BAB II TAFSIR TEMATIK TENTANG FITNAH
A. Tafsir Tematik Di dalam menafsirkan Al-Qur'an, metode prosedural yang dikenal ada empat, yaitu ijmali, tahlili, muqarin, dan maudhuiy.1 Metode tafsir tematik (mawdhuiy) adalah metode yang ditempuh seorang mufasir dengan cara menghimpun seluruh ayat-ayat Al-Qur'an yang berbicara tentang satu masalah tema (mawdhuiy) serta mengarah kepada satu pengertian dan satu tujuan sekalipun ayat-ayat itu (cara) turunnya berbeda.2 Metode mawdhuiy memiliki beberapa bentuk kajian. Yang pertama adalah membahas satu surat dalam Al-Qur'an secara utuh dan menyeluruh dengan menjelaskan maksudnya yang bersifat umum dan khusus, menjelaskan korelasi antara berbagai masalah yang dikandungnya, sehingga surat itu tampak dalam bentuknya yang betul-betul utuh dan cermat. Bentuk kajian kedua adalah menghimpun sejumlah ayat dari berbagai surat yang sama-sama membicarakan satu masalah tertentu, kemudian ayatayat tersebut disusun sedemikian rupa dan diletakkan di bawah satu tema bahasa dan selanjutnya ditafsirkan.3 Cara lain adalah menghimpun ayat-ayat yang mempunyai satu makna dan menyusunnya di bawah satu judul bahasan, kemudian menafsirkan secara mawdhuiy atau secara tematik. Sebagai contoh adalah ayat yang telah dilakukan al-Farmawi di dalam akhir pembahasan mengenai metode tafsir mawdhuiy, juga memberikan contoh pembahasan mengenai pemeliharaan anak yatim dan tema-tema lainnya menurut Al-Qur'an secara tematik.4
1 Nasruddin Baidan, Metodologi Penafsiran Al-Qur'an, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000), hlm. 3 2 Prof. Dr. H. Said Agil Husin al-Munawar, MA., Al-Qur'an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki, (Jakarta: Ciputat Press, cet. I, 2002), hlm. 74. 3 Dr. Abdul al-Hayy al-Farmawi, Metode Tafsir Maudhuiy, terj. Suryan A. Jamrah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994), hlm. 35-36. 4 Ibid, hlm. 61-110.
12
13
Dua buah bentuk kajian di atas, secara prosedural bisa dilaksanakan sekaligus alasannya adalah adanya kenyataan bahwa di dalam satu surat sering terdapat ayat-ayat yang memiliki latar belakang (asbabun nuzul) yang berbeda. Tentunya ada suatu alasan tertentu mengapa berbagai macam ayat tersebut disusun dalam satu surat dengan ayat-ayat lain. Sedangkan di sisi lain berbagai tema yang disebutkan Al-Qur'an tentang berbagai macam persoalan kehidupan tidak terkumpul dalam satu pokok bahasan dengan argumentasiargumentasi yang runtut, tetapi tersebar dalam berbagai surat dengan bentukbentuk dan gaya pengucapan yang berbeda-beda. Untuk itu dapat dilakukan sebuah penggalian makna berdasarkan prosedur tafsir tematik tentang tema-tema tertentu Al-Qur'an dengan menggunakan dua tahapan, yaitu: Pertama adalah dengan mengumpulkan berbagai macam ayat AlQur'an yang berbicara mengenai satu tema tertentu, kemudian dilakukan penafsiran secara tematik berdasarkan susunan kronologi turunnya. Kedua menentukan sebuah tema atau istilah khusus yang terdapat dalam satu surat tertentu untuk ditafsirkan berbagai perlindungan terhadap bentuk penafsiran tematik yang pertama. Bentuk pertama digunakan sebagai sudut pandang yang umum, sedang bentuk kedua adalah pengkhususan dari bentuk pertama yang khusus tetap berada dalam kerangka tema umum yang pertama. Metode maudhuiy mempunyai keistimewaan dibanding dengan metode yang lain. a. Menghindari problem atau kelemahan metode yang lain. b. Menafsirkan ayat dengan ayat atau dengan hadits Nabi merupakan serta cara terbaik menafsirkan Al-Qur'an. c. Kesimpulan yang dihasilkan mudah dipahami, sebab ini membawa pembaca kepada petunjuk Al-Qur'an tanpa mengemukakan berbagai pembahas terperinci dalam satu disiplin ilmu, juga dengan metode ini dapat dibuktikan bahwa persoalan yang tersentuh Al-Qur'an bukan bersifat teoritis semata-mata atau tidak dapat diterapkan dalam kehidupan
14
bermasyarakat. Dengan begitu disertai dengan jawaban-jawabannya dapat memperjelas fungsi Al-Qur'an kembali dapat membuktikan keistimewaan. d. Metode ini memungkinkan seorang untuk menolak anggapan adanya ayatayat yang bertentangan dalam Al-Qur'an sekaligus bukti dan ayat-ayat AlQur'an sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan masyarakat.5 B. Pengertian Fitnah dan Macam-macamnya 1. Pengertian Fitnah Kata fitnah diterjemahkan sebagai ujian atau cobaan, ia terambil dari akar kata fatana yang pada mulanya berarti membakar atau memasukkan emas ke dalam api untuk diketahui kadarnya. Dari sini pengertian tersebut kemudian berkembang sehingga secara umum diartikan sebagai menguji.6 Kata ini terulang dalam Al-Qur'an sebanyak 81 ayat yang terdapat pada 34 surat.7
Namun, kata fitnah dalam
pandangan masyarakat banyak mengartikan sebagai tuduhan bohong dengan menjelekkan orang lain tanpa dasar kebenaran, sebagaimana dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dimaknai dengan perkataan bohong atau tuduhan tanpa dasar kebenaran yang disebarkan dengan menjelekkan orang (seperti menodai nama baik, merugikan kehormatan orang).8 Sedangkan menurut al-Munawwir kata fitnah diartikan dengan
ﺍﻟﻀﻼﻝyang berarti kesesatan.9 Jika fitnah dapat dinisbatkan dengan ﺍﻟﻀﻼﻝ maka akan timbul beberapa nisbat-nisbat lain, yaitu kata syirik yang telah disebutkan dalam tafsir Ath-Thobari. Maksud dari kata ﺍﻟﻀﻼﻝdan ﺍﻟﺸﺮﻙ tersebut yaitu berpaling dari jalan Allah dan syirik kepada Allah juga merupakan ujian dari Allah terhadap keimanannya. Apakah dengan segala 5
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur'an, (Bandung: Mizan, 1994), hlm. 117. M. Quraish Shihab, Fatwa-fatwa M. Quraish Shihab seputar Al-Qur'an dan Hadits, (Bandung: Mizan, 1994), hlm. 129. 7 Muhammad Fuad Abdul Baqi, Al-Mu’jam Al-Mufaris Lafad Al-Qur'an Karim, (Beirut: Dar al-Fikr, 1981), hlm. 511-512. 8 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1994), hlm. 277. 9 Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia, (Surabaya: Pustaka Progresif, 1997), hlm. 1033. 6
15
ujian dan cobaan-Nya tersebut akan tetap berpegang teguh pada kitab Allah atau tidak. Dicontohkan kisah nyata yang ditayangkan dalam sinetron Rahasia Illahi bahwa kata fitnah sering diartikan sebagai tuduhan keji atau berita bohong kepada seseorang. Misalnya ketika mendengar bahwa si fulan difitnah, maka yang tergambar dalam benaknya adalah makna di atas bahwa si fulan itu telah dituduh secara keji atau dihasut orang dengan memberikan tuduhan palsu atau bohong. Padahal bila merajuk bahasa asal atau dalam Al-Qur'an tidak satupun yang menyebutkan makna tersebut di atas. Berbuat fitnah itu lebih besar dosanya dari pada membunuh maksudnya yaitu bahwa melakukan pembunuhan atau berperang di bulan haram itu berdosa seperti tercantum di dalam surat al-Baqarah ayat 191 dan 217 tetapi perbuatan-perbuatan ini seperti menghalangi manusia berjihad di jalan Allah, kafir kepada Allah, menghalangi memasuki masjidil haram dan mengusir penduduk sekitarnya adalah perbuatan tersebut termasuk fitnah dan lebih besar dosanya di sisi Allah dari pada berperang pada bulan haram itu. Karena perbuatan itu termasuk kufur disamping kufur kepada Allah maka tindakan ini juga dholim.
Yang
demikian itu berarti menyakiti orang lain tanpa kesalahan yang diperbuatnya.10 Dari penjelasan-penjelasan di atas bahwa salah jika ada yang mengartikan kata fitnah tersebut sebagai tuduhan bohong, maka makna yang sebenarnya dari kata fitnah adalah ujian atau cobaan. Ujian atau cobaan tersebut merupakan ujian Allah dari kaum kafir terhadap kaum mu’min dikala zaman Rasulullah dan itu termasuk ujian atau cobaan yang menuju pada fitnah ad-din (fitnah agama).Karena kaum kafir tidak akan berhenti melakukan ujian atau cobaan (fitnah) tersebut terhadap kaum mu’min sampai mereka dapat mengembalikan dari agama Islam kepada 10
Muhammad al-Hillawi, Mereka Bertanya tentang Islam, (Jakarta: Gema Insani Press, 1998), hlm 70.
16
kekafiran dan dengan segala cara mereka gunakan untuk mencapai tujuannya sampai akhir hayat. Dari semula kaum muslimin hanya berperang untuk membela diri. Jika tidak ada pilihan lain, sedangkan mereka terus-menerus ditindas oleh kaum kafir maka mereka harus melawan, kekuatan Islam terletak pada janjinya tentang atas penindasan, dosa, dan kepalsuan realitas.11 Demikianlah kaum kafir memberi cobaan atau ujian kepada kaum muslimin yaitu untuk mengetahui kadar keimanan seseorang apakah dengan ujian itu akan tetap sabar dan tetap dalam keadaan iman dan taqwa atau sebaliknya justru ingkar dan menjadi kafir karenanya. Dalam berbagai pengertian, kata fitnah di dalam Al-Qur'an secara garis besar mengandung arti antara lain: a. Fitnah sebagai arti membakar / azab b. Fitnah sebagai arti siksaan c. Fitnah sebagai cobaan atau ujian d. Fitnah sebagai arti kesesatan atau penyimpangan dari jalan kebenaran.12 e. Fitnah sebagai arti kafir, murtad, syirik.13 Fitnah dalam arti azab atau siksaan adalah segala sesuatu yang terjadi pada diri manusia yang diberikan oleh Allah kepada hamba-Nya selama hidup di dunia, karena telah melakukan perbuatan yang melanggar dari ketentuan atau hukum Allah, sehingga yang demikian itu pantaslah mendapatkan azab baik di dunia maupun di akhirat. Adapun ayat-ayat yang mengandung makna fitnah tersebut adalah yang telah dijelaskan dalam surat adz-Dzariyat ayat 13-14 yaitu sebagai azab atau siksaan bagi orang-orang yang tidak beriman kepada Allah sebagaimana firman Allah.
11
Syekh Fadhlullah Haeri, Jiwa Al-Qur'an, terj. Satrio Wahono, (t.tp: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2001), hlm. 133. 12 Dr. M. Quraish Shihab, Tafsir al-Amanah, (Bandung: Pustaka Kartini, 1992), hlm. 167. 13 Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdullah al-Fauzah, Kitab Tauhid, terj. Ainul Haris Arifin, Agus Hasan Bashori, Cet. I, (Jakarta : Darul Haq, 1999), hlm. 5.
17
ﺠﻠﹸﻮ ﹶﻥ ِ ﻌ ﺘﺴ ﺗ ﻢ ِﺑ ِﻪ ﺘﻨﻫﺬﹶﺍ ﺍﱠﻟﺬِﻱ ﹸﻛ ﻢ ﺘﻜﹸﻨﺘ ﺫﹸﻭﻗﹸﻮﺍ ِﻓ.ﻮ ﹶﻥﺘﻨﻳ ﹾﻔ ﺎ ِﺭﻋﻠﹶﻰ ﺍﻟﻨ ﻢ ﻫ ﻡ ﻮ ﻳ “Hari pembalasan itu ialah pada hari ketika mereka diazab di atas api neraka. (Dikatakan kepada mereka): rasakanlah azabmu itu. Inilah azab yang dahulu kamu minta supaya disegerakan.”14 Pengertian fitnah menurut Al-Qur'an dapat dimaknai sebagai cobaan atau ujian yang terdapat dalam surat al-Anfal ayat 28, yang menjelaskan tentang anak dan kekayaan merupakan fitnah yang terkadang dapat menjerumuskan orang yang mengagungkannya sebagaimana firman Allah.
ﻢ ﻋﻈِﻴ ﺮ ﺟ ﹶﺃﺪﻩ ﻨﻪ ِﻋ ﻭﹶﺃﻥﱠ ﺍﻟﻠﱠ ﻨ ﹲﺔﺘﻢ ِﻓ ﺩ ﹸﻛ ﻭﻟﹶﺎ ﻭﹶﺃ ﻢ ﺍﹸﻟ ﹸﻜﻣﻮ ﺎ ﹶﺃﻧﻤﻮﺍ ﹶﺃﻋﹶﻠﻤ ﺍﻭ “Dan ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah pahala yang besar.”15 Kesesatan merupakan fitnah yang mendatangkan suatu penyakit keraguan dalam benak hati manusia dalam mencari kebenaran, sehingga fitnah yang demikian itu memunculkan berbagai perbedaan pada diri manusia dalam beriman kepada Allah kecuali orang-orang yang berpegang teguh pada kitab Allah. Fitnah diartikan sebagai kafir, syirik dan riddah adalah fitnah yang telah menyekutukan nama Allah, tidak bersyukur atas pemberiannya maka akan sia-sia disisi tuhan. 2. Macam-macam Fitnah Dari pembahasan di atas telah diuraikan pengertian fitnah dalam pandangan Al-Qur'an. Sebelum menguraikan macam-macam fitnah perlu diketahui bahwa dari pengertian di atas dapat penulis ketahui secara garis besar mengandung pengertian yang sama yaitu fitnah dapat diartikan sebagai azab/siksaan, ujian/cobaan, dan kesesatan.
14 15
QS. adz-Dzariyaat / 51: 13-14. QS. Al-Anfal / 8: 28.
18
Dari berbagai macam fitnah yang muncul dan berkembang bagi umat manusia bila diklasifikasikan terdapat berbagai macam bentuk. Adapun dari fitnah tersebut yang menonjol adalah sebagaimana yang tertera dalam hadits rasul dan dalam do’anya memohon perlindungan dari kejamnya fitnah.
Kata fitnah adalah kata yang sering didengar oleh
manusia dalam kehidupan sehari-hari walaupun dengan pengertian yang sangat sempit, seringkali terjadi pemaknaan fitnah hanya sebatas tuduhan yang tidak dilandasi bukti yang benar kepada seseorang atau kelompok orang tertentu. Padahal fitnah mempunyai makna yang lebih luas daripada itu sebab segala bentuk macam cobaan dan ujian serta siksaan dan kesesatan itu pun termasuk dalam kategori fitnah. Berdasarkan hal tersebut dapat penulis ketahui bahwa pengertian dan sumber fitnah yang ada dalam kehidupan manusia diklasifikasikan dalam beberapa aspek. Adapun fitnah secara garis besar ada beberapa macam bentuk fitnah adalah sebagai berikut:
19
a. Fitnah Kubro Fitnah kubro termasuk dalam pandangan umum dan akan dijelaskan sebagai berikut: In surat al-Baqarah verses 191 and 217, Allah states fitnah tobe “worsethan slaughter” to have a better understanding of fitnah as an offens it would be helpful to examine the case of killing a man an offense.16 Fitnah dikatakan sebagai keadaan kacau seperti dalam sejarah Islam bahwa pembunuhan terhadap Kholifah Utsman Ibn Affan, Kholifah yang ketika sepeninggalan Nabi Muhammad Saw ini adalah peristiwa
al-fitnah al-kubro (fitnah yang besar) yang pertama.17
Demikian juga peperangan antara Ali Ibn Abi Thalib dengan golongan pembangkang Muawiyyah disebut fitnah kubro kedua.18 Inilah gambaran fitnah buta dan tuli, karena mereka sama-sama Islam tanpa melihat siapa sebenarnya yang benar. Al-Qur'an menggambarkan bahwa fitnah adalah lebih kejam dan lebih besar dosanya dari pada pembunuhan. Fitnah di sini digambarkan sebagai usaha menimbulkan kekacauan seperti mengusir sahabat dari kampung dalam beragama. b. Fitnah Al-masih Dajjal Fitnah dajjal adalah termasuk jenis fitnah disamping fitnah hidup (ujian) dan fitnah mati (siksaan). Fitnah dajjal adalah fitnah yang terbesar dalam kehidupan, dan dalam kehidupan ini banyak terdapat macam bentuk fitnah yaitu dari wanita, kekayaan, keturunan, dan kedudukan baik yang terasa manis maupun yang terasa pahit. Fitnah dajjal merupakan kekejaman, kekerasan, dan kekuatan yang ditujukan kepada seluruh manusia.19 16
Harun Yahya, The Basic Consepts in The Qur’an, (India: Goodwod Books, 2000), hlm.
28. 17
Dr. Mochtar Effendy, S.E., Ensiklopedi Agama dan Filsafat, (t.tp.: Universitas Sriwijaya, 2001), hlm. 195. 18 Karen Amstrong, Islam: Sejarah Singkat, terj. Fungky Kusnaendy Timur, (Yogyakarta: Penerbit Jendela, 2003), hlm. 41. 19 Dr. Abdul Baqi Ahmad, Sudah Ada dan Pasti Tiba, terj. Muhammad Abdul Ghoffar EM., (Jakarta: CV. Firdaus, 1993), hlm. 17.
20
Dajjal menunjukkan kekuatan dan kekuasaan yang luar biasa seperti dapat menghidupkan orang mati, mempropagandakan kekafiran dan kemusyrikan dengan memamerkan berbagai macam kemewahan di dunia serta membagus-baguskan yang buruk atau menggambarkan sesuatu yang tidak baik dengan gambaran yang memikat hati dan segala nilai rohani, budi pekerti, moral, dan akhlak serta segala nilai kepercayaan kepada Allah Swt diputar balikannya.20 Dan inilah gambaran dajjal menunjukkan fitnahnya dengan menyesatkan manusia dari jalan kebenaran dan yang menjadi pengikutnya adalah kaum Yahudi, orang dholim, wanita, dan anak-anak haram. Jika siapa yang tidak beriman kepada Allah maka mereka akan mengira bahwa dialah tuhan (Allah) karena tergiur tipu daya yang sebenarnya hanya semu. Dajjal dengan kekuatan dan kekuasaannya menunjukkan kepada semua orang bahwa siapapun yang mengikuti perintahperintahnya maka akan dimasukkannya ke dalam surganya dan siapapun
yang
tidak
mengikuti
perintah-perintah-Nya
maka
dimasukkan ke dalam neraka-Nya. Dan sesuatu yang aneh atas rahmat dan kekuasaan Allah yang bakal terjadi pada saat itu ialah api yang ada padanya berupa air dingin dan airnya adalah api, sebagaimana Rasulullah Saw menganjurkan kepada umat Islam supaya selesai sholat membaca dengan tujuan memohon perlindungan kepada Allah dari azab dan fitnah.21 Sebagaimana dengan membaca do’a sebagai berikut:
ﺍﻟﻠﻬﻢ ﺍﱏ ﺍﻋﻮﺫﺑﻚ ﻣﻦ ﻋﺬﺍﺏ ﺟﻬﻨﻢ ﻭﻣﻦ ﻋﺬﺍﺏ ﺍﻟﻘﱪ ﻭﻣﻦ ﻓﺘﻨﺔ ﺍﶈﻴﺎ ﻭﺍﳌﻤﺎﺕ ﻭﻣﻦ ﺷﺮ .ﻓﺘﻨﺔ ﺍﳌﺴﻴﺢ ﺍﻟﺪﺟﺎﻝ “Ya Allah ya Tuhan kami, saya mohon perlindungan kepadamu dari pada siksa neraka jahanam dan dari siksa kubur, begitu
20
Tim Penyusun IAIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedi Islam Indonesia, (Jakarta: Djabatan, 1992), hlm. 192. 21 Dr. Abdul Baqi Ahmad, op.cit., hlm. 93.
21
juga dari fitnah ujian hidup dan fitnah mati, serta dari kejamnya masihid dajjal.”22 Sebagaimana yang dijelaskan di atas bahwa selesai sholat umat Islam diajurkan untuk membaca do’a di atas seperti telah diajarkan oleh Rasulullah dengan tujuan agar kita memohon perlindungan kepada Allah dari segala macam fitnah (ujian). Karena Allah tidak hanya memberi ujian yang dialami seseorang dalam kehidupan dunia, melainkan bisa juga fitnah (ujian) siksaan di akhirat nanti (hari pembalasan) ujian siksaan ini tidak hanya dikhususkan bagi orangorang yang dholim saja tetapi akan menimpa juga kepada seluruh anggota komunitas masyarakat tersebut.23 Sebagaimana firman Allah Swt:
ﺪ ﺷﺪِﻳ ﻪ ﻮﺍ ﹶﺃﻥﱠ ﺍﻟﻠﱠﻋﹶﻠﻤ ﺍﺻ ﹰﺔ ﻭ ﺎﻢ ﺧ ﻨ ﹸﻜﻮﺍ ِﻣﻦ ﹶﻇﹶﻠﻤ ﻦ ﺍﱠﻟﺬِﻳ ﺒﺗﺼِﻴ ﻨ ﹰﺔ ﻟﹶﺎﺘﺗﻘﹸﻮﺍ ِﻓﺍﻭ ﺏ ِ ﺍﹾﻟ ِﻌﻘﹶﺎ “Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang dholim saja diantara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah keras siksanya.24 Ayat di atas menegaskan bahwa sebagai peringatan dari Allah kepada umat islam dengan keras agar kaum mukmin menghindarkan diri dari fitnah dan peringatan ini diberikan dengan ancaman bahwa Allah Maha keras siksaannya, baik siksaan di dunia maupun di akhirat. Siksaan (fitnah mati) akan diberikan kepada orang-orang yang membiarkan kemungkaran yang berlaku dalam kehidupan serta meremehkan amar ma’ruf nahi munkar. Dan fitnah ini tidak hanya terkena kepada orang-orang yang dholim akan tetapi terkena juga kepada penghuni dunia baik yang sholeh ataupun yang jahat Allah akan bertindak menurut iradat kekuasaannya. 22
Ust. Maftuh Ahnan, Tuntunan Shalat Lengkap, (Surabaya: CV. Bintang Timur, 1992),
hlm. 39. 23
Al-Allamah Muhammad Baqir Shadr, Pedoman Tafsir Modern, terj. Hidayaturrahman, (Jakarta: Risalah Musa, 1992), hlm. 50. 24 QS. Al Anfal / 8: 25.
22
Allah memberi cobaan atau ujian menurut batas kemampuan manusia dan Allah tidak akan menguji di luar kemampuan batas hambahnya. Maka dari itu Allah memberi jalan kemudahan bagi orang-orang yang benar-benar bertaqwa kepada Allah dan dengan sabar dalam menghadapi ujian atau cobaan dari Allah. Bagi seorang mu’min yang sabar tidaklah menjadi terlalu sedih sewaktu ia tertimpa cobaan atau ujian. Ia pun tidak akan menjadi lemah atau ambruk ketika tertimpa bencana atau malapetaka masa. Allah telah menganjurkannya untuk bersabar dan memberitahu kepadanya bahwa apa yang menimpanya dalam kehidupan dunia ini tidak lain adalah cobaan dari Allah, agar ia tahu siapakah diantara manusia yang termasuk orang-orang yang sabar.25 Bentuk ujian atau cobaan dari Allah adalah dari wanita, kekayaan, keturunan dan kedudukan yang tak lain dari fitnah hidup yang merupakan ujian kepada manusia yang harus dilalui bagi semua orang dalam kehidupan sehari-hari. Dan fitnah (ujian) ini tidak pernah sama dengan kenyataan, ia adalah penyakit yang sangat berbahaya. Misalnya ujian bagi para orang tua, kaum ibu dan calon orang tua karena istri dan anak-anak, harta benda dan kekayaan dapat menjadi fitnah. Salah didik dan salah asuhan bisa makan tuan sendiri dan untuk menghadapi fitnah ini perlu iman yang tangguh.26 Hal ini sesuai dengan firman Allah yang berbunyi:
ﻢ ﻋﻈِﻴ ﺮ ﺟ ﹶﺃﺪﻩ ﻨﻪ ِﻋ ﻭﹶﺃﻥﱠ ﺍﻟﻠﱠ ﻨ ﹲﺔﺘﻢ ِﻓ ﺩ ﹸﻛ ﻭﻟﹶﺎ ﻭﹶﺃ ﻢ ﺍﹸﻟ ﹸﻜﻣﻮ ﺎ ﹶﺃﻧﻤﻮﺍ ﹶﺃﻋﹶﻠﻤ ﺍﻭ “Dan ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanya sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allahlah pahala yang besar.” 27
25
Dr. Muhammad Utsman Najati, Al-Qur'an dan Ilmu Al-Nafs, terj. Ahmad Rofi Usmani, (Bandung: Penerbit Pustaka, 1985), hlm. 321. 26 Ahmad Muhammad Jamal, Korelasi Al-Qur'an terhadap ummat, terj. Jamaluddin Kafie, (Jakarta: Media, 1984), hlm. 126. 27 QS. Al-Anfal / 8: 28.
23
Ayat di atas menjelaskan bahwa anak ataupun harta merupakan fitnah, ujian atau cobaan yang dapat menjerumuskan kaum mu’min ke dalam perbuatan dosa tanpa diketahuinya. Allah pemilik pahala yang maha besar dan akan melimpahkan karunianya kepada orang yang mendahulukan cinta kepada orang yang mengatur kemaslahatan hidup manusia karena sesungguhnya hanyalah Allah pada hakekatnya yang mengatur segala sesuatu.28 Dari segala ujian atau cobaan ini, Allah memberi rahmatnya atau karunia kepada orang yang bersabar, karena orang yang sabar adalah seorang yang mempunyai kehendak yang kuat. Meskipun ia menghadapi berbagai kesulitan dan hambatan, kemauannya tidaklah melemah dan cintanya tidak memudar.29 Terutama dalam mendidik anak dan menjaga hartanya karena harta dan anak merupakan fitnah (ujian) yang ditunjukkan oleh Allah kepada kita, jika manusia tidak dapat memelihara dan mendermawankan sesuai dengan apa yang diperintahkan Allah yakni sebuah ancaman yang sewaktu-waktu dapat merugikan bagi kehidupan manusia itu sendiri. Begitu juga dengan anak-anak mereka juga akan menjadikan fitnah yang cukup besar. Anak merupakan titipan dan amanah Allah untuk kita jaga dan pelihara. Dalam hal ini pemeliharaan tidak hanya dalam segi kita memberi makan dan minum saja. Namun juga kita wajib memberikan pendidikan dan menunjukkan segala kewajiban bagi orang tua kepada anak. Jika kewajiban tersebut tidak akan kita tepati maka tentu kita akan bertanggung jawab dihadapan Allah Swt di hari kemudian nanti. Ujian dan cobaan yang tidak hanya tertimpa kepada individu saja namun untuk keseluruhan manusia juga akan mendapat ujian atau cobaan dan bagi orang yang sabar dalam menghadapi ujian atau cobaan ini maka Allah akan memberinya dengan rahmat, dan anugerah yang karena keteguhan hatinya dalam menghadapi ujian dan cobaan 28 29
KH. Q. Sholeh, Ayat-ayat Hukum, (Bandung: CV. Diponegoro, 1990), hlm. 284. Dr. Muhammad Utsman Najati, op.cit., hlm. 321.
24
itu. Sebagaimana halnya yang dialami oleh nabi Ibrahim ketika diperintahkan Allah untuk menyembelih putra kandungnya yaitu nabi Ismail. Namun dengan ketabahannya, sabar, dan berserah diri maka Allah menggantikannya dengan seekor kambing.30 Tentang harta, nabi Sulaiman diuji oleh Allah berupa kekayaan dan kedudukan yaitu nabi Sulaiman dianugerahi akan berbagai penghidupan yang mewah dan kesenangan yang berlimpah yang belum dirasai oleh manusia yang sebenarnya. Namun nabi Sulaiman akan tetap menganggap bahwa kemewahan dan kebesaran itu adalah sebagai cobaan dan ujian untuk mengukur tebal dan tipisnya iman seseorang. Dan dalam agama Islam menerangkan bahwa harta itu menjadi sebagai ujian dan cobaan atau sesuai penguji iman adalah supaya harta itu terpelihara dengan baik, digunakan pada tempat yang diridhoi Tuhan, karena disitulah letaknya kemaslahatan umum dan keutamaan hidup.31
30
Prof. Dr. Ace Partadiredja, Al-Qur'an Mu’jizat, Karomat, Maunat, dan Hukuman Evolusi Spiritual, (Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Prima Masa, 1997), hlm. 16. 31 Md. Ali Al-Hamidy, Jalan Hidup Muslim, (Bandung: PT Al-Ma’arif, 1977), hlm. 121.
25
C. Fitnah dalam Pandangan Mufasir Sebagaimana telah dibahas pada bab I bahwa secara umum kata fitnah digunakan berdasar pemakaian asal kata yaitu dalam arti ujian.32 Sedangkan Abi Ja’far Muhammad bin Jarir Ath-Thobari menafsirkan tentang fitnah itu yaitu berarti pada cobaan atau ujian dan kembali pada kesyirikan.33 Sedang menurut M. Quraish Shihab kata fitnah juga diartikan sebagai syirik kepada agama Allah, yaitu diartikan sebagai ujian atau penyiksaan yang dilakukan oleh kaum musyrik Mekah terhadap kaum muslimin. Jika memang ada yang tidak mampu bertahan menghadapi ancaman atau terbawa rayuan orang-orang yang memurtadkan maka Allah akan mengancam: Barang siapa yang murtad diantara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalan-amalan mereka di dunia dan di akhirat.
Dan
mereka itulah penghuni-penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.34 Hal ini sesuai dengan firman Allah Swt:
ﺏ ﻋﺬﹶﺍ ﻢ ﻭﹶﻟﻬ ﻢ ﻨﻬ ﺟ ﺏ ﻋﺬﹶﺍ ﻢ ﻮﺍ ﹶﻓﹶﻠﻬﻮﺑﻳﺘ ﻢ ﹶﻟﺕ ﹸﺛﻢ ِ ﺎﺆ ِﻣﻨ ﻤ ﺍﹾﻟﲔ ﻭ ﺆ ِﻣِﻨ ﻮﺍ ﺍﹾﻟﻤﺘﻨﻦ ﹶﻓ ِﺇﻥﱠ ﺍﱠﻟﺬِﻳ ﺤﺮِﻳ ِﻖ ﺍﹾﻟ “Sesungguhnya orang-orang yang mendatangkan cobaan kepada orang-orang yang mu’min laki-laki dan perempuan kemudian mereka tidak bertaubat maka bagi mereka adzab jahanam dan bagi mereka adzab (neraka) yang membakar.35 Syeikh Muhammad Abduh dalam kitab Tafsir Al-Qur'an al-Karim (Juz Amma) memberikan penjelasan tentang ayat di atas bahwa sesungguhnya orang-orang yang suka mendatangkan fitnah (cobaan) kepada mu’min dan mu’minat, lalu tidak berhenti dari perbuatan mereka itu dan mereka tetap dalam kekufuran dan perkembangan, sampai saat mereka menjumpai
32
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hlm. 439. Abi Ja’far Muhammad bin Jarir Ath-Thobari, Jami’ al-Bayyan, juz v, (Beirut: Dar alFikr, 1988), hlm. 202. 34 M. Quraish Shihab, op.cit., hlm. 433. 35 QS. Al-Buruuj / 85: 10. 33
26
kematian, dan mendapatkan ancaman dari Allah untuk di azab di neraka jahanam, mereka itu adalah orang-orang sesat dari setiap kaum.36 Al-Maraghi mengungkapkan bahwa orang-orang sesat pada setiap umat adalah mereka selalu menyakiti ahli hak dan pendakwa kebenaran, sebagai upaya mempertahankan kebiasaan mereka yang batil dan demi menyebarkan apa yang mereka temui dari nenek moyang mereka yang terdekat
mereka
melakukan
hal
ini
secara
membabi
buta
tanpa
mempertimbangkannya melalui akal sehat. Demikianlah perlakuan mereka dan sampai hari kiamat pun akan tetap demikian.37 Ibnu Katsir memberi keterangan yang selaras bahwa kepada orangorang musyrikin, bahwa mereka dengan mempersembahkan kebatilan dan kesesatan mereka tidak akan dapat menyesatkan seseorang selain orang-orang yang memang sudah menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala, orangorang yang mempunyai hati dan akal tidak digunakannya berpikir, mempunyai mata tapi tidak dapat melihat dan mempunyai telinga tapi tidak dapat mendengar, sehingga keadaan mereka tidak lebih dan tidak kurang adalah seperti binatang ternak atau sesat.38 Bagi orang-orang yang suka mendatangkan fitnah, mereka diazab Allah di neraka jahanam yang membakar, itulah balasan bagi mereka yang terus menerus menfitnah orang-orang muslim untuk melakukan kebatilan. Jadi mereka tidak mengira bahwa perbuatannya itu sesat dan Allah menyesatkan seseorang dengan ujian atau cobaan menurut atas kehendaknya, kecuali mereka yang menyesatkan diri dan Allah Maha memiliki pahala yang besar diantara orang-orang yang beriman. Salah satu cara Allah menguji manusia adalah dengan memberi kelebihan atau kekurangan kepada masing-masing39 Allah berfirman:
36 Syeikh Muhammad Abduh, Tafsir Al-Qur'an Al-Karim (Juz Amma), terj. Muhammad Zaqir, (Bandung: Mizan, 1998), hlm. 117. 37 Ahmad Mushthafa al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, terj. Bahrun Abu Bakar, (Jakarta: Toha Putra, 1985), hlm. 172. 38 Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, terj. H. Salim Bahreisy dan H. Said Bahreisy, jilid 7, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1992), hlm. 34. 39 M. Quraish Shihab, op.cit., hlm. 115.
27
ﻢ ﻋﹶﻠ ﻪ ِﺑﹶﺄ ﺲ ﺍﻟﱠﻠ ﻴﺎ ﹶﺃﹶﻟﻴِﻨﻨﺑ ﻦ ﻢ ِﻣ ﻴ ِﻬﻋﹶﻠ ﻪ ﻦ ﺍﻟﱠﻠ ﻣ ﺆﻟﹶﺎ ِﺀ ﻫ ﻴﻘﹸﻮﻟﹸﻮﺍ ﹶﺃﺾ ِﻟ ٍ ﻌ ﺒﻢ ِﺑ ﻬ ﻀ ﻌ ﺑ ﺎﺘﻨﻚ ﹶﻓ ﻭ ﹶﻛ ﹶﺬِﻟ ﻦ ﺎ ِﻛﺮِﻳﺑِﺎﻟﺸ “Dan demikianlah telah kami uji sebagian mereka (orang-orang yang kaya) dengan sebagian mereka (orang-orang) miskin, supaya (orangorang kaya itu) berkata, “Orang-orang semacam inikah diantara kita yang diberi anugerah oleh Allah kepada mereka?” (Allah berfirman) tidaklah Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang bersyukur (kepadanya).”40 Ayat di atas menjelaskan bahwa itulah ujian yang dialami oleh pemuda-pemuda kaum musrik, yaitu perasaan bangga diri dan angkuh, ketika mereka enggan bergabung dan dipersamakan dengan orang-orang miskin dan hamba sahaya yang telah beriman kepada Nabi Muhammad. Sesuai dengan sunatullah dan akhlak manusia kami telah menjadikan sebagian mereka sebagai ujian dan cobaan bagi sebagian yang lain yang dengan ujian dan cobaan itu tampaklah hakikat keadaannya sebagaimana tampak hakikat emas dan perak bagi tukang sepuh setelah menguji keduanya dengan api.41 Bagi yang memperoleh kelebihan atau keistimewaan akan diuji melalui dengan kekurangan apakah mereka akan sombong atau mau membantu. Sedangkan yang kekurangan akan diuji melalui kelebihan apakah mereka akan pandai menempatkan diri dengan nilai-nilai agama, tidak iri hati dalam menghadapi mereka. Allah memberi cobaan kepada orang kaya mencoba apakah ia bersyukur sebagaimana Allah mencoba orang fakir apakah ia mau bersabar? Maka itu, kekayaan bukanlah suatu pemberian kemulyaan dan kerelaan Allah sebagaimana kemiskinan bukan pula kemarahan atau kehinaan dari-Nya. Orang kaya, apabila bersyukur akan selamat dari cobaan, demikian juga orang miskin apabila bersabar, ia akan mendapatkan keridlaan Allah dan dekat kepada-Nya. Dalam hal ini tingkatan keduanya di sisi Allah sama, karena kedua-duanya sama menyembah Allah dan sama menunaikan kewajiban
40 41
QS. Al-An’am / 6: 53. Ahmad Mushthofa al-Maraghi, op.cit., hlm. 228.
28
terhadap-Nya.
Al-Qur'an sendiri mengajukan kepada orang kaya untuk
memberi sebagian rizkinya kepada orang-orang miskin dan memeliharanya agar ia jangan sampai semakin miskin.42 Dan nikmat-nikmat itu tidak akan kekal bagi orang-orang yang sombong dan angkuh karena itu hanya ujian dan cobaan. Jika Allah memberi nikmat-nikmatnya kepada mereka hanya sebagai penghormatan dan pengutamaan bagi mereka atas lainnya, yang sesungguhnya atas orang-orang yang bertakwa dan sabar dalam menghadapi ujian atau cobaan Allah akan menggantikan dengan diberi anugerah dan kenikmatan untuk para ahli surga dan Allah juga menyediakan untuk ahli neraka dari zaqum (kayu neraka) sesuai dengan firman Allah:
ﲔ ﻨ ﹰﺔ ﻟِﻠﻈﱠﺎِﻟ ِﻤﺘﺎ ِﻓﺎﻫﻌ ﹾﻠﻨ ﺟ ﺎِﺇﻧ “Sesungguhnya kami menjadikan pohon zaqum itu sebagai cobaan bagi orang-orang yang dholim.”43 Ayat di atas menjelaskan bahwa pohon zaqum (kayu bakar) itu dijadikan sebagai fitnah (siksaan) bagi orang-orang yang dholim dan yang membiarkan kemungkaran, mereka yang segera menjadikan bahan olok-olok dan ejekan di neraka jahanam yang membakar. Buah dari zaqum adalah buah yang keluar dari pohon yang tumbuh di dasar neraka jahim yang rasanya sangat pahit, dan bila dimakan akan menyumbat ditenggorokan dan tidak bisa didorong kecuali dengan air yang sangat panas. Di antara sifat khusus zaqum adalah mendidih di dalam perut seperti mendidihnya air, dia mirip seperti logam panas yang apabila dituangkan air ke atasnya, maka air itu akan mendidih. Demikianlah Allah memberi cobaan dan ujian yang akan menimpa kepada orang-orang yang telah membiarkan kemungkaran dan mendholimi atas kekuasaan Allah sebagai siksaan (fitnah mati).
42
Sayyid Sabiq, Unsur-Unsur Dinamika, terj. Drs. Haryono S. Yusuf, (t.tp: Intermasa, 1981), hlm. 112. 43 QS. Ash-Shaaffat / 23: 63.