BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Kemarahan adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman. (Stuart and sundeen, 1991). Pengungkapan kemarahan dengan langsung dan konstruktif pada waktu terjadi akan melegakan individu dan membantu orang lain untuk mengerti perasaan yang sebenarnya. Namun demikian faktor budaya perlu dipertimbangkan sehingga keuntungan kedua belah pihak dapat dicapai. Kemarahan yang ditekan atau pura-pura tidak marah akan mempersulit sendiri dan mengganggu hubungan interpersonal. Banyak situasi kehidupan yang menimbulkan kemarahan, misal fungsi tubuh yang terganggu sehingga harus masuk rumah sakit, kontrol diri yang diambil alih orang lain akibat menderita sakit, peran yang tidak dapat dilakukan karena dirawat di rumah sakit, dan banyak hal lain yang dapat menjengkelkan individu. Rentang respon kemarahan(Stuart and Sundeen, 1991). Respon kemarahan dapat berfluktuasi dalam rentang adaptif mal adaptif. Gambar 2.1 Rentang respon expresi marah.
Respon adaptif
Asertif
Respon mal adaptif
Frustasi
Menurut Stuart and sundeen, (1991).
Pasif
Agresif
Amuk
1. Assertif (Pernyataan) Kemarahan atau rasa tidak setuju yang dinyatakan atau ungkapan tanpa menyakiti orang lain akan memberi kelegaan pada individu dan tidak akan menimbulkan masalah. 2. Frustasi Respon yang terjadi akibat gagal mencapai tujuan karena tujuan yang tidak realistis atau hambatan proses pencapaian tujuan. Dalam keadaan ini tidak ditemukan alternatif lain. 3. Pasif Suatu keadaan dimana individu merasa tidak mampu mengungkapkan perasaannya yang sedang dialami. untuk menghindari suatu tuntutan nyata. 4. Agresif Perilaku yangmenyertai marah dan merupakan dorongan untuk bertindak dalam bentuk destruktif dan masih terkontrol, perilaku yang tampak dapat berupa; muka masam, bicara kasar, menuntut serta perilaku kekerasan. 5. Amuk Perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan kontrol diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
Stress, cemas, marah merupakan bagian kehidupan sehari-hari yang harus dihadapi oleh individu, Stress dapat menyebabkan kecemasan yang menimbulkan perasaan menyenangkan dan terancam, kecemasan dapat menimbulkan kemarahan. Respon terhadap marah dapat diungkapkan melalui 3 cara yaitu ; Secara verbal, menekan, dan menentang. Dari 3 cara ini yang pertama adalah konstruktif sedang cara yang lain adalah destruktif. Dengan melarikan diri atau menentang akan menimbulkan rasa bermusuhan dan bila dipakai terus menerus, maka kemarahan dapat diekspresikan pada diri sendiri atau lingkungadan tampak sebagai depresi dan psikomatik atau agresif dan amuk Menurut Stuart and Sundeen, (1991). Perbandingan perilaku marah asertif, pasif, agresif adalah sebagai berikut : 1
Dilihat dari pembicaraan Asertif, perilaku yang ditunjukan di antaranya yaitu positif, menawarkan diri “saya dapat …, saya akan … ” Pasif, perilaku yang di tunjukan di antaranya yaitu negative, merendahkan diri “dapatkan saya …” Agresif, perilaku yang di tunjukan yaitu sombongkan diri, merendahkan orang lain “kamu selalu … ”, “kamu tak pernah … ”
2
Dilihat dari suara Asertif, perilaku yang di tunjukan yaitu sedang Pasif, perilaku yang ditunjukan diantaranya yaitu lambat, rendah, mengeluh Agresif, perilaku yang ditunjukan di antarnya yaitu keras, ngotot.
3
Dilihat dari posisi badan Asertif , perilaku yang di tunjukan diantaranya yaitu tegap, santai
Pasif , perilaku yang ditunjukan yaitu menundukkan kepala Agresif , perilaku yang di tunjukan yaitu kaku, condong kedepan 4
Dilihat dari jarak Asertif , perilaku yang ditunjukan di antaranya yaitu mempertahankan jarak yang nyaman Pasif , perilaku yang di tunjukan di antaranya yaitu menjaga jarak (sikap yang tak acuh) Agresif , perilaku yang ditunjukan di antaranya yaitu siap dengan jarak menyerang orang lain
5
Dilihat dari penampilan Asertif, perilaku yang di tunjukan yaitu siap melaksanakan Pasif, perilaku yang di tunjukan yaitu loyo, tidak dapat tenang Agresif, perilaku yang di tunjukan yaitu mengancam, tak dapat terang
6
Dilihat dari kontak mata Asertif , perilaku yang di tunjukan yaitu mempertahankan kontak mata sesuai kebutuhan yang berlangsung. Pasif , perilaku yang di tunjukan di antaranya yaitu sedikit / sama sekali tidak ada kontak mata. Agresif , perilaku yang di tunjukan yaitu mata melotot dan dipertahankan.
B. Etiologi Etiologi dari perilaku kekerasan : marah menurut Struart & sundeen, ( 1991) 1
Faktor Predisposisi a. Faktor Biologis
Respon fisiologis karena kegiatan system syaraf otonom bereaksi terhadap sekresi epineprin,sehingga tekanan darah meningkat, takikardi, wajah merah, pupil membesar, dan frekuensi pengeluaran urin meningkat. Kewaspadaan, ketegangan otot seperti rahang terkatup,tangan dikepal, tubuh kaku, dan reflek cepat. Hal ini disebabkan karena energi yang dikeluarkan saat marah. Disamping itu ada individu yang tidak menyukai atau marah terhadap bagian tertentu dari tubuhnya seperti peryt buncit, betis terlalu besar, tubuh pendek, sehingga dapat memotivasi individu untuk mengubah sikap terhadap aspek dirinya. 1. Instinctual Drive Teory Perilaku agresif disebabkan oleh dorongan kebutuhan dasar yang kuat. Contoh : marah, karena tak dipenuhi kebutuhan sex. 2. Psychomatis Theory Pengalaman rasa marah adalah sebagai akibat dari respon psikologi terhadap stimulus eksternal, internal dan lingkungan. Contoh : stress pada masa lampau, cemas dan kecewa. b. Faktor psikologis Individu yang marah merasa tidak nyaman, merasa tak berdaya, jengkel, frustasi, dendam, ingin mengamuk, bermusuhan, sakit hati, menyalahkan dan menuntut. Perilaku menarik perhatian dan timbulnya konflik pada diri sendiri perlu dikaji seperti melarikan diri, bolos dari sekolah, mencuri, menimbulkan kebakaran, penyimpangan sexual. Sebagian besar pengalaman kehidupan individu didapatkan melalui proses intelektual, peran panca indra sangat penting untuk beradaptasi pada lingkungan yang selanjutnya diolah dalam proses sebagai suatu pengalaman. Oleh karena itu perawat perlu mengkaji cara klien marah,
mengidentifikasi keadaan yang menyebabkan marah, bagaimana
informasi
diproses, diklarifikasikan dan diintegrasikan. Pada gangguan fungsi panca indra dapat terjadi penyimpangan persepsi individu sehingga menimbulkan marah. Meliputi interaksi sosial budaya, konsep rasa percaya diri dan ketergantungan emosi. Marah sering merangsang kemarahan dari orang lain, dan menimbulkan penolakan dari orang lain. Sebagian klien menyalurkan kemarahan dengan menilai dan mengkritik tingkah laku orang lain, sehingga orang lain merasa sakit hati. Proses tersebut dapat mengasingkan individu sendiri dan menjauhkan diri dari orang lain. Menurut Struart and Sandeen ( 1991 ) adalah sebagai berikut : 1. Frustation agression theory Frustasi terjadi bila keinginan individu untuk mencapai sesuatu gagal sehingga akan menyebabkan suatu keadaan yang akan mendorong individu untuk berlaku agresif. Contoh : kehilangan pekerjaan. 2. Behavioral theory Kemarahan adalah respon belajar dan hal tersebut dapat dicapai bila ada fasilitas / situasi yang mendukung. Contoh : perasaan jengkel 3. Exitential theory Berperilaku adalah kebutuhan manusia, bila kebutuhan tersebut tidak dipenuhi lewat hal yang positif, maka individu akan melakukan hal negatif. Contoh : bertindak kekerasan.
c. Faktor sosial kultural Dalam memenuhi kebutuhan, individu memerlukan saling berhubungan dengan orang lain, pengalaman marah dapat mengganggu hubungan interpersonal sehingga beberapa individu memilih menyangkal atau pura-pura tidak marah untuk mempertahankan hubungan tersebut. Cara individu mengungkapkan marah merefleksikan latar belakang budayanya. 1. Social environment theory Lingkungan
sosial
akan
mempengaruhi
sikap
individu
dalam
mengekspresikan marah. Norma kebudayaan dapat mendukung individu untuk berespon asertif / kasar (agresif). Contoh : pergaulan di lingkungan sekitar. 2. Social learning theory Perilaku agresif dapat dipelajari secara langsung maupun imitasi dari proses sosialisasi. Contoh : mengejek, berdebat. 2. Faktor prespitasi Menurut Struart and Sundeen (1991), Secara umum marah terjadi karena adanya tekanan / ancaman yang unik atau berbeda-beda. Ada 2 macam yang mengakibatkan terjadi kemarahan, yaitu : 1
External stresor Contoh : kehilangan anggota fisik.
2
Internal stresor Contoh : kehilangan pekerjaan, kehilangan cinta.
C. Manifestasi klinik
Menurut Stuart and Sundeen, (1991) Tanda dan gejala, perilaku kekerasan yaitu suka marah, pandangan mata tajam, otot tegang, nada suara tinggi, berdebat, sering pula memaksakan kehendak, merampas makanan dan memukul bila tidak sengaja. 1. Motor agitation Gelisah, mondar-mandir, tidak dapat duduk tenang, otot tegang, rahang mengencang, pernafasan meningkat, mata melotot, pandangan mata tajam. 2. Verbal Memberi kata-kata ancaman melukai, disertai melukai pada tingkat ringan, bicara keras, nada suara tinggi, berdebat. 3. Efek Marah, bermusuhan, kecemasan berat, efek labik, mudah tersinggung. 4. Tingkat kesadaran Bingung, kacau, perubahan status mental, disorientasi dan daya ingat menurun.
D. Pohon masalah Menurut Towsend, Mc (1998)
Resiko menciderai diri sendiri / orang lain / lingkungan ↑ Perilaku agresif ↑ Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
E. Diagnosa keperawatan Menurut Towsend, Mc (1998) 1. Resiko menciderai dilingkungan orang lain berhubungan dengan perilaku kekerasan. 2. Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah. Gambar 2.2 Skema Proses kemarahan. (Beck, Rawlins, williams, 2002) Ancaman atau kebutuhan
Stress
Cemas
Marah
Merasa Kuat
Masalah tidak selesai
Menantang
Marah berkepanjangan
B.
Mengungkapkan secara Verbal
Merasa tidak Adequate
Menjaga keutuhan Orang lain
Melarikan diri
Lega
Mengingkari Mara
Ketegangan Menurun
Marah tidak terungkap
Pengkajian (Stuart And Sundeen, 1991) Rasa marah teratasi
Pada dasarnya pengkajian pada klien marah ditunjukan pada semua aspek yaitu biologi-psikososial-cultural-spiritual. Muncul rasa bermusuhan 1
Aspek Biologis Rasa bermusuhan menahun
Respon fisiologis karena kegiatan system syaraf otonom bereaksi terhadap sekresi epineprin,sehingga tekanan darah meningkat, takikardi, wajah merah, pupil Marah pada diri sendiri
Marah pada orang lain/ lingkungan
Agresif mengamuk Depresi psikomotik
membesar, dan frekuensi pengeluaran urin meningkat. Kewaspadaan, ketegangan otot seperti rahang terkatup,tangan dikepal, tubuh kaku, dan reflek cepat. Hal ini disebabkan karena energi yang dikeluarkan saat marah. Disamping itu ada individu yang tidak menyukai atau marah terhadap bagian tertentu dari tubuhnya seperti perut buncit, betis terlalu besar, tubuh pendek, sehingga dapat memotivasi individu untuk mengubah sikap terhadap asosiasi dirinya. 2
Aspek emosional Individu yang marah merasa tidak nyaman, merasa tak berdaya, jengkel, frustasi, dendam, ingin mengamuk, bermusuhan, sakit hati, menyalahkan dan menuntut. Perilaku menarik perhatian dan timbulnya konflik pada diri sendiri perlu dikaji seperti melarikan diri, bolos dari sekolah, mencuri, menimbulkan kebakaran, penyimpangan sexual.
3
Aspek intelektual Sebagian besar pengalaman kehidupan individu didapatkan melalui proses intelektual, peran panca indra sangat penting untuk beradaptasi pada lingkungan yang selanjutnya diolah dalam proses sebagai suatu pengalaman. Oleh karena itu perawat perlu mengkaji cara klien marah, mengidentifikasi keadaan yang menyebabkan marah, bagaimana
informasi diproses, diklarifikasikan
dan
diintegrasikan. Pada gangguan fungsi panca indra dapat terjadi penyimpangan persepsi individu sehingga menimbulkan marah. 4
Aspek Sosial
Meliputi interaksi sosial budaya, konsep rasa percaya
diri dan
ketergantungan emosi. Marah sering merangsang kemarahan dari orang lain, dan menimbulkan penolakan dari orang lain. Sebagian klien menyalurkan kemarahan dengan menilai dan mengkritik tingkah laku orang lain, sehingga orang lain merasa sakit hati. Proses tersebut dapat mengasingkan individu sendiri dan menjauhkan diri dari orang lain. Dalam memenuhi kebutuhan, individu memerlukan saling berhubungan dengan orang lain, pengalaman marah dapat mengganggu hubungan interpersonal sehingga beberapa individu memilih menyangkal atau pura-pura tidak marah untuk mempertahankan hubungan tersebut. Cara individu mengungkapkan marah merefleksikan latar belakang budayanya.
5
Aspek spiritual Kepercayaan, nilai, dan moral mempengaruhi ungkapan marah individu. Aspek tersebut mempengaruhi hubungan individu dengan lingkungan. Hal yang bertentangan dengan norma yang dimiliki dapat menimbulkan kemarahan yang dimanivestasikan dengan moral dan rasa tidak berdosa. Individu yang percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa selalu meminta kebutuhan dan bimbingan kepadaNya. Namun secara umum seorang individu menuntut kebutuhannya dari orang lain atau lingkungan sehingga timbul frustasi bila tidak terpenuhi selanjutnya timbul marah. Dari uraian di atas, perawat perlu mengkaji secara komprehensif, meliputi aspek fisik, emosi intelektual, sosial maupun spiritual.
C.
Diagnosis Keperawatan Diagnosis keperawatan yang berhubungan dengan marah bervariasi, yaitu berdasarkan sumber, tingkatan frekuensi, sasaran kemarahan cara ungkapan marah dan kondisi fisik individu. Beberapa kemungkinan diagnosis keperawatan : 1. Perilaku kekerasan berhubungan dengan adanya persepsi faham yang mengancam (Stuart dan sundeen, 1991). 2. Kesulitan mengungkapkan kemarahan tanpa menyakiti hak orang lain berhubungan dengan tidak tahu cara mengungkapkan marah yang asertif. (Kelliat, 1996).
3. Gangguan komunikasi berhubungan dengan perasaan marah. (Kelliat, 1996). 4. Penyesuaian
yang
tidak
efektif
berhubungan
dengan
tidak
mampu
mengonfrontasikan kemarahan. (Kelliat, 1996). 5. Penyesuaian yang tidak efektif berhubungan dengan penolakan rasa marah. (Kelliat, 1996). 6. Potensi amuk berhubungan dengan fungsi kontrol otak yang terganggu akibat tumor otak (Kelliat, 1996). 7. Kekuatan marah yang berkepanjangan berhubungan dengan diagnosis baru, situasi baru dan informasi kurang (Kelliat, 1996).
D. INTERVENSI TGl
16/01/2008
No DX 1
DX. Kep
Intervensi Perencanaan Tujuan
Resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan
TUM : Klien tidak menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan. TUK I : Klien dapat BHSP
TUK 2 Klien mampu mengenal penyebab perilaku kekerasan
TUK 3 : Klien dapat mengidentivikasi penyebab dan tandatanda perilaku kekerasan
KH
Eksperesi wajah bersahabat, menunjukan rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, meu menyebutkan nama, mau menjawab salam, klien mau duduk berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi.
1. Klien dapat mengungkapkan penyebab perasaan jengkel/ kesal dari diri sendiri, orang lain dan lingkunan
a. Klien mampu mengungkapkan perasaan saat marah b. klien dapat menyimpulkan
BHSP dengan mengunkapkan prinsip komunikasi terapeutik: 1. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal. 2. Perkenlkan diri dengan sopan. 3. Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai klien. 4. Jelaskantujuan pertemuan. 5. Jujur dan menepati janji. 6. Tunjukan sikapempati dan menerima klien apa adanya. 7. Beri perhatian kepada klien dan perhatikan keb. Dasar klien.
1. Beri kesempatan untuk mengungkapkan persaannya 2. Bantu klien untuk mengungkapkan perasaan jengkal/ kesal
- Anjurkan klien
17/01/2008
1
TUK 4: Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
TUK 5 : Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
TUK 6 : Klien dapat mengidentifikasi cara yang konstruktifdalam berespon terhadap kemarahan
tanda-tanda kesal yang dialami
_ klien dapat mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan - Klien dapat berperan dengan perilaku kekerasan yang biasa di lakukan - klien dapat melakukan cara yang biasa dapat menyelesaikan masalah atau tidak
- Klien dapat menjelaskan akibat dari cara yang biasa digunakan klien
Ex : dapat mendemonstrasikan cara fisik pukul bantal Klien dapat melakukan cara berespon terhadap kemarahan secara konstruktif
TUK 7 Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan
mengungkapkan yang dialami dan dirasakan pada saat jengkel - Observasi tanda perilaku kekerasan pada klien - Simpulkan bersama tanda dan gejala jengkel yang dihadapi
- Anjurkan klien untuk mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan - Bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan - Bicarakan dengan klien cara yang klien lakukan dapat menyelesaikan masalah atau tidak
- Bicarakan akibat/ kerugian cara yang dilakukan klien - Bersama klien menyimpulkan akibat cara yang digunakan oleh klien - Tanyakan pada klien apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat - Tanyakan pada klien “Apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat. a. Secara fisik : tarik nafas dalam, jika sedang kedal pukul bantal
18/01/2008
1
TUK 8 Klien dapat mengguunakan obat dengan benar (sesuai program pengobatan)
- klien dapat mendemonstrasik an cara mengontrol perilaku kekerasan : - fisik : tarik nafas dalam, olag raga, pukul bantal. - Verbal : mengatakan secara langsung dengan tidak menyakiti - Spiritual : sembahyang berdoa atau beribadah klien
-
TUK 9 Klien mendapat dukungan keluarga mengontrol perilaku kekerasan.
-
klien dapat menyebutkan obat-obat yang diminum dan kegunaannya (jenis, waktu, efek). Klien dapat minum obat sesuai program pengobatan.
b. Secara verbal : Katakan bahwa anda sedang kesal/ tersinggung c. Secara social : lakukan dalam kelompok cara marah yang sehat d. Secara spiritual : anjurkan klien untuk smbahyang, berdoa, meminta dan memohon pada Tuhan YME tentang jengkel - Bantu klien memilih cara yang tepat untuk klien - Bantu klien mengidentifikasi cara yang sehat yang telah dipilih - Bantu klien menstimulasikan tersebut(role play) - Beri reinforcement positif atas keberghasilanya - Anjurkan klien untuk menggunakan cara yang teklah dipelajari saat jengkel/ marah - Susun jadwal melakukan cara yang telah dipelajari. - Jelaskan jenisjenis obat yang diminum klien. - Diskusikan manfaat minum obat dan kerugian minum obat berhenti tanpa seijin dokter. - Jelaskan pribsip benar.
- Jelaskan manfaat minum obat dan efek obat yang diperlukan. - Anjurkan klien minta obat dan minum obat tepat waktu. - Anjurkan klien melaporkan pada perawat jika ada efek obat. - Beri pujian klien jika minum obat yang benar. -