BAB II TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA DI KALANGAN SISWA
A. Pengertian toleransi Toleransi berasal dari kata “ Tolerare ” yang berasal dari bahasa latin yang berarti dengan sabar membiarkan sesuatu. Jadi pengertian toleransi secara luas adalah suatu sikap atau perilaku manusia yang tidak menyimpang dari aturan, di mana seseorang menghargai atau menghormati setiap tindakan yang orang lain lakukan.1 Toleransi dalam istilah sehari-hari yaitu membiarkan diri atau membolehkan orang lain berpikir dan berbuat atau bertindak sesuka hatinya. Sedangkan toleransi di dalam Islam yaitu membolehkan orang berbuat menurut kadar kemampuan diri. Membiarkan umat berpikir sesuai dengan kadar kesanggupannya masing-masing. 2 Toleransi menurut M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah adalah Meyakini apa yang diimaninya adalah yang terbaik tanpa harus menyerang apa yang diimani orang lain. Dapat disimpulkan bahwa toleransi tidak harus mengatakan semua agama itu baik, tapi agamakulah yang terbaik, sebagaimana agama Anda juga yang terbaik menurut Anda. Dalam Islam jelas diterangkan bahwa Untukmulah agamamu, untukkulah agamaku.3
1
https://duniakamudanaku.wordpress.com/2011/04/17/toleransi-di-sekolah-smp/ , diakses pada tanggal 21 Januari 2015 pukul 14:08. 2 Saadan Rahmany, Semangat Muslim (Jakarta: Yayasan Dakwah, 1979), hlm. 198. 3 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan, dan keserasian Al-Qur’an, Vol.15, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hlm.109.
17
18
Konsep
toleransi
seharusnya
mengisyaratkan
pengakuan
atas
kehadiran kebudayaan lain, kebudayaan yang berbeda dari kebudayaan setempat. Menurut Sumartana yang ditulis dalam buku Pluralisme,konflik dan pendidikan Agama di Indonesia, bahwa dalam komunitas agama Islam ajaran yang sering kali dikemukakan, direproduksi, untuk mengakui dan menegaskan konsep toleransi ini adalah “Bagiku Agamaku, Bagimu Agamamu”. Kehadiran aneka kebudayaan dianggap sebagai kontak yang tidak akan mempengaruhi kemurnian masing-masing agama. Konsep toleransi itu memang pilihan yang cukup baik dalam rangka terbangunnya suatu komunitas nasional yang heterogen, tetapi tidak menimbulkan konflik dan pertentangan. 4 Berbicara tentang toleransi, di dalam Al-Qur’an telah disebutkan bahwa perdamaian merupakan salah satu utama agama Islam. Ia lahir dari pandangan ajaran Allah,
Tuhan yang Maha Kuasa, alam, dan manusia.
Demikian ide dasar ajaran Islam yang melahirkan keharusan adanya kedamaian bagi seluruh makhluk. Biasanya yang paling berharga bagi sesuatu adalah dirinya sendiri. Karena sikap agama menuntut pengorbanan apapun dari pemeluknya demi mempertahankan kelestariannya. Namun demikian Islam datang tidak hanya mempertahankan eksistensi agama-agama lain, dan memberikannya hak untuk hidup berdampingan sambil menghormati pemeluk agama-agama lain.5 Pengertian toleransi ada yang ditafsirkan secara negatif dan ada yang positif. Penafsiran secara negatif hanya mengisyaratkan cukup dengan 4
Th Sumartana, dkk, Pluralisme,konflik dan pendidikan Agama di Indonesia (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hlm.16. 5 M. Quraish shihab, Wawasan Al-qur’an, (Bandung: Mizan, 2000), hlm. 378-379.
19
membiarkan dan tidak meyakini atau tidak mengganggu agama lain/kelompok lain. Namun bagi penafsiran yang positif, toleransi tidak cukup hanya membiarkan atau tidak mengganggu, tetapi lebih dari itu toleransi membutuhkan bantuan, dorongan, dukungan, dan penghargaan terhadap eksistensi orang lain atau kelompok lain. Dengan pengertian yang positif itu maka kerukunan akan tercapai. Pengertian kerukunan umat beragama adalah terciptanya suatu hubungan yang harmonis dan dinamis serta rukun dan damai diantara sesama umat beragama di indonesia, yakni hubungan harmonis antar umat beragama, antara umat berlainan agama dan antara umat beragama dengan pemerintah dalam
usaha
memperkokoh
persatuan
dan
kesatuan
bangsa
serta
meningkatkan amal untuk bersama-sama membangun masyarakat sejahtera lahir dan batin, dengan demikian pola kerukunan antar umat beragama menunjukkan pola hubungan antar berbagai kelompok umat beragama yang rukun, saling menghormati, saling menghargai dan damai, tidak bertengkar dan
semua
persoalan
dapat
diselesaikan
sebaik-baiknya
dan
tidak
mengganggu kerukunan hubungan antar umat beragama pada suatu daerah tertentu. Oleh karena itu ada dimensi kemasyarakatan yang berhimpitan antar agama satu dengan agama yang lainnya. Pada dimensi ini menunjukkan toleransi daari umat beragama terhadap keberadaan umat agama lain dalam lingkungan mereka. Perwujudan sikap toleransi beragama dapat dicirikan
20
dalam beberapa indikasi, indikator-indikator sikap toleransi beragama tersebut adalah: 1. Adanya penerimaan terhadap adanya kelompok lain untuk hidup bersama, 2. Terciptanya ruang dialog antar umat beragama dan 3. Saling menghargai terhadap aktivitas keagamaan komunitas pemeluk agama lain. Kerukunan hidup umat beragama yaitu perihal hidup rukun yaitu hidup dalam suasana baik dan damai, tidak bertengkar, bersatu hati dan bersepakat antar umat yang berbeda-beda agamanya atau antar umat dalam satu agama. Dalam terminologi yang digunakan resmi oleh pemerintah secara resmi, konsep kerukunan hidup beragama, kerukunan hidup beragama mencakup tiga kerukunan yaitu kerukunan intern umat beragama, kerukunan antar umat yang berbeda-beda agama, kerukunan antara pemuka umat beragama terhadap pemerintah. Tiga kerukunan tersebut sering disebut “Tri Kerukunan”.6
B. Interaksi sosial siswa Siswa yang terdiri dari berbagai etnis saling berinteraksi dalam lingkungan yang dibatasi dinding dan pintu pagar yang dijaga oleh petugas penjaga keamanan. Pada saat berjumpa sesama teman selalu menyapa dengan teguran dan sapaan yang biasa digunakan oleh sesama remaja. Pada umumnya
6
Arifuddin Ismail, dkk., “Merajut Kerukunan Umat Beragama” (Semarang: Robar Bersama, 2011), hlm. 201-203.
21
menyebut nama panggilan, kata-kata panggilan yang cukup akrab. Bagi yang beragama Islam biasanya menyapa dengan “Assalamualaikum”. Komunitas siswa pada umumnya membuat kelompok-kelompok berdasarkan kesamaan-kesamaan antar mereka. Kelompok siswa terdiri dari beberapa orang, sedikitnya 2 orang dan biasanya paling banyak 10 orang. Dengan kata lain, biasa disebut dengan teman sepermainan. Kelompok tidak merupakan komunitas etnis atau agama. Bila kebetulan sama etnisnya atau agama yang dipeluk itu hanyalah sebagai suatu kebetulan saja. Pergaulan siswa yang ditandai saling kenal mengenal antar mereka dalam lingkungan sekolah tidak menunjukkan adanya kelompok-kelompok berdasarkan etnisitas atau religiusitas. Kelompok siswa lebih mendasarkan pada kesamaan-kesamaan antar mereka yang berkelompok sebagai teman sekelas atau teman sekolah. Anggota kelompok bisa terjadi berbeda etnis, agama dan jenis kelamin, karena dasar utama terbentuknya suatu kelompok adalah adanya kesamaan-kesamaan diantara para anggota kelompok. Hal tersebut dapat diketahui dari dasar pertimbangan para siswa mencari teman dalam pergaulan, antara lain: mereka mengetahui siapa yang mau diajak berteman, agar pertemanannya tidak berdampak buruk bila terus berlanjut sampai keluar sekolah. Pengetahuan siswa tentang siapa yang akan dijadikan partner dalam pergaulan adalah: 1) Orangnya baik, 2) Sopan, 3) Jujur, 4) Pengertian, dan 5) Tidak sombong. Suatu hal yang menarik dalam memahami “kebersamaan” adalah mereka walaupun berbeda etnis namun dapat saling membantu dalam
22
menyelesaikan dalam berbagai persoalan. Saat ada persoalan yang cukup “peka” maka persoalan tersebut dibahas dengan hati-hati dan penuh pengertian. Kasus yang terjadi adalah saat salah satu anggota kelompok berkawan di luar kelompoknya dan agama yang dipeluk berbeda. Masalah pertamanan tersebut dibicarakan dalam kelompok dan memperoleh tanggapan yang sangat baik. Salah satu pandangan yang muncul adalah dalam berteman dengan siapapun orangnya, suku dan agama yang dianutnya adalah bolehboleh saja. Sebab semua manusia adalah ciptaan Tuhan YME. Masing-masing manusia dihadapan Tuhan adalah makhluk yang diciptakan sebaik-baik ciptaan-Nya,
sehingga pertemanan dengan siapapun boleh, selama teman
tersebut tidak mengajak dalam perbuatan yang melanggar ketentuan agama. Namun dalam satu sisi, saran dan pandangan teman dalam kelompok tersebut kepada teman yang punya sahabat lain agama, menyatakan bahwa untuk menjadi calon pasangan dalam pernikahan, maka tidak dibenarkan. Jadi, jelas batas-batas yang dapat dikatakan dengan toleransi, pengertian dan kebersamaan yang dapat dibina dengan sesama manusia yang berbeda agama dan keyakinannya, tanpa menyalahkan keyakinan yang dipeluk orang bersangkutan. Apapun agama yang dianutnya sesama manusiaharus saling menghormati dan tolong-menolong. Tetapi memang sulit untuk melakukan hal sedemikian dalam kehidupan. Oleh karena itu melalalui kelompok kecil inilah kita bejar.7
7
Kepala Balitbang Agama, Penamas “Agama dan Multikultur”vol. XXI, (Jakarta: Balitbang Agama, 2008),hlm. 13-15.
23
C. Dasar tentang toleransi beragama 1. Dalil Al-Qur’an Apabila
Al-Qur’an dipelajari secara serius dan cermat akan
ditemukan bahwa ternyata kitab suci ini tidak pernah membisu bila saja diminta pertimbangan oleh siapa saja untuk mencari jalan keluar dari problematika yang senantiasa menghadang dunia dan kemanusiaan sepanjang sejarah, sesuai dengan fungsinya sebagai kitab petunjuk.8 Dalil-dalil al-Qur’an tentang toleransi beragama, yaitu sebagai berikut: a. QS. Al-Kafirun ayat 6
Artinya: “Bagimu Agamamu dan bagiku agamaku. (QS. AlKafirun:6)” Ayat diatas menetapkan cara pertemuan dalam kehidupan bermasyarakat yakni: Bagi kamu secara khusus agama kamu. Agama itu
tidak
menyentuh
ku
sedikitpun,
kamu
bebas
untuk
mengamalkannya sesuai kepercayaan kamu dan bagiku juga secara khusus agamaku, aku pun mestinya memperoleh kebebasan untuk melaksanakannya dan aku tidak akan disentuh sedikitpun olehnya. Ayat tersebut merupakan pengakuan eksistensi secara timbal balik bagi kamu agama kamu dan bagiku agamaku. Sehingga dengan demikian masing-masing pihak dapat melaksanakan apa yang
8
Syahrin Harahap, Teologi kerukunan (Jakarta: Prenada, 2011), hlm.35.
24
dianggapnya benar dan baik, tanpa memutlaqkan pendapat kepada orang lain tetapi sekaligus tanpa mengabaikan keyakinan masingmasing.9 b. QS. Al-An’am ayat 108
Artinya: “Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, Karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan.(QS. AlAn’am:108)” Bahwa
ayat ini melarang memaki kepercayaan kaum
musyrik, karena makian tidak menghasilkan sesuatu yang menyangkut kemaslahatan agama. Larangan memaki tuhan-tuhan dan kepercayaan pihak lain merupakan tuntunan agama, guna memelihara kesucian agama-agama dan guna menciptakan rasa aman serta hubungan harmonis antar umat beragama. Karena tabiat manusia sangat mudah terpancing emosinya bila agama dan kepercayaannya disinggung. 10
9
M. Quraish shihab, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, vol. 15 (Jakarta: Lentera Hati, 2006), hlm.581-582. 10 M. Quraish shihab, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, vol. 4 (Jakarta: Lentera Hati, 2005), hlm.40-41.
25
c. QS. Al-Baqarah : 256 Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya Telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia Telah berpegang kepada buhul tali yang amat Kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.(QS Al-Baqarah: 256) perlu dicatat bahwa yang dimaksud dengan tidak ada paksaan dalam menganut agama adalah menganut aqidahnya. Allah SWT menghendaki agar setiap orang merasakan kedamaian. AgamaNya dinamai Islam yakni damai. Kedamaian tidak dapat diraih apabila jiwa tidak damai. Paksaan menyebabkan jiwa tidak damai, karena itu tidak ada paksaan dalam menganut keyakinan agama Islam.11 d. QS. An-Nahl:93
Artinya: ”Dan kalau Allah menghendaki, niscaya dia menjadikan kamu satu umat (saja), tetapi Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan Sesungguhnya kamu akan ditanya tentang apa yang Telah kamu kerjakan.”(QS. An-Nahl:93)
11
M. Quraish shihab, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, vol. 1 (Jakarta: Lentera Hati, 2000), hlm.515.
26
Allah SWT tidak menghendaki menjadikan manusia semua sejak dalu hingga sekarang satu Ummat saja, yakni satu pendapat, satu kecenderungan, bahkan satu agama dalam segala prinsip dan rinciannya.12 2. Hadist Sikap penerimaan dan pengakuan terhadap yang lain, sebagai ajaran toleransi yang ditawarkan Islam, sebagaimana disebutkan dalam hadishadis maupun ayat Alquran cukup rasional dan praktis. Namun, dalam hubungannya dengan keyakinan (akidah) dan ibadah, tidak bisa disamakan dan dicampuradukkan, yang berarti bahwa keyakinan Islam kepada Allah swt tidak sama dengan keyakinan para penganut agama lain terhadap tuhan-tuhan mereka, dan juga tatacara ibadahnya. Walaupun demikian, Islam tetap melarang penganutnya mencela tuhan-tuhan dalam agama manapun. Oleh karena itu, kata tasamuh atau toleransi dalam Islam bukan sesuatu yang asing, tetapi sudah melekat sebagai ajaran inti Islam untuk diimplementasiklan dalam kehidupan sejak agama Islam itu lahir.13 Hadist tentang toleransi yang diriwayatkan oleh al-Bukhari :
ْ ب الدِّي ِن إِ ََل اللَّ ِه ُّ َح َّ ُالَنِ ِيفيَّة ُالس ْم َحة َأ Artinya : "Agama yang paling dicintai disisi Allah adalah agama yang lurus dan toleran” (HR. Bukhori)14
12
M. Quraish shihab, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, vol. 7 (Jakarta: Lentera Hati, 2000), hlm.334 13 http://rhezarivana.blogspot.com/2014/06/akhlak-islam.html, diakses pada tanggal 28 Februari 2015 pada pukul 12:03. 14 Muhammad bin Ismail bin Ibrahim al-Bukhary, Matan al-Bukhori Bihasyiatu Shindii jilid I (Bandung: Syirkat al-Ma’arif lil al-thob’i wa Nasyar, 1138H) hlm. 17.
27
3. Piagam Madinah Ide-ide tentang toleransi (Tasamuh) dalam piagam itu sendiri dijumpai pada beberapa pasal. Pasal-pasal yang menyinggung kerukunan intern umat beragama diantaranya: a.
Orang-orang Yahudi dan bani Auf adalah masyarakat yang hidup bersama dengan orang-orang mukmin. Bagi mereka agama mereka, dan bagi orang-orang mukmin agama orang-orang mukmin. Ini berlaku pula atas pendukung-pendukung mereka dan diri mereka sendiri,
kecuali
bagi
yang
melanggar
Undang-undang
atau
berkhianat, maka ia hanya akan membawa kejahatan itu atas nama dirinya sendiri dan keluarganya sendiri. (pasal 25). b.
Kaum muslimin tidak membiarkan seorang muslim yang dibebani dengan hutang atau beban keluarga. Mereka memberi bantuan dengan baik untuk keperluan membayar tebusan atau denda. Seorang Muslim tidak akan bertindak senonoh terhadap sekutu (tuan atau hamba sahaya) muslim yang lain (pasal 12).
c.
Seorang Muslim tidak diperbolehkan membunuh seorang muslim lain untuk kepentingan orang kafir, dan tidak diperbolehkan pula menolong orang kafir dengan merugikan orang muslim (pasal 14).
d.
Seorang Muslim dalam rangka menegakkan agama Allah, menjadi pelindung muslim yang lain disaat menghadapi hal-hal yang mengancam jiwanya (pasal 19).
28
e.
Bila kamu berbeda pendapat akan suatu hal, hendaklah perkaranya diserahkan kepada (ketentuan) Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW. 15
4. UUD 1945 UUD 1945 memberikan kebebasan bagi pemeluk agama-agama di negera Indonesia ini untuk melaksanakan ajaran agamanya masing-masing. hal ini ditegaskan dalam Bab IX (Agama) pasal 29 ayat 2 yang berbunyi: ”Negara Menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadah sesuai dengan agamanya dan kepercayaannya itu” Kenyataan sosial budayanya menunjukkan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang religius, dan percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kehidupan bangsa Indonesia tidak dapat dipisahkan dari kelahiran dan perkembangan agama-agama besar: Hindu, Budha, Islam, Kristen Protestan, dan Katholik, dan kemudian Konghucu. Oleh karena itu, pertumbuhan dan perkembangan sosial budaya bangsa Indonesia sangat dipengaruhi dan diwarnai oleh nilai-nilai agama. Karena itu pula, maka kehidupan beragama tidak dapat dipisahkan dari kehidupan bangsa Indonesia. 16 Menyadari hal inilah, maka dalam penjelasan UUD 1945 disebutkan bahwa sila Ketuhanan Yang Maha Esa mengandung arti kewajiban pemerintah dan para penyelenggara negara lainnya untuk 15
Syahrin Harahap, Teologi kerukunan (Jakarta: Prenada, 2011), hlm. 41-42. 16 Ibid., hlm. 47.
29
memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur dan memegang teguh cita-cita moral yang luhur tidak dapat dilepaskan dari usaha membina dan mengembangkan
kehidupan
beragama
bangsa
Indonesia.
Dalam
operasionalnya, amanat ini dilaksanakan pemerintah melalui Departemen Agama RI dengan membina kerukunan hidup umat beragama dalam tiga kerukunan (Trilogi kerukunan): -
Kerukunan intern umat beragama
-
Kerukunan antar umat beragama
-
Kerukunan antarumat beragama dengan pemerintah.
Gagasan tentang prinsip kebebasan beragama dan berbudaya dalam Piagam Madinah diyakini memiliki subtansi yang sama dengan UUD 1945 di Indonesia, merupakan salah satu bentuk aktualisasi ajaran alQur’an. Ungkapan la ikraha fi al-diin (tidak ada paksaan dalam memasuki agama) seperti yang tercantum dalam surat Al-Baqarah ayat 256 yang diturunkan setelah ditetapkannya Piagam Madinah, esensinya dianggap telah termuat dalam piagam madinah.17 Kalau ditelaah lebih jauh posisi agama di kedua konstitusi tersebut adalah sama, yaitu sama-sama diberikan kebebasan dalam segala bentuknya hal ini ditegaskan pada pasal 29 UUD 1945 dan pasal 25 dalam piagam madinah. Aspek persamaannya adalah: a. Jaminan kebebasan beragama dan menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya masing-masing
17
Ibid., hlm. 49-50.
30
Jaminan kemerdekaan dan kebebasan serta beribadah menurut agamanya masing-masing, sepenuhnya berada di tangan negara. Di sini peran negara hanya dalam berupa jaminan kemerdekaan
bagi
individu
untuk
memeluk,
memilih
dan
melaksanakan, bukan dalam mengarahkan untuk memilih, memeluk dan melaksanakan agamanya. Dalam piagam madinah pasal 25 tidak secara eksplisit dinyatakan bahwa penjamin kebebasan beragama, memeluk dan melaksanakannya adalah negara. Disana hanya disebutkan adanya konsep Ummah, sebab komsep inilah yang menjadi perekat utama dan identitas bersama dalam konfigurasi pluralistik Madinah. Tetapi jika piagam madinah dianggap sebagai sebuah konstitusi, bukan sekedar perjanjian, dengan sendirinnya yang menjamin adalah negara, dengan asumsi bahwa sebuah konstitusi merupakan bukti adanya negara. b. Toleransi beragama sebagai konsekuensi adanya hak kebebasan beragama. Frase “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing”, merupakan indikasi adanya keharusan bagi tiap pemeluk agama untuk bersikap toleran terhadap pemeluk agama lain Toleransi agama yang ditunjukkan dalam piagam madinah terletak pada frase “bagi yahudi berlaku agama mereka, bagi kaum
31
muslim berlaku agama muslim”. Kaum Yahudi dipersilahkan memeluk agamanya, melaksanakan ibadah sesuai dengan agamanya, demikian pula dengan kaum Muslimin. c. Menghormati kebebasan beragama Karena negara (Ummah) , menjamin kebebasan beragama, maka tiap pemeluk agama dituntut bersikap toleran terhadap agama lain, demikian pula mereka dituntut menghormati agama dan pelaksanan ibadah agama lain. d. Menjamin persamaan posisi agama dihadapan hukum Tiga poin diatas sebenarnya bermuara pada kesamaan posisi dan status di hadapan hukum. Sebab faktor “kebangsaan” dalam UUD 1945 dan ”Ummah” dalam piagam madinah melebihi batasbatas wilayah agama, suku dan budaya. e. Kerukunan antar hidup beragama, intern beragama dan antar ummat beragama dengan pemerintah.18
D. Manfaat toleransi antar umat beragama 1. Menghindari perpecahan Dengan belajar dan melakukan Toleransi Beragama maka kita juga belajar bagaimana agar bangsa besar kita ini indonesia dapat bertahan lama. Negara kita terbukti sangat peka terhadap isu keagamaan oleh karena itu
18
Aksin wijaya, Hidup beragama dalam sorotan UUD 1945 dan Piagam Madinah (Ponorogo: STAIN Ponorogo Press, 2009), hlm.46-48.
32
jika tidak bisa menjaga hubungan baik antara agama. Bahaya besar telah menanti bangsa ini. 2. Mempererat hubungan Dengan toleransi beragama tidak hanya dapat menghindarkan kita dari sebuah perpecahan tapi juga dapat membuat kita lebih solid dalam hubungan kemasyarakatan. Dapat juga bertukar pikiran (bukan berdebat tentang agama yang lebih baik) agar dari hari kehari kehidupan ala multiagama di negara ini menjadi sesuatu yang biasa dan tidak menjadi alasan terjadi pertikaian anatara umat beragama. 3. Mengokohkan iman Semua agama mangajarkan hal yang baik bagaimana mengatur hubungan dengan masyarakat yang beragama lain. Wujud nyata tingkah laku toleransi akan menunjukkan perwujudan iman keagamaan dalam kehidupan sehari-hari. 4. Saling menghormati Salah satu contoh toleransi dalam beragama adalah dengan saling menghormati anatar umat beragama. Dengan cara jika ada yang sedang puasa ya setidaknya kita jangan mengangui atau merusak puasanya. Jika ada yang sedang berdoa tetaplah menjaga ketenangan saat umat lain beribadah. 5. Tidak mengganggu Tidak mengganggu sudah cukup baik untuk mewujudkan toleransi beragama di dalam masyarakat dengan cara jika ada upacara agama lain
33
hendaklah tidak melanggar aturan. Misalnya acaranya nyepi janganlah merusak dengan menciptakan keributan tanpa peduli acara umat lain.19
E. Batas-batas Toleransi Beragama Meskipun toleransi dipandang sebuah sikap yang mulia, namun toleransi dan kerukunan tersebut mengenal batas-batas yang jelas. Batasbatas toleransi tersebut, yaitu: 1. Toleransi tidak dilakukan terhadap non-muslim yang jelas-jelas menunjukkan sikap permusuhan dan kebencian terhadap umat Islam. 2. Tidak dibenarkan aktivitas apapun yang mengatasnamakan toleransi dan kerukunan yang bisa mereduksi atau merusak akidah, syari’ah, dan akhlak Islam, seperti ibadah bersama-sama di tempat dan waktu yang sama.
Dalam
hal
ini
seorang
muslim
tegas
menjaga
dan
menyelamatkan agamanya harus menunjukkan sikap permusuhan dan kebencian terhadap non-muslim. 3. Batas toleransi juga terdapat hak waris. Seorang ahli waris yang berbeda agama atau murtad, maka hilang (terhalang) haknya tersebut dan ia tidak mendapatkan hak warisnya.20
F. Contoh sikap toleransi antar umat beragama Contoh-contoh
tentang
bagaimana
tindakan-tindakan
yang
dilakukan oleh orang Islam berkaitan dengan hidup damai bersama
19
http://tommysyatriadi.blogspot.com/2013/02/manfaat-dan-contoh-toleransi-beragma.html, dikutip tanggal 18 Februari 2015 pukul 15:37. 20 Dody S. Truna, Pendidikan Agama Islam Berwawasan Multikultural (Jakarta: Kementrian Agama RI, 2010), hlm.233-234.
34
kalangan non-Islam sudah banyak dibahas. Dalam situasi perang, tindakan terhadap musuh pun tetap bersandar pada moralitas atau etika. Abu Bakar as-Shiddiq, khalifah Islam pertama, memberikan aturan-aturan yang sangat moralistis ketika megirim satu ekspedisi ke Syiria. Diantaranya tidak boleh membunuh anak-anak dan orang tua dan orang jompo, tidak boleh memotong pohon, tidak boleh membunuh ternak dan membakarnya. Pada intinya, tidak boleh ada kekerasan dan perang pun harus dilakukan untuk mencapai perdamaian. Penerapan ajaran agama sebenarnya telah nyata dalam kehidupan Islam awal, yang setidaknya hal ini bisa dijadikan contoh dan sekaligus harus diikiuti oleh umat Islam. Nabi Muhammad SAW telah memberikan contoh ketika beliau membuat “Perjanjian Madinah” bertumpu pada kesepakatan untuk hidup berdampingan dengan melakukan kewajiban masing-masing dan saling menghormati. Hal ini bisa dikatakan contoh toleransi yang telah diperlihatkan oleh Nabi Muhammad SAW.21
21
Kepala Badan Litbang, Harmoni “Jurnal Multikurtural & Multireligius volume x”,(Jakarta: Puslitbang, 2011), hlm. 526.