14
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG FITNAH
A. Pengertian Fitnah Dalam “Kamus Umum Bahasa Indonesia”, Poerwadarminto mengartikan “Fitnah” secara etimologi berarti perkataan yang bermaksud menjelekkan orang (seperti menodai nama baik, merugikan kehormatan dan sebagainya).1 Pengertian “fitnah” dalam Ensiklopedi Agama dan Filsafat menerangkan bahwa fitnah adalah perkataan bohong yang mencelakakan orang, atau maksud-maksud yang tidak baik, dari fitnah itu terhadap sasaran atau yang difitnah.2 Dalam pandangan umum dikatakan bahwa memfitnah adalah menuduh dan menyatakan orang lain melakukan sesuatu keburukan, padahal orang itu tidak melakukan hal yang dituduhkan kepadanya.3 Dalam kajian mengenai fitnah yang penulis bahas dalam skripsi ini merujuk pada pengertian fitnah secara hadits, yang berorientasi pada landasan Al-Qur’an dan al-Hadits. Adapun pengertian “fitnah” dalam bahasa Arab adalah menakjubkan, pemberontakan, pembawa berita yang bohong. Disebutkan juga fitnah dalam literatur bahasa Arab berarti bencana, kekacauan, syirik, cobaan, ujian, siksa.4 Para ahli bahasa Arab menjelaskan bahwa kata “fitnah“ ( ) ﺍﻟﻔﺘﻨﺔ secara etimologi (bahasa) adalah berasal dari perkataan “fatantal fidhdhatu wa adz-dzahab” yang maksudnya adalah ‘azabtahuma bin naari (ﺎﺭ)ﻋﺬﺑﺘﻬﻤﺎ ﺑﺎﻟﻨ, yaitu engkau telah melelehkan perak dan emas itu dengan api guna membedakan yang buruk dari yang bagus. Dan fatanta adz-dzahab ( ) ﻓﺘﻨﺖ ﺍﻟﺬﹼﻫﺐ, maksudnya
1
WJS. Poerwadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1986),
hlm. 282. 2
Mochtar Effendy, Ensklopedi Agama dan Filsafat, (tt: Universitas Sriwijaya, 2001), hlm.
194. 3
Mawardi Labay El-Shulthani, Lidah Tidak Bertulang, (Jakarta: Al-Mawardi Prima, 2002), hlm. 171-172. 4 Mochtar Effendy, op.cit.
14
15
ahraqtahu bin naari ( ﺎﺭ) ﺍﺣﺮﻗﺘﻪ ﺑﺎﻟﻨ, artinya engkau membakar emas dengan api guna membedakan antara yang bagus dan yang buruk.5 Sedangkan kata “Fitnah” secara terminologi (istilah), yaitu kata yang mempunyai makna “al-ikhtibaru” ()ﺍﻻﺧﺘﺒﺎﺭ, yang berarti upaya untuk menyingkap hakikat sesuatu atau uji juga bermakna “al-imtihanu” () ﺍﻻﻣﺘﺤﺎﻥ, yang berarti ujian atau pengujian.6 Oleh karena itu, kata fitnah ini sebenarnya digunakan untuk menunjukkan pengujian kadar keaslian emas, atau untuk membedakan mana emas yang asli dan yang tidak. Dan biasanya cara pengujian itu dengan memasukkan emas itu ke dalam api yang panas.7 Dari pengertian ini terdapat hubungan atau korelasi antara makna secara bahasa dan istilah mengenai kata “fitnah”. Yaitu “fitnah” berarti memperlihatkan asal dari barang tambang, sedangkan secara istilah, kata “fitnah” berarti memperlihatkan asal, hakikat dan derajat keimanan kepada Allah SWT.8 Seorang ahli hadits, Ibn Hajar al-‘Asqalany dalam karyanya “Fathul Bari Syarh Shahihil Bukhari”, menyatakan: makna fitnah berasal dari kata al-Ikhtibar ( ) ﺍﻻﺧﺘﺒﺎﺭyaitu penyingkapan hahekat sesuatu, dan kata al-Imtihan ( ) ﺍﻻﻣﺘﺤﺎﻥyaitu pengujian. Lalu kata tersebut digunakan untuk setiap perkara yang melalui pengujian tersingkaplah keburukanya”.9 Fitnah dalam hal ini menggambarkan segala bentuk penyingkapan dan pengujian terhadap keaslian, kebenaran dan kemurnian sesuatu. Bila ini dilakukan terhadap benda seperti emas, maka bentuknya adalah dengan membakar emas itu hingga akhirnya terbukti mana yang benar-benar emas berkualitas tinggi dan yang berkualitas rendah. Dan bila ini terjadi pada diri seorang mu’min, maka ia adalah sebuah proses “pembakaran“ pribadi untuk membedakan antara mu’min yang teguh dan mu’min yang rapuh. Di samping itu, fitnah itu pun menjadi sebuah proses 5
Ahmad Abdul Ghaffar, Agar Harta tidak Menjadi Fitnah, (Jakarta: Gema Insani, 2004),
hlm. 1. 6
Ahmad Abdul Ghaffar, op. cit., hlm. 1 Jamaluddin Muhammad bin Mukaram Ibnu Mandhur, Lisanul ‘Arab, (Libanon, Beirut: Dar Kodir, t.th.), juz 13, hlm. 317. 8 Ahmad Abdul Ghafaar, op. cit. 9 Ahmad bin ‘Aly bin Hajar, FathulBari Syarh Shahihil Bukhari, (Beirut: Dar al-Fikr, t.th.), juz 2, hlm. 11. 7
16
pembersihan jiwa mu’min dari segala macam penyakit hati. Seperti emas yang dibakar, yang buruk terbakar oleh api, namun yang berkualitas akan semakin berkilau.10 Sesuatu yang menimpa bagi orang lain akibat fitnah oleh Allah SWT diperingatkan dengan azab yang besar sebagai bentuk perilaku dosa besar yang perlu ditinggalkan dan diwaspadai gejalanya. Orang-orang yang memfitnah orang baik-baik akan mendapatkan laknat dan siksa yang amat berat dan pedih kelak di hari kiamat. Dengan demikian fitnah terkadang datang dengan sesuatu yang tidak disenangi, dan pada kesempatan lain datang dengan kebaikan. Dalam hal ini firman Allah SWT:
(35 :ﻮ ﹶﻥ )ﺍﻻﻧﺒﻴﺎﺀ ﺟﻌ ﺮ ﺎ ﺗﻴﻨﻭِﺍﹶﻟ ﻨ ﹰﺔﺘﻴ ِﺮ ِﻓﺨ ﺍﹾﻟﺮ ﻭ ﺸ ﻢ ﺑِﺎﻟ ﻮ ﹸﻛ ﺒﹸﻠﻧﻭ ﺕ ِ ﻮ ﻤ ﺲ ﺫﹶﺍِﺋ ﹶﻘﺔﹸ ﺍﹾﻟ ٍ ﻧ ﹾﻔ ﹸﻛﻞﱡ “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebanarbenarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan” (QS. AlAnbiya’: 35).11 Namun dalam ‘urf atau kebiasaan, fitnah itu biasanya sering dipergunakan untuk hal-hal yang tidak disenangi. Oleh karena itu kata “Fitnah” dipakai pada hal-hal yang diakibatkan dan ditimbulkan oleh ujian, segala cobaan hingga hal-hal yang dibenci. Kata fitnah dengan bentuk derivasinya (kata turunan) dijelaskan dalam Al-Qur’an sebanyak enam puluh kali.12 Adapun ayatayat yang mengandung makna fitnah tersebut secara garis besar meliputi : 1. Azab (siksaan). Pengertian “Fitnah” dalam Al-Qur’an telah dijelaskan dalam surat adz-Dzariyat ayat 13-14 adalah sebagai azab atau siksaan bagi orang-orang yang tidak beriman kepada Allah SWT, yang berbunyi:
ﻮ ﹶﻥ ﺠﻠﹸ ِ ﻌ ﺘﺴ ﺗ ﻢ ِﺑ ِﻪ ﺘﻨﻫﺬﹶﺍ ﺍﱠﻟﺬِﻯ ﹸﻛ ﻢ ﺘﻜﹸﻨﺘﺍ ِﻓﻭﹸﻗﻮ ﻮ ﹶﻥ )( ﹸﺫ ﺘﻨ ﹾﻔﺎ ِﺭ ﻳﻋﻠﹶﻰ ﺍﻟﻨ ﻢ ﻫ ﻡ ﻮ ﻳ 10
Abul Miqdad Al-Madany, Saat Fitnah Menghadang, (Bandung: Mujahid, 2003), hlm. 12. Ibid., hlm. 499. 12 ‘Alauddin at-Tihami dan Abdul Halim Uwais, Malapetaka Besar Ketiga Melanda Umat Islam, (Jakarta: Cendekia, 2002), hlm. 216. 11
17
“(Hari pembalasan itu ialah) pada hari ketika mereka diazab di atas api neraka. (Dikatakan kepada mereka), rasakanlah azabmu itu. Inilah azab yang dahulu kamu minta supaya disegerakan” (QS. Adz-Dzariyat: 13-14).13 Fitnah dalam arti azab menurut penulis adalah segala sesuatu yang Allah SWT berikan kepada hamba-Nya selama hidup di dunia, namun dalam kenyataannya manusia itu mengingkari dan berpaling pada keagungan Tuhan, sehingga pantaslah manusia semacam ini mendapatkan azab baik di dunia maupun diakhirat. 2. Cobaan
(40 : )ﻃﻪ... ﺎﻮﻧ ﺘﻙ ﹸﻓ ﺎﺘﻨﻭﹶﻓ ﻢ ﻐ ﻦ ﺍﹾﻟ ﻙ ِﻣ ﺎﻴﻨﺠ ﻨ ﹶﻓ... “…. Lalu Kami selamatkan kamu dari kesusahan dan Kami telah mencobamu dengan beberapa cobaan” (QS. Thaha: 40).14 Pengertian fitnah dalam arti cobaan menurut penulis dapat dimaknai sebagai ujian. 3. Keberpalingan dari ibadah kepada Allah SWT.
ﻢ ﻴﻋ ِﻈ ﺮ ﺟ ﹶﺍﺪﻩ ﻨﷲ ِﻋ ُ ﺍﻨ ﹲﺔ ﻭﺘﻢ ِﻓ ﻛﹸﻭ ﹶﻻﺩ ﻭﹶﺍ ﻢ ﺍﹸﻟ ﹸﻜﻣﻮ ﺎ ﹶﺍﻧﻤِﺍ “Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu); dan di sisi Allahlah pahala yang besar” (QS. AtTaghabun: 15).15 Pengertian fitnah dalam bentuk keberpalingan ibadah kepada Allah SWT, menurut penulis dapat diartikan sebagai godaan, yang mana manusia dengan seperangkat karunia yang diberikan Tuhan merupakan bagian dari fitnah, dan sesungguhnya manusia kembali kepada jalan Tuhan yang benar.
13
Ahmad Abdul Ghafaar, op. cit, hlm. 2. Ibid. 15 Ibid. 14
18
4. Pemaksaan untuk tidak kembali kepada agama
ﻢ ﻭﹶﻟﻬ ﻢ ﻨﻬ ﺟ ﺏ ﻋﺬﹶﺍ ﻢ ﻮﺍ ﹶﻓﹶﻠﻬﻮﺑ ﻳﺘ ﻢ ﹶﻟﺕ ﹸﺛﻢ ِ ﺎﺆ ِﻣﻨ ﻤ ﺍﹾﻟﻦ ﻭ ﻴﺆ ِﻣِﻨ ﻮﺍ ﺍﹾﻟﻤﺘﻨﻦ ﹶﻓ ﻳِﺍﻥﱠ ﺍﻟﱠ ِﺬ ﻳ ِﻖﺤ ِﺮ ﺏ ﺍﹾﻟ ﻋﺬﹶﺍ “Sesungguhnya orang-orang yang mendatangkan cobaan kepada orang-orang mu’min laki-laki dan perempuan kemudian mereka tidak bertaubat, maka bagi mereka azab jahannam dan bagi mereka azab (neraka) yang membakar” (QS. Al-Buruuj: 10).16 Ayat tersebut dapat penulis artikan sebagai teror atau sesuatu yang mendatangkan bahaya. 5. Kesesatan
ﺏ ﺎﻮﺍ ﺍﹾﻟ ِﻜﺘﻦ ﺍﹸﻭﺗ ﻳﻦ ﺍﻟﱠ ِﺬ ﻴ ِﻘﺘﺴ ﻴﻭﺍ ِﻟﻦ ﹶﻛ ﹶﻔﺮ ﻳﻨ ﹰﺔ ِﻟﻠﱠ ِﺬﺘﻢ ِﺍﻻﱠ ِﻓ ﺗﻬﺪ ﺎ ِﻋﻌ ﹾﻠﻨ ﺟ ﺎﻭﻣ .... (31 :ﺛﺮ )ﺍﳌﺪ.... ﻮ ﹶﻥ ﻨﺆ ِﻣ ﻤ ﺍﹾﻟﻭ “…dan tidaklah Kami menjadikan bilangan mereka itu melainkan untuk jadi cobaan bagi orang-orang kafir, supaya orang-orang yang diberi Al-Kitab menjadi yakin dan orang-orang mu’min tidak raguragu ….” (QS. Al-Muddatsir: 31).17 Kesesatan menurut penulis merupakan fitnah yang mendatangkan virus keraguan dalam benak hati manusia dalam mencari kebenaran, sehingga fitnah yang demikian memunculkan berbagai polemik pada diri manusia dalam beriman kepada Allah SWT, kecuali orang-orang yang berpegang teguh pada kitabullah. 6. Dosa
(49 :ﻮﺑﺔﻦ )ﺍﻟﺘ ﻳﻴ ﹶﻄ ﹲﺔ ﺑِﺎﹾﻟﻜﹶﺎِﻓ ِﺮﺤ ِ ﻢ ﹶﻟﻤ ﻨﻬ ﺟ ﻭِﺍﻥﱠ ﺳ ﹶﻘﻄﹸﻮﺍ ﻨ ِﺔﺘﹶﺍ ﹶﻻ ﻓِﻰ ﺍﹾﻟ ِﻔ “…. Ketahuilah, bahwa mereka telah terjerumus dalam fitnah. Dan sesungguhnya jahannam itu benar-benar meliputi orang-orang yang kafir” (QS. At-Taubah: 49).18
16
Ibid., hlm. 3. Ibid. 18 Ibid. 17
19
Ayat di atas menunjukkan bahwa pengertian fitnah sebagai dosa, menurut penulis merupakan suatu bentuk belenggu kehidupan manusia yang tertutup kepada jalan kebenaran.
B. Macam-macam Fitnah Dari pembahasan di atas telah dijabarkan pengertian fitnah dalam pandangan Al-Qur’an. Sebelum menguraikan macam-macam fitnah, perlu diketahui secara implisit pengertian fitnah dalam perspektif hadits. Adapun pengertian fitnah dilihat dari teks hadits adalah sebagai berikut: 1. Godaan
ﻨ ﹰﺔﺘﻌﺪِﻯ ِﻓ ﺑ ﻉ ﺍﺎ ﹶﺍﺩﻢ ﻣ ﺳﻠﱠ ﻭ ﻴ ِﻪﻋﹶﻠ ﷲ ُ ﺻﻠﱠﻰ ﺍ ﷲ ِ ﻮﻝﹸ ﺍ ﺭﺳ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ:ﻦ ﺯﻳ ٍﺪ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﻣﺔﹸ ِﺑ ﺎﻦ ﹸﺍﺳ ﻋ 19 ﺎ ِﺀﻨﺴﻋﻠﹶﻰ ﺍﻟ ﺎ ِﻝﺮﺟ ﻋﻠﹶﻰ ﺍﻟ ﺮ ﺿ ﹶﺍ Dari Usamah bin Zaid, ia berkata “Rasulullah SAW bersabda: tidaklah aku tinggalkan setelahku fitnah godaan/pembawa sial yang lebih berbahaya bagi laki-laki daripada perempuan”. 2. Ujian
ﷲ ُ ﺻﻠﱠﻰ ﺍ ﷲ ِ ﻮ ِﻝ ﺍ ﺭﺳ ﺚ ﻳ ﹶﺣ ِﺪ ﺤ ﹶﻔﻆﹸ ﻳ ﻢ ﻳ ﹸﻜﺮ ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ ﹶﺍ ﻤ ﺪ ﻋ ﻨﺎ ِﻋﻳ ﹶﻔﺔﹸ ﻗﺎﻝ ﹸﻛﻨ ﹶﺬﻦ ﺣ ﻋ ﺖ ﻒ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﹸﻗ ﹾﻠ ﻴﻭ ﹶﻛ ﺠ ِﺮﺉ ﻴﻚ ﹶﻟ ﻧﻧﺎ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ِﺍ ﹶﺍﺎ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﹶﻓﻘﹸ ﹾﻠﺖﻨ ِﺔ ﹶﻛﻤﺘ ﻓِﻰ ﺍﻟ ِﻔ:ﻢ ﺳﻠﱠ ﻭ ﻴ ِﻪﻋﹶﻠ ﺴ ِﻪ ِ ﻧ ﹾﻔﻭ ﻫِﻠ ِﻪ ِﻞ ﻓِﻰ ﹶﺍﺮﺟ ﻨﺔﹸ ﺍﻟﺘﻮﻝﹸ ِﻓ ﻳﻘﹸ ﻢ ﺳﻠﱠ ﻭ ﻴ ِﻪﻋﹶﻠ ﷲ ُ ﺻﻠﱠﻰ ﺍ ﷲ ِ ﻮ ﹶﻝ ﺍ ﺭﺳ ﻌﺖ ﺳ ِﻤ ﻋ ِﻦ ﻬﻲ ﻧﻭ ﻑ ِ ﻭﻌﺮ ﻤ ﺑِﺎﹾﻟﻣﺮ ﺍ ﹶﻻﺪﹶﻗﺔﹸ ﻭ ﺼ ﺍﻟﻼﺓﹸ ﻭ ﺼﹶ ﺍﻟﻡ ﻭ ﺎﺼﻴ ﺎ ﺍﻟﺮﻫ ﻳ ﹶﻜ ﱢﻔ ﺎ ِﺭ ِﻩﻭﺟ ﻭﹶﻟ ِﺪ ِﻩ ﻭ 20 ﻨ ﹶﻜ ِﺮﺍﹾﻟﻤ
19
Abi Abdillah Muhammad bin Yazid al-Qazwini, Sunan Ibnu Majah, (Semarang; CV. Toha Putra, t.th.), juz II, hlm. 1325. Dengan matan yang berbeda namun sama maknanya, lihat Abi Abdillah Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, (Indonesia: Dar al-Ihya al-Kutub al-Arabiyah, t.th.), juz III, hlm. 242, dan al-Imam al-Hafidz Abi ‘Isa Muhammad bin ‘Isa bin Saurah, Sunan atTurmudzi, (Indonesia: Maktabah Dahlan, t.th.), juz IV, hlm. 192. 20 Al-Imam Abu al-Husain Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi, Shahih Muslim, (Indonesia: Dar al-Ihya al-Kutub al-Arabiyah, t.th.), juz II, hlm. 553. Dan Abi Abdillah Muhammad bin Yazid al-Qazwini, op. cit., juz II, 1305. Lihat juga Abi Abdillah Muhammad bin Ismail alBukhari, Shahih al-Bukhari, (Indonesia: Dar al-Ihya al-Kutub al-Arabiyah, t.th.), juz I, hlm. 102 dan juz IV, hlm. 96.
20
Dari Hudzaifah, ia berkata “Saya berada di sisi Umar”. Kemudian Umar berkata “siapa di antara kalian yang hafal haditsnya Rasulullah SAW mengenai fitnah sebagaimana yang Rasul sabdakan: aku berkata “saya”. Umar berkata: sesungguhnya engkau orang yang cerdas. Sabdanya “Fitnah (ujian) seorang lakilaki ada dalam keluarganya, hartanya, dirinya, anak dan keluarganya, sedangkan fitnah itu bisa terhapus oleh puasa, shalat, sedekah, dan amar ma’ruf nahi munkar”. 3. Propaganda
ﻨﺔﹸﺘﺗﻜﹸﻮ ﹸﻥ ﺍﻟ ِﻔ :ﻢ ﺳﻠﱠ ﻭ ﻴ ِﻪﻋﹶﻠ ﷲ ُ ﺻﻠﱠﻰ ﺍ ﷲ ِ ﻮﻝﹸ ﺍ ﺭﺳ ﻣ ٍﺮ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﺑ ِﻦ ﹶﺍ ﷲ ِ ﺒ ِﺪ ﺍﻋ ﻦ ﻋ 21 ﻒ ِ ﻴﺸ ﻦ ﺍﻟ ﺪ ِﻣ ﺷ ﺎ ﹶﺍﻴﻬﺎ ﹸﻥ ِﻓﺎ ِﺭ ﺍﻟﱢﻠﺴﺎ ﻓِﻰ ﺍﻟﻨﺪ ﹶﻟﻬ ﹶﻗﺮﺏ ﻌ ﺍﹾﻟﻨ ِﻈﻒﺘﺴ ﺗ Dari ‘Abdillah bin ‘Amr, ia berkata Rasulullah SAW bersabda: “Nanti fitnah akan menyeluruh di tanah Arab, orang yang terkena fitnah akan masuk neraka, lisan di dalam fitnah lebih tajam daripada kejam”.
ﺒﺾ ﹾﻘﻰ ﻳﺣﺘ ﺕ ﺎﺴﻌ ﻡ ﺍﻟ ﺗﻘﹸﻮ ﹶﻻ:ﻢ ﺳﻠﱠ ﻭ ﻴ ِﻪﻋﹶﻠ ﷲ ُ ﺻﻠﱠﻰ ﺍ ﻲ ﺒﻨﺮ ﹶﺓ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﺍﻟ ﻳﻫﺮ ﻦ ﹶﺍﺑِﻰ ﻋ ﺘ ﹸﻞﻮ ﺍﹾﻟ ﹶﻘ ﻭﻫ ﺮﺝ ﻬ ﺍﹾﻟﻳ ﹾﻜﺜﹸﺮﻭ ﺘﻦ ﺍﻟ ِﻔﻬﺮ ﺗ ﹾﻈﻭ ﺎ ﹸﻥﺰﻣ ﺏ ﺍﻟ ﺭ ﺘﻘﹶﺎﻳﻭ ﺰ ﹶﻻ ِﺯﻝﹸ ﺍﻟﺗ ﹾﻜﺜﹸﺮﻭ ﻢ ﺍﻟ ِﻌ ﹾﻠ 22 ﻴﺾﻴ ِﻔﺎ ﹸﻝ ﹶﻓ ﺍﹾﻟﻤﻴﻜﹸﻢ ِﻓﻳ ﹾﻜﺜﹸﺮ ﻰﺣﺘ ﺘ ﹸﻞﺍﹾﻟ ﹶﻘ Dari Abi Hurairah, ia berkata Rasulullah SAW bersabda: “Hari kiamat tidak akan terjadi hingga ilmu dicabut, banyak perpecahan, zaman mulai dekat, fitnah-fitnah bermunculan dan banyak pembunuhan hingga saat itu harta benda tersia-siakan”. 4. Kewaspadaan
ﹶﺍ ﹾﻥﻳﻮ ِﺷﻚ ﻢ ﺳﻠﱠ ﻭ ﻴ ِﻪﻋﹶﻠ ﷲ ُ ﺻﻠﱠﻰ ﺍ ﷲ ِ ﻮﻝﹸ ﺍ ﺭﺳ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﻗﹶﺎ ﹶﻝﺪ ِﺭﻱ ﳋ ﻴ ٍﺪ ﺍ ﹸﺳ ِﻌ ﻦ ﹶﺍﺑِﻰ ﻋ ﻦ ﻳِﻨ ِﻪ ِﻣﺮ ِﺑ ِﺪ ﻳ ِﻔ ﻊ ﺍﻟ ﹶﻘ ﹶﻄ ِﺮ ﻮِﻗ ﻣ ﻭ ﺎ ِﻝﺠﺒ ِ ﻒ ﺍﹾﻟ ﻌ ﺷ ﺎ ِﺑﻬﺘِﺒﻊﻳ ﻨ ٍﻢﺴِﻠ ٍﻢ ﹶﻏ ﺎ ِﻝ ﻣ ﻣﻴﺮﺧ ﻮ ﹶﻥ ﻳﻜﹸ 23 ﺘ ِﻦﺍﹾﻟ ِﻔ 21
Al-Imam al-Hafidz Abi ‘Isa Muhammad bin ‘Isa bin Saurah, op. cit., juz III, hlm. 320 juga dalam Abi Abdillah Muhammad bin Yazid al-Qazwini, op. cit., juz II, hlm. 1312. 22 Abi Abdillah Muhammad bin Ismail al-Bukhari, op. cit., juz I, hlm. 183, dan juz IV, hlm. 89. 23 Al-Imam Abu Abdurrahman Ahmad bin Syu’aib bin Ali bin Sinan bin Bahr an-Nasa’i, Sunan an-Nasa’I, (Indonesia: CV. Toha Putra, 1930), juz VII, hlm.125. Lihat juga dalam Abi Abdillah Muhammad bin Ismail al-Bukhari, op. cit., juz I, hlm. 12. Dan Abi Abdillah Muhammad bin
21
Dari Abi Said al-Khudri, ia berkata Rasulullah SAW bersabda: “Sebaik-baik harta orang muslim adalah kambing yang ia pelihara di puncak gunung di tempat turunnya air hujan, di mana ia menyelamatkan agamanya dari fitnah”. 5. Ketegangan
ﺎﻴﻬﺪ ِﻓ ﻦ ﹶﺍﹾﻟﻘﹶﺎ ِﻋ ﺘﻮﻥﹸ ِﻓ ﺘﻜﹸﺳ ﻢ ﺳﻠﱠ ﻭ ﻴ ِﻪﻋﹶﻠ ﷲ ُ ﺻﻠﱠﻰ ﺍ ﷲ ِ ﻮﻝﹸ ﺍ ﺭﺳ ﺮ ﹶﺓ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﻳﺮ ﺎ ﻫِﺍﻥﱠ ﹶﺍﺑ ﺎﻑ ﹶﻟﻬ ﺮ ﺸ ﺗ ﻦ ﻣ ﺎﻋِﻲﻦ ﺍﻟﺴ ﺮ ِﻣ ﻴﺧ ﺎﻴﻬﺎﺷِﻲ ِﻓﻦ ﺍﹾﻟﻤ ﺮ ِﻣ ﻴﺧ ﺍﹾﻟﻘﹶﺎِﺋﻢﻦ ﺍﹾﻟﻘﹶﺎِﺋ ِﻢ ﻭ ﺮ ِﻣ ﻴﺧ 24 ﻴ ِﻌ ﹾﺬ ِﺑ ِﻪﺎﺫﹰﺍ ﹶﻓ ﹾﻠﻣﻌ ﻭ ﺠﹰﺄ ﹶﺍ ﻣ ﹾﻠ ﺪ ﺟ ﻭ ﻦ ﻤ ﹶﻓﺮﹶﻓﻪ ﺸ ﺗ Sungguh Abu Hurairah berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Nanti akan muncul fitnah di mana pada saat itu orang yang duduk lebih baik daripada orang yang berdiri, orang yang berdiri lebih baik daripada orang yang berjalan, orang yang berjalan lebih baik daripada orang yang lari, maka barangsiapa yang menemukan tempat sembunyi atau berlindung maka lebih baik ia berlindung di tempat itu”.
ﷲ ُ ﺻﻠﱠﻰ ﺍ ﷲ ِ ﻮ ﹶﻝ ﺍ ﺭﺳ ﻤ ﹶﺔ ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ ِﺍﻥﱠ ﺴﹶﻠ ﻣ ﺑ ِﻦ ﻤ ِﺪ ﺤ ﻋﻠﹶﻰ ﻣ ﺧ ﹾﻠﺖ ﺩ ﺩ ﹶﺓ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﺮ ﻦ ﹶﺍﺑِﻰ ﺑ ﻋ ﺕ ِ ﻚ ﹶﻓ ﹾﺄ ﻑ ﹶﻓِﺎﺫﹶﺍ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﹶﻛﺬﹶﺍِﻟ ﻼ ﺧِﺘ ﹶ ﺍﺮﹶﻗ ﹲﺔ ﻭ ﻭﻓﹸ ﻨ ﹲﺔﺘﻮﻥﹸ ِﻓ ﺘﻜﹸﺳ ﺎﻧﻬﻢ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ِﺍ ﺳﻠﱠ ﻭ ﻴ ِﻪﻋﹶﻠ ﻭ ﺎ ِﻃﹶﺌ ﹲﺔ ﹶﺍﺪ ﺧ ﻳ ﻚ ﻴﺗ ﹾﺄِﺗ ﻰﺣﺘ ﻚ ﻴِﺘﺑ ﺲ ﻓِﻰ ﺟِﻠ ﺍﻊ ﹸﺛﻢ ﻨ ﹶﻘ ِﻄﻳ ﻰﺣﺘ ﻪ ﺑﺿ ِﺮ ﺍ ﻓﹶﺎﺣﺪ ﻚ ﹸﺍ ﻴ ِﻔﺴ ِﺑ 25 ﻴ ﹲﺔﺿ ِ ﻴ ﹲﺔ ﻗﹶﺎﻣِﻨ Dari Abi Burdah, ia berkata: saya masuk ke rumah Muhammad bin Maslamah, kemudian ia berkata: sungguh Rasulullah SAW bersabda: “sungguh bakal ada fitnah perpecahan dan perselisihan, maka pada saat itu, bawalah pedangmu ke gunung, pukulkan pedangmu hingga putus, kemudian duduklah dengan tenang di rumahmu hingga maut menjemputmu”.
Yazid al-Qazwini, op. cit., juz VIII, hlm. 1317. Serta Abi Daud Sulaiman bin al-As’ats al-Syajtani, Sunan Abu Daud, (Semarang: Maktabah Toha Putra, t.th.), juz II, hlm. 311. 24 Abi Abdillah Muhammad bin Ismail al-Bukhari, op. cit., juz IV, hlm. 92. Dan Al-Imam Abu al-Husain Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi, op. cit., hlm. 553-554. Lihat Abi Daud Sulaiman bin al-As’ats al-Syajtani, op. cit., juz II, hlm. 310. Serta Abi Abdillah Muhammad bin Yazid al-Qazwini, op. cit., juz II, hlm. 1310. Dan al-Imam al-Hafidz Abi ‘Isa Muhammad bin ‘Isa bin Saurah, op. cit., juz III, hlm. 329-330. 25 Abi Abdillah Muhammad bin Yazid al-Qazwini, op. cit., juz II.
22
6. Kesesatan
ﺒ ِﺮ ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝﻨﺐ ﺍﹾﻟ ِﻤ ِ ﻨﺟ ﻡ ِﺍﻟﹶﻰ ﻪ ﻗﹶﺎ ﻢ ﹶﺍﻧ ﺳﻠﱠ ﻭ ﻴ ِﻪﻋﹶﻠ ﷲ ُ ﺻﻠﱠﻰ ﺍ ﻲ ﻨِﺒﻋ ِﻦ ﺍﻟ ﻴ ِﻪﻦ ﹶﺍِﺑ ﻋ ﺎِﻟ ٍﻢﻦ ﺳ ﻋ 26 ﺲ ِ ﻤ ﺸ ﺮﻥﹸ ﺍﻟ ﻭ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﹶﻗ ﻴﻄﹶﺎ ِﻥ ﹶﺍﺸ ﺮﻥﹸ ﺍﻟ ﹶﻗﻳ ﹾﻄﹶﻠﻊ ﻴﺚﹸﺣ ﻦ ﺎ ِﻣﻬﻨ ﻫ ﻨﺔﹸﺘﺎ ﹶﺍﹾﻟ ِﻔﻬﻨ ﻫ ﻨﺔﹸﺘﹶﺍﹾﻟ ِﻔ Dari Salim dari ayahnya dari Nabi Muhammad SAW bahwasanya beliau berdiri di samping mimbar, kemudian beliau bersabda: “ingatlah fitnah, ingatlah fitnah, fitnah muncul dari arah munculnya tanduk syaitan atau beliau bersabda dari arah munculnya tanduk matahari (barat)”.
ﻱ ِ ﺪ ﻳ ﻦ ﻴﺑ ﻮﻥﹸ ﺗﻜﹸ ﻢ ﹶﻗﺎ ﹶﻝ ﺳﻠﱠ ﻭ ﻴ ِﻪﻋﹶﻠ ﷲ ُ ﺻﻠﱠﻰ ﺍ ﷲ ِ ﻮ ِﻝ ﺍ ﺭﺳ ﻦ ﻋ ﻚ ٍ ﺎِﻟﺑ ِﻦ ﻣ ﺲ ِ ﻧﻦ ﹶﺍ ﻋ ﺲ ِ ﻤ ﻳﻭ ﺍﺲ ﻛﹶﺎِﻓﺮ ِ ﻤ ﻳﻭ ﺎﺆ ِﻣﻨ ﻣ ﺎﻴﻬﺟ ﹸﻞ ِﻓ ﺍﻟﺮﺼِﺒﺢ ﻳ ﹾﻈِﻠ ِﻢﻴ ِﻞ ﺍﹾﻟﻤﻦ ﹶﻛ ِﻘ ﹶﻄ ِﻊ ﺍﻟﱠﻠ ﺘﻋ ِﺔ ِﻓ ﺎﺍﻟﺴ 27 ﺎﻧﻴﺪ ﺽ ﺍﻟ ِ ﺮ ﻌ ﻢ ِﺑ ﻬ ﻨﻳﻡ ِﺩ ﺍ ﹶﺍ ﹾﻗﻮﻴﻊﻳِﺒ ﺍ ﻛﹶﺎِﻓﺮﺼِﺒﺢ ﻳﻭ ﺎﺆ ِﻣﻨ ﻣ Dari Anas bin Malik dari Rasulullah SAW, beliau bersabda: “fitnah bakal muncul di tengah-tengah waktu seperti sepotong malam yang gelap. Saat itu di pagi hari orang beriman di sore harinya kafir, di sore hari beriman di pagi hari kafir. Para kaum menjual agamanya dengan dunia”. Beragam pengertian di atas, baik makna secara Al-Qur’an dan al-Hadits dapat penulis ketahui secara garis besar mengandung pengertian yang sama. Yaitu fitnah dapat diartikan sebagai azab/siksaan, ujian, godaan, teror/mendatangkan bahaya, dosa, propaganda, kewaspadaan, ketegangan, dan kesesatan. Dari berbagai macam fitnah yang muncul dan berkembang umat manusia bila diklasifikasikan terdapat berbagai macam bentuk. Adapun dari fitnah tersebut yang menonjol adalah sebagaimana yang tertera dalam hadits Rasulullah SAW dalam do’anya memohon perlindungan dari kejamnya fitnah. Kata fitnah adalah kata yang sering didengar oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari. Walaupun sayang sekali dengan pengertian yang sangat sempit, seringkali terjadi pemaknaan fitnah hanya sebatas “Tudahan yang tidak dilandasi bukti yang benar kepada seseorang atau sekelompok orang tertentu. Padahal fitnah mempunyai 26
Abi Abdillah Muhammad bin Ismail al-Bukhari, op. cit., juz IV, hlm. 95. Lihat Al-Imam Abu al-Husain Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi, op. cit., juz II, hlm. 559-560. 27 Al-Imam al-Hafidz Abi ‘Isa Muhammad bin ‘Isa bin Saurah, op. cit., juz III, hlm. 330-331.
23
cakupan makna yang lebih luas daripada itu. Sebab segala bentuk macam cobaan dan ujian serta godaan itupun termasuk dalam kategori fitnah. Sebagaimana Rasulullah SAW menganjurkan kepada umat Islam supaya dalam shalat membaca do’a berlindung dari azab dan fitnah.28 Sebagaimana sabda Rasulullah SAW dalam haditsnya mengenai permohonan perlindungan dari fitnah kubur, Dajjal, kaya dan miskin, adalah sebagai berikut: 1. Riwayat hadits yang mukharrijnya al-Bukhari
ﺛﻨﺎ ﻭﻫﻴﺐ ﻋﻦ ﻫﺸﺎﻡ ﺑﻦ ﻋﺮﻭﺓ ﻋﻦ ﺍﺑﻴﻪ ﻋﻦ ﻋﺎﺋﺸﺔ ﺭﺿﻰﻰ ﺑﻦ ﺍﺳﺪ ﺣﺪ ﺛﻨﺎ ﻣﻌﻠﺣﺪ ﺴ ِﻞ ﻦ ﺍﹾﻟ ﹶﻜ ﻚ ِﻣ ﻮﺫﹸِﺑ ﻰ ﹶﺍﻋ ِﺍﻧﻬﻢ ﺍﹶﻟﻠﹼ:ﱯ ﺻﻠﹼﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﹼﻢ ﻛﺎﻥ ﻳﻘﻮﻝ ﻨﺍﷲ ﻋﻨﻬﺎ ﺍ ﹼﻥ ﺍﻟ ﺮ ﺷ ﻦ ﻭ ِﻣ ﻨﹶﺎ ِﺭﺏ ﺍﻟ ِ ﻋﺬﹶﺍ ﻭ ﻨﹶﺎ ِﺭﻨ ِﺔ ﺍﻟﺘﻦ ِﻓ ﻭ ِﻣ ﺒ ِﺮﺏ ﺍﹾﻟ ﹶﻘ ِ ﻋﺬﹶﺍ ﻭ ﺒ ِﺮﻨ ِﺔ ﺍﹾﻟ ﹶﻘﺘﻦ ِﻓ ﻭ ِﻣ ﺮ ِﻡ ﻐ ﻤ ﺍﹾﻟﺰ ِﻡ ﻭ ﻬ ﺍﹾﻟﻭ ﺴ ﹾﻞ ِ ﺍ ﹾﻏﻬﻢ ﺎ ِﻝ ﺍﻟﻠﹼﺪﺟ ﻴ ِﺢ ﺍﻟﺴ ِ ﻤ ﻨ ِﺔ ﺍﹾﻟﺘﻦ ِﻓ ﻚ ِﻣ ﻮﺫﹸِﺑﻭﹶﺍﻋ ﻨ ِﺔ ﺍﹾﻟ ﹶﻔ ﹾﻘ ِﺮﺘﻦ ِﻓ ﻚ ِﻣ ﻮﺫﹸِﺑ ﻭﹶﺍﻋ ﻰﻨ ِﺔ ﺍﹾﻟ ِﻐﻨﺘِﻓ ﺾ ﻴﺑﺏ ﺍ ﹶﻻ ﻮ ﺖ ﺍﻟﺜﱠ ﻴﻧﻘﱠ ﺎﻱ ﹶﻛﻤ ﺎﺨﻄﹶﺎﻳ ﻦ ﺍﹾﻟ ﻖ ﹶﻗ ﹾﻠﺒِﻰ ِﻣ ﻧﻭ ﺮ ِﺩ ﺒﺍﹾﻟﺎﺀ ﺍﻟﺜﱠ ﹾﻠ ِﺞ ﻭﻱ ِﺑﻤ ﺎﺧﻄﹶﺎﻳ ﻰﻋﻨ ﺏ )ﺍﺧﺮﺟﻪ ِ ﻐ ِﺮ ﻤ ﺍﹾﻟﻕ ﻭ ِ ﺸ ِﺮ ﻤ ﻦ ﺍﹾﻟ ﻴﺑ ﺕ ﺪ ﻋ ﺎﺎ ﺑﻱ ﹶﻛﻤ ﺎﺧﻄﹶﺎﻳ ﻦ ﻴﺑﻭ ﻴﻨِﻰﺑ ﺪ ﺎ ِﻋﻭﺑ ﺲ ِ ﻧﺪ ﻦ ﺍﻟ ِﻣ 29 (ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻯ ﰱ ﺳﻨﺔ Mu’alla bin Asad menceritakan kepada kami Wuhaib menceritakan kepada kami dari Hisyam bin ‘Urwah dari bapaknya ‘Aisyah r.a.: “Sungguh Nabi SAW berdo’a: ya Allah sungguh aku meminta perlindunganmu dari malas, pikun, dosa dan tenggelam, dari fitnah dan azab kubur, dari fitnah dan azab api neraka, dan dari kejelekan fitnah kaya dan aku berlindung dari fitnah fakir, dan aku berlindung dari fitnah al-Masih al-Dajjal. Ya Allah cucikan kesalahan-kesalahan dariku dengan air salju dan air dingin, dan cucikan hatiku dari kesalahan-kesalahanku sebagaimana Engkau sucikan pakaian putih dari kotoran dan jauhkan di antara diriku dan kesalahan-kesalahanku sebagaimana Engkau jauhkan antara tanah barat dan timur” (HR. alBukhari). 2. Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah, menyebutkan:
ﺪ ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻭﻗﻴﻊﺛﻨﺎ ﻋﺒﺪ ﺍﷲ ﳕﲑ ﻭﺣﺪﺛﻨﺎ ﻋﻠﻰ ﺑﻦ ﳏﻤﺣﺪﺛﻨﺎ ﺍﺑﻮ ﺑﻜﺮ ﺑﻦ ﺍﰉ ﺷﻴﺒﺔ ﺣﺪ ﹶﻻ ِﺀﻬﺆ ﺍ ِﺑﻋﻮ ﺪ ﻳ ﻢ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﺳﻠﱠ ﻭ ﻴ ِﻪﻋﹶﻠ ﷲ ُ ﺻﻠﱠﻰ ﺍ ﻲ ﻨِﺒﻋﻦ ﻫﺸﺎﻡ ﺑﻦ ﻋﺮﻭﺓ ﺍﺑﻴﻪ ﻋﻦ ﻋﺎﺋﺸﺔ ﹶﺍﻥﱠ ﺍﻟ 28
Halimuddin, Kehidupan di Alam Barzah, Jakarta: PT. Asdi Maha Satya, 2002, hlm. 91. Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad bin Mughirah bin Bardizbah al-Bukhari, al-Jami’ ash-Shahih (Shahih Bukhari), Beirut: Dar al-Fikr, t.th., hlm. 150. 29
24
ﺏ ِ ﻋﺬﹶﺍ ﻭ ﺒ ِﺮﻨ ِﺔ ﺍﹾﻟ ﹶﻘﺘﻦ ِﻓ ﻭ ِﻣ ﺎ ِﺭﺏ ﺍﻟﻨ ِ ﻋﺬﹶﺍ ﻭ ﺎ ِﺭﻨ ِﺔ ﺍﻟﻨﺘﻦ ِﻓ ﻚ ِﻣ ﻮﺫﹸِﺑ ﻰ ﹶﺍﻋ ِﺍﻧﻬﻢ ﺍﹶﻟﻠﹼ: ﺕ ِ ﺎﺍﹾﻟ ﹶﻜِﻠﻤ ﺴ ﹾﻞ ِ ﺍ ﹾﻏﻬﻢ ﺎ ِﻝ ﺍﹶﻟﱠﻠﺪﺟ ﻴ ِﺢ ﺍﻟﺴ ِ ﻤ ﻨ ِﺔ ﺍﹾﻟﺘﺮ ِﻓ ﺷ ﻦ ﻭ ِﻣ ﻨ ِﺔ ﺍﹾﻟ ﹶﻔ ﹾﻘ ِﺮﺘﺮ ِﻓ ﺷ ﻭ ﻰﻨ ِﺔ ﺍﹾﻟ ِﻐﻨﺘﺮ ِﻓ ﺷ ﻦ ﻭ ِﻣ ﺒ ِﺮﺍﹾﻟ ﹶﻘ ﻦ ﺾ ِﻣ ﻴﺑﺏ ﺍ ﹶﻻ ﺖ ﺍﻟﺜﱠﻮ ﻴﻧﻘﱠ ﺎﻱ ﹶﻛﻤ ﺨﻄﹶﺎ ﻦ ﺍﹾﻟ ﻖ ﹶﻗ ﹾﻠﺒِﻰ ِﻣ ﻧﻭ ﺮ ِﺩ ﺒﺍﹾﻟﺎ ِﺀ ﺍﻟﺜﱠ ﹾﻠ ِﺞ ﻭﻱ ِﺑﻤ ﺎﺧﻄﹶﺎﻳ ﻰ ِﺍﻧﻬﻢ ﺏ ﺍﹶﻟﱠﻠ ِ ﻐ ِﺮ ﻤ ﺍﹾﻟﻕ ﻭ ِ ﺸ ِﺮ ﻤ ﻦ ﺍﹾﻟ ﻴﺑ ﺕ ﺪ ﻋ ﺎﺎ ﺑﻱ ﹶﻛﻤ ﺎﺧﻄﹶﺎﻳ ﻦ ﻴﺑﻭ ﻰﻴﻨﺑ ﺪ ﺎ ِﻋﻭﺑ ﺲ ِ ﻧﺪ ﺍﻟ 30 (ﺮ ِﻡ )ﺍﺧﺮﺟﻪ ﺍﺑﻦ ﻣﺎﺟﺔ ﰱ ﺳﻨﺔ ﻐ ﻤ ﺍﹾﻟﻤ ﹾﺄﹶﺛ ِﻢ ﻭ ﺍﹾﻟﺮ ِﻡ ﻭ ﻬ ﺍﹾﻟﺴ ِﻞ ﻭ ﻦ ﺍﹾﻟ ﹶﻜ ﻚ ِﻣ ﻮﺫﹸِﺑﹶﺍﻋ Abu Bakar bin Abi Syaibah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Numair menceritakan kepada kami dan ‘Ali bin Muhammad menceritakan kepada kami Waki’ menceritakan kepada kami dari Hisyam bin ‘Urwah dari ayahnya dari Aisyah r.a.: “Sesungguhnya Nabi Muhammad SAW berdo’a dengan kalimat-kalimat berikut ini: “Ya Allah sungguh saya memohon perlindungan-Mu dari fitnah neraka dan siksa neraka, dan perlindungan dari fitnah kubur dan siksa kubur, dan mohon perlindungan dari bahaya fitnah kaya dan bahaya fitnah fakir, dan bahaya dari fitnah al-Masih al-Dajjal. Ya Allah cucilah kesalahan-kesalahanku dengan air salju dan air dingin, dan sucikan hatiku dari kesalahan-kesalahanku sebagaimana engaku sucikan pakaian yang putih dari kotoran, dan jauhkan antara diriku dan kesalahan-kesalahanku sebagaimana engkau jauhkan antara tanah barat dan timur, ya Allah sungguh aku berlindung dengan-Mu dari malas, pikun, dosa dan tenggelam” (HR. Sunan Ibnu Majah). Dari dasar hukum hadits Rasulullah SAW tersebut dapat penulis diketahui bahwa pengertian dan sumber fitnah yang ada dalam kehidupan manusia diklasifikasikan dalam beberapa aspek. Adapun aspek fitnah secara garis besar adalah sebagai berikut : 1. Fitnah Kubur Semakin jauh masa yang memisahkan kita dari sebaik-baik zaman, yaitu zaman Rasulullah SAW, segala fitnahpun semakin bertambah banyak, meningkat dan menyebar. Itulah yang kita saksikan zaman sekarang ini. Setelah banyak terjadi percampuran budaya dan tatanan kehidupan yang kompleks yang disertai dengan menyebarnya kerusakan dan bid’ah serta setelah terjadinya sikap keterbukaan terhadap segala penyelewengan akhlak dan pemikiran yang datang dari dunia luar. 30
Al-Hafidz Abi Abdillah Muhammad bin Yazid al-Qazwini Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, (Beirut: Dar al-Fikr, t.th.), juz II, hlm. 1262.
25
Dalam Hadits Shahih Bukhari dan Muslim, yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra. bahwa sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda : “Hari kiamat tak akan datang hingga seseorang melewati kuburan orang-orang yang telah meninggal, lalu ia berkata, alangkah baiknya seandainya aku berada pada tempatnya” (HR. Bukhari Muslim). Hadits ini mengungkapkan adanya fitnah kubur yang menjadi petaka bagi manusia yang hidup, dimana mereka yang telah meninggal dicemburui pada saat munculnya segala macam fitnah. Keadaan semacam itu adalah karena takut akan hilangnya agama akibat semakin gencarnya serangan kebatilan terhadap kebenaran, munculnya segala macam maksiat dan kemungkaran.31 Hal ini menunjukkan segala fitnah, seperti fitnah kubur mulai nampak dalam permukaan kehidupan sekarang. 2. Fitnah Dajjal Fitnah adalah senjata yang paling ampuh yang dimiliki Dajjal dan pengikutnya untuk menghancurkan umat Islam. Untuk menghancurkan umat Islam, sebagian umat Islam yang lemah imannya menjadi sasaran untuk dipengaruhi dan difitnah. Oleh karena itu, seorang muslim sejati tidak mudah gampang terkena provokasi setan dan al-Masih ad-Dajjal, yaitu para penipu yang menampakkan wajah suci, atau para penipu yang mengatasnamakan imam Mahdi, padahal di balik dadanya ada kebencian yang lebih besar dari apa yang diucapkannya.32 Orang-orang yang mengumbar fitnah kepada orang lain kata-katanya amat menarik, pandai membawakan diri, seakan-akan dia mengerti atau menaruh perhatian atas segala persoalan yang penting, seakan-akan ikut memikirkan keselamatan manusia dan mempunyai cita-cita yang baik. Perilaku yang semacam ini adalah sebagaimana yang dilakukan oleh orangorang munafik.33
31
Ahmad Abdul Ghaffar, op. cit., hlm. 13. Toto Tasmara, Dajjal dan Simbol Setan (Jakarta: Gema Insani, 1999), hlm. 54-55. 33 Hamka, Tafsir Al-Azhar Juz. II, (Jakrata: Pustaka Panji Mas, 1984), hlm. 148. 32
26
Hal ini sebagaimana firman Allah SWT:
ﻮ ﻭﻫ ﺎ ﻓِﻰ ﹶﻗ ﹾﻠِﺒ ِﻪﻋﻠﹶﻰ ﻣ ﷲ َ ﺍﺸ ِﻬﺪ ﻭﻳ ﺎﻧﻴﺪ ﺎ ِﺓ ﺍﻟﺤﻴ ﻓِﻰ ﺍﹾﻟﻮﻟﹸﻪ ﻚ ﹶﻗ ﺠﺒ ِ ﻌ ﻦ ﻳ ﻣ ﺱ ِ ﺎﻦ ﺍﻟﻨ ﻭ ِﻣ (204 :ﺎ ِﻡ )ﺍﻟﺒﻘﺮﺓﺨﺼ ِ ﺪ ﺍﹾﻟ ﹶﺍﹶﻟ “Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan persaksiannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, padahal ia penentang yang paling keras” (QS. Al-Baqarah: 204).34 Dalam ayat lain Allah SWT berfirman:
ﻧﻮﺍﺱ ﻛﹶﺎ ﺎﻢ ﹶﺍﻥﱠ ﺍﻟﻨ ﻬ ﻤ ﺗ ﹶﻜﻠﱢ ﺽ ِ ﺭ ﻦ ﹾﺍ ﹶﻻ ﺑ ﹰﺔ ِﻣﺍﻢ ﺩ ﻬ ﺎ ﹶﻟﺟﻨ ﺮ ﺧ ﻢ ﹶﺍ ﻴ ِﻬﻋﹶﻠ ﻮ ﹸﻝ ﻊ ﺍﹾﻟ ﹶﻘ ﻭﹶﻗ ﻭِﺍﺫﹶﺍ (82 :ﻮ ﹶﻥ )ﺍﻟﻨﻤﻞ ﻮِﻗﻨ ﺎ ﹶﻻﻳﺎِﺗﻨِﺑﺌﹶﺎﻳ “Dan apabila perkataan telah jatuh atas mereka, Kami keluarkan sejenis binatang melata dari bumi yang akan mengatakan kepada mereka bahwa sesungguhnya manusia dahulu tidak yakin kepada ayat-ayat Kami” (QS. An-Naml: 82).35 Sebagaimana telah disebut dalam ayat di atas menunjukkan adanya gerakan yang dilakukan oleh Dajjal dan pengikutnya. Yang dimaksud dari kalimat “Daabbatan minal ardhi” (binatang melata) adalah suatu jaringan konspirasi, gerakan rahasia dari suatu kaum yang membawa ajaran sesat, dalam hal ini adalah pengikut Dajjal yang mencoba menebarkan fitnah di muka bumi. Gerakan al-Masih Dajjal tersebut telah berlangsung sangat lama, bahkan sejak sebelum kelahiran Nabi Muhammad SAW, yaitu pada saat imperium Romawi yang sangat memuja matahari dan mistik yang menguasai separo belahan bumi.36 Dari hadits di bawah ini menunjukkan informasi aktual, khususnya peringatan kepada umat Islam untuk bersatu padu dalam satu gerakan yang kokoh (ittihadul ‘ummah) untuk menghadapi al-Masih Dajjal yang semakin 34
Departemen Agama RI, op. cit., hlm. 49. Ibid., hlm. 604. 36 Totok Tasmara, op.cit., hlm. 119. 35
27
tampak tanda-tandanya, yaitu: Anas berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Tiada seorang Nabi pun melainkan telah memperingatkan umatnya dari si buta sebelah dan pendusta. Ingatlah kami bahwa Dajjal itu buta sebelah matanya dan Tuhan kamu tidak buta. Tertulis di antara mata Dajjal itu kafir”(HR. Bukhari dan Muslim).37 3. Fitnah Kaya dan Miskin (Fitnah Harta) Dalam kehidupan manusia tidak bisa terlepas dari materi dalam hal ini adalah uang atau harta, karena untuk dapat hidup layak seseorang harus mempunyai kecukupan secara materi. Harta termasuk fitnah paling kuat yang menyerang hak manusia. Allah SWT dan Rasul-Nya memberikan peringatan kepada kita agar tidak disibukkan oleh harta, sebagaimana dalam firman-Nya:
(28 :ﻢ )ﺍﻻﻧﻔﺎﻝ ﻴﻋ ِﻈ ﺮ ﺟ ﹶﺍﺪﻩ ﻨﷲ ِﻋ َ ﻭﹶﺍﻥﱠ ﺍ ﻨ ﹲﺔﺘﻢ ِﻓ ﻛﹸﻭ ﹶﻻﺩ ﻭﹶﺍ ﻢ ﺍﹸﻟ ﹸﻜﻣﻮ ﺎ ﹶﺍﻧﻤَ ﻮﺍﻋﹶﻠﻤ ﺍﻭ “Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanya sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allahlah pahala yang besar” (QS. Al-Anfal: 28).38 Secara tabiat, harta disukai manusia. penyebabnya adalah kemampuan salah satu sifat kesempurnaan, dan sifat kesempurnaan adalah hal yang paling disukai. Ketidaksempurnaan berarti adanya keadaan yang kekurangan, dan ini hal yang paling dibenci. Hal demikian yang memunculkan fitnah kekayaan (ghina) bagi umat manusia dalam berlomba-lomba dalam mencari dan mengumpulkan harta. Banyak harta akan mendatangkan kekuatan dan kesempurnaan kemampuan manusia. Berdasarkan sebab-sebab yang telah disebutkan, maka manusia pun menyukai harta, serta seluruh hati mereka disibukkan oleh harta, sehingga harta termasuk fitnah yang patut diberikan peringatan. Fitnah harta sepertinya dapat mendorong banyak manusia tenggelam ke dalam jalan kezaliman yang tak dapat dielakkan. Mereka
37 38
Totok Tasmara, Ibid. Departemen Agama RI, op. cit., hlm. 264.
28
dijerumuskan kepada fitnah harta oleh segala macam ambisi dan keinginan nafsu yang tiada batasnya.39 a. Kaya menimbulkan fitnah Dalam kisah-kisah Al-Qur’an ada berbagai petunjuk yang menyadarkan hati, menggerakkan pikiran, dan membuka kesadaran. Sebagaimana kisah Qarun menerangkan bahwa adanya sikap jauh dari sisi Allah
SWT,
membangkang
terhadap
perintah-Nya,
sombong,
keterpedayaan akan segala tipu daya, berbuat kerusakan, kezaliman dan mempergunakan nikmat bukan pada tempatnya. Hal ini terkandung dalam Al-Qur’an surat Al-Qashash: 76-78. Kisah Qarun menunjukkan kepada kita, bagaimana nikmat kekayaan menjadi fitnah yang menimbulkan kesengsaraan dan bencana, yang disebabkan oleh pengingkaran atas nikmat yang dikaruniakan kepada dari sang Maha Pencipta. Bahwa kekayaan bukanlah tanda keridhaan Allah SWT semata. Allah SWT melapangkan rezeki-Nya kepada hamba-Nya yang dikehendaki, dan menyempitkan rezeki untuk tujuan-tujuan lain.40 Menurut pandangan Islam, pencarian dan pengumpulan kekayaan diperbolehkan dan bahkan pada situasi tertentu justru diwajibkan.41 Tetapi kekayaan tidak boleh disalahgunakan karena Allah SWT telah dengan jelas menetapkan perintah-perintah-Nya bagaimana kekayaan tersebut harus didapatkan dan dinafkahkan dengan penuh tanggung jawab sesuai aturan-aturan yang telah ditetapkan agama. b. Miskin menimbulkan fitnah Fakir atau miskin adalah sebuah gambaran kondisi serba kekurangan dari kacamata ekonomi, sehingga hal ini sangat menakutkan dan mengkhawatirkan yang berujung pada fitnah harta yang disebabkan karena standar kemiskinan dalam memenuhi kebutuhan hidup.
39
Imam Al-Ghazali, op.cit., hlm. 473. Ahmad Abdul Ghaffar, op.cit., hlm. 50. 41 Ruqaiyah Waris Masqood, Harta dalam Islam, Panduan Al-Qur’an dan Al-Hadits dalam Mencari dan Membelanjakan Harta dan Kekayaan, (Jakarta: Lintas Pustaka, 2003), hlm. ix. 40
29
Kefakiran atau kemiskinan sebagai bentuk fitnah yang dimaksud adalah kefakiran yang tertuju pada harta. Kefakiran termasuk fitnah yang Allah SWT turunkan kepada hamba-Nya, sebagaimana dijelaskan:
ﺎ ِﺍﺫﹶﺍﻭﹶﺍﻣ () ﻣ ِﻦ ﺮ ﻰ ﹶﺍ ﹾﻛﺭﺑ ﻮﻝﹸ ﻴﻘﹸ ﹶﻓﻤﻪ ﻌ ﻧﻭ ﻣﻪ ﺮ ﻪ ﹶﻓﹶﺎ ﹾﻛ ﺭﺑ ﻼﻩ ﺘ ﹶﺑﺎﺍﺎ ﹸﻥ ِﺍﺫﹶﺍ ﻣﻧﺴﺎ ﹾﺍ ِﻻﹶﻓﹶﺎﻣ (16-15 :ﻧ ِﻦ )ﺍﻟﻔﺠﺮﺎﻰ ﹶﺍﻫﺭﺑ ﻮﻝﹸ ﻴﻘﹸ ﹶﻓﺯﹶﻗﻪ ﻴ ِﻪ ِﺭﻋﹶﻠ ﺭ ﺪ ﹶﻓ ﹶﻘﻼﻩ ﺘ ﹶﺑﺎﺍﻣ “Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia berkata: Tuhanku telah memuliakanku. Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rizkinya, maka dia berkata: Tuhanku menghinakanku” (QS. Al-Fajr: 15-16).42 Diujinya seorang muslim dengan kekurangan harta, sedangkan ia sangat memerlukannya merupakan sebuah cobaan. Fitnah harta akan bertambah
berat
ketika
seorang
muslim
mendapatkan
keadaan
keluarganya mendorong dia mencari harta dengan segala cara demi memenuhi kebutuhan hidupnya. Cobaan dalam bentuk fitnah kefakiran dan kemiskinan bagi umat Islam sebagai wujud menguji kemantapan hati serta mengukur tingkatan ketabahan dan keteguhannya, jika ia sabar atas cobaan ini lulus dengan menjaga kehormatan dirinya serta tetap berpegang teguh pada kebenaran, maka ia adalah orang yang beruntung. Hal ini dipertegas dalam firman Allah SWT:
ﺲ ِ ﻧﻔﹸﻭﹾﺍ ﹶﻻ ﺍ ِﻝﻣﻮ ﻦ ﹾﺍ ﹶﻻ ﺺ ِﻣ ٍ ﻧ ﹾﻘﻭ ﻉ ِ ﻮ ﺠ ﺍﹾﻟﻑ ﻭ ِ ﻮ ﺨ ﻦ ﺍﹾﻟ ﺸ ٍﹾﺊ ِﻣ ﻢ ِﺑ ﻧﻜﹸﻮ ﺒﻠﹸﻨﻭﹶﻟ (155 :ﻦ )ﺍﻟﺒﻘﺮﺓ ﻳﺎِﺑ ِﺮﺸ ِﺮ ﺍﻟﺼ ﺑﻭ ﺕ ِ ﺍﻤﺮ ﺍﻟﱠﺜﻭ “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta dan jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orangorang yang sabar” (Al-Baqarah: 155).43
42 43
Departemen Agama RI, op. cit., hlm. 1058. Ibid., hlm. 39.
30
Dari ayat di atas, secara mendalam dapat diketahui bahwa fitnah kefakiran yang diberikan Allah SWT kepada hamba adalah keutamaan yang besar bagi dirinya. Apabila Allah SWT menghendaki seseorang untuk hidup fakir dan miskin merupakan suatu kebahagiaan, karena Allah SWT Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal apa yang terbaik bagi hamba-hamba-Nya. Hal ini banyak dalil dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits yang memuji orang fakir yang menjaga diri dari meminta-minta, yang menunjukkan kedudukan yang agung di dunia dan akhirat.44. Berkaitan dengan eksistensi fitnah yang penuh dengan misteri dalam kehidupan manusia, maka klasifikasi fitnah bersumber dari tiga hal yaitu: 1. Fitnah yang langsung datang dari Allah SWT. Fitnah yang benar-benar datang dari Allah SWT adalah berbentuk ujian atau cobaan yang ditimpakan kepada hamba yang beriman sebagai perwujudan dari cinta kasih dan pemberian hikmah. Sungguh tanda kebesaran Allah SWT menumbuhkan fitnah bagi hamba-hamba-Nya yang diuji kesungguhan dan ketaatan dengan penuh kesabaran. Dengan wujud pengujian tersebut
apakah
hamba
tersebut
benar-benar
iman
dan
bertakwa.
Sebagaimana dalam firman-Nya:
:ﻮ ﹶﻥ )ﺍﻻﻧﺒﻴﺎﺀ ﺟﻌ ﺮ ﺎ ﺗﻴﻨﻭِﺍﹶﻟ ﻨ ﹰﺔﺘﻴ ِﺮ ِﻓﺨ ﺍﹾﻟﺮ ﻭ ﺸ ﻢ ﺑِﺎﻟ ﻮ ﹸﻛ ﺒﻠﹸﻧﻭ ﺕ ِ ﻮ ﻤ ﺲ ﺫﹶﺍِﺋ ﹶﻘﺔﹸ ﺍﹾﻟ ٍ ﻧ ﹾﻔ ﹸﻛﻞﱡ (35 “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan” (QS. Al-Anbiya’: 35).45 2. Fitnah yang datang dari setan Keberadaan setan dalam nash Al-Qur’an dijelaskan bahwa setan merupakan musuh yang nyata bagi manusia. setan adalah musuh yang tidak pernah melupakan perseteruannya dengan manusia sampai kapanpun, dan 44 45
Ahmad Abdul Ghaffar, op. cit., hlm. 97. Ibid., hlm. 499.
31
musuh yang tidak pernah berhenti memerangi manusia agar tidak masuk ke dalam ketaatan dan keimanan kepada Allah SWT. Sehingga setan tidak pernah bosan untuk menyesatkan manusia kepada jalan hak (benar) serta selalu memberi rintangan dan ujian dalam bentuk fitnah. Dengan segala cara dan kekutannya, setan selalu mempengaruhi keturunan Nabi Adam untuk menjadi pengikutnya. Pengaruh dan fitnah setan dalam merusak tatanan kehidupan manusia di muka bumi ini telah dijelaskan dalam Al-Qur’an:
ﺎﻬﻤ ﺳ ﺎﺎ ِﻟﺒﻬﻤ ﻨﻋ ﻨ ِﺰﻉﻳ ﻨ ِﺔﺠ ﻦ ﺍﹾﻟ ﻢ ِﻣ ﻳﻜﹸﻮ ﺑﺝ ﹶﺍ ﺮ ﺧ ﺎ ﹶﺍﻴﻄﹶﺎ ﹸﻥ ﹶﻛﻤﺸ ﺍﻟﻨﻜﹸﻢﻨﻳ ﹾﻔِﺘﻡ ﹶﻻ ﺩ ﺑﻨِﻰ ﺍﺎﻳ ﻦ ﻴﺎ ِﻃﺸﻴ ﺎ ﺍﻟﻌ ﹾﻠﻨ ﺟ ﺎﻢ ِﺍﻧ ﻧﻬﻭ ﺮ ﺗﻴﺚﹸ ﹶﻻﺣ ﻦ ِﻣﻴﻠﹸﻪﻭﹶﻗِﺒ ﻮ ﻢ ﻫ ﺍ ﹸﻛﻳﺮ ﻪ ﺎ ِﺍﻧﺍِﺗ ِﻬﻤﺳﻮ ﺎﻬﻤ ﻳﻴ ِﺮِﻟ (27 :ﻮ ﹶﻥ )ﺍﻻﻋﺮﺍﻑ ﺆ ِﻣﻨ ﻦ ﹶﻻﻳ ﻳﺎ َﺀ ِﻟﻠﱠ ِﺬﻭِﻟﻴ ﹶﺍ “Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh setan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapakmu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan keduanya auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman” (QS. Al-A’raf: 27).46 Dari ayat di atas sangat jelas sekali bahwa setan itu musuh yang sangat nyata bagi manusia, yang mengalir dalam diri manusia seperti aliran darah. Fitnah yang datang dari setan itu berupa godaan, rayuan dan hembusan sihirnya serta berupa segala desiran yang ia timbulkan dalam hati manusia yang mendorong agar mereka terjerumus ke dalam segala macam kejahatan dan maksiat. Maka dari itu musuhilah setan dengan berbakti kepada Allah SWT, janganlah sampai mengikutinya dalam melakukan maksiat-maksiat dan hendaklah waspada dari setan yang menyertakan riya’ di dalamnya dan menghiasi perbuatan-perbuatan jahat dalam pandangan setiap manusia.47
46 47
105.
Ibid., hlm. 224. Imam Al-Ghazali, Di balik Ketajaman Mata Hati, (Jakarta: Pustaka Imani, 1997), hlm.
32
3. Fitnah itu bersumber dari seseorang yang ditujukan kepada orang lain. Kekejaman fitnah yang ditimbulkan oleh sesama manusia juga berbahaya dan menimbulkan sikap tercela, seperti halnya fitnah wanita bagi laki-laki atau fitnahnya orang kafir bagi orang-orang yang beriman. Allah SWT mengancam mereka yang menimbulkan fitnah bagi manusia dengan ancaman dan azab yang sangat pedih. Allah SWT berfirman:
ﺏ ﻋﺬﹶﺍ ﻢ ﻭﹶﻟﻬ ﻢ ﻨﻬ ﺟ ﺏ ﻋﺬﹶﺍ ﻢ ﻮﺍ ﹶﻓﹶﻠﻬﻮﺑ ﻳﺘ ﻢ ﹶﻟﺕ ﹸﺛﻢ ِ ﺎﺆ ِﻣﻨ ﻤ ﺍﹾﻟﻦ ﻭ ﻴﺆ ِﻣِﻨ ﻮﺍ ﺍﹾﻟﻤﺘﻨﻦ ﹶﻓ ﻳِﺍﻥﱠ ﺍﻟﱠ ِﺬ (10 :ﻳ ِﻖ )ﺍﻟﱪﻭﺝﺤ ِﺮ ﺍﹾﻟ “Sesungguhnya orang-orang yang mendatangkan cobaan kepada orang-orang mu’min laki-laki dan perempuan kemudian mereka tidan bertaubat, maka bagi mereka azab Jahannam dan bagi mereka azab (neraka) yang membakar” (QS. Al-Buruuj: 10). Dan kadang manusia menimbulkan fitnah bagi dirinya sendiri, yaitu saat ia berusaha memenuhi serta menuntut syahwatnya, segala kenikmatan yang mengandung dosa, maksiat dan bahkan melalaikan jati dirinya. Hal ini dipertegas dalam firman Allah SWT:
ﻢ ﺘﺒﺗﺭ ﺍﻢ ﻭ ﺼﺘ ﺑﺮ ﺗﻭ ﻢ ﺴﻜﹸ ﻧﻔﹸﻢ ﹶﺍ ﺘﻨﺘﻢ ﹶﻓ ﻨﻜﹸﻭﹶﻟ ِﻜ ﺑﻠﹶﻰ ﻢ ﻗﹶﺎﻟﹸﻮﺍ ﻌﻜﹸ ﻣ ﻦ ﻧ ﹸﻜ ﻢ ﻢ ﹶﺍﹶﻟ ﻬ ﻧﻭ ﺩ ﺎﻳﻨ (14 : )ﺍﳊﺪﻳﺪﻭﺭ ﻐﺮ ﷲ ﺍﹾﻟ ِ ﻢ ﺑِﺎ ﺮﻛﹸ ﻭ ﹶﻏ ﷲ ِ ﺍﻣﺮ ﺎ َﺀ ﹶﺍﻰ ﺟﺣﺘ ﻲ ﺎِﻧ ﹾﺍ ﹶﻻﻣﺗﻜﹸﻢﻭ ﹶﻏﺮ “Orang-orang munafik itu memanggil mereka (orang-orang beriman) seraya berkata: bukankah kami dahulu bersama-sama dengan kamu ? Mereka menjawab: benar, tetapi kamu mencelakakan dirimu sendiri dan menunggu (kehancuran kami) dan kamu ragu-ragu serta ditipu oleh angan-angan kosong sehingga datanglah ketetapan Allah, dan kamu telah ditipu terhadap Allah oleh (setan) yang amat penipu” (QS. Al-Hadid: 14). Dari sini dapat disimpulkan bahwa Fitnah seringkali menimpa semua umat manusia baik yang berasal dari Allah SWT, setan dan manusia sendiri. Fitnah bisa berupa ujian, hukuman, penipuan, makian, ataupun hinaan, bisa juga sebagai balasan dari para ahli maksiat.
33
Adapun fitnah yang datang dari Allah SWT kepada hambanya merupakan ada misteri hikmah yang terkandung di dalamnya di balik ujian dan cobaan, sebagaimana agar manusia mengetahui siapa jati dirinya, agar mengetahui kadar rasa syukur saat dikaruniai nikmat dan agar manusia mengetahui sejauhmana kesabaranmu di saat ditimpa musibah, sehingga diharapkan hamba terjadi sikap penyerahan diri yang tulus dan taat kepada Allah SWT.48
C. Hadits Do’a Nabi memohon perlindungan dari fitnah Kubur, Dajjal, Kaya dan Miskin Dalam fenomena penyebaran agama Islam, Rasulullah SAW tidak pernah terlepas dari berbagai gejolak fitnah yang menimpanya, dan kejadian itu salah satu bentuk ujian yang dihadapi dengan penuh kebijaksanaan dan arif. Munculnya fitnah sudah barang tentu tidak terlepas dari kehidupan umatnya. Dengan asumsi yang kuat tersebut Rasulullah SAW dalam haditsnya menerangkan bahwa beliau memanjatkan do’a kepada Allah SWT dengan maksud memohon perlindungan dari dahsyatnya fitnah yang berkembang dalam kehidupan umatnya. Adapun hadits yang disabdakan Rasulullah SAW berbunyi:
ﻰ ِﺍﻧﻬﻢ ﺍﹶﻟﻠﹼ: ﺕ ِ ﺎ ﹶﻻ ِﺀ ﺍﹾﻟ ﹶﻜِﻠﻤﻬﺆ ﺍ ِﺑﻋﻮ ﺪ ﻳ ﻢ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﺳﻠﱠ ﻭ ﻴ ِﻪﻋﹶﻠ ﷲ ُ ﺻﻠﱠﻰ ﺍ ﻲ ﻨِﺒﺸ ﹶﺔ ﹶﺍﻥﱠ ﺍﻟ ﺎِﺋﻦ ﻋ ﻋ ﻰﻨ ِﺔ ﺍﹾﻟ ِﻐﻨﺘﺮ ِﻓ ﺷ ﻦ ﻭ ِﻣ ﺒ ِﺮﺏ ﺍﹾﻟ ﹶﻘ ِ ﻋﺬﹶﺍ ﻭ ﺒ ِﺮﻨ ِﺔ ﺍﹾﻟ ﹶﻘﺘﻦ ِﻓ ﻭ ِﻣ ﺎ ِﺭﺏ ﺍﻟﻨ ِ ﻋﺬﹶﺍ ﻭ ﺎ ِﺭﻨ ِﺔ ﺍﻟﻨﺘﻦ ِﻓ ﻚ ِﻣ ﻮﺫﹸِﺑ ﹶﺍﻋ ﺎ ِﺀ ﺍﻟﺜﱠ ﹾﻠ ِﺞﻱ ِﺑﻤ ﺎﺧﻄﹶﺎﻳ ﺴ ﹾﻞ ِ ﺍ ﹾﻏﻬﻢ ﺍﹶﻟﻠﹼ.ﺎ ِﻝﺪﺟ ﻴ ِﺢ ﺍﻟﺴ ِ ﻤ ﻨ ِﺔ ﺍﹾﻟﺘﺮ ِﻓ ﺷ ﻦ ﻭ ِﻣ ﻨ ِﺔ ﺍﹾﻟ ﹶﻔ ﹾﻘ ِﺮﺘﺮ ِﻓ ﺷ ﻭ ﻦ ﻴﺑﻭ ﻴﻨِﻰﺑ ﺪ ﺎ ِﻋﻭﺑ ﺲ ِ ﻧﺪ ﻦ ﺍﻟ ﺾ ِﻣ ﻴﺑﺏ ﹾﺍ ﹶﻻ ﻮ ﺖ ﺍﻟﺜﱠ ﻴﻧﻘﱠ ﻢ ﻱ ﹶﻛ ﺎﺨﻄﹶﺎﻳ ﻦ ﺍﹾﻟ ﻧ ِﻖ ﹶﻗ ﹾﻠﺒِﻰ ِﻣﻭ ﺮ ِﺩ ﺒﺍﹾﻟﻭ ﺰ ِﻡ ﻬ ﺍﹾﻟﺴ ِﻞ ﻭ ﻦ ﺍﹾﻟ ﹶﻜ ﻚ ِﻣ ﻮﺫﹸِﺑ ﻰ ﹶﺍﻋ ِﺍﻧﻬﻢ ﺏ ﺍﹶﻟﻠﹼ ِ ﻐ ِﺮ ﻤ ﺍﹾﻟﻕ ﻭ ِ ﺸ ِﺮ ﻤ ﻦ ﺍﹾﻟ ﻴﺑ ﺕ ﺪ ﻋ ﺎﺎﺑﻱ ﹶﻛﻤ ﺎﺧﻄﹶﺎﻳ 49 ﺮ ِﻡ ﻐ ﻤ ﺍﹾﻟﻤ ﹾﺄﹶﺛ ِﻢ ﻭ ﺍﹾﻟﻭ Diriwayatkan oleh Aisyah r.a.: “Sesungguhnya Nabi Muhammad SAW berdoa dengan kalimat-kalimat berikut ini: “Ya Allah sungguh saya memohon perlindungan-Mu dari fitnah (azab) api neraka, dan dari fitnah kubur dan siksa kubur, dan dari bahaya fitnah kaya dan bahaya 48
Ahmad Abdul Ghaffar, op. cit., hlm. 11-12. Al-Hafidz Abi Abdillah Muhammad bin Yazid al-Qozwini Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, (Beirut: Dar al-Fikr, t.th.), juz II, hlm. 1262. 49
34
fitnah fakir, dan dari kejelekan fitnah al-Masih al-Dajjal. Ya Allah SWT cucilah kesalahan-kesalahanku dengan air salju dan air dingin, dan sucikanlah hatiku dari kesalahan-kesalahanku sebagaimana engkau sucikan pakaian yang putih dari kotoran, dan jauhkan antara aku dan kesalahanku sebagaimana engkau jauhkan antara tanah barat dan timur. Ya Allah sungguh aku berlindung dengan-Mu dari kemalasan, dan pikun, dosa dan tenggelam”. Dalam pandangan Islam, fitnah adalah sebuah kemestian hidup (sunnatullah). Bahkan dapat dikatakan bahwa fitnah adalah salah satu hikmah terpenting dari penciptaan manusia dan alam semesta. Sebab tanpa gelombang fitnah tentu akan sulit membedakan antara manusia yang unggul dengan yang lainnya. Akan sulit membedakan antara yang benar-benar beriman dengan yang sekedar mengaku beriman, mana pribadi yang shalih dan pribadi yang thalih.50 Dalam hal ini Allah SWT menyatakan firman-Nya:
ﻢ ﺒِﻠ ِﻬﻦ ﹶﻗ ﻦ ِﻣ ﻳﺎ ﺍﻟﱠ ِﺬﺘﻨﺪ ﹶﻓ ﻭﹶﻟ ﹶﻘ () ﻮ ﹶﻥ ﺘﻨ ﹾﻔﻢ ﹶﻻﻳ ﻫ ﻭ ﺎﻣﻨ ﻮﻟﹸﻮﺍ ﺀَﺍ ﻳﻘﹸ ﺮﻛﹸﻮﺍ ﹶﺍ ﹾﻥ ﺘﺱ ﹶﺍ ﹾﻥ ﻳ ﺎﺐ ﺍﻟﻨ ﺴ ِ ﺣ ﹶﺍ (3-2 :ﻦ )ﺍﻟﻌﻨﻜﺒﻮﺕ ﻴﻦ ﺍﹾﻟﻜﹶﺎ ِﺫِﺑ ﻤ ﻌﹶﻠ ﻴﻭﹶﻟ ﺪﻗﹸﻮﺍ ﺻ ﻦ ﻳﷲ ﺍﻟﱠ ِﺬ ُ ﻦ ﺍ ﻤ ﻌﹶﻠ ﻴﹶﻓﹶﻠ “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “kami telah beriman!”, sedang mereka tidak diuji lagi ? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta” (QS. AlAnkabut: 2-3).51 Demikian adanya bahwa hidup adalah tempat berkumpulnya aneka ragam fitnah. Dan fitnah itu pada akhirnya yang akan membuktikan misteri hakiki manusia. Sunnatullah kehidupan dunia ini telah membuat sepinya hidup seorang insan dari fitnah menjadi suatu hal yang mustahil. Hal lain yang harus disadari adalah bahwa cobaan dan fitnah itu tidak selamanya menjadi tanda adanya keburukan atau sinyal kebinasaan pada diri seseorang. Justru fitnah dan cobaan menjadi tanda kebaikan dan bukti keshalihan seorang hamba Tuhan.52
50
Abul Miqdad Al-Madany, op. cit., hlm. 6. Departemen Agama RI, op. cit., hlm. 628. 52 Abul Miqdad Al-Madany, op. cit., hlm. 7-8. 51
35
Bentuk dan macam fitnah itu beragam. Yang pada awalnya, fitnah mungkin merupakan sebuah kenikmatan kemudian berubah menjadi bencana. Fitnah sangat mudah membelenggu dan menjerumuskan seseorang kepada kezaliman, permusuhan, dan perbuatan nista. Namun, bagi orang yang mempercayai adanya kebesaran dan keagungan Allah SWT akan selalu yakin dengan kebenaran-Nya menyelamatkan umat manusia dari segala bentuk fitnah yang terjadi di muka bumi. Kedahsyatan fitnah dalam kenyataannya mampu merongrong keimanan dan keteguhan seseorang pada pendiriannya terhadap ajaran agama, hal ini sebagaimana telah dituturkan dalam Al-Qur’an dan as-Sunah. Dalam Al-Qur’an Allah SWT berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 191:
(191 : )ﺍﻟﺒﻘﺮﺓ... ﺘ ِﻞﻦ ﺍﹾﻟ ﹶﻘ ﺪ ِﻣ ﺷ ﻨﺔﹸ ﹶﺍﺘ ﹶﺍﹾﻟ ِﻔ.... “….. Fitnah lebih besar bahayanya dari pembunuhan….” (QS. AlBaqarah: 191).53 Hal ini juga diperjelas dalam hadits Rasulullah SAW yang menyebutkan bahwa umat manusia harus berhati-hati dengan keberadaan fitnah. Hadits tersebut adalah:
ﹾﻈِﻠ ِﻢﺎ ﹶﻛ ِﻘ ﹶﻄ ِﻊ ﺍﻟﱠِﻴ ِﻞ ﺍﹾﻟﻤﺘﻨﺎ ِﻝ ِﻓﻋﻤ ﺎﺩِﻭﺍ ِﺑ ﹾﺎ ﹶﻻﻢ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﺑ ﺳﻠﱠ ﻭ ﻴ ِﻪﻋﹶﻠ ﷲ ُ ﺻﻠﱠﻰ ﺍ ﷲ ِ ﻮﻝﹸ ﺍ ﺭﺳ ﹶﺍﻥﱠ ﺽ ٍ ﺮ ﻌ ِﺑﻨﻪﻳﻊ ِﺩ ﻴﻳِﺒ ﺍ ﻛﹶﺎِﻓﺮﺼِﺒﺢ ﻭﻳ ﺎﺆ ِﻣﻨ ﻣ ﻤﺴِﻰ ﻳ ﻭ ﺍ ﹶﺍﻤﺴِﻰ ﻛﹶﺎِﻓﺮ ﻳﻭ ﺎﺆ ِﻣﻨ ﻣ ﺟ ﹸﻞ ﺍﻟﺮﺼِﺒﺢ ﻳ ﺎﻧﻴﺪ ﻦ ﺍﻟ ِﻣ “Bersegeralah kalian melakukan amal shaleh, sehingga munculnya fitnah. Fitnah itu bagaikan penggalan malam hari yang gelap. Seseorang beriman di pagi hari, lalu menjadi kafir di sore hari. Dan ia beriman di sore hari, lalu menjadi kafir di pagi hari. Ia menjual agamanya dengan harta dunia” (HR. Muslim). Berdasarkan ayat dan hadits di atas menunjukkan bahwa bahaya fitnah dapat merusak tatanan kehidupan manusia yang mulanya buruk menjadi baik dan 53
Ibid., hlm. 46.
36
adakalanya yang mulanya baik menjadi buruk, hal ini sangat ditentukan oleh bagaimana manusia dapat mengendalikan dan mewaspadai sekaligus langkah apa yang tepat dalam menghadapi “Fitnah” dalam kehidupan sehari-hari. Karena secara harfiah dapat diketahui dan dirasakan pada fitnah tidak akan terlepas dari fenomena kehidupan manusia.