Jurnal Kimia Mulawarman Volume 13 Nomor 2 Mei 2016 Kimia FMIPA Unmul
P-ISSN 1693-5616 E-ISSN 2476-9258
Kajian Adsorpsi Krom Dalam Limbah Cair Penyamakan Kulit Chrome Adsorption in Tannery Wastewater - A Review Hesty Eka Mayasari, Muhammad Sholeh* Balai Besar Kulit Karet Plastik, Kementerian Perindustrian Republik Indonesia Jl. Sokonandi no.9 Yogyakarta, Indonesia *Penulis korespondensi:
[email protected]
ABSTRACT Chromium in tannery wastewater is still a problem for the industry. Treatment of tannery wastewater using conventional way is not enough. Alternative wastewater treatment such as adsorption methods is needed. This review summarizes and discusses the state of the art of research on adsorbents in addition to commercial activated carbon for tannery wastewater treatment. Keywords: Adsorption, Chromium, Wastewater, Tannery PENDAHULUAN Semakin meningkatnya kebutuhan manusia membuat banyak industri berkembang, salah satunya industri penyamakan kulit. Setiap industri menghasilkan limbah, termasuk industri penyamakan kulit. Limbah penyamakan kulit ini merupakan salah satu penghasil polutan terbesar di dunia [1][2]. Penyamakan dibedakan berdasarkan jenis bahan penyamaknya (tanin atau krom) yang digunakan untuk mengikat serat kolagen.Limbah penyamakan kulit bukan hanya menghasilkan zat biodegradabel seperti protein, lemak, namun juga menghasilkan zat non biodegradabel[3]. Limbah penyamakan kulit termasuk limbah berbahaya karena mengandung logam berat seperti krom [4][1]. Di lingkungan, krom dapat terbentuk dalam dua tingkat oksidasi,yaitu Cr(VI) dan Cr(III). Krom, baik Cr(VI) maupun Cr(III), dapat masuk ke dalam tanaman, hewan dan manusia [5]. Cr(III) pada umumnya terdapat di lingkungan bebas dalam jumlah kecil, namun dalam jumlah besar, dapat berbahaya karena dapat teroksidasi menjadi Cr(IV). Krom dalam lingkungan perairan dengan konsentrasi tertentu dapat menimbulkan masalah. Cr (VI) dalam perairan mempunyai kelarutan yang tinggi dan bersifat toksik, korosif, serta karsinogenik karena dapat menimbulkan kanker paru-paru bila terakumulasi dalam tubuh. Akumulasi krom yang melebihikonsentrasi yang dibutuhkan oleh tubuhdapat menyebabkan kematian [6]. Penggunaan krom dalam proses penyamakan bertujuan untuk membentuk ikatan kompleks
Kimia FMIPA Unmul
antara komponen kolagen dengan polipeptida dari kulityang mencegah penetrasi air di dalam poripori kulit sehingga menghindari pembusukan. Dalam proses penyamakan, kulit hanya dapat menyerap 60-80% krom, yang artinya sekitar 2040% krom akan terikut dalam limbah cair maupun limbah padat industri penyamakan [1][7]. Oleh karena itu, perlu penanganan khusus limbah industri penyamakan untuk menjaga lingkungan [8]. Berbagai cara telah dilakukan untuk menangani limbah cair penyamakan dengan berbagai metode, seperti adsorpsi [9][10][11], wetland [12][13], reagen fenton [14], filtrasi, koagulasi, ion exchange, reverse osmosis, dialisis, membran dan presipitasi [15] yang pemilihannya didasarkan pada beberapa faktor seperti efisiensi, biaya, dan lingkungan [3]. Pengolahan secara konvensional secara fisika dan kimia memerlukan biaya yang tinggi, seperti presipitasi secara kimia yang membutuhkan banyak bahan kimia. Metode ion exchange membutuhkan resin dan karbon aktif yang cukup mahal. Oleh karena itu banyak penelitian yang mempelajari produk agrikultur untuk menyerap logam berbahaya dari limbah. ADSORPSI Metode penjerapan, dengan biaya yang rendah, efisiensi tinggi dan operasi yang mudah adalah salah satu metode yang relevan untuk menjerap logam berat dan kimia organik dari limbah berbahaya [15][1]. Karbon aktif saat ini diketahui paling efektif untuk menjerap logam berat. Namun, karbon aktif yang dijual di pasaran
50
Hesty, dkk Balai Besar Kulit Karet Plastik Kemenperin
mempunyai harga yang cukup tinggi, sehingga banyak penelitian yang mempelajari mengenai bahan organik yang dapat digunakan menjadi karbon aktif, yang biasa disebut dengan biosorben. Proses adsorpsi yang dilakukan oleh biosorben disebut dengan biosorpsi. Biosorpsi adalah kemampuan mikroorganisme (baik hidup maupun mati) untuk mengakumulasi logam berat dari limbah cair [16]. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dibawah kondisi stress (adanya logam berat berbahaya), efisiensi dari adsorpsi bertambah perlahan seiring dengan bertambahnya waktu sampai titik tertentu, kemudian efisiensi adsorpsi berkurang dan menjadi statis [17]. Beberapa penelitian yang telah dilakukan diantaranya pembuatan karbon aktif dari limbah pabrik gula [1],limbah kantong teh [18], sekam padi [19], asam humat kitin [2], abu terbang bagas [20], ampas tebu [21]serbuk kaktus [22][7], serbuk gergaji [23], lumpur aktif [24][25], kitosan [6], biomassa [5][26][17][27][28][29], benih kubis [30][31] dan kulit buah semangka [32]. A. Limbah Fahim et al. [1] melakukan penelitian pengambilan Cr(III) dengan menggunakan karbon aktif dari limbah industri gula. Dari hasil penelitian, didapatkan penjerapan krom hingga 98,7% pada kondisi optimum pH 5. Karbon aktif dengan ukuran yang lebih kecil dapat meningkatkan efektivitas penyerapan krom.Werkneh et al. [21] meneliti tentang biosorben dari ampas tebu untuk mereduksi Cr(VI) dari limbah penyamakan. Ampas tebu di pretreatment dengan asam sulfat untuk meningkatkan porositas. Kondisi optimum berada ketika pH 1 dengan efisiensi penjerapan 99%.Isah & Lawal [18] menggunakan limbah kantong teh sebagai adsorben untuk menjerap krom. Limbah kantong teh diaktivasi secara kimiawi dengan penambahan1 M H2SO4 dan dapat menjerap 99,9% logam krom dari limbah penyamakan. B. Mikroorganisme Onyancha et al. [16] meneliti alga Spirogyra condensata dan Rhizoclonium hieroglyphicum sebagai biosorben pada penyerapan Cr(III) pada pH 3-6. Daya adsorpsi tertinggi pada pH 4 untuk Rhizoclonium dan pH 5 untuk S. Condensata dan persentase penjerapan Cr(III) lebih dari 90%. Triatmojo et al. [5] melakukan penelitian menggunakan biomassa Fusarium sp dan Aspergillus niger sebagai biosorben untuk mereduksi krom limbah penyamakan kulit. Dari 51
Kajian Adsorpsi Krom
penelitian ini didapatkan hasil bahwa Fusarium sp dapat mereduksi Cr(VI) dan Aspergillus niger dapat digunakan untuk mengambil krom dari larutan. Hasil terbaik didapat pada pH 2, berat biomassa 0,1 g dan waktu kontak 12 jam, yaitu 96,23% Cr(III) dan 96,30% Cr(VI). Chatterjee et al. [17] menggunakan Pseudomonas aeruginosa dengan kondisi optimum pada pH 8 dengan menghasilkan 68,75% Cr(VI) tereduksi menjadi Cr(III). Thakur & Srivastava [27] menggunakan Aspergillus niger sebagai adsorben untuk bioremediasi dan biokonversi Cr(III) dan pentaklorofenol. Hasilnya, 82% krom tereduksi dan 85% PCP tereduksi. Sepehr et al. [29] mempelajari tentang kesetimbangan dan kinetika permodelan penyerapan Cr(III) oleh Aspergillus niger dan Aspergillus oryzae dalam limbah penyamakan. kondisi optimum pada pH 5,2 dan waktu kontak 30 jam dengan penjerapan hingga 98%. Noori et al. [28] juga meneliti tentangAspergillus niger dalam airlift bioreaktor untuk menjerap Cr(III). Dalam penelitian ini didapatkan kondisi optimum pada pH 5,1 dengan efisiensi penjerapan 88%, dan dengan tambahan nitrogen, efisiensi mencapai 96%. Komari & Yudistri [33] juga meneliti Aspergillus niger, dan didapatkan kondisi optimum pada pH 5 dengan penjerapan Cr(III) 51,03%. Carmona et al. [31] meneliti tentang Saccharomyces cerevisiae dalam kolom packed bed sebagai biosorben, didapatkan hasil penjerapan Cr(III) sebesar 53,7% dan Cr(VI) sebesar 60%. Ahmad et al. [34] meneliti tentang Acinetobacter haemolyticus yang diisolasi dari air limbah pewarnaan tekstil dan ditumbuhkan dalam medium yang kaya nutrisi, yaitu dari ampas tebu untuk mereduksi kandungan Cr(VI). Dari hasil penelitian, Acinetobacter haemolyticus dapat mereduksi lebih dari 90% Cr(VI). Maka dimungkinkan Acinetobacter haemolyticus dapat digunakan untuk mereduksi Cr(VI) dari limbah penyamakan. C. Kitosan Lasinddrang [6] telah melakukan penelitian menggunakan kitosan yang melapisi arang aktif tempurung kelapasebagai karbon aktif. Kitosan dapat digunakan sebagai biosorben, namun mudah larut pada pH rendah, sehingga tidak mampu mengadsorpsi logam Cr pada pH rendah. Kondisi optimum didapat pada pH 4 dan dapat menjerap krom hingga 91,9%.
Kimia FMIPA Unmul
Jurnal Kimia Mulawarman Volume 13 Nomor 2 Mei 2016 Kimia FMIPA Unmul
D. Asam humat - kitin Santosa et al. [2] meneliti penggunaan asam humat - kitin sebagai adsorben pada limbah penyamakan. Penelitian dilakukan pada pH optimum 3,5. Kitin digunakan bersamaan dengan asam humat dan hasilnya dapat menjerap hingga 100% Cr(III). tetapi persen removal akan menurun dengan kenaikan jumlah Cr dan atau faktor pengenceran kurang dari 10. Heterogenitas antara kitin dan asam humat harus diperhatikan untuk mendapat adsorben yang baik. Saravanan et al. [35] mempelajari tentang biokomposit kitin/ bentonit sebagai adsorben untuk menyerap Cr(VI). Didapatkan kondisi optimum untuk adsorpsi pada pH 4 dengan penjerapan sebesar 91%. E. Abu terbang bagas Suseno [20] meneliti tentang abu terbang bagas yang digunakan untuk mengurangi COD dan krom dalam air limbah penyamakandengan mendapatkan model kesetimbangan isoterm adsorpsi yang sesuai secara batch. Abu terbang bagas adalah limbah industri gula yang didapat dari hasil pembakaran bagas dalam boiler. Dari hasil penelitian didapat kondisi optimum yang didapatkan adalah pH 7 dengan penjerapan krom sebesar 67,84 %. F. Bentonit Tahir & Naseem [36] menggunakan bentonit sebagai adsorben untuk menyerap Cr(III). Dari hasil penelitian diketahui bahwa bentonit dapat menjerap hingga 93% Cr(III) dengan kondisi optimum pada pH 2,4-2,5. G. Lumpur aktif Salmariza [24] meneliti tentang penggunanaan lumpur aktif industri karet remah sebagai adsorben untuk menjerap krom.Dari penelitian didapat kondisi optimum pada pH 2 dengan reduksi 98,7% kromlimbah sisa analisis COD konsentrasi low dan high dan larutan stok Cr dengan konsentrasi 10 dan 30 ppm, oleh karena itu dimungkinkan lumpur aktif industri karet remah dapat digunakan pada limbah penyamakan kulit.Tammaro [25] membandingkan antara proses pengolahan limbah penyamakan dengan karbon aktif biologi dan lumpur aktif. Metode lumpur aktif terkadang susah diterapkan jika terdapat polutan beracun terdapat dalam limbah cair. Sedangkan pengolahan secara biologidengan menggunakan mikroorganisme, dalam penelitian ini yaitu Pseudomonas, Arthrobacter, Pantoea, Acinetobacter, Staphylococcus, Shewanella, Comamonas, Bacillus, ENEA-CARdapat Kimia FMIPA Unmul
P-ISSN 1693-5616 E-ISSN 2476-9258
mengurangi bahan berbahaya. Dari penelitian yang dilakukan, diketahui bahwa BAC (biological activated carbon) dan lumpur aktif dapat menjerap kromium 72% dan 70% pada skala eksperimen, dan pada kondisi lapangan sebesar 67% dan 46%. H. Serbuk gergaji Vinodhini& Das [23] meneliti serbuk gergaji untuk mereduksi Cr(VI) dengan packed bed column pada pH 2. Dari penelitian didapatkan 65,42 % Cr(VI) dapat dijerap oleh biosorben. I. Tanaman Gatew & Mersha [30] menggunakan serbuk benihMoringa stenopetala sebagai biosorben dan dapat menjerap krom hingga 99,86% pada pH 9,5.Reddy et al. [32] menggunakan kulit buah semangka (Citrullus lanatus)yang diserbukkan sebagai biosorben untuk menjerap Cr(III). Keadaan optimum dicapai pada pH 3, efisiensi penjerapan krom pada limbah penyamakan mencapai 90,8%. Swathi et al. [22] meneliti tentang serbuk kaktus yang digunakan sebagai adsorben. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa kaktus dapat dijadikan sebagai absorben, dapat menyerap kromium hingga 0,87 mg/L. Xavier et al. [7] juga meneliti Eucalyptus bark (EB) sebagai adsorben, didapatkan data EB dapat menyerap Cr(VI) sebanyak 92% pada pH 2. J. Membran Daraei et al. [37] meneliti penggunaan membran dari cangkang telur sebagai biosrben penjerap Cr(VI). Hasil yang didapatkan adalah kondisi optimum pada pH 3,54 dengan penjerapan sebesar 81,47%. K. Koagulasi dan Adsorpsi Ayoub et al. [4] melakukan pengolahan limbah penyamakan dengan adsorpsi dengan karbon aktif dan koagulasi dengan kapur dan bittern. Sebelumnya, limbah disaring dengan pada ukuran sedang dan mikro screening. Kemudian dilakukan percobaan skala lab dengan jar tes, dan hasilnya dibandingkan antara koagulasi dan adsorpsi. Dari percobaan ini didapat hasil pengurangan TSS, turbiditas, total fosfor dan kromium, COD dan BOD yang memuaskan. TDS dan konduktivitas juga naik. Ayoub et al. menyimpulkan bahwa proses koagulasi menggunakan kapur, aluminium sulfat, dan besi klorida dapat beroperasi dengan baik pada pH optimal, yaitu 11,3±0,1. Ouaisa et al. [3] juga meneliti tentang penggunaan secara bersamaan elektro koagulasi 52
Hesty, dkk Balai Besar Kulit Karet Plastik Kemenperin
Kajian Adsorpsi Krom
dan absorpsi dengan karbon aktif untuk menurunkan kadar COD, turbiditas, dan Cr (VI). Dari penelitian yang telah dilakukan pada pH 3,54,5, didapatkan hasil bahwa penggunaan bersama proses koagulasi dan absorpsi menghasilkan penjerapan yang lebih baik daripada koagulasi atau adsorpsi saja, yaitu 92%.
Berbagai adsorben telah dicoba untuk mereduksi krom dalam limbah penyamakan kulit. Perbandingan persentase reduksi krom dari berbgai penelitian terlihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Perbandingan % reduksi krom dari berbagai penelitian % reduksi Adsorben Pustaka Cr total Cr (III) Cr (VI) Koagulasi dengan kapur, limbah garam, 99,7 Ayoub, 2011 dan absorpsi karbon aktif Elektrokoagulasi dan absorpsi dengan 92 Ouaissa, 2012 karbon aktif Limbah industri gula 98,7 Fahim, 2006 Ampas tebu 99 Werkneh, 2014 Limbah kantong teh 99,9 Isah, 2012 Spirogyra condensata dan Rhizoclonium >90 Onyancha, 2008 hieroglyphicum Fusarium dan Aspergillus Niger 96,23 96,3 Triatmoojo, 2001 Pseudomonas aeruginosa 68,8 Chatterjee, 2011 Aspergillus niger 82 Thakur, 2011 Aspergillus niger and Aspergillus oryzae 98 Sepehr, 2012 Aspergillus niger pada airlift bioreaktor 96 Sepehr, 2012 Aspergillus niger 51,03 Komari, 2012 Saccharomyces cerevisiae 53,7 60 Carmona, 2012 Acinetobacter haemolyticus >90 Ahmad, 2013 Kitosan 91,9 Lasindrang, 2014 hingga 100
Asam humat - kitin Kitin-bentonit Abu terbang bagas Bentonit Lumpur aktif limbah karet remah Lumpur aktif dan karbon aktif biologi Serbuk gergaji serbuk benih Moringa stenopetala Serbuk kulit buah Citrullus lanatus Serbuk kaktus Serbuk kaktus Membran cangkang telur
91 67,84 93 98,7 70 & 72 65,4 99,9 90,8 0,87 mg/L
Pemilihan adsorben didasarkan padabeberapa faktor seperti efisiensi, biaya, dan lingkungan. Setiap bahan memiliki kemampuan mengadsorpsi logam krom yang berbeda-beda. Kondisi operasi proses perlu dicari terlebih dahulu untuk mendapatkan persen penjerapan yang
53
Santosa, 2008
92 81,5
Saravanan, 2013 Suseno, 2012 Tahir, 2007 Salmariza, 2012 Tammaro, 2014 Vinodhini, 2010 Gatew, 2013 Reddy, 2011 Swathi, 2014 Xavier, 2013 Daraei, 2013
optimal, khususnya pH. Namun, persentase penyerapan logam krom antara hasil eksperimen dengan di lapangan seringkali berbeda. Hal ini dikarenakan banyaknya logam lain yang terdapat dalam limbah penyamakan.
Kimia FMIPA Unmul
Jurnal Kimia Mulawarman Volume 13 Nomor 2 Mei 2016 Kimia FMIPA Unmul
KESIMPULAN Kajian penggunaan berbagai jenis adsorben menunjukkan bahwa banyak bahan alternatif selain karbon aktif komersial yang dapat dimanfaatkan untuk menghilangkan krom dari air limbah penyamakan kulit. Kondisi optimum penjerapan dipengaruhi berbagai faktor, antara lain pH, konsentrasi krom, dan waktu. Kemampuan tiap adsorben yang beragam dalam mengurangi krom menjadi pertimbangan pemilihan dalam melakukan penelitian lanjutan ke arah komersial.
P-ISSN 1693-5616 E-ISSN 2476-9258
[7]
[8]
[9]
DAFTAR PUSTAKA [1]
[2]
[3]
[4]
[5]
[6]
Fahim, N.F., Barsoum, B.N., Eid, A.E. and Khalil, M.S. (2006) Removal of chromium ( III ) from tannery wastewater using activated carbon from sugar industrial waste. 136, 303–9. http://dx.doi.org/10.1016/j.jhazmat.2005.12. 014 Santosa, S.J., Siswanta, D., Sudiono, S. and Utarianingrum, R. (2008) Applied Surface Science Chitin – humic acid hybrid as adsorbent for Cr ( III ) in effluent of tannery wastewater treatment. Applied Surface Science, 254, 7846–50. http://dx.doi.org/10.1016/j.apsusc.2008.02.1 02 Ouaisa, Y., Chabani, M., Amrane, A. and Bensmaili, A. (2012) Procedia Engineering Integration of electro coagulation and adsorption for the treatment of tannery wastewater – The case of an Algerian factory , Rouiba. Procedia Engineering, 00, 1–4. http://dx.doi.org/10.1016/j.proeng.2012.01.1 181 Ayoub, G.M., Hamzeh, A. and Semerjian, L. (2011) Post treatment of tannery wastewater using lime / bittern coagulation and activated carbon adsorption. Desalination, 273, 359–65. http://dx.doi.org/10.1016/j.desal.2011.01.04 5 Triatmojo, S., Sihombing, D.T.H., Djojowidagdo, S. and Wiradarya, T.R. (2001) Biosorpsi dan Reduksi Krom Limbah Penyamakan Kulit dengan Biomassa Fusarium sp dan Aspergillus niger. Manusia Dan Lingkungan, 8, 70–81. Lasindrang, M. (2014) Adsorpsi pencemaran limbah cair industri penyamakan kulit oleh kitosan yang melapisi arang aktif tempurung kelapa. J Teknosains, 3, 132–41.
Kimia FMIPA Unmul
[10]
[11]
[12]
[13]
[14]
[15]
[16]
Xavier, A.M., Logeswari, A. and Mano, S. (2013) Removal of Chromium from Real Tannery Effluent by Using Bioadsorbents. International Journal of Engineering and Science, 2, 35–40. Esmaeili, A., Nia, A.M. and Vazirinejad, R. (2005) Chromium ( III ) Removal and Recovery from Tannery Wastewater by Precipitation Process. American Journal of Applied Sciences 2, 2, 1471–3. Murti, R.S., Purwanti, C.M.H. and Suyatini, S. (2013) Adsorpsi amonia dari limbah cair industri penyamakan kulit menggunakan abu terbang bagas. Majalah Kulit Karet Dan Plastik, 29, 85–90. http://dx.doi.org/10.20543/mkkp.v29i2.195 Prasetya, A., Sarto, S. and Sholeh, M. (2013) Pemodelan matematis pengurangan COD dalam air limbah industri penyamakan kulit secara adsorpsi kontinyu menggunakan abu terbang bagas. Majalah Kulit, Karet, Dan Plastik, 29, 13–20. http://dx.doi.org/10.20543/mkkp.v29i1.214 Supraptiningsih, S., Suraswati, A. and Sholeh, M. (2006) Penggunaan zeolit alam untuk mengurangi kandungan krom dan nh4+ dalam air limbah penyamakan kulit. Majalah Kulit Karet Dan Plastik, 22, 16–9. http://dx.doi.org/10.20543/mkkp.v22i1.329 Prayitno, P. (2014) Pengurangan nitrogen pada limbah cair terolah industri penyamakan kulit menggunakan sistem wetland buatan. Majalah Kulit Karet Dan Plastik, 30, 79–86. Sutyasmi, S. and Susanto, H.B. (2013) Penggunaan tanaman air (bambu air dan melati air) pada pengolahan air limbah penyamakan kulit untuk menurunkan beban pencemar dengan sistem wetland dan adsorpsi. Majalah Kulit Karet Dan Plastik, 29, 69–76. http://dx.doi.org/10.20543/mkkp.v29i2.193 Sholeh, M., Supraptiningsih, S. and Arsitika, W.P. (2013) Penurunan COD air limbah industri penyamakan kulit menggunakan reagen fenton. Majalah Kulit, Karet, Dan Plastik, 29, 31–6. http://dx.doi.org/10.20543/mkkp.v29i1.216 Martino, A. De, Iorio, M. and Capasso, R. (2013) Chemosphere Sustainable sorption strategies for removing Cr 3 + from tannery process wastewater. 92, 1436–41. Onyancha, D., Mavura, W., Ngila, J.C., Ongoma, P. and Chacha, J. (2008) Studies of chromium removal from tannery 54
Hesty, dkk Balai Besar Kulit Karet Plastik Kemenperin
[17]
[18]
[19]
[20]
[21]
[22]
[23]
[24] 55
wastewaters by algae biosorbents , Spirogyra condensata and Rhizoclonium hieroglyphicum. 158, 605–14. http://dx.doi.org/10.1016/j.jhazmat.2008.02. 043 Chatterjee, S., Ghosh, I. and Mukherjea, K.K. (2011) Uptake and removal of toxic Cr ( VI ) by Pseudomonas aeruginosa : physicochemical and biological evaluation. 101, 645–52. Isah, U.A. and Lawal, M. (2012) Acid activated tea bag waste as an adsorbent for the removal of chromium ions from tannery waste water. Pelagia Research Library, 3, 4033–5. Kennedy, L.J., Mohan, K. and Sekaran, G. (2004) Integrated biological and catalytic oxidation of organics / inorganics in tannery wastewater by rice husk based mesoporous activated carbon –– Bacillus sp . Carbon, 42, 2399–407. http://dx.doi.org/10.1016/j.carbon.2004.04.0 02 Suseno, H.P. (2012) Pengurangan Chemical Oxygen Demand (COD) dan Krom dalam Air Limbah Industri Penyamakan Kulit menggunakan Abu Terbang Bagas. Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi, 3, 270–8. Werkneh, A.A., Habtu, N.G. and Beyene, H.D. (2014) Removal of hexavalent chromium from tannery wastewater using activated carbon primed from sugarcane bagasse : Adsorption / desorption studies Removal of hexavalent chromium from tannery wastewater using activated carbon primed from sugarcane bagasse : Ads. American Journal of Applied Chemistry, 2, 128–35. http://dx.doi.org/10.11648/j.ajac.20140206.1 6 Swathi, M., Singh, S., Aravind, S., Sudhakar, A., Gobinath, R. and Saranya, D. (2014) Experimental studies on tannery wastewater using cactus powder as an adsorbent. Journal of Applied Science and Engineering, 3, 436–46. http://dx.doi.org/10.6088/ijaser.030200014 Vinodhini, V. and Das, N. (2010) Packed bed column studies on Cr ( VI ) removal from tannery wastewater by neem sawdust. Desalination, 264, 9–14. http://dx.doi.org/10.1016/j.desal.2010.06.07 3 Salmariza, S. (2012) Pemanfaatan Limbah
Kajian Adsorpsi Krom
[25]
[26]
[27]
[28]
[29]
[30]
[31]
[32]
Lumpur Proses Activated Sludge. Jurnal Riset Industri, VI, 175–82. Tammaro, M. (2014) A comparative evaluation of biological activated carbon and activated sludge processes for the treatment of tannery wastewater. Journal of Environmental Chemical Engineering, 2, 1445–55. Song, Z., Edwards, S.R. and Ã, R.G.B. (2006) Treatment of naphthalene-2-sulfonic acid from tannery wastewater by a granular activated carbon fixed bed inoculated with bacterial isolates Arthrobacter globiformis and Comamonas testosteroni. 40, 495–506. http://dx.doi.org/10.1016/j.watres.2005.11.0 35 Thakur, I.S. and Srivastava, S. (2011) Bioremediation and Bioconversion of Chromium. International Journal of Technology, 1126704321, 224–33. Noori, M., Nasseri, S., Zarrabi, M. and Reza, M. (2012) Removal of Cr ( III ) from tanning effluent by Aspergillus niger in airlift bioreactor. Separation and Purification Technology, Elsevier B.V. 96, 256–62. http://dx.doi.org/10.1016/j.seppur.2012.06.0 13 Sepehr, M.N., Zarrabi, M. and Amrane, A. (2012) Journal of the Taiwan Institute of Chemical Engineers Removal of CR ( III ) from model solutions by isolated Aspergillus niger and Aspergillus oryzae living microorganisms : Equilibrium and kinetic studies. Journal of the Taiwan Institute of Chemical Engineers, Taiwan Institute of Chemical Engineers. 43, 419–26. http://dx.doi.org/10.1016/j.jtice.2011.12.001 Gatew, S. and Mersha, W. (2013) Tannery Wastewater Treatment Using Moringa Stenopetala Seed. Wyno Academic Journal of Physical Science, 1, 1–8. Carmona, M.E.R., Silva, M.A.P., Ferreira, S.G., Ramı, M.E., Echeverri, O.H.V. and Ocampo-lo, C. (2012) Packed bed redistribution system for Cr ( III ) and Cr ( VI ) biosorption by Saccharomyces cerevisiae. Journal of the Taiwan Institute of Chemical Engineers, 43, 428–32. http://dx.doi.org/10.1016/j.jtice.2011.12.002 Reddy, N.A., Lakshmipathy, R. and Sarada, N.C. (2014) Application of Citrullus lanatus rind as biosorbent for removal of trivalent chromium from aqueous solution. Alexandria Engineering Journal, Faculty of Kimia FMIPA Unmul
Jurnal Kimia Mulawarman Volume 13 Nomor 2 Mei 2016 Kimia FMIPA Unmul
Engineering, Alexandria University. 53, 969–75. http://dx.doi.org/10.1016/j.aej.2014.07.006 [33] Komari, N. and Yudistri, A. (2012) Penggunaan Biomassa Aspergillus niger Sebagai Biosorben Cr ( III ) ( Using of Aspergillus niger As Biosorbent of Chromium ( III )). Jurnal Manusia Dan Lingkungan, 19, 46–51. [34] Ahmad, W.A., Haslinda, W., Ahmad, W., Abdul, N., Raj, A.S.S. and Akmar, Z. (2013) International Biodeterioration & Biodegradation Cr ( VI ) reduction in naturally rich growth medium and sugarcane bagasse by Acinetobacter haemolyticus. International Biodeterioration & Biodegradation, Elsevier Ltd. 85, 571–6. http://dx.doi.org/10.1016/j.ibiod.2013.01.00 8 [35] Saravanan, D., Gomathi, T. and Sudha, P.N. (2013) International Journal of Biological Macromolecules Sorption studies on heavy metal removal using chitin / bentonite biocomposite. International Journal of Biological Macromolecules, Elsevier B.V. 53, 67–71. http://dx.doi.org/10.1016/j.ijbiomac.2012.11 .005
Kimia FMIPA Unmul
P-ISSN 1693-5616 E-ISSN 2476-9258
[36] Tahir, S.S. and Naseem, R. (2007) Removal of Cr ( III ) from tannery wastewater by adsorption onto bentonite clay. 53, 312–21. http://dx.doi.org/10.1016/j.seppur.2006.08.0 08 [37] Daraei, H., Mittal, A., Mittal, J. and Kamali, H. (2013) Optimization of Cr ( VI ) Removal onto Biosorbent Eggshell Membrane : Experimental & Theoretical Approaches. Desalination and Water Treatment,. http://dx.doi.org/10.1080/19443994.2013.78 7374
56