Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet dan Plastik Ke-5 Yogyakarta, 26 Oktober 2016
ISSN : 2477-3298
KAJIAN FITOREMEDIASI KROMIUM DALAM LIMBAH PENYAMAKAN KULIT Muhammad Sholeh*, Gresy Griyanitasari Balai Besar Kulit, Karet, dan Plastik *E-mail:
[email protected] ABSTRAK Kromium merupakan logam berat yang banyak digunakan di industri penyamakan kulit. Kontaminasi krom menyebabkan banyak masalah lingkungan, oleh karena itu remediasi logam ini sangat perlu dilakukan. Fitoremediasi menjadi salah satu solusi efektif teknologi yang digunakan untuk mengurangi kadar krom dari tanah dan air yang terkontaminasi. Kajian ini merangkum dan mendiskusikan state of the art penelitian fitoremediasi krom dalam limbah industri penyamakan kulit. Kata kunci: fitoremediasi, krom, penyamakan kulit.
Kajian Fitoremediasi Kromium dalam Limbah Penyamakan Kulit
139
ISSN : 2477-3298
Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik Ke-5 Yogyakarta, 26 Oktober 2016
PHYTOREMEDIATION OF CHROMIUM IN TANNERY WASTE: A REVIEW Muhammad Sholeh*, Gresy Griyanitasari Center for Leather, Rubber and Plastics *E-mail:
[email protected] ABSTRACT Chromium is the most important heavy metal used in tannery. Contamination of chromium causing many environmental problems, therefore their remediation is crucial. Phytoremediation is an effective technological solution used to remove chromium from contaminated soil and water. This review summarizes and discusses the state of the art of research on phytoremediation of chromium in tannery waste. Keywords: phytoremediation, chromium, tannery.
140
Kajian Fitoremediasi Kromium dalam Limbah Penyamakan Kulit
Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet dan Plastik Ke-5 Yogyakarta, 26 Oktober 2016
ISSN : 2477-3298
PENDAHULUAN Industri penyamakan kulit memproses kulit mentah menjadi kulit jadi. Proses penyamakan menggunakan berbagai bahan kimia mulai dari asam, garam, logam berat, surfaktan, dan lain-lain sehingga berpotensi menghasilkan limbah yang sangat berbahaya bagi lingkungan (Zhang et al., 2010; Liu et al., 2013; Hartanti et al., 2014; Kalidhasan et al., 2016; Prayitno & Sholeh, 2014). Kromium (Cr) merupakan bahan penyamak yang paling populer karena mampu menghasilkan kulit tersamak dengan sifat fisis yang lebih unggul dibandingkan bahan penyamak lain. Kromium yang digunakan pada proses penyamakan tidak seluruhnya dapat terserap ke dalam kulit sehingga terdapat sisa Cr yang terbuang dan dapat mencemari lingkungan (Bertani et al., 2016). Kromium memiliki sifat berbahaya, sehingga kontaminasinya dalam air menjadi masalah di berbagai belahan dunia (Zhang et al., 2010). Dalam fase cair, umumnya Cr berada dalam dua spesiasi, yaitu kromium trivalen, seperti Cr3+ atau Cr(OH)2+, dan kromium heksavalen, seperti HCrO4−, CrO42− atau Cr2O72− (Zhang et al., 2010; Němeček et al., 2016). Kromium heksavalen lebih berbahaya (Liu et al., 2013) karena bersifat racun, karsinogenik, mutagenik (Zhang et al., 2010), dan sangat merusak lingkungan (Tangahu et al., 2011; Chen et al., 2014) sehingga World Health Organization (WHO) merekomendasikan batas Cr(VI) pada limbah cair sebesar 0,05 mg/l (Zhang et al., 2010), meskipun setiap negara memiliki peraturan tersendiri mengenai batasan tersebut. Terdapat banyak metode untuk mengurangi kadar krom dalam limbah, diantaranya adalah dengan adsorpsi (Reddy et al., 2014; Werkneh et al., 2014; Supraptiningsih et al., 2006), destruksi kimia (Wiryodiningrat et al., 2007), flokulasi (Sugihartono, 2016); elektrokoagulasi (Benhadji et al., 2011), ultrasound (Farooq et al., 2013), dan remediasi (Ramesh Kannan et al., 2009).
FITOREMEDIASI Kepedulian para peneliti tentang ancaman ekologi yang disebabkan oleh logam berat menghasilkan banyak penelitian terkait remediasi. Akan tetapi, metode yang telah dilakukan untuk memulihkan lingkungan dari logam berat cenderung berbiaya tinggi, sehingga tidak memberikan hasil yang optimal (Tangahu et al., 2011), dan tidak mudah untuk dilakukan. Remediasi logam berat yang mengkontaminasi tanah secara tradisional dilakukan dengan penggalian dan pembuangan ke tempat pembuangan akhir yang hanya memindahkan masalah dari satu tempat ke tempat lain, mahal, dan menghasilkan residu yang membutuhkan perlakuan lebih lanjut (Tangahu et al., 2011). Remediasi tanah yang telah terkontaminasi logam berat telah menjadi bahan penelitian dunia. Ullah et al., (2015) mengklasifikasikan strategi remediasi logam berat yang dapat dilihat pada Gambar 1. Remediasi terbagi dua berdasarkan pendekatannya, yaitu fisikokimia dan biologis. Pendekatan biologis terbagi menjadi tiga bagian, yaitu remediasi mikrobial, fitoremediasi, dan pendekatan gabungan.
Kajian Fitoremediasi Kromium dalam Limbah Penyamakan Kulit
141
ISSN : 2477-3298
Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik Ke-5 Yogyakarta, 26 Oktober 2016
Penggalian Pembuangan akhir Pendekatan Fisikokimia
Panas Pencucian Elektro Reklamasi
Strategi Remediasi Bakteri
Pendekatan Biologis
Remediasi Mikrobial
Jamur
Fitoremediasi
Ganggang
Pendekatan Gabungan Gambar 1. Klasifikasi strategi remediasi logam berat (Ullah et al., 2015)
Diantara berbagai klasifikasi strategi remediasi logam berat, fitoremediasi merupakan teknologi yang ramah lingkungan dibandingkan dengan metode lain yang melibatkan bahan kimia (Baldantoni et al., 2014). Fitoremediasi adalah teknologi yang memanfaatkan tumbuhan untuk memitigasi, mentransfer, menstabilisasi atau mendegradasi polutan yang ada dalam tanah, sedimen, dan air (Tangahu et al., 2011; Ojoawo et al., 2015). Teknologi fitoremediasi dapat dibagi menjadi beberapa macam yang masing-masing mempunyai mekanisme yang berbeda dalam meremediasi tanah, sedimen, atau air yang terkontaminasi logam berat (Sarma, 2011; Ullah et al., 2015; Tangahu et al., 2011) yaitu: -
Rhizodegradasi, degradasi xenobiotik organik dibantu oleh mikroorganisme rhizopheric
-
Fitoekstraksi, logam diabsorpsi tanaman melalui akar, sedangkan hiperakumulator digunakan untuk mengekstraksi logam dari tempat yang terkontaminasi
-
Fitovolatilisasi, tanaman digunakan untuk ekstraksi logam dan dilepaskan ke atmosfer melalui volatilisasi.
-
Fitotransformasi, perpindahan kontaminan yang beracun menjadi kurang beracun
-
Fitodegradasi, degradasi oleh enzim tanaman
-
Fitostabilisasi, akar tanaman dan interaksi mikrobia dan menghentikan kontaminan organik dan anorganik dengan cara mengikatnya menjadi partikel tanah sehingga migrasi kontaminan terbatas
-
Fitofiltrasi, menggunakan tanaman dari air yang terkontaminasi untuk mengabsorpsi polutan
142
Kajian Fitoremediasi Kromium dalam Limbah Penyamakan Kulit
ISSN : 2477-3298
Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet dan Plastik Ke-5 Yogyakarta, 26 Oktober 2016
FITOREMEDIASI LIMBAH PENYAMAKAN KULIT Penelitian tentang fitoremediasi limbah krom pada industri penyamakan kulit telah banyak dilakukan. Rangkuman terkait tanaman yang digunakan, media tanam, durasi, dan kadar krom dalam media terlihat pada Tabel 1. Krom dalam media terserap ke dalam tubuh tumbuhan pada berbagai bagian. Bareen & Tahira (2011) mendapatkan hasil bahwa S. fruticosa mempunyai kemampuan mengakumulasi Cr terbesar pada daunnya diikuti akar dan batang. Untuk meningkatkan kemampuan remediasi, pada tanah ditambahkan sedikit EDTA. Namun bila penambahan EDTA terlalu besar ada resiko leaching krom. Patel & Patra (2015) melaporkan hasil yang berbeda untuk Pelargonium graveolens L’Hér. Tanaman ini mengakumulasi krom terbesar pada akar yang diikuti daun dan batang. Minyak yang dihasilkan P graveolens tidak terdeteksi adanya logam krom. Akumulasi lebih tinggi di akar dimungkinkan karena imobilisasi logam berat di sel-sel akar, sehingga berkurangnya efek racun, yang mungkin disebabkan oleh respon toksisitas alami tanaman (Patel & Patra, 2014). Kecenderungan yang sama ditunjukkan pada tanaman Hyptis suaveolens ((Sivakumar, Kanagappan, & Das, 2016). Tabel 1. Penelitian tentang fitoremediasi krom dalam limbah penyamakan kulit
No
Referensi
Tanaman
Media
Durasi
Konsentrasi krom dalam media
1
(Bareen & Tahira, 2011)
S. fruticosa
Tanah terkontaminasi limbah cair penyamakan kulit
4 bulan
19,5 mg/kg
2
(Zemleduch-Barylska & Lorenc-Plucińska, 2015)
Populus x canescens Sm
Limbah padat penyamakan kulit
22 minggu
23 mg/kg
3
(Dharni, Srivastava, Samad, & Patra, 2014)
Pelargonium graveolens cv. Bourbon
Tanah dicampur lumpur penyamakan kulit
3 bulan
-
4
(Dotro et al., 2012)
Typha latifolia
Pilot-scale wetlands
6 bulan
0,08-5,9 mg/L
5
(Giachetti & Sebastiani, 2006)
Populus x euramericana clone I-214
Tanah dicampur lumpur penyamakan kulit
11 bulan
32 ppm
6
(A. K. Gupta & Sinha, 2006)
Sesamum indicum (L.) var. T55
Tanah dicampur lumpur penyamakan kulit
60 hari
11,6 ppm
7
(A. K. Gupta & Sinha, 2007)
Sida acuta, Ricinus communis, Calotropis procera, Cassia fistula
Lokasi pembuangan lumpur penyamakan kulit
-
7489,8 ppm
8
(Hartanti et al., 2014)
Eichornia Crassipes
Limbah cair penyamakan kulit
28 hari
2,71 ppm
9
(Mant, Costa, Williams, & Tambourgi, 2006)
Penisetum purpureum,
Limbah sintetis
8 minggu
10-20 ppm
(Pandey, Chand, Pandey, Rajkumari, & Patra, 2015)
Cymbopogon martinii
Tanah dicampur lumpur penyamakan kulit
50 hari
3,5-1383,0 ppm
10
Brachiaria decumbens and Phragmites australis
Kajian Fitoremediasi Kromium dalam Limbah Penyamakan Kulit
143
ISSN : 2477-3298
Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik Ke-5 Yogyakarta, 26 Oktober 2016
No
Referensi
Tanaman
Media
Durasi
Konsentrasi krom dalam media
11
(Patel & Patra, 2014)
Tagetes minuta
Tanah dicampur lumpur penyamakan kulit
90 hari
30512 ppm
12
(Patel & Patra, 2015)
Pelargonium graveolens L’Hér
Tanah dicampur lumpur penyamakan kulit
90 hari
30512 ppm
13
Putri et al., 2014
Eichhornia crassipes solm, Heteranthera peduncularis dan Monochoria vaginalis
Lumpur kulit
21 hari
61,4 ppm
14
(Singh & Sinha, 2005)
Brassica juncea (L.) Czern.
Tanah dicampur lumpur penyamakan kulit
90 hari
-
penyamakan
(cv. Rohini) 15
(Vankar & Bajpai, 2008)
Trichoderma species
Limbah cair terolah industri penyamakan kulit.
5 hari
4-10 (Cr6+)
ppm
16
(Darmawan, 2012)
Chinesse kale, pak choy green
Tanah yang terkontaminasi limbah industri penyamakan kulit
3 bulan
1500 ppm
17
Sunaryo, 1992
E. crassipes
Air limbah samak krom
5 hari
14,7 ppm
18
(Prayitno & Sholeh, 2014)
Equisetum hyemale
Limbah cair terolah industri penyamakan kulit.
3,1 hari
-
19
(Sinha et al., 2013)
Dendro-calamus strictus, Chrysanthemum coronarium, Tagetes erecta, Vetiveria zizanoides, and Cymbopogan winterianus
Lahan pertanian yang terkon-taminasi air limbah industri penyamakan
1 tahun
36-114 ppm
20
(J. Chen et al., 2010)
Typha angustifolia
Limbah cair terolah industri penyamakan kulit.
20 hari
9-30 ppm
21
(Vajpayee et al., 2001)
Vallisneria spiralis L.
Limbah sintetis
3 hari
10 ppm
22
(Sivakumar et al., 2016)
Hyptis suaveolens L.
Tanah terkontaminasi limbah cair terolah industri penyamakan kulit.
90 hari
-
23
(Sakthivel & Vivekanandan, 2009)
Azadirachta indica A. Juss. (Neem), Melia azedarach Linn. (Wild Neem) and
Lumpur industri penyamakan kulit
6 bulan
25,7 ppm
Tanah terkontaminasi krom
-
-
Leucaena leucocephala (Lam) de Wit (Subabool) 24
144
(Manikandan, Kannan, Mahalingam, Vimala, & Chun, 2016)
Acacia auriculiformis, Azadirachta indica, Albizzia lebbeck, Dalbergia sisso, and Thespesia populnea
Kajian Fitoremediasi Kromium dalam Limbah Penyamakan Kulit
ISSN : 2477-3298
Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet dan Plastik Ke-5 Yogyakarta, 26 Oktober 2016
No
Referensi
Tanaman
Media
Durasi
Konsentrasi krom dalam media
25
(Mandi, Tiglyene, & Jaouad, 2009)
Phragmites australis
Tanah terkontaminasi limbah cair penyamakan kulit
13 bulan
780 ppm
26
(Kumar, Bauddh, Dwivedi, Barman, & Singh, 2012)
Bacopa monnieri, Eichhomia crassipes, hydrilla verticillata, Ipomoea aquatica, Marsilea minuta
Drain water
-
4,67 ppm
27
(R. Gupta, 2014)
Amaranthus spinosus, Cannabis sativa, Cassia tora, Chenopodium album, Parthenium
Tanah dan air terkontaminasi krom
-
100 ppm
Tanah dan air terkontaminasi krom
15 hari
350 ppm
Tanah terkontaminasi krom
60 hari
5,7 ppm
Limbah cair industri penyamakan kulit.
15 hari
1232 ppm
hysterophorus, Rumex dentatus and Solanum nigrum 28
29
30
(Girdhar, Singh, Rasool, Srivastava, & Mohan, 2014)
Cannabis sativa, Solanumnigrum and
(Ashokkumar, Jothiramalingam, Thiyagarajan, Hidhayathullakhan, & Nalini, 2014)
Eclipta
(Akter, Afrin, Mia, & Hossen, 2014)
Pistia stratiotes
Chenopodium album Alba
Manikandan et al. (2016) mendapatkan hasil fitoremediasi krom pada Acacia auriculiformis mengakumulasi krom lebih tinggi baik di akar maupun batang, Dalbergia sisso dan T. populnea mengakumulasi krom lebih banyak di akar, dan A. indica, A. richardiana, dan A. lebbeck mengakumulasi krom pada batang. Darmawan (2012) melaporkan bahwa akumulasi krom di bagian perakaran tanaman lebih besar dibandingkan di bagian tajuk tanaman sawi. Kandungan krom dalam jaringan tanaman sawi bagian tajuk yang lazim dikonsumsi melebihi ambang batas konsumsi harian manusia yang ditetapkan yaitu sebesar 0,035 mg/kg per hari. Tanaman yang berbeda memiliki kemampuan tersendiri dalam mengakumulasi krom. Chrysanthemum coronarium dan Tagetes erecta menunjukkan kemampuan mengakumulasi Cr yang lebih baik dibandingkan tanaman berbunga yang lainnya. Tanaman V. zizanoides, C. coronarium, and C. winterianus cocok untuk fitoremediasi daerah terkontaminasi dan digunakan untuk fitostabilisasi (Sinha et al., 2013). Level akumulasi krom mengikuti order C. procera > S. acuta > R. communis > C. Fistula (Gupta & Sinha, 2007). Kadar Cr(VI) yang terlalu besar dalam media tidak mampu ditolerir oleh tanaman. Dharni et al. (2014) menyatakan bahwa akumulasi Cr(VI) menyebabkan pecahnya vascular bundles pada Pelargonium graveolens cv. Bourbon. Penambahan lumpur yang tidak terlalu besar (25%) cocok untuk fitoremediasi (Gupta & Sinha, 2006).
Kajian Fitoremediasi Kromium dalam Limbah Penyamakan Kulit
145
ISSN : 2477-3298
Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik Ke-5 Yogyakarta, 26 Oktober 2016
Tumbuhan tertentu memiliki mekanisme pertahanan diri dalam menghadapi media mengandung logam berat seperti krom. Toleransi yang ditunjukkan oleh tanaman dari B. juncea terhadap krom dalam media dapat dikaitkan dengan tingkat peningkatan antioksidan diinduksi dalam kondisi stres (Singh & Sinha, 2005). Tanaman T. angustifolia mengambil Cr dengan menggunakan absorpsi lapisan permukaan dan transportasi, dan mengurangi stres yang terkait dengan penyerapan Cr(VI) dengan cara penebalan dinding sel atau sekresi zat kimia.(Chen et al., 2014). Hasil penelitian Zemleduch-Barylska & Lorenc-Plucinska (2015) menunjukkan bahwa intensifikasi serapan, metabolisme nitrogen dan kemungkinan perubahan komposisi dinding sel kemungkinan menjadi faktor utama yang memungkinkan tanaman Populus x canescens tumbuh pada limbah industri penyamakan kulit. Logam berat dalam media yang berupa lumpur industri penyamakan kulit mengakibatkan peningkatan stres oksidatif di tanaman yang mengakibatkan peningkatan superoksida dismutase, katalase, peroksidase, prolin dan melondialdehida di semua rasio dari lumpur dan tanah dibandingkan dengan kontrol. Pada 100% lumpur tanpa tanah aktivitas antioksidan menurun yang menunjukkan bahwa konsentrasi tinggi logam berat mengganggu fungsi penangkapan oksigen (Patel & Patra, 2015). Trichoderma dapat menyerap Cr dengan baik karena biosorpsi logam dari limbah cair terjadi berdasarkan interaksi fisika/kimia antara biomassa dan logam dalam limbah cair, perbedaan morfologi yang terjadi antara biomassa dapat mempengaruhi proses biosorpsi. Trichoderma merupakan biosorben yang murah dalam menghilangkan Cr(VI) dalam limbah cair industri (Vankar, 2008). Putri, et al. (2014) memanfaatkan tanaman eceng-ecengan (Ponteridaceae) sebagai agen fitoremediasi limbah krom penyamakan kulit. Tanaman eceng-ecengan memiliki mekanisme sistem kerja fitoremediasi yang bersifat rizofiltrasi dan fitoekstraksi. Pandey et al. (2015) melaporkan bahwa lumpur industri penyamakan kulit meningkatkan kesuburan tanah. Hal ini ditunjukkan dengan bertambahnya hasil minyak esensial, herba, dan bahan kering dari tanaman palmarosa yang ditanam pada media yang mengandung lumpur. Hasil ini memperlihatkan bahwa tanaman palmarosa dapat dipakai sebagai fitostabilisator logam berat pada lumpur industri penyamakan kulit. Mikroorganisme dengan tanaman dapat bersinergi dalam mengakumulasikan logam berat. Pseudomonas monteilii PsF84 dan Pseudomonas plecoglossicida PsF610 yang diinokulasikan di tumbuhan geranium beraroma mawar (Pelargonium graveolens cv. bourbon) dapat meningkatkan pengambilan krom dari media tanah yang dicampur lumpur penyamakan kulit (Dharni et al., 2014).
KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN FITOREMEDIASI Dalam melakukan fitoremediasi, perlu diperhatikan pemilihan tanaman yang digunakan, kriteria yang penting antara lain adalah tingkat ketahanan terhadap logam berat, tingkat pertumbuhan dan tingginya biomasa yang dihasilkan, ketahanan terhadap air yang banyak, ketersediaan, ketahanan terhadap pH dan salinitas, serta karakteristik akar dan kedalaman area akar. Terdapat beberapa faktor yang dapat memengaruhi penyerapan logam berat oleh tanaman, yaitu spesies tanaman, sifat media yang digunakan, penambahan chelating agent, area akar, dan serapan vegetatif (Ullah et al., 2015). Fitoremediasi memiliki beberapa keunggulan, diantaranya paling murah pengoperasiannya dibandingan teknik remediasi yang lain karena tidak memerlukan energi yang harus dibangkitkan (memanfaatkan energi matahari), tidak memerlukan peralatan pengolahan limbah, dan orang untuk mengoperasikannya. Metode ini secara estetika sangat baik, gangguan ke lingkungan minimal, in situ dapat mempertahankan tanah lapisan atas yang dapat digunakan dan dapat direklamasi untuk pertanian.
146
Kajian Fitoremediasi Kromium dalam Limbah Penyamakan Kulit
Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet dan Plastik Ke-5 Yogyakarta, 26 Oktober 2016
ISSN : 2477-3298
Adapun kelemahan fitoremediasi yaitu perlunya waktu yang cukup lama untuk menghilangkan polutan pada suatu area terkadang sampai beberapa musim tanam. Kelemahan lain yaitu jumlah biomassa yang dihasilkan perlu penanganan khusus karena mengandung polutan, kedalaman akar yang terbatas tidak mampu menjangkau polutan yang masuk terlalu dalam ke tanah, kimia tanah, konsentrasi kontaminan, kondisi iklim tingkat kontaminasi yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman, (Tangahu et al., 2011).
KESIMPULAN Pengambilan krom oleh tanaman menggunakan teknologi fitoremediasi menjadi cara yang menarik untuk memulihkan lingkungan yang terkontaminasi krom dari penyamakan kulit. Cara ini memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan teknologi konvensional lainnya yang umum digunakan. Beberapa faktor harus dipertimbangkan untuk mencapai hasil remediasi yang tinggi. Faktor pentingnya adalah spesies tanaman yang cocok yang dapat digunakan untuk serapan krom.
DAFTAR PUSTAKA Akter, S., Afrin, R., Mia, M. Y., & Hossen, M. Z. (2014). Phytoremediation of Chromium (Cr) from Tannery Effluent by Using Water Lettuce (Pistia stratiotes). ASA University Review2, 8(2), 149–156. Ashokkumar, B., Jothiramalingam, S., Thiyagarajan, S. K., Hidhayathullakhan, T., & Nalini, R. (2014). Phytoremediation Of Tannery Polluted Soil Using Eclipta Alba (Karisalankanni). International Journal of Current Research in Chemistry and Pharmaceutical Sciences, 1(3), 1–5. Baldantoni, D., Cicatelli, A., Bellino, A., & Castiglione, S. (2014). Different behaviours in phytoremediation capacity of two heavy metal tolerant poplar clones in relation to iron and other trace elements. Journal of Environmental Management, 146, 94–99. http://doi.org/10.1016/j.jenvman.2014.07.045 Bareen, F. e., & Tahira, S. A. (2011). Metal accumulation potential of wild plants in tannery effluent contaminated soil of Kasur, Pakistan: Field trials for toxic metal cleanup using Suaeda fruticosa. Journal of Hazardous Materials, 186(1), 443–450. http://doi.org/10.1016/j.jhazmat.2010.11.022 Benhadji, A., Taleb Ahmed, M., & Maachi, R. (2011). Electrocoagulation and effect of cathode materials on the removal of pollutants from tannery wastewater of Rouiba. Desalination, 277(1-3), 128–134. http://doi.org/10.1016/j.desal.2011.04.014 Bertani, R., Biasin, A., Canu, P., Della Zassa, M., Refosco, D., Simionato, F., & Zerlottin, M. (2016). Self-heating of dried industrial tannery wastewater sludge induced by pyrophoric iron sulfides formation. Journal of Hazardous Materials, 305, 105–114. http://doi.org/10.1016/j.jhazmat.2015.11.038 Chen, J., Wang, K., Chen, H., Lu, C., Huang, L., Li, H., … Chang, S. (2010). Phytoremediation of Cr (III) by Ipomonea aquatica (water spinach) from water in the presence of EDTA and chloride : Effects of Cr speciation. Bioresource Technology, 101, 3033–3039. http://doi.org/10.1016/j.biortech.2009.12.041 Chen, Y. L., Hong, X. Q., He, H., Luo, H. W., Qian, T. T., Li, R. Z., … Yu, H. Q. (2014). Biosorption of Cr (VI) by Typha angustifolia: Mechanism and responses to heavy metal stress. Bioresource Technology, 160, 89–92. http://doi.org/10.1016/j.biortech.2014.01.022 Darmawan, A. R. B. (2012). Pengaruh penggunaan lumpur limbah industri penyamakan kulit terhadap penyerapan krom pada tanaman sawi. Majalah Kulit Karet Dan Plastik, 28(2), 69–78. http://doi.org/http://dx.doi.org/10.20543/mkkp.v28i2.107 Dharni, S., Srivastava, A. K., Samad, A., & Patra, D. D. (2014). Impact of plant growth promoting Pseudomonas monteilii PsF84 and Pseudomonas plecoglossicida PsF610 on metal uptake and production of secondary metabolite (monoterpenes) by rose-scented geranium (Pelargonium graveolenscv. bourbon) grown on tannery sludge . Chemosphere, 117(1), 433–439. http://doi.org/10.1016/j.chemosphere.2014.08.001
Kajian Fitoremediasi Kromium dalam Limbah Penyamakan Kulit
147
ISSN : 2477-3298
Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik Ke-5 Yogyakarta, 26 Oktober 2016
Dotro, G., Castro, S., Tujchneider, O., Piovano, N., Paris, M., Faggi, A., … Fitch, M. (2012). Performance of pilot-scale constructed wetlands for secondary treatment of chromium-bearing tannery wastewaters. Journal of Hazardous Materials, 239-240, 142–151. http://doi.org/10.1016/j.jhazmat.2012.08.050 Farooq, R., Durrani, M., Ahmed, Z., Gilani, M. A., Mahmood, Q., Shaukat, S. F., … Yaquob, A. (2013). Treatment of tanneries waste water by ultrasound assisted electrolysis process. J. Chem. Soc. Pak., 35(3), 599–603. Giachetti, G., & Sebastiani, L. (2006). Metal accumulation in poplar plant grown with industrial wastes. Chemosphere, 64(3), 446–454. http://doi.org/10.1016/j.chemosphere.2005.11.021 Girdhar, M., Singh, S., Rasool, H. I., Srivastava, V., & Mohan, A. (2014). Evaluating Different Weeds for Phytoremediation Potential Available in Tannery Polluted Area by Conducting Pot and hydroponic experiment. Current World Environment, 9(1), 156–167. Gupta, A. K., & Sinha, S. (2006). Chemical fractionation and heavy metal accumulation in the plant of Sesamum indicum (L.) var. T55 grown on soil amended with tannery sludge: Selection of single extractants. Chemosphere, 64(1), 161–173. http://doi.org/10.1016/j.chemosphere.2005.10.016 Gupta, A. K., & Sinha, S. (2007). Phytoextraction capacity of the plants growing on tannery sludge dumping sites. Bioresource Technology, 98(9), 1788–1794. http://doi.org/10.1016/j.biortech.2006.06.028 Gupta, R. (2014). Evaluation of heavy metal Phytoremediation potential of plants Inhabiting tannery polluted soils (Thesis). Hartanti, P. I., Tunggul, A., Haji, S., Wirosoedarmo, R., & Sumberdaya, J. (2014). Pengaruh kerapatan tanaman eceng gondok (Eichornia crassipes) terhadap penurunan logam chromium pada limbah cair penyamakan kulit. Jurnal Sumberdaya Alam Dan Lingkungan, 31–37. Kalidhasan, S., Santhana Krishna Kumar, A., Rajesh, V., & Rajesh, N. (2016). The journey traversed in the remediation of hexavalent chromium and the road ahead toward greener alternatives-A Perspective. Coordination Chemistry Reviews, 317, 157–166. http://doi.org/10.1016/j.ccr.2016.03.004 Kumar, N., Bauddh, K., Dwivedi, N., Barman, S. C., & Singh, D. P. (2012). Accumulation of metals in selected macrophytes grown in mixture of drain water and tannery effluent and their phytoremediation potential. J. Environ. Biol., 33, 923–927. Liu, Y. Q., Liu, Y. G., Hu, X. J., & Guo, Y. M. (2013). Adsorption of Cr(VI) by modified chitosan from heavy-metal polluted water of Xiangjiang River, China. Transactions of Nonferrous Metals Society of China (English Edition), 23(10), 3095–3103. http://doi.org/10.1016/S1003-6326(13)62839-3 Mandi, L., Tiglyene, S., & Jaouad, A. (2009). Depuration of tannery effluent by phytoremediation and infiltration percolation under arid climate. Options Mediterraneennes, 88, 199–205. Manikandan, M., Kannan, V., Mahalingam, K., Vimala, A., & Chun, S. (2016). Phytoremediation potential of chromiumcontaining tannery effluent-contaminated soil by native Indian timber-yielding tree species. Preparative Biochemistry and Biotechnology, 46(1), 100–108. Mant, C., Costa, S., Williams, J., & Tambourgi, E. (2006). Phytoremediation of chromium by model constructed wetland. Bioresource Technology, 97(15), 1767–1772. http://doi.org/10.1016/j.biortech.2005.09.010 Němeček, J., Pokorný, P., Lhotský, O., Knytl, V., Najmanová, P., Steinová, J., … Cajthaml, T. (2016). Combined nanobiotechnology for in-situ remediation of mixed contamination of groundwater by hexavalent chromium and chlorinated solvents. The Science of the Total Environment, 563, 822–834. http://doi.org/10.1016/j.scitotenv.2016.01.019 Ojoawo, S. O., Udayakumar, G., & Naik, P. (2015). ScienceDirect ScienceDirect Phytoremediation of Phosphorus and nitrogen with Canna x generalis Reeds in Domestic Wastewater through NMAMIT Constructed Wetland. Aquatic Procedia, 4(4), 349–356. http://doi.org/10.1016/j.aqpro.2015.02.047 Pandey, J., Chand, S., Pandey, S., Rajkumari, & Patra, D. D. (2015). Palmarosa [Cymbopogon martinii (Roxb.) Wats.] as a putative crop for phytoremediation, in tannery sludge polluted soil. Ecotoxicology and Environmental Safety, 122, 296–302. http://doi.org/10.1016/j.ecoenv.2015.08.005 Patel, A., & Patra, D. D. (2014). Influence of heavy metal rich tannery sludge on soil enzymes vis-a-vis growth of Tagetes minuta, an essential oil bearing crop. Chemosphere, 112, 323–332. http://doi.org/10.1016/j.chemosphere.2014.04.063 Patel, A., & Patra, D. D. (2015). Phytoextraction capacity of Pelargonium graveolens L’Her. grown on soil amended with tannery sludge - Its effect on the antioxidant activity and oil yield. Ecological Engineering, 74, 20–27. http://doi.org/10.1016/j.ecoleng.2014.10.013
148
Kajian Fitoremediasi Kromium dalam Limbah Penyamakan Kulit
Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet dan Plastik Ke-5 Yogyakarta, 26 Oktober 2016
ISSN : 2477-3298
Prayitno, P., & Sholeh, M. (2014). Peningkatan kualitas air limbah terolah industri penyamakah kulit menggunakan taman tanaman air dengan tumbuhan bambu air. Majalah Kulit, Karet, Dan Plastik, 30(1), 23–28. http://doi.org/10.20543/mkkp.v30i1.120 Ramesh Kannan, P., Deepa, S., Yasothai, S., Kanth, S. V., Raghava Rao, J., & Chandrasekaran, B. (2009). Phytoremediation of tannery wastewater treated lands : part II : Using harvested Salicornia brachiata plants for the preservation of sheepskins. J. Soc. Leather Technol. Chem., 93(September), 240–244. Reddy, N. A., Lakshmipathy, R., & Sarada, N. C. (2014). Application of Citrullus lanatus rind as biosorbent for removal of trivalent chromium from aqueous solution. Alexandria Engineering Journal, 53(4), 969–975. http://doi.org/10.1016/j.aej.2014.07.006 Sakthivel, V., & Vivekanandan, M. (2009). Reclamation of Tannery Polluted Soil through Phytoremediation. Physiol. Mon. Biol. Plants., 15(2), 175–180. Singh, S., & Sinha, S. (2005). Accumulation of metals and its effects in Brassica juncea (L.) Czern. (cv. Rohini) grown on various amendments of tannery waste. Ecotoxicology and Environmental Safety, 62(1), 118–127. http://doi.org/10.1016/j.ecoenv.2004.12.026 Sinha, S., Mishra, R. K., Sinam, G., Mallick, S., & Gupta, a. K. (2013). Comparative Evaluation of Metal Phytoremediation Potential of Trees, Grasses, and Flowering Plants from Tannery-Wastewater-Contaminated Soil in Relation with Physicochemical Properties. Soil and Sediment Contamination: An International Journal, 22(8), 958–983. http://doi.org/10.1080/15320383.2013.770437 Sivakumar, P., Kanagappan, M., & Das, S. S. M. (2016). Phytoremediation of Tannery Waste Polluted Soil using Hyptis suaveolens (Lamiaceae). Int. J. Pure App. Biosci., 4(1), 265–272. Sugihartono, S. (2016). Pemisahan krom pada limbah cair industri penyamakan kulit menggunakan gelatin dan flokulan anorganik. Majalah Kulit, Karet, Dan Plastik, 32(1), 21–30. Supraptiningsih, S., Suraswati, A., & Sholeh, M. (2006). Penggunaan zeolit alam untuk mengurangi kandungan krom dan nh4+ dalam air limbah penyamakan kulit. Majalah Kulit, Karet, Dan Plastik, 22(1), 16–19. http://doi.org/10.20543/mkkp.v22i1.329 Tangahu, B. V., Sheikh Abdullah, S. R., Basri, H., Idris, M., Anuar, N., & Mukhlisin, M. (2011). A review on heavy metals (As, Pb, and Hg) uptake by plants through phytoremediation. International Journal of Chemical Engineering, 2011. http://doi.org/10.1155/2011/939161 Ullah, A., Heng, S., Munis, M. F. H., Fahad, S., & Yang, X. (2015). Phytoremediation of heavy metals assisted by plant growth promoting (PGP) bacteria: A review. Environmental and Experimental Botany, 117, 28–40. http://doi.org/10.1016/j.envexpbot.2015.05.001 Vajpayee, P., Rai, U. N., Ali, M. B., Tripathi, R. D., Yadav, V., Sinha, S., & Singh, S. N. (2001). Chromium-Induced Physiologic Changes in Vallisneria spiralis L. and Its Role in Phytoremediation of Tannery Effluent. Bull. Environ. Contam. Toxicol, 67, 246–256. Vankar, P. S., & Bajpai, D. (2008). Phyto-remediation of chrome-VI of tannery effluent by Trichoderma species. Desalination, 222(1-3), 255–262. http://doi.org/10.1016/j.desal.2007.01.168 Werkneh, A. A., Habtu, N. G., & Beyene, H. D. (2014). Removal of hexavalent chromium from tannery wastewater using activated carbon primed from sugarcane bagasse : Adsorption / desorption studies Removal of hexavalent chromium from tannery wastewater using activated carbon primed from sugarcane bagasse : Ads. American Journal of Applied Chemistry, 2(6), 128–135. http://doi.org/10.11648/j.ajac.20140206.16 Wiryodiningrat, S., Kismolo, E., & Prayitno, P. (2007). Penanganan limbah krom dengan metode destruksi kimia. Majalah Kulit, Karet, Dan Plastik, 23(1), 13. http://doi.org/10.20543/mkkp.v23i1.328 Zemleduch-Barylska, A., & Lorenc-Plucińska, G. (2015). Populus × canescens grown on Cr-rich tannery waste: Comparison of leaf and root biochemical and proteomic responses. Plant Physiology and Biochemistry, 90, 1– 13. http://doi.org/10.1016/j.plaphy.2015.02.014 Zhang, H., Tang, Y., Cai, D., Liu, X., Wang, X., Huang, Q., & Yu, Z. (2010). Hexavalent chromium removal from aqueous solution by algal bloom residue derived activated carbon: Equilibrium and kinetic studies. Journal of Hazardous Materials, 181(1-3), 801–808. http://doi.org/10.1016/j.jhazmat.2010.05.084
Kajian Fitoremediasi Kromium dalam Limbah Penyamakan Kulit
149
ISSN : 2477-3298
Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik Ke-5 Yogyakarta, 26 Oktober 2016
150
Kajian Fitoremediasi Kromium dalam Limbah Penyamakan Kulit