BAB II TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan atau kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman. (Kelliat,1996) Perasaan
jengkel
normal
bagi
individu,
namun
perilaku
yang
dimanifestasikan oleh perasaan marah dapat berfluktuasi sepanjang rentang adaptif dan maladaptif. Respon adaptif
Asertif
Respon maladaptif
Frustasi
Pasif
Agresif
Kekerasan
(Stuart and Sundeen, 1987 dalam Kelliat, 1996). Kegagalan yang menyebabkan frustasi dapat menimbulkan respon pasif dan melarikan diri atau respon melawan dan menentang merupakan respon yang mal adaptif yaitu agresif sampai kekerasan. Perilaku yang ditampakan mulai yang rendah sampai pada tingkat yang lebih tinggi yaitu: Asertif Kemarahan atau rasa tidak setuju yang di nyatakan atau diungkapkan tanpa menyakiti orang lain akan mengembalikan kelegaan pada individu dan tidak akan
1
menimbulkan masalah. Ini bisa ditunjukkan dengan diskusi untuk menyelesaikan masalah atau bermusyawarah Frustasi Respon yang terjadi akibat gagal mencapai tujuan karena tujuan yang tidak realistis atau hambatan dalam pencapaian tujuan. Contohnya tidak naik kelas, di putus pacar. Pasif Suatu keadaan dimana individu merasa tidak mampu mengungkapkan perasaannya yang sedang dialami. Contohnya orangnya pendiam, pandangan matanya selalu menunduk Agresif Perilaku yang menyertai maah dan merupakan dorongan untuk brtindak dalam bentuk destruktif dan masih terkontrol . Perilaku yang tampak dapat berupa :muka masam, bicara kasar, menuntut, kasar disertai kekerasan. Kekerasan Dapat disebut juga dengan amuk yaitu perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan kontrol diri individu dapat merusak diri sendiri , orang lain lingkungan. Contohnya membanting barang-barang, menyakiti diri sendiri (bunuh diri)
2
Proses expresi marah Ancaman atau kebutuhan Stress Cemas Marah Merasa kuat
Mengungkapkan secara verbal
Menantang
Merasa tidak adekuat
Menjaga keutuhan orang lain
Masalah tidak selesai Marah berkepanjangan
Lega Ketegangan menurun
Melarikan diri Mengingkari marah Marah tidak terungkap
Rasa marah teratasi Muncul rasa bermusuhan
Marah pada diri sendiri Depresi psikosomatik
Marah pada orang lain Agresif mengamuk
(Beck, Rawlins, Williams, 1986 dalam Kelliat 1996)
3
Proses kemarahan (Kelliat,1996) Stres, cemas, marah merupakan bagian kehidupan sehari-hari yang harus dihadapi oleh setiap individu. Stres dapat menyebabkan kecemasan yang menimbulkan perasaan yang tidak menyenangkan dan terancam. Kemarahan dapat menimbulkan kecemasan. Respon terhadap marah dapat diungkapkan melalui tiga cara yaitu : (1) mengungkapkan secara verbal ; (2) menekan ; dan (3) menentang. Dari ketiga cara ini cara yang pertama adalah konstruktif sedangkan dua cara lain adalah destruktif. Dengan melarikan diri atau menantang akan menimbulkan rasa bermusuhan, dan bila cara ini dipakai terus menerus, maka kemarahan dapat diekpresikan pada diri sendiri atau lingkungan dan akan tampak sebagai depresi dan psikomatik atau agresif dan ngamuk.
B. Pengkajian 1. Faktor predisposisi (Depkes,1994) Beberapa teori dikemukakan untuk menjelaskan ekspresi marah. Factor-faktor yang dapat menyebabkan masalah ekspresi marah adalah : faktor biologis, psikologis dan social cultural
4
a. Biologis 1) Teori dorongan naluri (Instinctual drive theory) Perilaku agresif disebabkan oleh suatu dorongan kebutuhan dasar yang sangat kuat,misalnya; kelaparan dia akan melakukan tindakan yang agresif untuk mendapatkan makanan. 2) Teori psikosomotik (psychosomatic theory) Pengalaman rasa marah adalah sebagai akibat dari respon psikologis terhadap stimulus eksternal, internal maupun lingkungan. Dan sitem limbic berperan sebagai pusat untuk mengekspresikan maupun menghambat rasa marah, misalnya; stress pada masa lampau, cemas dan kecewa. b. Psikologi 1) Teori agresi dan frustasi (frustration aggression theory) Frustasi terjadi apabila keinginan individu untuk mencapai sesuatu gagal atau terhadambat. Keadaan tersebut akan mendorong individu berperilaku agresif, misalnya; kehilangan pekerjaan dia akan melakukan tindakan yang agresif untuk mendapatkan pekerjaannya kembali. 2) Teori perilaku (behavioral theory) Kemarahan adalah respon belajar, dan hal ini dapat dicapai apabila ada fasilitas / situasi yang mendukung, misalnya; perasaan jengkel, perasaan idak senang.
5
3) Teori eksistensi (existensial theory) Bertingkah laku adalah kebutuhan dasar manusia, apabila kebutuhan tidak dapat di penuhi melalui hal positif dengan berperilaku konstruktif, maka individu akan melakukan hal negative dengan perilaku destruktif, misalnya; bertindak amuk, kekerasan, mengejek. c. Sosial cultural 1) Teori lingkungan sosial (social environment) Lingkungan sosial akan mempengaruhi sikap individu dalam mengekspresikan marah, norma kebudayaan dapat mendukung individu untuk berespon asertif atau agrsif, misalnya; menarik diri. 2) Teori belajar sosial (social learning theory) Perilaku agresif dapat dipelajari secara langsung maupun imitasi dari proses sosialitas, misalnya; bertindak kekerasan, mengejek dan berdebat. 2. Faktor presipitasi Stressor yang khas mencetuskan perasaan marah sifatnya unik untuk setiap individu. Stressor tersebut dapat di sebabkan dari luar maupun dalam. Contohnya stressor yang berasal dari luar antara lain : serangan fisik, kehilangan, kematian dan lain-lain . sedangkan stressor yang berasal dari dalam adalah putus hubungan dengan orang yang berarti, kehilangan rasa cinta, ketakutan pada penyakit fisik dan menurunnya prestasi kerja, perilaku
6
marah juga sering berkaitan dengan rasa berasalah yang tidak dapat di kendalikan. (Depkes, 1994) C. Perilaku (Menurut Kelliat, 1996) 1. Dimensi Emosi a. Tidak adekuat b. Tidak aman c. Rasa terganggu d. Marah (dendam) e. Jengkel 2. Dimensi Fisik a. Muka merah b. Pandngan tajam c. Napas pendek d. Keringat e. Sakit fisik f. Penyalahgunaan zat g. Tekanan darah meningkat 3. Dimensi Intelektual a. Mendominasi b. Bawel c. Sarkasme
7
d. Berdebat e. Meremehkan 4. Dimensi Spiritual a. Kemahakuasaan b. Kebajikan / kebenaran diri c. Keraguan d. Tidak bermoral e. Kebejatan f. Kreatifitas terhambat 5. Dimensi Sosial a. Menarik diri b. Pengasingan c. Penolakan d. Kekerasan e. Ejekan f. Humor D. Mekanisme Koping Sangat penting bagi perawat untuk mengidentifikasi mekanisme koping yang digunakan oleh pasien, sehingga perawat dapat membantu pasien untuk mengembangkan mekanisme koping yang konstruktif dalam mengekspresikan marahnya. Mekanisme koping yang umum di gunakan antara lain : kegiatan sehari-hari (persaingan di bidang pekerjaan atau sekolah, olah raga, musik,
8
drama) dan mekanisme pertahanan ego (displacemen, subblimasi, projeksi, represi, reaksi formasi). (Depkes, 1994)
C. Pohon Masalah Resiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan ↑ Marah Agresif ↑ Gangguan konsep diri : harga diri rendah
Halusinasi
(Kelliat, 1998)
D. Diagnosa Keperawatan 1. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan berhubungan dengan marah agresif. (Kelliat, 1998) 2. Gangguan ekspresi marah : agresif berhubungan dengan harga diri rendah. (Kelliat, 1998) 3. Gangguan ekspresi marah : agresif berhubungan dengan halusinasi. (Kelliat, 1998) E. Fokus Intervensi Diagnosa Keperawatan 1: Resiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan berhubungan dengan marah agresif. Tujuan umum : Klien tidak mencederai dengan melakukan marah agresif. Tujuan khusus :
9
Tuk 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat. Tindakan keperawatan: Bina hubungan saling percaya 1) Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal: ucapan salam, perkenalan diri, jelaskan tujuan pertemuan terima klien apa adanya, ciptakan suasana tenang dan santai, hargai privacy klien. Pertahankan kontak mata dan posisi terbuka. 2) Pertahankan sikap perawat secara konsisten: menepati janji, hindari komunikasi yang bersifat rahasia didepan klien. Tuk 2. Klien mampu mengenali perasaan marahnya. Tindakan Keperawatan: 1. Bantu klien untuk identifikasi tanda-tanda marah: 1) Perubahan emosi: jengkel, dendam. 2) Perubahan intelektual: mendominasi saat berdebat/ berbicara. 3) Perubahan sosial: menolak, kasar. 4) Perubahan spiritual: lupa dengan Tuhan. 5) Perubahan fisik yang terjadi bila perasaan marah timbul (kulit muka memerah, mata melotot, pandangan mata tajam, rahang terkatup, tangan mengepal). 2. Gunakan pertanyaan terbuka, teknik reflek, teknik klarifikasi. 3. Bantu klien untuk identifiasi perasaannya untuk saat marah (rasa tidak nyaman, jengkel, sakit hati, ingin ngamuk)
10
4. Bantu klien untuk menghubungkan tanda-tanda fisik dengan perasannya sebagai suatu ungkapan marah 5. Tanyakan pendapat klien tentang perasaan marahnya 6. Katakan pada klien bahwa marah itu normal dirasakan oleh setiap manusia. Tuk 3. Klien mampu menilai efek perilaku agresif terhadap diri sendiri dan orang lain. Tindakan Keperawatan: 1. Bantu klien untuk idenifikasi situasi atau hal yang dapatmenyebabkan rasa marahnya timbul. 2. Bantu klien untuk mengungkapkan respons/ perlaku pada situasi yang menyebabkan marah (bermain peran). 3. Tanyakan pendapat klien tentang efek perilaku agresif terhadap diri sendiri dan orang lain. 4. Berikan reinforcement positif terhadap pendapat klien yang benar. 5. Beri penjelasan lebih lanjut pada klien tentang efek perilaku agresif terhadap diri sendiri dan orang lain. 6. Melakukan resolusi dengan cara menyatakan kembali pada klien tentang efek perilaku agresif terhadap diri sendiri dan orang lain.
11
Tuk 4. Klien dapat menyebutkan cara menyalurkan rasa marah yang yang sehat. Tindakan Keperawatan: 1. Gali pendapat klien tentang cara untuk menyalurkan energi marah dengan cara yang sehat (tidak merusak dan mengganggu lingkungan, tidak menyebabkan cedera pada diri sendiri ataupun orang lain). 2. Beri reinforcement positif terhadap pendapat klien yang benar. 3. Sampaikan pada klien akan cara sehat lainnya untuk salurkan enegi marah yaitu secara: 1) Intelektual: menyatakan dengan kalimat yang baik sehingga lawan bicara dapat menerima. 2) Emosional: menyatakan kemarahan dengan tidak menyakiti orang lain. 3) Fisik: lari pagi, angkat berat, membersihkan rumah, jalan-jalan ditaman, dan lain-lain. 4) Sosial: bermain peran, latihan asertif, identifikasi orang-orang yang dipercaya untuk mengungkapkan perasaan dan memperoleh rasa aman. 5) Spiritual: berdoa, mengikuti kegiatan keagamaan.
12
Tuk 5. Klien dapat memilih/menentukan cara yang sehat untuk menyalurkan energi marah yang akan digunakan bila rasa marahnya timbul. Tindakan keperawatan: 1. Dorong klien untuk menenukan sendiri cara yang sehat untuk menyalurkan energi marah yang akan klien gunakan bila rasa marahnya timbul. 2. Jelaskan pada klien manfaat dari menggunakan cara yang sehat untuk menyalurkan rasa marah, yaitu: tidak menimbulkan cedera pada diri sendiri maupun pada oran lain, tubuh menjadi sehat. 3. Motivasi klien untuk melekukan cara yang sehat untuk menyalurkan rasa marah yang telah diilih ole klien sendiri. 4. Libatkan klien dalam terapi aktivitas yang dapat digunakan untuk penerapan cara menyalurkan energi marah yang sehat (terapi olah raga: senam pagi, sepak bola, voli, terapi musik: mendengarkan musik yang lembut, bernyanyi lagu yang berirama tenang). 5. Lakukan evaluasi dengan cara tanyakan perasaan klien setelah melakukan cara menyalurkan energi marah yang sehat dan beri umpan balik positif setiap klien mencoba lakukan penyaluran energi marah dengan cara yang sehat.
13
Tuk.6. Klien mampu mengungkapkan marah secara asertif. Tindakan keperawatan: 1. Gali pendapat klien tentang pengungkapan marah secara asertif / sehat. 2. Beri reinforcement positif terhadap pendapat klien yang benar. 3. Jelaskan pada klien tentang cara ungkapan marah yang sehat. 4. Evaluasi/tanyakan kembali pada klien tentang penjelasan yang diberikan perawat. 5. Lakukan latihan asrtif secara individual(antara perawat dengan klien) denan cara bermaian peran: 1) Pilih satu situasi yang dapat menimbulkan marah. 2) Dorong klien untuk ungkapkan marah secara asertif. 3) Evaluasi bersama klien dari latihan yang dilakukan, beri umpan balik positif. 6. Motivasi klien untuk terapkan cara marah yang asertif pada situasi nyata. 7. Libatkan klien dalam terapi aktivitas kelompok: latihan asertif. 8. Beri umpan balik positif setiap kali klien mencoba melakukan marah yang sehat/ asertif.
14
Tuk 7. Keluarga mampu membantu klien untuk berperilaku adatif. Tindakan keperawatan: 1. Diskusi bersama keluarga tentang tanda-tanda marah, penyebab klien marah, cara menghadapi klien yang sedang marah. 2. Libatkan keluarga dalam terapi aktivitas kelompok, latihan asertif. 3. Beri reinforcement positif terhadap hal-hal yang telah dicapai oleh keluarga. Tuk 8. Klien dapat membantu obat sesuai program terapi dokter. Tindakan keperawatan: 1. Menjelaskan macam, dosis dan frekuensi/ jam makan obat. 2. Dorong klien mengidentifikasi manfaat makan obat. 3. Observasi efek dan efek samping obat. 4. Diskusikan dengan dokter, efek dan efek samping yang ada.
Diagnosa keperawatan 2: Gangguan ekspresi marah : agresif berhubungan dengan harga diri rendah. Tujuan umum: klien dapat mengontrol marah pada saat berhubungan dengan orang lain. Tujuan kusus: Tuk 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya. Tindakan keperawatan: Bina hubungan saling percaya.
15
1) Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal: ucapan salam, perkenalkan diri, jelaskan tujuan pertemuan, terima klien apa adanya, ciptakan suasana tenang dan santai, hargai privacy klien. Pertahankan kontak mata dan posisi terbuka. 2) Pertahankan sikap perawat secara konsisten: menepati janji, hindari komunikaasi yang bersifat rahasia di depan klien. Tuk 2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki. Tindakan keperawatan: 1. Diskusikan kemamuan dan aspek positif yang dimiliki klien. 2. Setiap bertemu klien dihindarkan memberi penilaian negatif. 3. Utamakan memberi pujian yang realistic. Tuk 3. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan. Tindakan keperawatan: 1. Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan selama sakit. 2. Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya. Tuk 4. Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuannya. Tindakan keperawatan: 1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan: mandiri, kegiatan dengan bantuan sebagian, kegiatan yang membutukan bantuan total. 2. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.
16
3. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan. Tuk 5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya. Tindakan Keperawatan : 1. Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan. 2. Beri pujian atas keberhasilan klien. 3. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah. Tuk 6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada. Tindakan Keperawatan : 1. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga diri rendah. 2. Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien di rawat. 3. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah Diagnosa Keperawatan 3 : Gangguan Ekspresi marah : agresif berhubungan dengan halusinasi. Tujuan Umum : Klien tidak melakukan marah agresif Tujuan Khusus : Tuk 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya Tindakan keperawatan : Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip komunikasi terapeutik. 1) Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
17
2) Perkenalkan diri dengan sopan 3) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien 4) Jelaskan tujuan pertemuan 5) Jujur dan menepati janji 6) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya 7) Beri perhatian pada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien Tuk 2. Klien dapat mengenali halusinasinya Tindakan keperawatan : 1. Adakan kontak sering dan singkat 2. Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya : bicara dan tertawa tanpa stimulus, memandang kekiri / kekanan / kedepan seolaholah ada teman bicara. 3. Bantu klien mengenal halusinasinya 1) Jika menemukan klien yang sedang halusinasi, tanyakan apakah ada suara yang didengar 2) Jika klien menjawab ada , lanjutkan apa yang dikatakan 3) Katakan bahwa perawat prcaya klien mendengar suara itu, namun perawat sendiri tidak mendengarnya. 4) Katakan bahwa klien lain juga ada seperti klien 5) Katakan bahwa perawat akan membantu klien
18
4. Diskusikan dengan klien 1) Situasi yang menimbulkan / tidak menimbulkan halusinasi. 2) Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi. 5. Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi dan beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya. Tuk 3. Klien dapat mengontrol halusinasinya Tindakan keperawatan : 1. Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi. 2. Diskusikan manfaat cara yang dilakukan klien , jika bermanfaat beri pujian . 3. Diskusikan cara baru untuk memutus atau mengontrol timbulnya halusinasi : 1) Katakan saya tidak mau dengar kamu (pada saat halusinasi terjadi) 2) Menemui orang lain untuk bercakap-cakap atau mengatakan halusinasi yang terjadi. 3) Membuat jadwal kegiatan sehari-hari agar halusinasi tidak sampai muncul. 4) Meminta keluarga / teman / perawat menyapa jika tampak bicara sendiri. 4. Bantu klien memilih dan melatih cara memutus halusinasi secara bertahap.
19
5. Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah dilatih Tuk 4. Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya. Tindakan keperawatan : 1. Anjurkan klien untuk memberi tahu keluarga jika mengalami halusinasi 2. Diskusikan dengan klien: 1) Gejala halusinasi yang dialami klien 2) Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk memutus halusinasi 3) Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi dirumah, beri kegiatan. Tuk 5. Klien memanfaatkan obat dengan baik Tindakan keperawatan: 1. Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis, frekuensi dan manfaat obat. 2. Anjurkan klien minta sendiri obat pada perawat dan merasakan manfaatnya . 3. Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang manfaat dan efek samping obat yang dirasakan 4. Diskusikan akibat berhenti obat-obat tanpa konsultasi. 5. Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip benar.
20