasa adalah senter, aspirator, kelambu, gelas plastik, pinset, mikroskop stereo, efendorf tube, petridis kaca, dan GPS. Sampling larva nyamuk pada lokasi penelitian diambil dengan cara menciduk dan menggunakan pipet selanjutnya disimpan didalam botol sampel yang telah diberi label, kemudian dibawa ke laboratorium untuk dipelihara sampai menjadi nyamuk dewasa dan diidentifikasi. B. Pengumpulan Nyamuk Dewasa Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kloroform, kapas, formulir penangkapan nyamuk dewasa, formulir tempat perkembangbiakan larva, larva dan nyamuk dewasa. Sampling nyamuk dewasa diambil menggunakan metode kelambu trap. Nyamuk dewasa yang hinggap pada kelambu diambil dengan menggunakan aspirator dan disimpan dalam gelas plastik, selanjutnya dibius dengan kapas yang sudah diberi kloroform, dan dibawa ke laboratorium untuk diidentifikasi dengan menggunakan mikroskop stereo. C. Analisis Data Indeks keragaman dihitung berdasarkan rumus Shannon-Weaner (Odum, 1993) :
indeks keanekaragaman
Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian Nyamuk yang ditemukan pada lokasi penelitian terdiri atas 16 jenis yaitu subgenus Celia (Anopheles subpictus Grassi, A. indefinitus Ludlow, A. vagus Donitz.), Subgenus Anopheles yaitu A. barbirostris Van der Wulp, A. nigerrimus Giles Subgenus Sitiens yaitu C. tritaeniorynchus Giles, C. visnhui Theobald, C. gelidus Theobald, C. bitaeniorynchus Giles. Subgenus pipiens yaitu C. fuscocephalus Theobald, C. pipiens fatigans Say. Subgenus Metalutzia yaitu Lutzia fuscanus wiedemann. Subgenus Stegomya yaitu A. albopictus Skuse, A. aegypti Linnaeus. Subgenus Empihals yaitu A. vigilax Skuse. Subgenus Mansonioides yaitu Mansonia uniformis Theobald dan M. bonneae Edwards. Data jumlah larva per jenis yang ditemukan pada bulan Januari-Maret 2016 di tempat perkembangbiakan setiap lokasi sampling disajikan pada tabel 1 sebagai berikut:
Spesies Anopheles barbirostris A. nigerrimus C. tritaeniorynchus C. visnhui A. albopictus A. aegypti Total (ekor)
Tengah 0 0 0 0 26 0 26
Lokasi pengambilan sampel Barat Selatan Utara Timur 0 2 0 1 0 0 1 0 0 6 4 0 0 1 2 5 11 0 0 0 2 0 0 0 13 9 7 6
Total
Persen (%)
3 1 10 8 37 2 61
4,92 1,64 16,39 13,11 60,66 3,28 100
Tabel 1 menunjukkan bahwa dari kelima lokasi pengambilan sampel, jumlah jenis larva yang tertinggi diperoleh pada bagian tengah (sekitar fakultas Pertanian) sebanyak 26 ekor, terendah dibagian timur (belakang RSP) sebanyak 6 ekor. Jumlah nyamuk dewasa per jenis yang ditemukan pada bulan Januari-Maret 2016 pada tempat perkembangbiakan disetiap lokasi sampling disajikan pada Tabel 2 sebagai berikut : .
No. 1 2 3 4 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Spesies A. subpictus A..indefinitus A. vagus A. barbirostris C. tritaeniorynchus C. visnhui C. gelidus C. bitaeniorynchus C. fuscocephalus C. pipiens fatigans L. fuscanus A. albopictus A. aegypti A. vigilax M. uniformis M. bonneae Total (ekor)
Lokasi Pengambilan sampel Tengah Barat Selatan Utara 30 2 3 39 8 1 0 9 0 1 0 0 0 0 1 0 2 2 25 3 4 5 15 2 7 1 1 6 0 1 1 0 0 0 0 1 6 0 0 5 1 0 0 0 5 7 3 2 0 0 0 0 2 0 0 23 0 0 14 0 0 0 1 0 65 20 64 90
Timur 10 1 0 2 20 8 0 0 1 1 0 0 4 0 0 0 47
Total 84 19 1 3 52 34 15 2 2 12 1 17 4 25 14 1 286
% 29.4 6.6 0.3 1 18.2 11.9 5.2 0.7 0.7 4.2 0.3 5.9 1.4 8.7 4.9 0.3 100
Tabel 2 menunjukkan bahwa dari kelima lokasi pengambilan sampel diperoleh jumlah total individu nyamuk dewasa tertinggi pada bagian utara (Ramsis Unit II) sebanyak 90 ekor, terendah pada bagian barat (Teaching Industri) sebanyak 20 ekor.
Nilai Indeks Keanekaragaman jenis Larva
Nyamuk Dewasa
1.19
2.16
Tabel 3 nilai indeks keanekaragaman larva dan nyamuk dewasa Tabel 3 menunjukkan nilai indeks keanekaragaman jenis larva sebesar 1.19, sedangkan nilai keanekaragaman nyamuk dewasa sebesar 2.16. Berdasarkan kategori maka dikatakan bahwa keanekaragaman larva di sekitar lokasi penelitian kampus Unhas tergolong rendah, sedangkan keanekaragaman nyamuk dewasa tergolong sedang. B. Pembahasan larva Aedes albopictus Skuse banyak ditemukan dibagian tengah Fak. Pertanian karena terdapat barang-barang bekas (kotak gabus, sepatu bekas, gelas plastik) yang merupakan tempat perkembangbiakan larva A. albopictus Skuse (tabel 1). Hal ini sesuai dengan penelitian Sari dkk (2008). Larva ini lebih sering ditemukan di luar rumah. Sedangkan dibagian timur (belakang RSP) ditemukan sedikit karena pada saat pengambilan sampel hujan turun sehingga mengakibatkan larva terbawa oleh arus air. Banyaknya jenis nyamuk dewasa yang diperoleh dari lokasi penelitian di sekitar kampus dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Faktor lingkungan yang memiliki kaitan erat terhadap sebaran dan aktivitas menghisap darah masing-masing spesies, yaitu suhu dan kelembaban udara. Suhu yang rendah dan kelembaban tinggi berpengaruh terhadap hasil tangkapan nyamuk yang ditemukan. Menurut Zaenal (2015), nyamuk paling banyak menghisap di luar rumah pada kelembaban 84-88% dan rata-rata suhu 25-27ᴼC sesuai pertumbuhan dan perkembangbiakan nyamuk. Mofu (2013) juga melaporkan bahwa suhu lingkungan yang dianggap kondusif untuk sebaran nyamuk berkisar antara 2530ᴼC. Penangkapan yang dilakukan selama 3 jam di dua lokasi penelitian yaitu pada bagian Barat (Teaching Industri) dan Timur (belakang RSP) menghasilkan jumlah tangkapan yang sedikit, karena pada saat penangkapan hujan turun. Menurut Muhammad (2013) yang menyatakan bahwa penangkapan yang dilakukan dalam kondisi hujan turun mengakibatkan jumlah nyamuk yang tertangkap sedikit. Rendahnya keanekaragaman larva yang diperoleh ini kemungkinan disebabkan karena pengaruh beberapa faktor, pertama faktor cuaca dalam hal ini hujan. Penelitian berlangsung saat musim hujan sehingga berpengaruh terhadap keberadaan larva nyamuk. Menurut Pratama (2015),
semakin deras hujan ketinggian air pada tempat perkembangbiakan larva berupa rawa, genangan air ikut meningkat serta arus air semakin deras. Arus air yang deras akan menghilangkan larva. Faktor kedua adalah lamanya waktu pengambilan sampel, penelitian ini berlangsung selama dua bulan sehingga tidak banyak larva nyamuk yang ditemukan. Faktor ketiga adalah siklus nyamuk itu sendiri, masing-,masing jenis nyamuk memiliki waktu penetasan dan perkembangan yang berbeda-beda sehingga dengan kurun waktu yang singkat (2 bulan) tidak terlalu banyak larva yang ditemukan. Keanekaragaman nyamuk dewasa berada dalam kategori sedang, hal ini kemungkinan disebabkan karena pada saat sampling cuaca mendukung, tidak ada hujan sehingga banyak nyamuk dewasa yang menetas. Penangkapan dilakukan pada malam hari. pada saat tersebut adalah waktu bagi nyamuk untuk mencari makan /menghisap darah, baik pada manusia maupun hewan ternak yang ada di sekitar kampus. Keanekaragaman nyamuk dewasa berada dalam kategori sedang, hal ini kemungkinan disebabkan karena pada saat sampling cuaca mendukung, tidak ada hujan sehingga banyak nyamuk dewasa yang menetas. Penangkapan dilakukan pada malam hari. pada saat tersebut adalah waktu bagi nyamuk untuk mencari makan /menghisap darah, baik pada manusia maupun hewan ternak yang ada di sekitar kampus. KESIMPULAN
1. Larva yang ditemukan sebanyak 6 jenis, yaitu : Anopheles barbirostris Van der Wulp, A nigerrimus Giles, Culex tritaeniorynchus Giles, C. visnhui Theobald, Aedes albopictus Skuse dan A. aegypti Linnaeus. Nyamuk dewasa yang ditertangkap terdiri atas 16 jenis nyamuk yaitu A. subpictus Grassi, A. indefinitus Ludlow, A. vagus Donitz, A. barbirostris Van der Wulp, C. tritaeniorynchus Giles, C. visnhui Theobald, C. gelidus Theobald, C. bitaeniorynchus Giles, Lutzia fuscanus Wiedemann, C. fuscocephalus Theobald, C. (Pipiens) pipiens fatigans Say, A. albopictus Skuse, A. aegypti Linnaeus, A. vigilax Skuse, M. uniformis Theobald dan M. bonneae Edwards. 2. Keanekaragaman jenis larva sebesar 1.19 termasuk kedalam kategori rendah dan keanekaragaman nyamuk dewasa sebesar 2.16 termasuk kedalam kategori sedang. Daftar Pustaka Fahmi, 2014. Studi Keanekaragaman Spesies Nyamuk Anopheles sp. Di Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi tengah. Jurnal of Natural Science, Volume 3(2) halaman 96-97.
Komariah, 2010. Pengendalian Vektor. Program Pasca Sarjana Kesehatan Masyarakat STIK Bina Husada Palembang, volume 6 no.1 hal 34-35. Mofu, R.M., 2013. Hubungan Lingkungan Fisik, Kimia dan Biologi dengan Kepadatan Vektor Anopheles di Wilayah Kerja Puskesmas Hamadi Kota Jayapura. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia 12(2):120-126. Muhammad, R., 2013. Keragaman jenis dan Karakterisasi Habitat Anopheles di Desa Datar Luas Krueng Sabee Aceh Jaya Provinsi Aceh, Institut Pertanian Bogor, Bogor Pratama, G.Y., 2015. Nyamuk Anopheles sp dan Faktor yang Mempengaruhi di Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan.Volume 4 no.1 hal 20-22. O’Connor CT., Soepanto A., 2013, Identifikasi Nyamuk Anopheles Betina di Sulawesi. Ditjen P2MPL, Depkes RI : 2000. Odum, H.T., 1993. Simulation of diurnal processes in laguna Joyuda. Acta Cientifica 7(1-3):91-103. Sari, 2008. Kajian Tempat Perindukan Aedes di Kawasan kampus Darussalam bada Aceh. Study of Aedes ‘Breeding place in Darussalam area banda Aceh). Hal:32-36. Sembel, D., 2009. Entomologi kedokteran.: Penerbit Andi: 49-105. Yogyakarta. Sugiyono, 2008. Metode penelitian Kuantitatif Kualitatifdan R&D. bandung. Yosefina, 2013. Eksistensi dan Sebaran Nyamuk Aedes aegypti dan Ae. Albopictus di kampus Universitas Hasanuddin Makassar. Jurnal Ekologi Kesehatan. Volume 12(2) halaman 87-94. Zaenal, 2015. Studi Keanekaragaman Nyamuk Anopheles spp.Pada Kandang Ternak Sapi di Kota palu Provinsi Sulawesi tengah. Jurnal of natural Science. Volume 4(3) halaman 369-376.