BAB II URAIAN TENTANG KEPARIWISATAAN
Definisi Pariwisata Ismayanti Dalam buku Pengantar Pariwisata (2010:1) mendefinisikan pariwisata sebagai, ”…Kegiatan dinamis yang melibatkan banyak manusia serta menghidupkan berbagai bidang usaha”. Berbicara mengenai konsep dan definisi pariwisata, wisatawan serta klasifikasinya perlu ditetapkan dikarenakan sifatnya yang dinamis. Leiper dalam Cooper et.al (1998:5) menyatakan terdapat tiga elemen utama yang menjadikan kegiatan pariwisata bisa terjadi, yaitu sebagai berikut : 1. Wisatawan, ia adalah aktor dalam kegiatan wisata. Berwisata menjadi sebuah pengalaman manusia untuk menikmati, mengantisipasi dan mengingatkan masa-masa di dalam kehidupan. 2. Geografi, pergerakan wisatawan berlangsung pada tiga area geografi, yaitu : a. Daerah Asal Wisatawan (DAW), daerah tempat asal wisatawan berada, tempat ketika ia melakukan aktivitas keseharian, seperti bekerja, belajar, tidur, dan kebutuhan dasar lain. Rutinitas itu sebagai pendorong untuk memotivasi seseorang berwisata. Dari DAW, seseorang dapat mencari informasi tentang objek dan daya tarik wisata yang diminati, membuat pemesanan dan berangkat menuju daerah tujuan. b. Daerah Transit (DT), tidak seluruh wisatawan harus berhenti di daerah itu. Namun seluruh wisatawan pasti akan melalui daerah tersebut sehingga peranan DT pun penting. Seringkali terjadi, perjalanan wisata berakhir di daerah transit, bukan di daerah tujuan. Hal inilah yang membuat negara-negara seperti Singapura dan Hongkong berupaya menjadi daerahnya multifungsi, yakni sebagai Daerah Transit dan Daerah Tujuan Wisata. c. Daerah Tujuan Wisata (DTW), daerah ini sering dikatakan sebagai sharp end (ujung tombak) pariwisata. Di DTW ini dampak pariwisata sangat dirasakan sehingga dibutuhkan perencanaan dan strategi manajemen yang tepa. Untuk menarik wisatawan, DTW merupakan pemacu keseluruhan sistem pariwisata dan menciptakan permintaan untuk perjalanan dari DAW. DTW juga merupakan raison d’etre atau alasan utama perkembangan pariwisata yang menawarkan hal-hal yang berbeda dengan rutinitas wisatawan. 3. Industri pariwisata, yaitu Industri yang menyediakan jasa, daya tarik, dan sarana wisata. Industri pariwisata yang merupakan unit-unit usaha atau bisnis di dalam kepariwisataan dan tersebar di ketiga area geografi.
Universitas Sumatera Utara
Pariwisata merupakan kegiatan yang dapat dipahami dari banyak pendekatan. Dalam Undang-undang RI Nomor 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan dijelaskan bahwa : 1. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik yang dikunjungi, dalam jangka waktu sementara. 2. Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata. 3. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, dan pemerintah. 4. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai kebutuhan setiap orang dan negara serta intraksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah dan pengusaha. 5. Usaha pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata. 6. Pengusaha pariwisata adalah orang atau sekelompok orang yang melakukan kegiatan usaha pariwisata. 7. Industri pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata yang saling terkait dalam rangka mengahasilkan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dalam penyelenggaraan pariwisata. Menurut WTO (1999:5) yang dimaksud dengan pariwisata adalah sebagai berikut : a. Tourism-activities of person traveling to and staying in places outside their usual environment for not more than one consecutive year for leisure, business and other purpose; Pariwisata dapat diartikan sebagai kegiatan manusia yang melakukan perjalanan ke dan tinggal di daerah tujuan di luar lingkungan kesehariannya. Perjalanan wisata ini berlangsung dalam jangka waktu tidak lebih dari satu tahun secara berturut-turut untuk tujuan bersenang-senang, bisnis dan lainnya. b. Visitor-any person traveling to a place other than that of his/her usual environment for less than 12 consecutive months and whose main purpose of travel is not to work for pay in the place visited; Dapat diartikan pengunjung adalah siapa pun yang melakukan perjalanan ke daerah lain di luar dari lingkungan kesehariannya dalam jangka waktu tidak lebih dari 12 bulan berturut-turut dan tujuan perjalanan tidak untuk mencari nafkah di daerah tersebut.
Universitas Sumatera Utara
c. Tourist-overnight visitor, visitor staying at least one night in a colection or private accomodation in the place visited; Wisatawan merupakan pengunjung yang menginap atau pengunjung yang tinggal di daerah tujuan setidaknya satu malam di akomodasi umum ataupun pribadi. d. Same day visitor-exursionists, visitor who does not spend the night in a collective or private accomodation in the place visited; Pengunjung harian adalah ekskurionis, pengunjung yang tidak bermalam di akomodasi umum atau pribadi di daerah tujuan. Definisi-definisi yang menjabarkan unsur-unsur penting dalam kepariwisataan adalah sebagai berikut : 1. 2. 3. 4.
Jenis aktivitas yang yang dilakukan dan tujuan kunjungan Lokasi kegiatan wisata Lama tinggal di daerah tujuan wisata Fasilitas dan pelayanan yang dimanfaatkan yang disediakan oleh usaha pariwisata.
Pengertian Objek Wisata dan Daya Tarik Wisata Ismayanti Dalam buku Pengantar Pariwisata (2010:147) mendefinisikan Daya tarik wisata sebagai berikut, ”…Daya tarik Wisata adalah fokus utama penggerak pariwisata di sebuah destinasi.” Hal ini berarti bahwa daya tarik wisata merupakan penggerak utama yang memotivasi wisatawan untuk mengunjungi suatu tempat. Daya tarik wisata juga menjadi fokus orientasi bagi pembangunan wisata terpadu. Dalam Undang-undang Nomor 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan. ”Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan. Daya tarik wisata itu harus dikelola sedemikian rupa agar keberlangsungan dan kesinambungannya terjamin. Adapun yang dimaksud daya tarik wisata adalah sebagai berikut (Ismayanti 2010) :
Universitas Sumatera Utara
a. Daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud keadaan alam seperti flora dan fauna. b. Daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud museum, peninggalan sejarah, peninggalan purbakala, seni budaya dan tempat hiburan. Daya tarik buatan manusia bisa juga merupakan perpaduan buatan manusia dan keadaan alami, seperti wisata agro, wisata buru. Daya tarik wisata merupakan sasaran perjalanan wisata seperti berikut ini : 1. Ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud keadaan alam serta flora dan fauna, seperti pemandangan alam, panorama indah, hutan rimba dengan tumbuhan hutan tropis, serta binatang-bintang langka. 2. Karya manusia yang berwujud museum, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya, wisata agro, wisata tirta, wisata petualangan, taman rekreasi, dan tempat hiburan. 3. Sasaran wisata minat khusus, seperti berburu, mendaki gunung, gua, industri dan kerajinan, tempat perbelanjaan dan tempat-tempat berziarah. Dalam literatur kepariwisataan luar negeri tidak dijumpai istilah objek wisata seperti yang dikenal di Indonesia. Untuk pengertian objek wisata mereka lebih menggunakan istilah Tourism Attraction yang diartikan sebagai,” segala objek yang menimbulkan daya tarik bagi wisatawan untuk mengunjunginya, misalnya keadaan alam, bangunan bersejarah, dan pusat rekreasi. Objek dan daya tarik wisata dapat berupa alam, seni, dan budaya, tata hidup yang memiliki daya tarik untuk dikunjungi oleh wisatawan. Beberapa hal yang menjadi daya tarik wisata sehingga wisatawan datang ke suatu daerah adalah : 1. Tata cara hidup manusia (way of life). 2. Hasil ciptaan manusia (man made supply) berupa benda-benda bersejarah, kebudayaan dan keagamaan. 3. Benda-benda yang ada dan terdapat di alam semesta (natural amenities) antara lain : a. Flora dan fauna b. Bentuk tanah c. Iklim d. Pemandangan
Universitas Sumatera Utara
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa objek wisata adalah unsur-unsur lingkungan hidup yang terdiri dari sumberdaya alam, sumberdaya manusia, dan sumberdaya buatan yang dapat dikembangkan dan dimanfaatkan sebagai daya tarik untuk menjadi sasaran wisata.
2.3 Klasifikasi Motif Wisata Demikian beragamnya motif yang mendorong seseorang melakukan perjalanan wisata, akan tetapi tidak ada kepastian apakah semua jenis motif wisata telah atau dapat diketahui. Pada hakikatnya orang untuk mengadakan perjalanan wisata itu tidak terbatas dan tidak dapat dibatasi. Dalam buku Tourism, Principles, Practises, Philosophies, (1972:52), McIntosh mengklasifikasikan motif-motif wisata menjadi empat (4) kelompok, yaitu : 1. Motif Fisik, yaitu motif-motif yang berhubungan dengan kebutuhan badaniah, seperti olahraga, istirahat, kesehatan dan sebagainya; 2. Motif budaya, yang harus diperhatikan di sini adalah yang bersifat budaya seperti, sekedar untuk mengenal atau memahami tata cara dan kebudayaan bangsa atau daerah lain: kebiasaannya, kehidupannya sehari-hari, kebudayaannya yang berupa bangunan, musik, tarian dan sebagainya; 3. Motif Interpersonal, yang berhubungan dengan keinginan untuk bertemu dengan keluarga, teman, tetangga, atau sekedar dapat melihat tokoh-tokoh terkenal: penyanyi, penari, bintang film, tokoh politik dan sebagainya; 4. Motif status atau motif prestise. Banyak orang beranggapan bahwa orang yang pernah mengunjungi tempat lain itu dengan sendirinya melebihi sesamanya yang tidak bepergian. Orang yang pernah bepergian ke daerah-daerah lain dianggap atau merasa dengan sendirinya naik gengsinya atau statusnya. 2.4
Jenis-Jenis Wisata Dalam buku Ilmu Pengatar Ilmu Pariwisata, Oka A. Yoeti (1982)
mengklasifikasikan jenis-jenis wisata adalah sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
2. Wisata Budaya, seseorang yang melakukan perjalanan wisata dengan tujuan untuk mempelajari adat-istiadat, budaya, tata cara kehidupan masyarakat dan kebiasaan yang terdapat di daerah atau negara yang dikunjungi. 3. Wisata Kesehatan, disebut wisata pulih sembuh, artinya seseorang melakukan perjalanan dengan tujuan untuk sembuh dari suatu penyakit atau untuk memulihkan kesegaran jasmani dan rohani. Obyek wisata kesehatan adalah tempat peristirahatan, sumber air panas, sumber air mineral dan fasilitas-fasilitas lain yang memungkinkan seseorang wisatawan dapat beristirahat sambil berwisata. 4. Wisata Olahraga, seseorang yang melakukan perjalanan dengan tujuan untuk mengikuti kegiatan olahraga, misalnya olimpiade. 5. Wisata Komersil, istilah lain dari wisata ini adalah wisata bisnis, wisatawan yang masuk kedalam jenis wisata ini adalah mereka yang melakukan perjalanan untuk tujuan yang bersifat komersil atau dagang, misalnya mengunjungi pameran dagang, pameran industri. 6. Wisata Industri, perjalanan yang dilakukan oleh rombongan pelajar atau mahasiswa untuk berkunjung ke suatu industry yang besar berguna mempelajari atau meneliti industri tersebut, misalnya rombongan pelajar/mahasiswa yang berkunjung ke IPTN untuk melihat industri pesawat terbang. 7. Wisata Politik, seseorang yang berkunjung kesuatu negara untuk tujuan aktif dalam kegiatan politik. Misalnya kunjungan kenegaraan, menghadiri penobatan kaisar Jepang, Penobatan ratu Inggris. 8. Wisata Konvensi, sesoerang yang melakukan perjalanan dan berkunjung ke suatu daerah atau negara dengan tuuan untuk mengikuti konvensi atau konferensi, misalnya KTT Non Blok. 9. Wisata Sosial, kegiatan wisata sosial adalah kegiatan wisata yang diselenggarakan dengan tujuan non-profit.misal ke panti/yayasan. 10. Wisata Pertanian, pengorganisasian perjalanan yang dilakukan dengan mengunjungi pertanian, perkebunan, untuk tujuan studi atau riset atau studi banding. 11. Wisata Maritim atau Bahari, wisata bahari ini sering dikaitkan dengan olahraga air, seperti berselancar, menyelam, berenang, dan obyeknya adalah pantai atau laut. 12. Wisata Cagar Alam, jenis wisata ini adalah berkunjung kedaerah wisata cagar alam. 13. Wisata Buru, kegiatan wisata ini dilakukan dengan hobi berburu. 14. Wisata Pilgrim, jenis wisata ini dikaitkan dengan agama, kepercayaan atau adat istiadat dalam masyarakat. 15. Wisata Bulan Madu, sesuai dengan namanya orang yang melakukan perjalanan dalam wisata ini adalah orang yang sedang berbulan madu atau pengantin baru.
Universitas Sumatera Utara
2.5
Pengaruh Pariwisata Terhadap Kebudayaan Kebudayaan manusia antara lain terdiri dari kepercayaan, nilai, sikap dan
kelakuan yang keseluruhannya merupakan bagian dari masyarakat yang dilewati dari satu generasi ke generasi berikutnya. Kebudayaan diwujudkan dengan cara yang berbeda seperti dalam pekerjaan, pakaian, arsitektur, kerajinan, sejarah, budaya, bahasa, pendidikan, tradisi, kegiatan mengisi waktu luang, kesenian, musik dan kesukaan lainnya. Proses pengembangan kebudayaan dan terpengaruhnya kebudayaan asli akan membuat kebudayaan beradaptasi dengan perubahan zaman. Proses ini dalam kepariwisataan diakibatkan karena terjadi kontrak antara dua pendukung kebudayaan yang mempunyai kebudayaan yang berbeda pula. Dalam prosesnya, kedua masyarakat mengalami perubahan. Misalnya Pengunjung yang datang ke sebuah daerah dapat menikmati makanan tradisional dari daerah tersebut dan ketika kembali ke tempat asal mereka kadang-kadang membuat makanan yang sama seperti yang telah mereka makan selama liburan. Masyarakat setempat juga sering mempunyai keinginan untuk meniru turis yang datang, yang pernah mereka lihat. Proses kebudayaan saling meminjam atau saling mempengaruhi tersebut melahirkan suatu produk budaya baru. Biasanya penerimaan ini terjadi ketika kebudayaan yang dibawa para turis mempengaruhi lebih kuat mempengaruhi kebudayaan lokal yang dipengaruhi. Namun, ada kalanya ketika kebudayaan lokal yang lebih kuat mempengaruhi budaya impor. Contoh saling pengaruh antara turis dan masyarakat lokal dapat terjadi hampir di seluruh daerah objek wisata, misalnya di Bali.
Universitas Sumatera Utara
2.6
Hubungan Rumah Adat Tradisional Karo dengan Wisata Budaya Rumah tradisional Karo merupakan jenis rumah panggung dengan ketinggian
bangunan mencapai 12m. Maksud dari pembuatan rumah panggung adalah untuk menghindari ancaman dari binatang buas. Selain itu,bagian kolong rumah biasanya digunakan sebagai tempat ternak dan penyimpanan kayu bakar. Orientasi bangunan selalu mengarah ke Utara dan Selatan, selain itu pembangunan rumah Adat Tradisional Karo juga harus selalu mengikuti arah aliran-aliran sungai yang terdapat di sekitarnya. Alasan pembangunan rumah tradisional Batak Karo menghadap Utara-Selatan dan juga mengikuti arah aliran sungai adalah karena masih adanya kepercayaan terhadap kekuatan-kekuatan gaib yang dapat mengganggu mereka apabila pembangunan rumah tidak seperti yang telah ditetapkan. Rumah adat Tradisional Karo mempunyai keunikan tersendiri yaitu usia bangunan yang sudah lebih dari 250 tahun, mempunyai dua lapisan atap, mempunyai ukuran rumah yang paling besar diantara rumah-rumah tradisional suku Batak lainnya yaitu 10 x 30 m dan mempunyai daya tampung sampai 12 kepala keluarga atau sekitar enam puluh jiwa (Frans Pelamonia, 2004). Hal ini merupakan perbedaan yang dapat kita lihat dari sudut pandang perkembangan arsitektur yang telah mengalir selama berabad-abad dari manusia pada zaman batu sampai manusia pada zaman modern sekarang ini. Tanah Karo merupakan daerah yang sangat kaya dengan budaya leluhurnya. Kekayaan budaya ini patut disyukuri karena merupakan kekayaan bangsa yang tidak ternilai kekayaannya.
Universitas Sumatera Utara
Potensi wisata yang terdapat di Tanah Karo dapat kita lihat mulai dari potensi alam lingkungan, adat-istiadat, upacara ritual, peninggalan purbakala, sistem pengetahuan tradisional, senjata tradisional, tempat-tempat bersejarah, peninggalan sejarah, serta seni dan budaya yang semuanya itu merupakan sumberdaya dan modal yang besar artinya bagi usaha pengembangan, peningkatan dan pemanfaatan secara optimal untuk berbagai kepentingan, salah satunya adalah kepariwisataan. Pemanfaatan potensi budaya sebagai modal harus diberdayakan secara optimal melalui penyelenggaraan kepariwisataan yang baik, cerdas dan tepat, yang secara umum bertujuan untuk meningkatkan ekonomi atau pendapatan masyarakat Karo khususnya. Bila budaya dikaitkan dengan kepariwisataan mau tidak mau kita berbicara masalah pemanfaatan sumber daya budaya itu sendiri, tetapi pemanfaatan tersebut terkait dengan unsur lain sebagai bagian dari upaya pelestarian, yaitu upaya pengembangan dan perlindungan. Pemanfaatan budaya dalam kepariwisataan akan mendukung upaya memelihara, menumbuhkan dan mengembangkan apresiasi dan kreatifitas masyarakat, sebagai upaya pelestarian budaya bangsa. Secara khusus bila dilihat dari kepentingan kepariwisataan, pelestarian kebudayaan (tradisional) Karo sangat berpotensi dalam mendukung pengembangan wisata budaya di Tanah Karo. Ini dimungkinkan karena Karo memiliki potensi budaya yang sangat kaya. Wisata budaya tersebut mempunyai nilai-nilai yang terkait dengan eksibisi, daya tarik dan nilai jual yang dapat memberikan nilai ekonomi (devisa) bagi pendapatan asli daerah. Namun nilai eksibisi dan pengemasan yang hanya bertujuan mengejar nilai ekonomi sementara akan mengenyampingkan nilai-nilai budaya itu sendiri, dan akan merupakan tindakan perusakan budaya.
Universitas Sumatera Utara
Oleh sebab itu sangat dibutuhkan suatu strategi yang tepat dalam mengelola kedua unsur tersebut sehingga dapat saling menunjang dalam konteks pelestarian kebudayaan atau pengembangan wisata budaya. Hal ini harus dilakukan secara komprehensif dan hati-hati, dengan mempertimbangkan faktor-faktor penyebab terjadinya kerusakan budaya. Dalam perkembangan dunia kepariwisataan, budaya merupakan salah satu hal yang menjadi daya tarik sehingga orang mau melakukan kegiatan wisata. Disamping itu daya tarik lainnya seperti alam, marina, bahkan dewasa ini muncul wisata belanja dan kuliner (makanan) juga dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan. Namun semua daya tarik yang menjadi tujuan orang untuk melakukan kegiatan perjalanan wisata tersebut haruslah saling mendukung satu dengan yang lainnya. Pengembangan dunia kepariwisataan terkait dengan wisata budaya tidak semata-mata bertujuan untuk penerimaan devisa dan memperluas lapangan kerja, tetapi pengembangan kepariwisataan dan warisan budaya itu juga terkait dengan upaya memperkenalkan kekayaan kebudayaan dan jati diri orang Karo. Artinya unsur perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan sebagai dasar pengertian pelestarian budaya saling kait mengait. Dengan melestarikan kekayaan warisan budaya kita dapat menunjang dunia kepariwisataan. Namun
dalam
prakteknya,
hubungan
pelestarian
budaya
dengan
kepariwisataan sering sekali menimbulkan ambiguitas, antara melestarikan dan kemungkinan perusakan budaya itu sendiri. Hal ini karena tiga konsep yang seharusnya berjalan secara bersamaan, yaitu melindungi, mengembangkan dan memanfaatkan kebudayaan, pada kenyataannya sering tidak dipahami atau disadari sehingga dalam pelaksanaannya pun tidak sering berjalan.
Universitas Sumatera Utara
Di satu sisi ada anggapan bahwa pariwisata cenderung merusak warisan budaya lokal yang dikunjunginya, dan di sisi lain ada juga yang berargumen pariwisata dapat membantu kelangsungan hidup suatu warisan budaya dan dapat dilaksanakan secara professional dan berhati-hati. Dalam hal ini dibutuhkan upaya konstruksi dan rekonstruksi warisan budaya itu secara tepat dalam rangka pengembangan
kepariwisataan
untuk
peningkatan
ekonomi.
Dalam
upaya
mengkonstruksi warisan budaya untuk kepentingan kepariwisataan, dapat dilakukan lewat pengemasan kebudayaan, modifikasi kebudayaan, obyektifikasi kebudayaan, konservasi
budaya,
atau
revitalisasi
budaya
untuk
public
audience
atau
kepariwisataan. Dalam hal inilah dibutuhkan pemahaman dan kebijaksanaan dalam melakukannya. Jika dilakukan dengan cermat dan dengan kehati-hatian, maka apa yang ditakutkan yaitu rusaknya suatu budaya akibat pariwisata tidak akan terjadi. Oleh sebab itu, kompetensi sumber daya manusia untuk mengelola persoalan-persoalan yang terkait dengan pelestarian kebudayaan dan pemanfaatan kebudayaan tersebut untuk kegiatan pariwisata tentulah sangat dibutuhkan (Julianus P Limbeng, 2009).
Universitas Sumatera Utara