7
BAB II TINJAUAN UMUM LIMBAH INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT, LOGAM KROMIUM, FITOREMEDIASI
A. Limbah Industri Penyamakan Kulit Limbah industri penyamakan kulit dapat dikelompokan menjadi limbah padatan dan lumpur, cair dan gas (bau) (Unit Pelayanan Teknis (UPT), 1997). Limbah industri penyamakan kulit juga ditentukan oleh penggunaan bahan bakunya baik kulit besar maupun kulit kecil, bahan pembantu (obat-obat kimia) maupun penggunaan teknologi proses dan tahan proses, kapasitas sampai kepada jenis produk yang dihasilkan. Sumber utama limbah industri penyamakan kulit terdiri dari: a.
Bagian-bagian kulit yang harus dibuang, termasuk didalamnya bulu, berbagai protein dan minyak, sisa-sis pengguntingan kulit, sisa splitting dan bahan-bahan kimia yang digunakan selama proses penyamakan.
b.
Kelebihan bahan-bahan kimia dari proses penyamakannya. Limbah tersebut selain berada dalam bentuk padatan, cairan dan gas juga dapat berupa limbah campuran yang mengandung beberapa substansi. Limbah cair industri penyamakan kulit adalah semua limbah industri
penyamakan kulit yang berbentuk cairan atau berada dalam fase cair (UPT, 1997). Sifat dan karakteristik limbah cair penyamakan kulit menurut jenis tahapan prosesnya dapat dilihat pada Tabel 2.1 Tabel 2.1 Sifat dan karakteristik limbah cair penyamakan kulit menurut jenis tahapan prosesnya Sri Ika Yuniarti, 2012 Seleksi Tumbuhan Remediator Logam Kromium Di Daerah Industri Sukaregang Garut Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
8
Input Kulit mentah kering, 2001000% air, 1g/l obat pembasah dan antiseptik (tepol, molescal), cysmolan Kulit yang sudah direndam, 300-400% air, 6-10% kapur tohor (Ca(OH2), 3-6 % Natrium Sulphida (Na2S)
Proses Perendaman (Soaking)
Limbah Sisa daging, darah, bulu, garam, mineral, debu dan kotoran lain
Buang bulu Air yang berwarna (Unhairing) dan putih kehijauan dan pengapuran (Liming) kotor, mengandung kalsium, natrium sulphida, albumin, bulu, sisa daging dan lemak. Kulit 200-300% air, 0,75- Pembuangan kapur Nitrogen ammonia 1,5% asam (H2SO4), (Deliming) KCOOH, (NH4)2SO4,dektal Kulit, 200-300% air (Bating) hangat 35oC, 0,8-1,5 % oropon atau enzylon9 Kulit, 80-100% air, 10- Pengasaman Protein, sisa garam, 12% garam dapur, 0,5- (Pickling) sejumlah kecil 1% asam (H2SO4, mineral HCOOH) Kromium sulphat basa Penyamakan krom Krom (Chrome Tanning)
B. Logam Kromium 1. Karakteristik dan Sifat Kromium Logam kromium adalah unsur yang memiliki no atom (NA=24) serta mempunyai massa molekul relatif (MR= 51,6691). Logam kromium diberikan simbol kimia Cr yang merupakan singkatan yang berasal dari bahasa Yunani dari kata chroma yang berarti warna, karena banyak warna yang dihasilkan dari logam tersebut. Secara alamiah kromium merupakan elemen yang ditemukan dalam konsentrasi yang rendah di batuan, hewan, tanah, debu vulkanik dan juga gas. Sri Ika Yuniarti, 2012 Seleksi Tumbuhan Remediator Logam Kromium Di Daerah Industri Sukaregang Garut Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
9
Kromium yang terdapat di alam dalam bentuk senyawa yang berbeda. Bentuk yang paling umum adalah kromium (0), kromium (III), dan kromium (VI) (Agung, 2006). Konsentrasi kromium di lingkungan memiliki nilai yang berbeda, tampak seperti Tabel 2.2. Tabel 2.2 Konsentrasi kromium di lingkungan Tipe sampel Tanah alami
Tanah serpentine Sedimen
Kosentrasi 5-1000 mg/kg 5-3000 mg/kg 5-1500 mg/kg 30-300 mg/kg
643-125.000 mg/kg 0-31.000 mg/kg Ait tawar 0-117/l Air laut 0-0.5/l Sumber : Zayed dan Terry (2003)
Referensi Adriano (1986) Skeffington et all (1976) Verry dan Vernette (1991) Katz dan Salem ()1994 Adriano (1986) Pawlisz (1997) Pawlisz (1997) Pawlisz (1997)
Logam Cr (III) merupakan logam yang paling stabil, kurang larut dalam air dan kurang mobile, sedangkan logam Cr (IV) sangat toksik, larut dalam air dan lebih mobile. Hal tersebut berkaitan dengan penjelasan Charlena (2004:8) bahwa logam berat dalam tanah pada prinsipnya berada dalam bentuk bebas (mobile) maupun tidak bebas (immobile). Logam berat dalam keadaan bebas dapat bersifat racun dan dapat terserap oleh tanaman, sedangkan dalam bentuk tidak bebas dapat berikatan dengan unsur hara, bahan organik maupun anorganik lainnya. Logam berat dengan kondisi tersebut selain dapat mempengaruhi ketersediaan hara tanaman juga dapat mengkontaminasi hasil tanaman. Jika logam berat memasuki lingkungan tanah, maka akan terjadi Sri Ika Yuniarti, 2012 Seleksi Tumbuhan Remediator Logam Kromium Di Daerah Industri Sukaregang Garut Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
10
keseimbangan dalam tanah, kemudian akan terserap oleh tanaman melalui akar, dan selanjutnya akan terdistribusi kebagian tanaman lainnya. Bentuk kimia logam dapat berubah akibat pengaruh fisikokimia, biologis atau akibat aktivitas manusia. Toksisitasnya dapat berubah drastis bila bentuk kimianya berubah (Lu, 1994:349). Logam Cr seperti halnya cadmium (Cd) dalam tanah dapa berubah konsentrasinya karena proses oksidasi atau reduksi, terlarut dalam larutan tanah, teradsorbsi pada permukaan mineral tanah atau partikel organic, terkompleksasi oleh senyawa organik, atau terpresipitasi sebagai komponen yang tidak larut (Notodarmojo, 2005:144). Logam Cr III secara alami terbentuk di alam, sedangkan Cr (0) dan Cr (VI) pada umumnya berasal dari industri (Widowati et al, 2008:89). Notodarmojo (2005:144-145) menjelaskan bahwa terjadi faktor paling yang mempengaruhi keberadaan dan status Cr dalam tanah yaitu : a.
pH, karena mempengaruhi kelarutan dan laju reduksi-oksidasi, dan mempengaruhi valensi ion dalam larutan tanah.
b.
Keberadaan elektron donor atau elektron penerima. Jumlah asam organik seperti asam sitrat dan asam asetat dalam tanah yang dapat mengikat Cr dala proses chelation, atau sebagai elektron donor bagi Cr (VI). Kondisi anaerob, pH, dan potensial redoks yang rendah membuat Cr
akan berada dalam kondisi trivalent yaitu Cr (III), logam Cr (VI) selain bersifat karsenogenik, logam tersebut juga sangat beracun dan korosif serta iritan terhadap kulit dan selaput lendir (Notodarmojo, 2005:145). Sri Ika Yuniarti, 2012 Seleksi Tumbuhan Remediator Logam Kromium Di Daerah Industri Sukaregang Garut Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
11
2. Sumber Kromium di Lingkungan Adanya pencemaran logam di lingkungan air maupun tanah dapat terjadi secara alami maupun akibat dari hasil dampak aktivitas manusia. Jika adanya logam di lingkungan alam akibat proses alam, tidak dikatakan pencemaran. Tetapi dapat dijadikan sebagai catatan dalam latar belakang dari kondisi alam setempat. Kejadian alami yang menyebabkan adanya logam di alam dapat berasal dari hasil pelapukan batuan di ekosistem air tawar, tumbuhan yang sudah mengalami proses degradasi, hasil presipitasi dari atmosfer, adanya letusan gunung berapi, adanya erosi tebing, adanya kebakaran hutan, penyebaran aerosol dan partikulat yang berasal dari permukaan lautan (Surtikanti, 2009). Menurut Surtikanti (2009) dampak dari hasil kegiatan manusia yang menyebabkan pencemaran logam di lingkungan alam sangat bervariasi, seperti yang dijelaskan di bawah ini.
a. Limbah rumah tangga dan aliran kota Penggunaan ditergen yang sudah sangat meluas di kalangan masyarakat kota maupun desa dapat mengakibatkan limbah yang mengandung Cr, Fe, Mn, Ni, Co, Zn. Sedangkan air limbah dari jalan transportasi dan penimbunan sampah di perkotaan banyak mengandung Cu, Cr, Pb, Fe, Hg. Komposisi logam dalam aliran kota tergantung dari rencana perkotaan, keadaan lalu lintas, konstruksi jalan dan penggunaan tanah. b. Limbah industri Sri Ika Yuniarti, 2012 Seleksi Tumbuhan Remediator Logam Kromium Di Daerah Industri Sukaregang Garut Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
12
Logam yang terkandung dalam air limbah industri terdiri dari Cr, Ni, Zn. Cr sendiri banyak ditemukan di industri penyamakan kulit, tekstil dll. 3. Dampak Kromium bagi Mahluk hidup Menurut Surtikanti (2009), beberapa efek kromium terhadap manusia yaitu : efek pada kulit, yaitu dermatitis berat ulkus kulit karena kontak dengan Cr- IV. Sedangkan efek pada ginjal yaitu bila terhirup Cr-IV dapat mengakibatkan necrosis tubulus renalis. Pemaparan akut Cr dapat juga menyebabkan necrosis. Bila terjadi 20% tubuh tersiram oleh Cr akan mengakibatkan kerusakan berat hepar dan terjadi kegagalan ginjal akut. C. Adaptasi Tumbuhan Terhadap Kandungan Logam Berat 1. Pengaruh fisiologi tanaman terhadap logam berat Pengaruh fisiologi tanaman terhadap logam berat merupakan kepekaan yang berlebihan dari sebagian besar logam yang dapat menyebabkan penurunan pertumbuhan dan produktivitas tanaman dan kematian dalam beberapa kasus. Penurunan pertumbuhan dan produktivitas pada banyak kasus menyebabkan pengerdilan dan klorosis. Meskipun demikian, hubungan timbal balik logam, dan tanaman tidak begitu dipahami dan sering kali dirumitkan adanya pencemaran atmosfer lainya seperti hujan asam, sulfurdioksida, dan partikel. 2. Penyerapan Logam Berat pada Tumbuhan Penyerapan logam berat oleh tanaman dipengaruhi adanya kompetitor, logam, ligan alam, dan buatan, karakteristik dan jenis lingkungan (ecotypes) tanaman dan pH larutan (Noor, 1994), seperti yang dilakukan oleh Ulfin, dkk Sri Ika Yuniarti, 2012 Seleksi Tumbuhan Remediator Logam Kromium Di Daerah Industri Sukaregang Garut Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
13
(2002) mempelajari tentang pengaruh logam Pb terhadap penyerapan logam berat Cd setelah 12 hari dengan perbandingan konsentrasi logam Pb dan Cd (1+0), (1+1) dan (1+10) diperoleh konsentrasi Cd yang tersisa dalam larutan masing-masing adalah sebesar 1,44%, 3,63% dan 5,32%. Taufik (2003) mempelajari tentang pengaruh konsentrasi, waktu densi dan seng terhadap penyerapan krom oleh kayu apu (Pistia stratiotes,Linn) diketahui bahwa penyerapan optimum logam kromium pada konsentrasi 20 ppm dengan waktu detensi 6 hari serta adanya pengaruh konsentrasi logam seng 5 ppm menyebabkan konsentrasi logam Cr yang tersisa sebesar 3,28%. Arifianto (2003) mempelajari tentang pengaruh berat kayu, pH larutan dan cadmium terhadap penyerapan seng oleh kayu apu diketahui bahwa penyerapan Zb terbesar pada berat kayu apu 100 gr dengan konsentrasi optimum 10 ppm serta pH larutan 7, juga dipelajari pengaruh adanya logam Cd pada penyerapan Zn dimana
pada
perbandingan
konsentrasi
antara
logam
Zn
dan
Cd
(10+0)diperoleh prosentase Zn yang tersisa dalam larutan sebesar 3,34%. Proses
penyerapan
tersebut
diduga
karena
adanya
suatu
protein
fitokhelatin,sejenis metallothionein dalam tanaman yang dapat mengikat logam, seperti yang dilaporkan Fujita (Noor, 1994) yang menunjukkan suatu senyawa seperti metallothionein dari akar eceng gondok (Eichhornia crassipes) setelah dipaparkan dalam larutan cadmium. D. Pencemaran Lingkungan Terhadap Logam Berat 1. Pencemaran Tanah
Sri Ika Yuniarti, 2012 Seleksi Tumbuhan Remediator Logam Kromium Di Daerah Industri Sukaregang Garut Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
14
Pencemaran tanah mempengaruhi kondisi di mana bahan kimia buatan manusia masuk dan merubah lingkungan alami. Pencemaran ini biasanya karena kebocoran limbah cair atau bahan kimia industri atau fasilitas komersial penggunaan pestisida, masuknya air permukaan tanah tercemar ke dalam lapisan sub permukaan, zat kimia limbah, air limbah dari tempat penimbunan sampah serta limbah industri yang langsung dibuang ke tanah secara secara tidak memenuhi syarat (illegal dumping) (Galih, 2009). Ketika suatu zat berbahaya/beracun telah mencemari permukaan tanah, maka ia dapat menguap, tersapu air hujan atau masuk ke dalam tanah. Pencemaran yang masuk ke dalam tanah kemudian mengendap sebagai zat kimia beracun di tanah. Zat beracun di tanah tersebut dapat berdampak langsung kepada manusia ketika bersentuhan atau dapat mencemari air tanah dan udara di atasnya (Galih, 2009).). Sebagaimana udara dan air, tanah merupakan komponen penting dalam hidup kita. Tanah berperan penting dalam pertumbuhan mahluk hidup, memelihara ekosistem dan memelihara siklus air. Kasus pencemaran tanah terutama disebabkan oleh pembuangan sampah yang tidak memenuhi syarat (illegal dumping), kebocoran limbah cair dari industri atau fasilitas komersial, zat kimia atau limbah yang kemudian tumpah ke permukaan tanah (Anonim, 2007). 2. Pencemaran Logam Berat Logam berat merupakan senyawa kimia yang sangat berpotensi menimbulkan masalah pencemaran lingkungan terutama yang berkaitan erat Sri Ika Yuniarti, 2012 Seleksi Tumbuhan Remediator Logam Kromium Di Daerah Industri Sukaregang Garut Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
15
terhadap dampak kesehatan manusia. Menurut Vouk (1986) terdapat sebanyak 80 jenis dari sejumlah 109 unsur kimia yang telah teridentifikasi di muka bumi ini termasuk ke dalam jenis logam berat, dengan demikian sifat kimiawi logam berat dapat dikatakan mewakili sebagian besar golongan kimia anorganik. logam berat biasa didefinisikan berdasarkan sifat-sifat fisiknya dalam keadaan padat dengan menggunakan metode teknologi yang telah maju. Sifat-sifat fisik tersebut antara lain memiliki: 1) daya pantul cahaya yang tinggi, 2) daya hantar listrik yang tinggi, 3) daya hantar panas, dan 4) kekuatan dan ketahanan. Logam berat dalam keadaan padat juga dapat dibedakan berdasarkan: struktur kristalnya, sifat pengikat kimianya, serta sifat-sifat magnitnya. Kelarutan logam berat dalam air dan lemak merupakan suatu proses toksikologi yang amat penting, karena proses adalah salah satu faktor utama yang mempengaruhi adanya proses biologi dan penyerapan logam berat itu sendiri. Logam berat ialah unsur logam dengan berat molekul tinggi. dalam kadar rendah logam berat dapat beracun bagi tumbuhan dan hewan, termasuk manusia. Logam berat yang sering mencemari habitat ialah Hg, Cr, Cd, As dan Pb (Am.gcol. inst, 1976 dalam Notohadiprawiro,1993). Menurut Notohadiprawiro (1993) logam berat dapat masuk kedalam lingkungan hidup karena: a. Pelapukan batuan yang mengandung logam berat yang mengeluarkan logam berat secara residual di dalam saprolit dan selanjutnya berada didalam tanah. b. Penggunaan bahan alami untuk pupuk atau pembenah tanah (soil conditioner). Sri Ika Yuniarti, 2012 Seleksi Tumbuhan Remediator Logam Kromium Di Daerah Industri Sukaregang Garut Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
16
c. Pembuangan sisa dan limbah pabrik serta sampah. Menurut Verlo (1993 dalam Notohadiprawiro, 1993) kejadian penyerapan suatu logam berat oleh tumbuhan dari tanah yang tercemar ringan. Hal ini berkenaan dengan kenaikan pH yang lebih tinggi oleh bahan pencemar yang banyak dan sejalan, sehingga penyerapan oleh tanah menjadi lebih kuat. 3. Mekanisme penyerapan logam pada tumbuhan Penyerapan dan akumulasi logam berat oleh tumbuhan dapat dibagi menjadi 3 proses yang saling berkaitan, yaitu penyerapan logam oleh akar, translokasi logam dari akar kebagian tumbuhan lain, dan lokalisasi logam pada bagian sel tertentu untuk menjaga agar tidak menghambat metabolisme tumbuhan tersebut, Berikut ini penjelasan yang telah dikemukakan oleh Priyanto dan Prayitno (2005): a. Penyerapan oleh akar. Telah diketahui, bahwa akar tumbuhan dapat menyerap logam maka logam harus dibawa ke dalam larutan disekitar akar (rizosfer) dengan beberapa cara bergantung pada spesies tumbuhannya: 1) Perubahan pH. Pada Thlaspi cearulescens, mobilisasi seng dipacu dengan terjadinya penurunan pH pada daerah perakaran sebesar 0,2-0,4 unit (McGrath,1997 dalam Priyanto & Prayitno 2005). 2) Eksresi zat khelat. Mekanisme penyerapan besi lewat pembentukan suatu zat khelat yang disebut fitosiderofor telah diketahui secara mendalam pada jenis rumput-rumputan (Marchner & Romheld, 1994 dalam Priyanto & prayitno 2005). Pembentukan reduktase spesifik logam. Reduktase spesifik Sri Ika Yuniarti, 2012 Seleksi Tumbuhan Remediator Logam Kromium Di Daerah Industri Sukaregang Garut Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
17
ini berguna untuk meningkatkan penyerapan besi, tumbuhan membentuk suatu melekul reduktase di membran akarnya (Marchner & Romheld, 1994 dalam Priyanto & prayitno 2005). Reduktase ini berfungsi mereduksi logam yang selanjutnya diangkut melalui kanal khusus di dalam membrane akar. b. Translokasi didalam tubuh membran. Setelah membran dibawa masuk kedalam sel akar, selanjutnya logam harus diangkut melalui jaringan pengangkut, floem, ke bagian tumbuhan lain. Untuk meningkatkan efesiensi pengangkutan, logam diikat oleh molekul khelat. Berbagai molekul khelat yang berfungsi mengikat logam dihasilkan oleh tumbuhan, misalnya histidin yang terikat pada Ni (Kremer et al., 1996 dalam Priyanto & prayitno, 2005) dan fitokhelatin-glutation yang terikat pada Cd (Zhu et al.,1999 dalam Priyanto & prayitno, 2005). c. Lokalisasi logam pada jaringan. Untuk mencegah peracunan logam terhadap sel, tumbuhan mempunyai mekanisme detoksifikasi, misalnya dengan menimbun logam di dalam organ tertentu seperti akar (untuk Cd pada Slene dioica ) (Grant et al., 1998 dalam Priyanto & prayitno, 2005 ), tikoma untuk Cd (Salt., 1995 dalam Priyanto & prayitno, 2005) dan lateks untuk Ni pada Serbetia acuminata (Collins, 1999 dalam Priyanto & prayitno, 2005). E. Fitoremediasi Pyto asal kata yunani/greek “phyton” yang berarti tumbuhan/tanaman (plant),
Remediation
asal
kata
latin
remediare
(to
remedy)
yaitu
memperbaiki/menyembuhkan atau membersihkan sesuatu, jadi fitoremediasi (phytoremediation) merupakan suatu sistem dimana tanaman tertentu Sri Ika Yuniarti, 2012 Seleksi Tumbuhan Remediator Logam Kromium Di Daerah Industri Sukaregang Garut Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
18
bekerjasama dengan mikroorganisme dalam media (tanah, koral dan air) dapat mengubah zat kontaminan (pencemar/polutan) menjadi kurang atau tidak berbahaya bahkan menjadi bahan yang berguna secara ekonomi. Fitoremediasi merupakan teknologi pemulihan yang efisien untuk berbagai polutan organik maupun anorganik. Polutan anorganik berada secara alami di atmosfer atau di kerak bumi dan dapat dikarenakan pula oleh aktivitas manusia. Berbagai aktivitas manusia tersebut seperti penambangan, industri, aktivitas jalan raya, pertanian, dan militer pada akhirnya menunjukan gejala toksik (Pilon, 2005). 1. Mekanisme Kerja Tanaman Mekanisme kerja fitoremediasi terdiri dari beberapa konsep dasar yaitu fitoekstraksi, fitovolatilisasi, fitodegradasi, fitostabilisasi, rhizofiltrasi dan interaksi dengan mikroorganisme pendegradasi polutan (Kelly, 1997), kemudian diakumulasi disimpan didalam tanaman (daun atau batang), tanaman seperti itu disebut dengan hiperakumulator. Setelah polutan terakumulasi, tanaman bisa dipanen dan tanaman tersebut tidak boleh dikonsumsi tetapi harus dimusnahkan dengan insinerator kemudian dilandfiling. Fitovolatilisasi merupakan proses penyerapan polutan oleh tanaman dan polutan tersebut dirubah menjadi bersifat volatik dan kemudian ditranspirasikan oleh tanaman. Polutan yang di lepaskan oleh tanaman keudara bisa sama seperti bentuk senyawa awal polutan bisa juga menjadi senyawa yang berbeda dari senyawa awal.
Sri Ika Yuniarti, 2012 Seleksi Tumbuhan Remediator Logam Kromium Di Daerah Industri Sukaregang Garut Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
19
Fitodegradasi adalah proses penyerapan polutan oleh tanaman dan kemudian polutan tersebut mengalami metabolisme didalam tanaman. Metabolisme polutan didalam tanaman melibatkan enzim antara lain nitrodictase, laccase, dehalogenase dan nitrilase. Fitostabilisasi merupakan proses yang dilakukan oleh tanaman untuk mentransformasi polutan didalam tanah menjadi senyawa yang non toksik tanpa penyerap terlebih dahulu polutan tersebut kedalam tubuh tanaman. Hasil transformasi dari polutan tersebut tetap berada didalam tanah. Rhizofiltrasi adalah proses penyerapan polutan oleh tanaman tetapi biasanya Rhizofiltrasi ini berlaku apabila medium yang tercemarnya adalah badan perairan. a. Interaksi Tanaman dan Mikroorganisme pada proses remediasi tanah yang tercemar Tanaman sering kali ditemukan di lokasi-lokasi yang mengalami pencemaran. Tanaman ini dapat berperan secara aktif dalam penyisihan kontaminan bisa saja tanaman tersebut berperan secara tidak langsung. Yang berperan dalam biodegradasi polutan adalah mikroorganisme tanah sedangkan tanaman bersifat mendorong percepatan remediasi lokasi yang tercemar tersebut. Ada beberapa penelitian mengenai peranan positif tanaman dalam proses remediasi seperti yang dilakukan Anderson dkk. dalam Erickson dkk., 1999 : beberapa tanaman tidak secara aktif berperan dalam remediasi tanah tetapi tanaman berfungsi sebagai faktor pendorong dan fasilitator membantu mikroorganisme tanah dalam meningkatkan efesiensi biodegradasi polutan. Sri Ika Yuniarti, 2012 Seleksi Tumbuhan Remediator Logam Kromium Di Daerah Industri Sukaregang Garut Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
20
Peranan tanaman dalam proses mempercepat remediasi pada lokasi yang tercemar. b. Persyaratan tanaman untuk fitoremediasi Pada penelitian fitoremediasi di lapangan ada beberapa persyaratan bagi tanaman yang akan digunakan dalam penelitian tersebut. Tidak semua tanaman dapat digunakan dikarenakan semua tanaman tidak dapat melakukan metabolisme volatilisasi dan akumulasi semua polutan dengan mekanisme yang sama. Menurut Youngman (1999) untuk menentukan tanaman yang dapat digunakan pada penelitian fitoremediasi dipilih tanaman yang mempunyai sifat: 1) Cepat tumbuh, 2)Mampu mengkonsumsi air dalam jumlah yang banyak pada waktu yang singkat, 3) Mampu meremediasi lebih dari satu polutan, 4) Toleransi yang tinggi terhadap polutan. Pilon (2005) mengungkapkan bahwa tingkat toksisitas akan bergantung pada kepadatan daun dan juga bentuk kimia dari bahan polutan yang diakumulasi, selama akumulasi terjadi, toksisitas polutan dapat mengalami perubahan. Menurut Pilon & Smits (2004) mengemukakan ciri-ciri tumbuhan yang digunakan pada proses fitiremediasi adalah sebagai berikut: a) Tumbuh secara cepat, b) Mempunyai biomassa yang tinggi, c) Bersifat kompetitif, kuat dan sangat toleran pada polutan, d) Mempunyai level yang tinggi dalam pengambilan nutrisi, translokasi, dan akumulasi pada jaringan.
Sri Ika Yuniarti, 2012 Seleksi Tumbuhan Remediator Logam Kromium Di Daerah Industri Sukaregang Garut Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
21
Untuk fitoremediasi tumbuhan harus besar dan mempunyai sistem akar yang luas dan padat, juga mempunyai enzim dengan level yang tinggi yang dapat mendegragasi. a) Mempunyai akar yang luas untuk simbiotik dengan mikroba. Ada dua jenis Fitoremediasi tanah, yaitu in-situ (on-site) dan ex-situ (offsite). Pembersihan on-site adalah pembersihan yang dilakukan di lokasi. Pembersihan ini lebih murah dan lebih mudah, terdiri dari pembersihan, venting (injeksi), dan bioremediasi. Pembersihan off-site meliputi penggalian tanah yang tercemar dan kemudian dibawa ke daerah yang aman. Setelah itu di daerah aman, tanah tersebut dibersihkan dari zat pencemar. Caranya yaitu, tanah tersebut disimpan di bak/tanki yang kedap, kemudian zat pembersih dipompakan ke bak/tanki tersebut. Selanjutnya zat pencemar dipompakan keluar dari bak yang kemudian diolah dengan instalasi pengelolahan air limbah. Pembersihan off-site ini jauh lebih mahal dan rumit.
Sri Ika Yuniarti, 2012 Seleksi Tumbuhan Remediator Logam Kromium Di Daerah Industri Sukaregang Garut Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu