SKRIPSI & TUGAS AKHIR PERANCANGAN APARTEMEN BERSUBSIDI DENGAN PENDEKATAN SOSIAL
Bab-II Tinjauan Umum 2.1
Gambaran Umum Proyek
Lokasi tapak berada di kecamatan Tebet, Kelurahan Manggarai, Jakarta Selatan berbatasan dengan wilayah Kotamadya Jakarta timur yang dibatasi sepanjang sungai Ciliwung. Lokasi tapak merupakan permukiman kumuh.1 Luas Tapak sekitar 1,9 ha (19.000 m2) dan direncanakan untuk pembangunan Apartemen Bersubsidi dengan segala macam sarana dan prasarananya, dan juga sebagai jalur hijau (Paru-Paru Kota).
Eksisting
Konsep Perencanaan (Gambar 2.1) Lokasi tapak
2.2
Tinjauan Teoritis
Apartemen Bersubsidi adalah salah satu alternatif penurunan kawasan kumuh di perkotaan, melalui penyediaan hunian vertikal (vertical housing) dan salah satu solusi dalam penyediaan permukiman yang layak huni bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Salah satu program penataan permukiman kumuh di bantaran sungai Ciliwung adalah dengan membangun rumah susun disepanjang bantaran sungai Ciliwung, untuk menggantikan perumahan yang tidak layak. 2.3
Apartemen Bersubsidi
2.3.1 Pengertian Apartemen Bersubsidi
Apartemen Bersubsidi adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional, baik dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang masing-masing dapat dimiliki
UU Republik Indonesia, Permukiman dan Perumahan, UU No 15 tentang permukiman kumuh dan UU No 15 tentang kawasan siap bangun,Th 2011 1
Fery Yulianto|41208110002
Bab II - 1
SKRIPSI & TUGAS AKHIR PERANCANGAN APARTEMEN BERSUBSIDI DENGAN PENDEKATAN SOSIAL
dan digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat hunian yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama, dan tanah bersama.2
Apartemen adalah Satuan unit hunian pada rumah bertingkat (rumah susun) golongan menengah ke atas.3
Apartemen bersubsidi sebenarnya hampir mirip dengan bangunan rusunami atau rusunawa, (konotasi masyarakat akan berbeda dan perbedaan jumlah lantai) karena penambahan kata sederhana setelah kata rumah susun dapat diasumsikan kurang baik atau layak, hal ini didasari pada pendapat masyarakat awam yang melihat bahwa kata rumah susun sendiri, sudah merupakan hunian yang sangat sederhana dan bahkan dapat cenderung terkesan kumuh, sehingga apabila ditambah lagi dengan kata sederhana, maka rumah susun tersebut dapat digambarkan sebagai rumah sederhana atau rumah sangat sederhana. Pada kenyataannya, rumah susun yang sedang digalakkan pemerintah pada saat ini merupakan sebuah Era baru rumah susun bertingkat tinggi yang secara fisik dari luar hampir mirip dengan apartemen yang banyak dikenal orang. Dengan penggunaan kata apartemen bersubsidi diharapkan dapat memberikan persepsi masyarakat pada umumnya akan berubah, dari kesan kumuh akan memberikan kesan layak, sehat, dan terpadu. Dilihat dari perspektif lain, hunian rumah susun ada sebagian masyarakat beranggapan merupakan suatu hal yang masih belum membudaya, dalam lingkungan masyarakat kita, terutama masyarakat lapisan bawah. Perubahan perilaku tinggal ini tidak sesederhana yang dibayangkan, mengingat struktur kebudayaan masyarakat yang masih kuat berpegang pada hal-hal bersifat sosial kemasyarakatan, jauh dari sifat praktis dan individualis “acuh tak acuh” yang selama ini dirasakan di sebagian masyarakat penghuni rumah susun atau apartemen. Problema ini akan dianalisa berkaitan dengan perencanaan arsitektur ekologis, sosial manusia, dan lingkungannya. 2.3.2 Persyaratan Pembangunan Apartemen Bersubsidi Tahap perencanaan merupakan tahap awal pembangunan apartemen bersubsidi sebelum memulai pembangunan fisik. Pelaku pembangunan wajib memisahkan sarana umum yaitu bagian bersama, benda bersama, dan tanah bersama yang wajib dituangkan dalam bentuk gambar dan uraian. Gambar dan uraian tersebut http://ciptakarya.pu.go.id Heiz Frick.Tri Hesti Mulyani.Arsitektur Ekologis.Konsep Arsitektur Ekologis di Iklim Tropis,Penghijauan Kota & Kota Ekologis,serta Energy terbarukan.Penerbit Kanisius (Anggota Ikapi) Th 2006. 2 3
Fery Yulianto|41208110002
Bab II - 2
SKRIPSI & TUGAS AKHIR PERANCANGAN APARTEMEN BERSUBSIDI DENGAN PENDEKATAN SOSIAL
menjadi dasar untuk menetapkan Nilai Perbandingan Proporsional (NPP), Sertifikat Hak Milik (SHM) sarana rumah susun atau Sertifikat Kepemilikan Bangunan Gedung (SKBG) sarana rumah susun, dan perjanjian pengikatan jual beli, yang dibuat sebelum pelaksanaan pembangunan rumah susun. Persyaratan pembangunan rumah susun meliputi: 2 a. Persyaratan Administratif Yang dimaksud dengan persyaratan administratif adalah perizinan yang diperlukan sebagai syarat untuk melakukan pembangunan Rumah susun. Persyaratan administratif bangunan gedung meliputi, status Hak atas Tanah dan Izin Mendirikan Bangunan Gedung. b. Persyaratan Teknis Yang dimaksud dengan persyaratan teknis adalah persyaratan yang berkaitan dengan struktur bangunan, keamanan dan keselamatan bangunan, kesehatan lingkungan, kenyamanan, dan lain-lain yang berhubungan dengan rancang bangun, termasuk kelengkapan prasarana dan fasilitas lingkungan. c. Persyaratan Ekologis Pembangunan rumah susun harus memenuhi persyaratan ekologis yang mencakup
keserasian
dan
keseimbangan
fungsi
lingkungan3.
Penerapanya adalah bagaimana hubungan sosial manusia, yaitu semangat menghargai nilai-nilai yang dibangun oleh manusia itu sendiri. 2.2.3 Jenis-Jenis Apartemen Bersubsidi a) Berdasarkan Ketinggian Bangunan Maisonette
: ketinggian bangunan dibawah 4 lt.
Low Rise Apartment
: ketinggian bangunan 4 - 6 lt.
Midle Rise Apartment : ketinggian bangunan 6 - 9 lt. High Rise Apartment : ketinggian bangunan 9 - 40 lt. b) Berdasarkan Pencapaian Vertikal Elevated Apartment
: pencapaian melalui elevator atau lift
dengan ketinggian lebih dari 4 lantai
http://ciptakarya.pu.go.id Heiz Frick.Tri Hesti Mulyani.Arsitektur Ekologis.Konsep Arsitektur Ekologis di Iklim Tropis,Penghijauan Kota & Kota Ekologis,serta Energy terbarukan.Penerbit Kanisius (Anggota Ikapi) Th 2006. 2 3
Fery Yulianto|41208110002
Bab II - 3
SKRIPSI & TUGAS AKHIR PERANCANGAN APARTEMEN BERSUBSIDI DENGAN PENDEKATAN SOSIAL
Walk-Up Apartment :
pencapaian
melalui
tangga,
dengan
ketinggian tidak lebih dari 4 lantai. c) Berdasarkan Sistem Koridor Single Loaded Corridor Koridor satu sisi ditepi bangunan pada sistem slat block, mendapatkan lebih banyak sirkulasi udara dan pencahayaan alami. Umumnya panjang karena hanya melayani satu sisi koridor. Penggunaan material cukup banyak dan boros, karena hanya melayani satu sisi saja.
` (Gambar 2.2).Single Loaded Corridor-lorong melayani 1 arah
Double Loaded Corridor Koridor jenis ini terdapat di tengah bangunan, lebih efisien dalam melayani unitnya
(Gambar 2.3).Doble Loaded Corridor-lorong melayani 2 arah
Lorong tepi atau koridor pada dua sisi bangunan (Exterior Corridor) Penggunaan sistem ini sangat tidak efisien dari segi energi dan pencahayaan, karena unit di tengah tidak mendapatkan cahaya dan sirkulasi udara. Biasanya sistim koridor ini untuk sekolah, rumah sakit dan perkantoran.
Fery Yulianto|41208110002
Bab II - 4
SKRIPSI & TUGAS AKHIR PERANCANGAN APARTEMEN BERSUBSIDI DENGAN PENDEKATAN SOSIAL
(Gambar 2.4).Koridor Dua Sisi Bangunan_Exteriop corridor
Koridor Pada Pusat Bangunan Koridor terpusat sangat efisien, karena dapat melayani setiap sisi. Lebih hemat listrik karena pencahayaan pada siang hari dapat menggunakan pencahayaan alami.
(Gambar 2.5).Koridor Pusat Bangunan
Kesimpulan : Perencanaan koridor yang menjadi pertimbangan pada perencanaan apartemen bersubsidi adalah sistem double loaded corridor dan koridor pusat bangunan sebagai alternatif. 2.3.4 Kriteria Apartemen Bersubsidi Kriteria hunian apartemen bersubsidi dapat dikembangkan pada daerah kawasan lingkungan perumahan yang direncanakan untuk kepadatan > 200 Jiwa / ha, berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah atau dokumen rencana lainnya, yaitu kawasan : a) Pusat kegiatan kota b) Kawasan dengan kondisi kepadatan penduduk sudah mendekati atau melebihi 200 jiwa/ha, dan c) Kawasan-kawasan khusus yang karena kondisinya memerlukan rumah susun seperti kawasan-kawasan industri, pendidikan dan campuran4.
4
Ibid P.126
Fery Yulianto|41208110002
Bab II - 5
SKRIPSI & TUGAS AKHIR PERANCANGAN APARTEMEN BERSUBSIDI DENGAN PENDEKATAN SOSIAL
Adapun hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam membangun hunian bertingkat yaitu : 1. Bangunan rumah susun harus dilengkapi sarana lingkungan yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya termasuk di sarana perniagaan, sarana ibadah, sarana kegiatan, sarana kesehatan, sarana pemerintahan dan layanan umum serta pertamanan.
2. Bangunan rumah susun juga harus dilengkapi dengan alat transportasi bangunan, pintu dan tangga darurat kebakaran, alat dan sistem alarm kebakaran, alat pemadam kebakaran, penangkal petir dan jaringan air bersih, saluran pembuangan air hujan, saluran pembuangan air limbah, tempat pewadahan sampah, tempar jemuran, kelengkapan pemeliharaan bangunan, jaringan listik, generator listrik, gas, tempat untuk kemungkinan pemasangan jaringan telepon dan alat komunikasi lainnya yang memenuhi persyaratan teknis, mengacu kepada Standar Nasional atau peraturan bangunan gedung yang sudah ada. 2.3.5 Regulasi Apartemen Bersubsidi Ketentuan teknis Apartemen bersubsidi sudah ada dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2007. Peraturan tersebut memuat hal ihwal teknis tata bangunan, keadaan bangunan, persyaratan kesehatan gedung dan kenyamanan bangunan. Bagian struktur menjadi prinsip yang baku komponen bahannya, tidak bisa dikurangi apalagi diganti. Konstruksi bangunan harus kokoh dan memperhitungkan faktor gempa. 1. Peruntukan dan Intensitas Bangunan Bangunan Rusuna bertingkat tinggi yang dibangun harus memenuhi persyaratan kepadatan (Koefisien Dasar bangunanatau KDB) dan ketinggian (Jumlah Lantai bangunan atau KLB) bangunan gedung berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) daerah yang bersangkutan, rencana tata bangunan yang ditetapkan serta peraturan bangunan setempat.
Fery Yulianto|41208110002
Bab II - 6
SKRIPSI & TUGAS AKHIR PERANCANGAN APARTEMEN BERSUBSIDI DENGAN PENDEKATAN SOSIAL
Bangunan Rusuna bertingkat tinggi harus memenuhi ketentuan Garis Sempadan Bangunan (GSB) dan jarak bebas antar bangunan gedung dengan ketentuan sebagai berikut :
Bangunan rusuna bertingkat tinggi dibangun berbatasan dengan jalan, maka tidak boleh melanggar garis sempadan jalan yang ditetapkan.
Jarak bebas Bangunan rusuna bertingkat tinggi terhadap bangunan gedung lainnya minimum 4.00 m pada lantai dasar dan setiap penambahan lantai atau tingkat bangunan ditambah 0,5 m dari jarak bebas lantai dibawahnya sampai mencapai jarak bebas terjauh 12,5 m
Jarak bebas antar dua Bangunan rusuna bertingkat tinggi dalam suatu tapak diatur sebagai berikut : o Dalam hal kedua-duanya memiliki bidang bukaan yang saling berhadapan, maka jarak antar dinding atau bidang tersebut minimal 2 × Jarak bebas yang ditetapkan. o Dalam hal salah satu dinding yang berhadapan merupakan dinding tembok tertutup dan yang lain merupakan bidang terbuka dan atau berlubang maka jarak antar dinding tersebut minimal 1× Jarak bebas yang ditetapkan. o Dalam hal kedua-duanya memiliki bidang tertutup yang saling berhadapan maka jarak dinding terluar minimal 0,5 × Jarak bebas yang ditetapkan.
(Gambar 2.6).Jarak Bebas Bangunan
Fery Yulianto|41208110002
Bab II - 7
SKRIPSI & TUGAS AKHIR PERANCANGAN APARTEMEN BERSUBSIDI DENGAN PENDEKATAN SOSIAL
Sesuai tata ruang yang sudah ditetapkan oleh pemerintah daerah, misalnya jika dalam tata ruang diterangkan sebagai hunian, maka layak dibangun untuk hunian. Status tanah tidak bermasalah, kepemilikan jelas yang diperkuat dengan surat, apakah milik sendiri atau sewa. Kalau tanah itu tersedia atas hasil kerja sama, maka harus ada dokumen yang menerangkan tentang kerja sama tersebut. Proses perancangan mengacu kepada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 5 Tahun 2007 mengenai pedoman teknis pembangunan rumah susun sederhana bertingkat tinggi. Lokasi harus terhubung atau berdekatan dengan fasilitas transportasi massal dan jalan bebas hambatan, seperti stasiun, terminal, halte atau shelter bus dan jalan tol. 2. Sarana Lingkungan Fasilitas Umum dan Fasilitas Sosial Regulasi pemerintah tentang rumah susun mengatur sejumlah hal tentang fasum (fasilitas umum) dan fasos (fasilitas sosial) diantaranya ; Lantai dasar apartemen bersubsidi ditentukan sebagai ruang untuk fasos, fasum dan ruang komersial. Luas sirkulasi, utilitas dan ruang-ruang bersama maksimum 30 % dari total luas lantai bangunan. Pada setiap tiga lantai harus tersedia ruang bersama yang dapat berfungsi sebagai fasilitas sosialisasi antar penghuni. Setiap bangunan apartemen bersubsidi (rusunawa) diwajibkan menyediakan area parkir dengan rasio 1(satu) lot parkir kendaraan untuk setiap 5 (lima) unit hunian yang dibangun. Sarana lingkungan harus disediakan untuk memenuhi kebutuhan penghuni seperti perbelanjaan, kesehatan, peribadatan dan pendidikan. Dapat dilihat pada tabel berikut :
Fery Yulianto|41208110002
Bab II - 8
SKRIPSI & TUGAS AKHIR PERANCANGAN APARTEMEN BERSUBSIDI DENGAN PENDEKATAN SOSIAL
No 1
Jenis Sarana
Fungsi
Lokasi
Jumlah penduduk yang dilayani
Perbelanjaan
Kebutuhan
-Menyebar
-250 jiwa
a.Warung/ Kios
sembako
-Pusat lingkungan
-2500 jiwa
b.Pertokoan
Radius layanan -Maks 300 m
-30.000 jiwa/ 600 SRS
c.Pusat Perbelanjaan 2
Pendidikan
Kebutuhan dasar
-Pusat lingkungan
-1000 jiwa
a.Prasekolah
-1600 jiwa
b.Sekolah dasar
-4800 jiwa
c.SLTP
-4800 jiwa
-Maks 300 m
d.SLTA 3
Kesehatan
Kebutuhan
a.Posyandu
sehari-hari
b.Balai pengobatan
darurat
-Pusat lingkungan
-Maks 200 m
dan
c.Puskesmas 4
Peribadatan
Kebutuhan
-Menyebar
-satu blok rusuna
a.Mushola
sehari-hari
-Pusat lingkungan
-Lingkungan Rusuna
Pemerintahan
-Pelayanan
-Menyebar
-satu blok rusuna
a.Kantor RT/RW
keluarga
-Pusat lingkungan
-Lingkungan Rusuna
b.Kantor kelurahan
-Pelayanan
c.Kantor kecamatan
lingkungan
-Maks 300 m
b.Masjid 5
-Maks 300 m
Kesimpulan : Berdasar pada daftar analisa tersebut, berkaitan dengan kondisi lokasi tapak maka fasilitas umum dan fasilitas sosial yang ada sudah memenuhi kriteria. 3. Sarana Darurat Beberapa pertimbangan dalam perencanaan standar keamanan pembangunan pada apartemen bersubsidi (rusunawa), dan bangunan-bangunan tinggi pada umumnya. Mengingat besarnya populasi penghuni berdampak kepada masalah kebakaran, kenyamanan dan keadaan darurat lainnya, adalah sebagai berikut : Lebar koridor berkisar antara 1,20-1,60 m sehingga memenuhi syarat untuk sirkulasi penghuni. Jarak unit terjauh terhadap tangga darurat, tidak kurang dari 40 m. Akan lebih baik jika jaraknya 25 m,dan minimal 2 tangga darurat 5.
5.
PERMEN PU Nomor 60/PRT/1992.Persyaratan Teknis Pembangun`an Rusuna.
Fery Yulianto|41208110002
Bab II - 9
SKRIPSI & TUGAS AKHIR PERANCANGAN APARTEMEN BERSUBSIDI DENGAN PENDEKATAN SOSIAL
Tangga darurat yang berfungsi sebagai sistem pencapaian vertikal didasarkan pada kebutuhan penghubung plat lantai, dan harus terlindung pada konstruksi struktur yang dapat menahan kebakaran selama 2 jam. Sistim bukaan pintu tangga darurat adalah bukaan ke dalam (satu arah) hal ini untuk mengantisipasi dalam keadaan panik, orang yang berlari ke area tangga darurat tidak kesulitan. Akses keluar dari tangga darurat harus menuju ketempat yang aman di halaman terbuka. Lebar tangga darurat yang disyaratkan minimal 1200 mm, lebar bordes minimal 1200 mm, lebar injakan anak tangga minimal 225 mm. Tinggi railing tangga pengaman minimal 1190 mm dan bentuk railing dengan lubang memanjang jarak sisinya tidak lebih dari 100 mm. Peralatan pemadam kebakaran harus disediakan pada gedung. Gedung perlu mempunyai alat peringatan terhadap kebakaran berupa sensor panas atau sensor asap yang dihubungkan kedalam outomatic alarm yang dihubungkan kedalam pusat pengendali gedung. Dengan begitu petugas dapat mendeteksi sumber panas. Untuk pendeteksian dini gedung harus dilengkapi dengan sprinkler, alat ini secara otomatis akan menyemburkan air, apabila terdapat temperatur suhu panas tinggi. Gedung perlu mempunyai cadangan air untuk pemadaman selama ± 30-60 menit,(waktu yang diperkirakan sebelum petugas pemadam datang). Bagian luar gedung harus dilengkapi alat penyambung pipa hydran, yang disebut sambungan siam. Ini untuk menghubungkan peralatan mobil pemadam kebakaran dengan instalasi pipa hydran. 2.3.6 Syarat Kepemilikan Apartemen Bersubsidi (Rusunawa) Beberapa alternatif sistim kepemilikan pada bangunan rumah susun sewa, adalah sebagai berikut : a) Sistim Sewa Adalah hak mempergunakan suatu perumahan untuk sementara waktu dengan membayar harga sewa, dimana penyelenggara dan pengelola dilakukan oleh suatu badan swasta atau pemerintah.
Fery Yulianto|41208110002
Bab II - 10
SKRIPSI & TUGAS AKHIR PERANCANGAN APARTEMEN BERSUBSIDI DENGAN PENDEKATAN SOSIAL
Sewa Biasa, yaitu penghuni membayar uang sewa kepada pemilik bangunan sesuai perjanjian, tanpa terikat oleh batas waktu. Sistim Sewa Beli, yaitu penghuni membayar uang sewa yang berfungsi sebagai angsuran pembelian dan apabila angsuran telah mencakup dari harga nominal yang telah disepakati, maka bangunan menjadi milik penghuni. Tetapi lahan tanah tetap menjadi milik pengelola atau pengusaha bangunan tersebut. Sistim Sewa Kontrak, yaitu penghuni membayar uang sewa secara periodik (ada batas waktu) sesuai nominal yang telah disepakati dan dapat diperpanjang masa sewanya. b) Sistim Kooperatif Penghuni menjadi anggota koperasi atau suatu badan tertentu dan menempati rumah susun tersebut. Contoh lembaga atau instansi menyediakan rumah susun untuk karyawan. c) Sistem Kondominium Kepemilikan bersama bangunan apartemen dimana semua penghuni mempunyai surat hipotik dan surat kepemilikan bersama fasilitas utama yang ada pada bangunan tersebut. Kesimpulan : Sistim sewa kontrak akan dipilih pada perencanaan pembangunan Apartemen bersubsidi yang ada di Manggarai. 2.3.7 Sistem Kepemilikan Unit Sewa Apartemen Bersubsidi Perencanaan hunian ini disewakan kepada penduduk sekitar kawasan Manggarai yang memenuhi syarat yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Ibukota Jakarta. Lama sewa selama 3 tahun, perpanjangan waktu satu periode sewa, setelah itu diharapkan penyewa sudah dapat memiliki rumah sendiri, sehingga memberi kesempatan kepada anggota masyarakat lain untuk mendapatkan tempat tinggal sementara, yang layak huni sampai mereka dapat memperoleh rumah tinggal sendiri, demikian seterusnya. Persyaratan yang harus dibutuhkan agar mendapatkan fasilitas hunian apartemen bersubsidi adalah6 : 1. Gaji antara 3,5 juta – 4,5 juta per bulan. 6.
Dinas Perumahan DKI Jakarta Pola Induk Pembangunan Rumah Susun.hal 30
Fery Yulianto|41208110002
Bab II - 11
SKRIPSI & TUGAS AKHIR PERANCANGAN APARTEMEN BERSUBSIDI DENGAN PENDEKATAN SOSIAL
2. Memiliki surat keterangan belum memiliki rumah dari kelurahan. 3. Memiliki NPWP pribadi. 4. Membayar sewa secara kredit 5. Mempunyai penghasilan tetap 6. Sudah berkeluarga 7. Memiliki KTP DKI 2.3.8 Pertimbangan memilih Apartemen Bersubsidi Manfaat yang bisa diambil, berkaitan dengan memilih apartemen bersubsidi adalah : Memperkecil alih fungsi lahan untuk perumahan. Mengatasi problem lahan yang semakin terbatas, sehingga harga rumah menjadi sangat mahal dan lokasinya mengarah ke pinggiran kota. Efesien, Hemat dalam perawatan, juga hemat dalam kehidupan sehari-hari karena tidak banyak memerlukan biaya transportasi dan bahan bakar (akibat lokasi yang jauh dan macet), serta hemat waktu dan energi. Prokduktifitas Meningkat, Karena hemat waktu dan energi maka secara otomatis produktifitas meningkat. Penghematan Biaya Subsidi, Bagi pemerintah permukiman di tengah kota akan menghemat biaya subsidi BBM. Penghematan ini bisa digunakan untuk membangun fasilitas lain yang juga sangat penting, seperti infra struktur dan lain-lain. Tidak Kumuh dan Fasilitas Lengkap, Apartemen bersubsidi (Rusunawa) tetap memperhatikan kaidah-kaidah pembangunan yang berkualitas dan pengelolaan yang profesional, serta peduli lingkungan. Lokasi, Apartemen bersubsidi lahannya terletak pada kawasan yang strategis. 2.3.9 Sistim Tata Ruang Perencanaan rumah susun diperlukan standar ruang untuk memenuhi kebutuhan ruang bagi penghuni rumah susun tersebut, sehingga para penghuni dapat berinteraksi sosial. Persyaratan yang dibutuhkan harus sesuai dengan syarat dan
Fery Yulianto|41208110002
Bab II - 12
SKRIPSI & TUGAS AKHIR PERANCANGAN APARTEMEN BERSUBSIDI DENGAN PENDEKATAN SOSIAL
standar kenyamanan baik dari segi ekonomi, sosial, kesehatan, budaya dan keamanan. Data yang diperlukan dalam penataan ruang adalah : a. Penghuni atau Pemakai bangunan, yaitu berkaitan dengan usia, yang bisa mengadopsi semua kalangan yaitu keluarga muda, maupun keluarga tua. b. Standar Ruang, standar ruang yang digunakan berdasarkan standar arsitektur di bidang perumahan c. Alternatif Penggunaan Ruang
Ruang Duduk dapat, berfungsi sebagai ruang bersama dan dapat menampung kegiatan lainnya tanpa harus ada ruang khusus sehingga dapat menghemat ruang.
Ruang Makan, dapat dijadikan menjadi ruang duduk.
Ruang Tidur, ruang ini bisa dengan dinding penyekat, maupun tanpa penyekat sehingga dapat memberikan kesan lebih luas.
Kamar Mandi, perletakan terpisah pada area servis dan sirkulasi udara harus baik.
Dapur, perletakan dekat dengan ruang makan, sehingga akses mudah dicapai.
Berdasarkan Sistim Penyusunan Lantai Simplex
: Unit hunian terdapat dalam satu lantai.
Duplex
: Unit hunian terdapat 2 lantai.
Triplex
: Unit hunian terdapat 3 lantai.
Berdasarkan Besaran Unitnya Unit 1 dengan type studio sampai dengan 5 kamar. Berdasarkan Bentuk Masa. Bentuk Masa Slab
: masa bangunan memusat dengan bentuk sirkulasi
berupa koridor, biasanya menggunakan lebih dari satu sistem sirkulasi. Bentuk Masa Tower : masa bangunan memusat dengan bentuk sirkulasi berupa ruang perantara (hall/ lobby). Bentuk Masa Variant : penggabungan slab dan Tower
Fery Yulianto|41208110002
Bab II - 13
SKRIPSI & TUGAS AKHIR PERANCANGAN APARTEMEN BERSUBSIDI DENGAN PENDEKATAN SOSIAL
2.3.10 Fasilitas Apartemen Bersubsidi Dapat dikatagorikan menjadi 2 yaitu : 1. Fasilitas yang menjadikan kesatuan dengan apartemen itu sendiri. Keberadaan sengaja dibuat bersamaan dengan apartemen, jadi ada keterikatan. Fungsi utama fasilitas adalah untuk mengakomodasi kegiatan dari penghuni apartemen. Kebutuhan minimal selalu di wajibkan untuk kemudahan penghuni. Fasilitas itu adalah : Kolam renang Tempat Bermain anak Tempat Fitnes Jogging Track Sarana Kesehatan Mini Market Lapangan Badminton atau Tenis 2. Fasilitas yang terpisah dari apartemen adalah bersifat external, seperti : Shopping mall Intermoda : Bis, Stasiun kereta Api dan lain-lain. Sarana Pendidikan (Sekolah) Perkantoran, dan Akses Jalan Tol. 2.3.11 Penghunian dan Pengelolaan Kegiatan pengelolaan rumah susun meliputi kegiatan-kegiatan operasional yang berupa pemeliharaan, perbaikan, pembangunan prasarana lingkungan (Fasum dan Fasos), bagian bersama, benda bersama dan tanah bersama 7. Pengelolaan rumah susun dan lingkungan dilaksanakan oleh suatu badan pengelola yang ditunjuk atau dibentuk oleh para penghuni melalui perhimpunan PPRS (Perhimpunan Penghuni Rumah Susun). PPRS merupakan perhimpunan yang anggotanya adalah kepala keluarga penghuni satuan rumah susun yang bersangkutan.8 Badan pengelola yang ditunjuk tersebut mempunyai tugas antara lain:
7 Dinas
Perumahan DKI Jakarta Pola Induk Pembangunan Rumah Susun.hal 31 No.3/1992 Pedoman Penyusunan peraturandaerahtentangrumahsusun
8 PerMendalamnegeri
Fery Yulianto|41208110002
Bab II - 14
SKRIPSI & TUGAS AKHIR PERANCANGAN APARTEMEN BERSUBSIDI DENGAN PENDEKATAN SOSIAL
Melaksanakan pemeriksaan, pemeliharaan, kebersihan dan perbaikan rumah susun dan lingkungan pada bagian bersama, benda bersama dan tanah bersama. Mengawasi ketertiban dan keamanan penghuni serta penggunaan bagian bersama, benda bersama dan tanah bersama sesuai dengan peruntukannya. Secara berkala memberikan laporan kepada Perhimpunan Penghuni, disertai permasalahan dan usulan pemecahannya. Apartemen menurut unit hunian, berdasarkan jumlah kamar tidur, jenis unit apartemen dapat dibedakan menjadi beberapa bagian yaitu : Keluarga dengan 1-3 anggota keluarga, Unit 1 kamar tidur diperuntukan bagi bujangan atau pasangan muda. Keluarga dengan 4-5 anggota keluarga, Unit 2 kamar tidur diperuntukan bagi keluarga dengan 2-3 orang anak. Keluarga dengan 6-7 anggota keluarga, Unit 3 kamar tidur diperuntukan bagi keluarga dengan 4-5 orang anak. Unit khusus (Penthouse) unit ini memiliki lebih dari tiga kamar tidur dan ruang untuk pembantu. Unit ini merupakan unit ekslusif. Karakteristik dan aktifitas penghuni secara umum adalah sebagai berikut : Bujangan
Pasangan Muda
Hidup berkelompok, berinteraksi dengan teman
Jika keduamya bekerja maka karakteristik sama
sebaya ;
dengan pasangan muda. Bila salah satu bekerja,
Dinamis;
maka terdapat beberapa perubahan;
Aktif diluar rumah pada siang hari
Aktifitas dalam rumah hanya pagi dan malam
hari;
Pagi hari ibu menyiapkan sarapan dan belanja kebutuhan rumah tangga.
Siang hari ibu mengerjakan pekerjaan rumah tangga, atau membantu untuk menambah
Cenderung hidup berpindah-pindah.
penghasilan suami.
Hubungan sosial dengan teman sebaya masih dianggap penting.
Sore dan malam hari waktu senggang digunakan untuk jalan-jalan, olah raga dan sosialisasi terhadap tetangga;
Pasangan Dengan Anak Kecil
Fery Yulianto|41208110002
Pasangan Dengan Anak
Pasangan Dengan Anak
Remaja
Dewasa
Bab II - 15
SKRIPSI & TUGAS AKHIR PERANCANGAN APARTEMEN BERSUBSIDI DENGAN PENDEKATAN SOSIAL
-Kegiatan ayah & ibu umumnya
-Usia orang tua biasanya
-Usia orang tua biasanya
sama dengan pasangan muda,
setengah baya;
setengah baya/ tua;
hanya mereka lebih senang/
-Frekuensi bersosialisasi agak
-Frekuensi bersosialisasi lebih
sering berkumpul/ bersosialisai
berkurang, lebih suka berada
berkurang;
dengan tetangga;
didalam rumah;
-Mereka lebih suka berada
-Sebagian besar perhatian
-Sesekali keluar untuk
didalam rumah, dg sesekali
tercurah pada sikecil;
jajan,berbelanja & santai;
keluar rumah untuk bersosialisasi;
Jumlah anak kecil biasanya
-Anak-anak usia 16-20 th,
- Anak-anak usia 20-25 th,
berkisar 1-3 orang;
umumnya sekolah sambil bekerja;
sebagian kuliah sambil bekerja;
-Anak 1 <12 th biasanya
-ada juga yg tdk sekolah &
-Waktu luang diisi dengan olah
bersekolah, setelah itu pulang &
membantu orang tua untuk
raga/ berkumpul dg teman;
belajar. Waktu luang digunakan
bekerja;
-Jika sudah menikah, biasanya
untuk main bersama teman, jajan/
-Waktu luang diisi dg santai, olah
tinggal dg orang tua, bila
membantu ibu.
raga atau berkumpul dengan
memungkinkan. Jika tidak
-Anak 12-15 th, Waktu luang
teman/ kerabat;
biasanya mengontrak di
digunakan untuk main bersama
lingkungan sekitar;
teman sebaya & olah raga;
Kesimpulan : Dari analisa tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pasangan yang menjadi target dalam perencanaan hunian apartemen bersubsidi adalah pasangan keluarga produktif (pasangan muda sampai dengan pasangan dengan anak remaja), karena diharapkan pasangan tersebut tidak akan selamanya tinggal di apartemen. Mereka membutuhkan rumah yang nyaman, mandiri dalam usaha dan suatu saat diharapkan mereka bisa menciptakan lapangan kerja yang dibutuhkan oleh banyak orang. Perencanaan hubungan sosial penghuni merupakan target perencanaan yang akan dirancang dalam apartemen bersubsidi, hubungan sosial antar penghuni sangat ditekankan mengingat istilah “saudara terdekat adalah tetangga”. Dimana pertolongan pertama apabila dalam kesulitan atau masalah akan membutuhkan tetangga.
Fery Yulianto|41208110002
Bab II - 16
SKRIPSI & TUGAS AKHIR PERANCANGAN APARTEMEN BERSUBSIDI DENGAN PENDEKATAN SOSIAL
2.4
Hubungan Sosial (Sosiologi)
Sosiologi adalah studi empiris dari struktur sosial kemasyarakatan. Struktur sosial termasuk di dalamnya kelompok, pola sosial, organisasi, instruksi sosial, keseluruhan masyarakat, dan perkotaan. Lebih jelasnya ilmu sosiologi adalah yang mengkaji atau menganalisis segi-segi kehidupan manusia bermasyarakat dalam kawasan kota atau perkotaan9. Empat disiplin ilmu yang saling berhubungan10 :
(Gambar 2.8) Hubungan ilmu sosial,antropologi,psikologi social
Sosiologi Mempelajari struktur sosial Bentuk tingkah laku manusia dalam lingkungan. Antropologi Ilmu yang mempelajari jenis-jenis dan sifat manusia, keadaan fisik manusia yang mendalami struktur sosial dan bentuk kebudayaan pada masyarakat. Psikologi Ilmu tentang tata laku dan pengalaman manusia. Psikologi sosial Pengetahuan tentang reaksi individual pada individual lainnya yang selanjutnya diperluas pada lingkungan.
Hubungan manusia dengan lingkugan sekitarnya merupakan suatu jalinan transactional interdependency atau terjadi saling ketergantungan satu sama lain, artinya manusia mempengaruhi lingkungannya, untuk selanjutnya lingkungan akan mempengaruhi manusia, demikian pula terjadi sebaliknya. Hubungan transactional interdependency ini oleh Emery dan Trist (1960) digambarkan sebagai suatu matrik sebagai berikut :11
Keterangan : 1.L1.1 : Manusia dengan manusia ada interaksi atau berlangsung proses-proses pada manusia sendiri. 2. L2.2 : Lingkungan dan lingkungan, artinya di dalam lingkungan sendiri berlangsung proses-proses ekologi (dengan sendirinya ada desa, kota, dan sebagainya). 3. L1.2 : Proses manusia mempengaruhi lingkungan (lingkungan binaan ), misalnya: rumah, lingkungan permukiman, dsb. 4. L2.1 : Pengaruh lingkungan terhadap manusia, misalnya ada iklim, kelembaban yang mempengaruhi manusia, sehingga manusia akan bereaksi.
(Gambar 2.9) Hubungan Transactional Interdependency Antara Manusia dengan Lingkungan.
Dari matrik diatas khususnya L1.2 dan L2.1 merupakan saling mempengaruhi antara manusia dengan lingkungan. Saling pengaruh itu disebut “transactional interdependency”, ini berarti : Antariksaartikecle.blogspot.com/2009_02_01_Archive.html Boedojo,et al,Arsitektur, manusia, dan Pengamatannya, Penerbit Djambatan,1986,hal 3 11 Prof.Dr.John Nimpuno,Psikologi lingkungan, Materi kuliah S2 Arsitektur,Program Pasca Sarjana,ITB,1991 9
10 Poedio
Fery Yulianto|41208110002
Bab II - 17
SKRIPSI & TUGAS AKHIR PERANCANGAN APARTEMEN BERSUBSIDI DENGAN PENDEKATAN SOSIAL
a. Manusia mempengaruhi atau mengubah lingkungan. b. Lingkungan (architectural determination) akan mempengaruhi perilaku. Keduanya adalah sama penting untuk diperhatikan. Berdasarkan suatu teori yang menganggap bahwa lingkungan merupakan stimulus atau rangsang terhadap proses kejiwaan manusia yang menghasilkan pola perilaku tertentu, maka hubungan antara manusia dengan lingkungannya adalah seperti berikut dibawah ini.12
(Gambar 2.10) Lingkungan Merupakan Stimulus Terhadap Proses Kejiwaan Manusia
Perilaku adalah ungkapan kebutuhan internal di dalam diri manusia atau inner organismic demands, yang berada di lingkungan sosial dan fisik tertentu yang merupakan unsur eksternal. Perilaku dibalik sikap, tanggapan dan tindakan manusia sangat ditentukan oleh persepsi dan kepribadiannya, sedangkan persepsi dan kepribadian ini dilatar belakangi oleh pengalamannya. Terdapat lima unsur yang saling mempengaruhi dalam proses hubungan antar manusia dan lingkungannya, Altman (1980) menjelaskan secara skematik, seperti pada bagan berikut ini.13
Poedio Boedojo, et al, Arsitektur, Manusia, dan Pengamatannya, Penerbit Djambatan, 1986, hal. 3 Prof.Dr. John Nimpuno, Psikologi Lingkungan, Materi kuliah S2 Arsitektur Program Pasca Sarjana Institut Teknolog Bandung, 1991. 13 Irwin Altman,Martin Chemers,Culture And Environment,Brooks/Cole Publising Company,California, 1980,p.10. 11 12
Fery Yulianto|41208110002
Bab II - 18
SKRIPSI & TUGAS AKHIR PERANCANGAN APARTEMEN BERSUBSIDI DENGAN PENDEKATAN SOSIAL
(Diagram 2.11) Lima unsur saling mempengaruhi dalam proses hubungan antara manusia dan lingkungannya
Lima diagram tersebut saling terkait satu dengan yang lain, serta dapat bertindak sebagai faktor penyebab atau dapat pula merupakan sebuah akibat, misalnya privacy dan teritorialitas adalah merupakan suatu akibat dari gabungan pengaruh persepsi, kognisi, latar belakang budaya dan unsur-unsur lingkungannya, yang dalam hal ini merupakan suatu output perilaku yang lalu. Sebaliknya dapat juga terjadi bahwa privacy dan teritorialitas dapat mempengaruhi kondisi budaya dan lingkungan. Perubahan di satu bagian sistem akan berpengaruh pada seluruh suprasistem. Bila lingkungan fisik berubah, maka pengaruhnya akan terasa dimana-mana, atau jika terdapat perubahan pada budaya, maka akan terasa akibatnya pada suprasistem. Secara garis besar bahwa dengan perubahan pola penataan lingkungan, ruang, komponen bahan bangunan dan ukuran, akan mengakibatkan berubahnya pola perilaku, termasuk di dalamnya privacy dan teritorialitas seseorang. Perilaku manusia pada dasarnya dapat disesuaikan secara bertahap dan dinamis terhadap lingkungan fisik maupun sosial sekitarnya. Hal ini sering disebut sebagai adaptasi. Manusia dilengkapi dengan daya adaptasi, namun karena masih harus menghadapi masalah rutinitas sehari-hari yang merupakan prioritas utama, maka pengaruh tersebut akan sangat berpengaruh serta dapat menimbulkan suatu dampak kejiwaan.
Fery Yulianto|41208110002
Bab II - 19
SKRIPSI & TUGAS AKHIR PERANCANGAN APARTEMEN BERSUBSIDI DENGAN PENDEKATAN SOSIAL
Perilaku dapat pula dijabarkan sebagai proses interaksi antara kepribadian dan lingkungan. Lingkungan mengandung rangsang (stimulus), kemudian akan ditanggapi oleh manusia dalam bentuk “respon”. Respon inilah yang disebut perilaku. Secara skematis dapat dijelaskan melalui diagram sebagai berikut.14 Keterangan : Perception : Cerapan, persepsi Cognition : Pengetahuan kognisi Motivation : Dorongan terarah, motivasi Attitude
: Sikap
(Diagram 2.12) Lingkungan Mengandung Stimulus Akan Ditanggapi Manusia Dalam Bentuk Respon/ Perilaku
Perception, cognition, motivation dan attitude adalah faktor-faktor yang saling terkait, sehingga muncul perilaku. Perilaku adalah aktif, ada energi atau gerakan yang berasal dari motivasi tersebut. Lingkungan yang sama dapat menimbulkan perilaku manusia yang berbeda-beda, hal ini disebabkan oleh faktor-faktor (perception, cognition, motivation, dan attitude) yang ada pada manusia, tetapi masing-masing akan berbeda. Sebab ada pengetahuan (cognition) dari perihal yang dipengaruhi oleh budaya, pengalaman, dan sebagainya. Jadi kompleksitas rangsangan masa lalu yang dalam bentuk kognisi dari tidak tahu menjadi tahu, akan mempengaruhi persepsi, sikap dan perilaku seseorang. Kesimpulan : Dari beberapa pendapat, khususnya dalam psikologi sosial, bahwa manusia berhubungan timbal
balik
dengan
lingkungannya.
Ini
berarti
manusia
mempengaruhi lingkungan, dan sebaliknya lingkungan mempengaruhi manusia.
14 Poedio
Boedojo, op cit, hal.6.
Fery Yulianto|41208110002
Bab II - 20