BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kecemasan pasien dengan kanker servix 1. Pengertian Kecemasan Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan yang tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik. (Stuart, 2006) Kecemasan adalah gangguan alam perasaan (affective) yang ditandai dengan perasaan ketekutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutkan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas, kepribadian masih utuh, perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batas-batas normal. (Hawari,2001). 2. Respon individu terhadap kecemasan ( Stuart, 2006 ) a. Respon fisiologis 1) Kardiovaskuler : respon: Jantung berdebar, tekanan darah
meningkat,palpitasi,
rasa ingin pingsan. 2) Pernafasan : respon : sesak nafas, nafas dangkal, cepat, terengah-
engah, rasa
seperti tercekik, tekanan pada dada 3) Neuromuskuler : respon : reaksi terkejut, insomnia, tremor, rigiditas, Mondar-mandir, wajah tegang, tungkai melemah 4) Gastrointestinal : respon : kehilangan nafsu makan, mual, nyeri
abdomen, diare,
nyeri ulu hati, menolak makan 5) Saluran perkemihan : respon : sering berkemih, tidak dapat menahan
kencing
6) Kulit : respon : wajah kemerahan, telapak tangan berkeringat, gatal, wajah pucat, rasa panas dan dingin pada kulit b. Respon perilaku
: Gelisah, tremor, reaksi terkejut, bicara cepat, kurang
koordinasi, menarik diri, menghindar, sangat waspada, ketegangan fisik c. Respon kognitif : Perhatian terganggu, pelupa, konsentrasi buruk,
hambatan berfikir,
lapang persepsi menurun, kreativitas menurun, produktivitas menurun, bingung, takut kehilangan kendali, takut cedera atau kematian, mimpi buruk d. Respon afektif : Mudah terganggu, tidak sabar, tegang, gugup, ketakutan, kekhawatiran,kecemasan, malu, rasa bersalah 3. Faktor predisposisi a. Pandangan psikoanalitis Kecemasan adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian
: Id
dan superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitif, sedangkan superego mencerminkan hati nurani dan dikendalikan oleh norma budaya. Fungsi cemas mengingatkan ego bahwa ada bahaya b. Pandangan interpersonal Kecemasan timbul
dari perasaan takut terhadap ketidaksetujuan dan penolakan
interpersonal. Kecemasan berhubungan dengan perkembangan trauma seperti perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan kelemahan fisik. Orang dengan harga diri yang rendah mudah mengalami perkembangan kecemasan yang berat. c. Pandangan perilaku Kecemasan adalah sesuatu yang mengganggu kemampuan individu untuk
mencapai
tujuan yang diinginkan. Ada hubungan timbal balik antara konflik dan kecemasan, konflik
menimbulkan kecemasan, dan kecemasan menimbulkan perasaan tidak berdaya sehingga meningkatkan konflik yang dialami d. Kajian keluarga Kecemasan biasanya terjadi dalam keluarga karena adanya konflik. e. Kajian biologis Bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepin, obat-obatan yang meningkatkan neuroregulator inhibisi asam gama aminobutirat (GAMA), yang berperan penting dalam mekanisme biologis yang berhubungan dengan kecemasan. Kecemasan mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kemampuan individu untuk mengatasi stressor 4. Faktor presipitasi a. Ancaman terhadap integritas fisik meliputi disabilitas fisiologis yang akan terjadi atau penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari seperti karena trauma fisik dan penyakit (Stuart,2006) b. Ancaman terhadap sistem diri dapat membahayakan identitas, harga diri, dan fungsi sosial 5. Menurut Smeltzer & Bare, 2001, Faktor yang mempengaruhi kecemasan pasien adalah : a. Faktor eksternal 1) Dukungan keluarga Sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap penderita yang sakit.Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan yang diperlukan (Friedman,1998). Jenis dukungan keluarga adalah:dukungan informatif, emosional, penilaian, dan instrumental. 2) Dukungan sosial
Dukungan sosial bahwa dirinya diperhatikan dan dicintai oleh orang lain, merasa dirinya dianggap atau dihargai, dan membuat seseorang merasa bahwa dirinya bagian dari jaringan komunikasi oleh anggotanya.(Smeltzer&Bare,2001) b. Faktor internal 1) Potensi stressor Merupakan setiap keadaan atau peristiwa yang perubahan dalam kehidupan
menyebabkan stressor psikososial
seseorang sehingga orang itu terpaksa mengadakan
adaptasi (Smeltzer & Bare,2001)
2) Maturitas Individu yang memiliki kematangan
kepribadian
lebih sukar mengalami gangguan
akibat kecemasan, karena individu yang matur mempunyai daya adaptasi yang lebih besar terhadap kecemasan 3) Pendidikan dan status ekonomi Pendidikan dan status ekonomi yang rendah pada seseorang akan menyebabkan orang tersebut mudah mengalami kecemasan. Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh terhadap kemampuan berfikir, semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin mudah berfikir rasional dan menangkap informasi baru termasuk menguraikan masalah baru (Stuart,2006) 4) Keadaan fisik Seseorang yang mengalami gangguan fisik, penyakit kronis, penyakit keganasan akan mudah mengalami kelelahan fisik, sehingga akan lebih mudah mengalami kecemasan
5) Tipe kepribadian Tidak semua orang yang mengalami stressor psikososial akan menderita gangguan kecemasan, hal ini juga tergantung pada struktur atau tipe kepribadian seseorang. Orang yang berkepribadian A
akan lebih mudah mengalami gangguan akibat
kecemasan
daripada orang dengan kepribadian B. Ciri-ciri orang yang berkepribadian A adalah : tidak sabar, ambisius, menginginkan kesempurnaan, merasa terburu-buru Waktu, mudah tersinggung, mudah gelisah. Sedang tipe B adalah orang yang penyabar, tenang, teliti, dan rutinitas ( Stuart,2006) 6) Lingkungan dan situasi Seseorang yang berada pada lingkungan yang asing akan mudah mengalami kecemasan dibandingkan bila ia berada di lingkungan yang biasa ditempati 7) Usia Seseorang yang mempunyai usia lebih muda ternyata lebih mudah mengalami gangguan kecemasan daripada orang yang lebih tua, tetapi ada yang berpendapat sebaliknya. 8) Jenis kelamin Gangguan kecemasan lebih sering dialami perempuan dibandingkan dengan laki-laki 6. Tingkat kecemasan (Stuart, 2006) a. Kecemasan ringan Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari , menyebabkan individu menjadi waspada dan meningkatkan lapang persepsinya. Kecemasan ringan ini dapat memotivasi belajar, dan mampu memecahkan masalah secara efektif dan menghasilkan kreativitas. b. Kecemasan sedang
Individu berfokus pada hal yang menjadi perhatiannya saja dan penting dengan mengesampingkan yang lain. Kecemasan ini mempersempit lapang pandang persepsi individu. Individu mengalami tidak perhatian yang selektif namun dapat berfoku pada lebih banyak area jika diarahkan untuk melakukannya c.Kecemasan berat Kecemasan ini mengurangi lapang pandang persepsi individu. Individu berfokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta tidak berfikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Individu tersebut memerlukan banyak arahan untuk berfokus pada area lain d.Panik Individu mengalami kehilangan kendali, sehingga tidak mampu
melakukan sesuatu
walaupun dengan arahan. Panik mencakup disorganisasi kepribadian dan menimbul kan peningkatkan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan
dengan
orang lain, persepsi yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang rasional. 7. Sumber dan Mekanisme Koping Individu dapat menanggulangi stres dan kecemasan dengan menggunakan sumber koping dari lingkungan baik dari sosial, dan interpersonal. Sumber tersebut adalah aset ekonomi, kemampuan memecahakan masalah, dukungan sosial, dan keyakinan budaya. Dengan sumber tersebut individu dapat mengambil strategi koping yang efektif ( Stuart, 2006 ) Apabila individu sedang mengalami kecemasan ia akan mencoba menetralisasi, mengingkari atau meniadakan kecemasan dengan mengembangkan pola koping. Pada kecemasan ringan, mekanisme koping yang digunakan yaitu menangis, tidur, makan, tertawa,
berkhayal, memaki, olahraga, mengurangi kontak mata dengan orang lain, membatasi diri dengan orang lain. Mekanisme koping untuk mengatasi kecemasan sedang, berat dan panik ada dua yaitu: a Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang disadari, dan berorientasi pada tindakan untuk memenuhi secara realistik tuntutan situasi stres denagan cara perilaku menyerang, perilaku menarik diri, perilaku kompromi b. Mekanisme pertahanan ego. Koping ini tidak selalu sukses dalam mengatasi masalah. Mekanisme ini seringkali digunakan untuk melindungi
diri sendiri.
8. Kecemasan pada pasien kanker serviks yang menjalani kemoterapi Diagnosis kanker serviks dapat menimbulkan bermacam-macam perasaan negatif dapat menjadi sangat berat ketika sudah ditentukan
yang
stadium dari kankernya serta cara
pengobatan yang tepat untuk kankernya.(Baradero, 2006). Perasaan cemas akan timbul karena dampak yang terjadi dari pengobatan seperti : anemia, stomatitis, malaise, mual, muntah, lesu, lemas, perubahan kulit, berat badan menurun, nyeri, kerontokan rontok, dan disfungsi sexual yang dapat mengancam harga diri dan perubahan citra tubuh pasien, bahkan cemas akan kematian. (Smeltzer & Bare, 2001). 9. Pengukuran kecemasan Untuk mengetahui sejauh mana derajat kecemasan baik kecemasan ringan,sedang,berat dan panik digunakan alat ukur kecemasan . Yang lebih dikenal dengan Hamilton Rating Scale For Anxiety (HRS-A). Alat ukur ini terdiri dari 14
kelompok. Gejala yang masing-masing
kelompok dirinci lagi dengan gejala-gejala yang lebih
spesifik .Dalam penelitian ini
dimodifikasi oleh peneliti, disesuaikan dengan kondisi pasien kanker servix yang menjalani kemoterapi.
Masing-masing kelompok gejala diberi penilaian antara 0 – 4, yang artinya: Nilai o = tidak ada gejala Nilai 1 = gejala ringan, bila terdapat satu dari gejala yang ada Nilai 2 = gejala sedang, bila terdapat separuh dari gejala yang ada Nilai 3 = gejala berat, bila terdapat lebih dari ½ gejala yang ada Nilai 4 = gejala berat sekali, bila terdapat semua gejala yang ada Masing-masing nilai dari ke 14 kelompok gejala tersebut dijumlahkan dan dari hasil penjumlahan tersebut dapat diketahui derajat kecemasan seseorang Bila kurang dari 14 = tidak ada kecemasan Bila 14 - 20
= kecemasan ringan
Bila 21 - 27
= kecemasan sedang
Bila 28 - 41
= kecemasan berat.
Bila 42 - 56
= kecemasan berat sekali
B. Dukungan keluarga 1. Pengertian Sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap penderita yang sakit. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan yang diperlukan (Friedman,1998). Yang dimaksud keluarga disini adalah pasangan hidup atau suami. . 2. Jenis dukungan keluarga a. Dukungan informatif
Bantuan informasi yang diberikan agar dapat digunakan seseorang dalam mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi, yang dapat menghilangkan kecemasannya oleh salah konsepsi dan ketidakpastian. b. Dukungan penilaian Bentuk penghargaan yang diberikan seseorang kepada pihak lain berdasarkan kondisi sebenarnya dari penderita. Penilaian yang sangat membantu penderita adalah penilaian yang positif. c. Dukungan instrumental Bantuan untuk mempermudah seseorang dalam melakukan aktivitasnya berkaitan dengan persoalan – persoalan yang dihadapinya dalam bentuk praktis dan konkrit diantaranya
menyediakan
peralatan
lengkap
dan
memadai
bagi
penderita,
menyediakan obat-obatan yang diperlukan dan lain-lain d. Dukungan emosional Dukungan ini berupa bantuan afeksi dari orang lain, meliputi rasa simpati, empati, cinta, kepercayaan, dan penghargaan. Dengan demikian orang yang mengalami masalah dalam dirinya, merasa tidak menanggung beban sendirian tetapi masih ada keluarga, sahabat, dan orang lain yang mengalami kondisi serupa, yang mau mendengarkan, memperhatikan, berempati bahkan mau membantu memecahkan masalah yang dihadapinya. 3. Keluarga adalah suatu ikatan atas dasar suatu perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki atau seorang perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri atau adopsi, dan tinggal dalam sebuah rumah tangga (Sayekti,1994)
Keluarga adalah dua atau lebih individu
yang tergabung karena hubungan darah,
perkawinan, dan adopsi, dalam satu rumah tangga berinteraksi satu dengan lainnya dalam peran dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya (Bailon dan Maglaya, 1989) Fungsi-fungsi keluarga menurut Friedman,1998 sebagai berikut : a. Fungsi afektif Adalah : suatu fungsi keluarga yang berkaitan dengan persepsi keluarga dan perhatian terhadap kebutuhan-kebutuhan sosioemosional para anggota keluarga b. Fungsi sosialisasi Adalah :fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain diluar rumah.
c. Fungsi reproduksi Adalah : fungsi untuk mempertahankan generasi penerus dan menjaga kelangsungan keluarga d. Fungsi ekonomi Adalah: fungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara finansial atau materi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan diri dalam meningkatkan penghasilan keluarga e. Fungsi perawatan dan pemeliharaan kesehatan Adalah: fungsi dalam mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas yang tinggi 4.
Tugas keluarga dalam bidang kesehatan (Friedman,1998)
a. Mengenal masalah setiap anggota keluarganya Perubahan yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung
menjadi perhatian
dan tanggung jawab keluarga, maka apabila menyadari adanya perubahan perlu segera dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi dan seberapa besar perubahannya. b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi
keluarga
Upaya keluarga untuk mencari pertolongan yang sesuai dengan keadaan
keluarga,
dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga maka segera mengambil tindakan yang tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi bahkan teratasi. Jika keluarga mempunyai keterbatasan sebaiknya meminta bantuan orang lain dilingkungan sekitar keluarga c. Memberikan perawatan anggota keluarganya yang sakit Perawatan terhadap anggota keluarga yang sakit dapat dilakukan dirumah
apabila
keluarga memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama dan dibawa ke tempatan layanan kesehatan untuk memperoleh tindakan lanjutan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi d. Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan untuk
kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan pemanfaatan fasilitas Kesehatan yang ada 5. Tugas-tugas perkembangan keluarga Setiap tahap perkembangan keluarga mempunyai tugas-tugas
perkembangan yang
spesifik menyatakan tanggung jawab yang harus dicapai oleh keluarga sehingga dapat
memenuhi kebutuhan biologis keluarga, budaya keluarga, aspirasi dan nilai-nilai keluarga(Duvall, 1977). Tahap-tahap tugas perkembangan keluarga adalah sebagai berikut: Tahap I : Keluarga pemula a. Membangun perkawinan yang saling memuaskan Pasangan harus saling menyesuaikan diri terhadap hal yang bersifat rutinitas, saling mendukung, berkomunikasi secara terbuka dan sopan dan melakukan pendekatan terhadap konflik atas rasa saling menghormati b. Menghubungkan jaringan persaudaraan yang harmonis Pasangan saling mengupayakan berbagai hubungan dengan orangtua masing-masing, saudara-saudara dan dengan ipar mereka c. Keluarga berencana Penentuan untuk memiliki anak atau tidak merupakan suatu keputusan keluarga yang sangat penting. Masalah-masalah kesehatan : penyesuaian sexual dan
peran konseling keluarga
berencana , konseling prenatal, dan komunikasi Tahap II : Keluarga yang sedang mengasuh anak a. Membentuk keluarga muda sebagai unit yang mantap (mengintegrasikan bayi baru ke dalam keluarga) b. Rekonsiliasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan kebutuhan anggota keluarga c. Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan
d. Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan peran-peran orang tua dan kakek nenek Masalah-masalah
kesehatan : perawatan bayi yang baik, imunisasi,konseling,
perkembangan anak, dan masalah pengasuhan anak Tahap III : Keluarga dengan anak usia prasekolah a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti rumah, privasi, keamanan b. Mensosialisasikan anak c. Mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap memenuhi kebutuhan anak-bungan anak yang lain d. Mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga (hubungan perkawinan dan hubungan orang tua-anak) dan di luar keluarga (keluarga besar dan komunitas) Masalah-masalah kesehatan : yang utama masalah kesehatan fisik seperti penyakitpenyakit menular yang lazim pada anak, jatuh, luka bakar, keracunan, dan kecelakaan lain yang terjadi pada usia prasekolah Tahap IV : Keluarga dengan anak usia sekolah a. Mensosialisasikan
anak-anak
termasuk
meningkatkan
prestasi
sekolah
dan
mengembangkan hubungan dngan teman sebaya yang sehat b. Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan c. Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga Masalah-masalah kesehatan : Adanya gangguan pada penglihatan, pendengaran, kesulitan belajar, gangguan tingkah laku, penyalahgunaan zat, penyakit menular dan penganiayaan anak Tahap V : Keluarga dengan anak remaja
a. Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja menjadi dewasa dan semakin mandiri. Orang tua harus mengubah hubungan dari hubungan dependen menjadi hubungan yang semakin mandiri b. Memfokuskan kembali hubungan perkawinan c. Berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak-anak Orang tua dan anak-anak dapat belajar dari satu sama lain dalam masyarakat yang majemuk dan berubah dengan cepat saat ini Masalah-masalah kesehatan : kecelakaan,cedera, patah
tulang, penyalahgunaan Obat,
alkohol, kehamilan diluar nikah, aborsi, AIDS, dan penyakit kelamin Tahap VI : Keluarga yang melepaskan anak usia dewasa muda a. Memperluas siklus keluarga
dengan memasukkan anggota keluarga baru
yang
didapatkan melalui perkawinan anak-anak b. Melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan kembali hubungan perkawinan c. Membantu orang tua lanjut usia yang sakit-sakitan dari suami ataupun istri Masalah-masalah kesehatan : kolesterol tinggi, hipertensi, menoupause, DM, dan penyakit kronis lainnya Tahap VII : Orang tua usia pertengahan Tahap ini dimulai ketika orang tua memasuki usia 45-55 tahun dan berakhir pada saat salah satu pasangan pensiun. a. Menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan Mengupayakan aktivitas dan hobby diwaktu senggang, melaksanakan gaya hidup sehat
b. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dan penuh arti dengan para orang tua lansia dan anak-anak c. Memperkokoh hubungan perkawinan Masalah-masalah kesehatan :
kebutuhan promosi kesehatan, istirahat yang cukup,
program olah raga, berhenti merokok, berhenti menggunakan alkohol, pemeriksaan skrining kesehatan preventif Tahap VIII : Keluarga dalam masa pensiun dan lansia Dimulai ketika salah satu pasangan pensiun, terus berlangsung
hingga salah satu
pasangan meninggal, dan berakhir dengan pasangan lain meninggal a. Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan b. Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun c. Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan d. Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi e. Mempertahankan hubungan perkawinan Masalah-masalah kesehatan : menurunnya fungsi dan kekuatan
fisik,sumber- sumber
finansial yang tidak memadai, isolasi sosial, menderita sakit kronis mulai dari fase akut sampai fase rehabilitas
C. Kanker serviks 1. Pengertian Kanker yang terjadi pada organ reproduksi (leher rahim) perempuan yang disebabkan oleh Infeksi human papiloma virus (HPV) terutama HPV 16 dan HPV 18 yang diperoleh melalui kontak sexual (Novel, 2002). 2. Faktor resiko kanker serviks a. Kegiatan sexual pada umur muda b. Usia , semakin bertambahnya usia seseorang maka akan semakin tinggi resiko terkena kanker serviks karena faktor gaya hidup kurang baik dan intensitas aktifitas seksual yang tinggi c. Perempuan produktif dan aktif melakukan hubungan sexual d. Sering berganti- ganti pasangan sexual atau memiliki lebih dari satu pasangan sexual e. Imunosupresi seperti HIV dan HPV f. Melahirkan banyak anak g. Kehamilan pertama pada usia muda h.Sering menderita infeksi di daerah kelamin yang disebabkan oleh seperti Neisseria gonorrhoeae 3. Manifestasi klinis kanker serviks menurut Baradero,2006 a.
Gejala dini: 1) Sedikit sekresi dari vagina berupa air 2) Bloody spotting setelah koitus 3) Metrorhagi
organisme lain
4) Perdarahan pasca menoupause 5) Polimenorea b.
Gejala lanjut: 1) Sekresi dari vagina yang kehitaman dan bau 2) Nyeri daerah pelvis, abdomen, lumbal dan bokong 3) Berat badan menurun 4) Anorexia 5) Anemia 6) Edema ekstremitas bawah 7) Disuria 8) Perdarahan dari rectum
4.
Patofisiologi (Novel, 2010) Sekitar 95% dari kanker serviks adalah sel skuamosa yang berasal dari epidermal serviks. Displasia sel (perkembangan sel yang tidak adanya lesi lama yang disebut neoplasia servix neoplasia,CIN) oleh
lapisan
normal) menunjukkan
intra epitel (cervical intra epithelial
Tidak ada tanda dan gejala pada displasia dan diagnosa ditentukan
pemeriksaan sitologis. Deteksi dini dapat memberi kan prognosis yang positif.
Pap smear dilakukan mulai seorang perempuan melakukan kegiatan seksual. Hasil papsmear yang tidak normal, harus diikuti dengan kolposkopi dan biopsi. Kanker serviks bisa
menyebar melalui peredaran darah dan kelenjar limfe.
Kelenjar limfe bisa menyebar yang kemudian menghambat sirkulasi darah vena dan menimbulkan edema pada ekstremitas bawah.Kanker yang sudah berkembang
akan
menimbulkan sekresi dari vagina yang kehitaman dan bau karena kerusakan jaringan
epitel. Rasa nyeri adalah tanda akhir yang dirasakan pasien pada bagian pelvis, lumbal dan abdomen. Kanker yang membesar bisa menekan vesika urinaria dan rectum. 5.
Klasifikasi berdasarkan histopatologi (Novel,2010) : CIN I : displasia ringan sampai sedang CIN II : displasia sedang sampai berat CIN III : displasia berat sampai karsinoma in situ
6.
Klasifikasi berdasarkan stadium klinis (Novel,2010) : a. Stadium 0 : karsinoma in situ atau infeksi awal HPV b. Stadium I : proses infeksi mendalam pada serviks Stadium IA : kedalaman invasi tidak lebih dari 5 mm dan
perluasan tidak lebih
dari 7 mm, stadium IB luka berukuran lebih kurang 4 mm c. Stadium II : tumor menyebar ke luar servix, tetapi tidak sampai dinding Panggul atau sepertiga bawah vagina Stadium IIA: tidak ada invasi pada jaringan ke arah samping serviks Stadium IIB: invasi jaringan ke arah samping serviks. d. Stadium III : tumor menyebar ke dinding panggul dan atau sepertiga bawah vagina yang menyebabkan hidronefrosis stadium IIIA, sudah menyebar sepertiga di bawah vagina, dinding panggul, stadium IIIB sudah menyebar
tetapi tidak sampai ke
ke dinding
panggul sehingga
menyebabkan hidronefrosis e. Stadium IV : tumor sudah menyebar lebih luas stadium IVA : tumor menginvasi mukosa rektum dan ke metastase sudah jauh
luar panggul stadium IVB:
7.
Tindakan kemoterapi a..Kemoterapi adalah agen antineoplastikyang digunakan untuk membunuh sel-sel kanker dan menghambat perkembangannya. Kemoterapi kadang dikombinasi penggunaannya dengan pembedahannya atau radiasi atau Kedua-duanya (Smeltzer &Bare,2001) b Tujuan kemoterapi Tergantung
jenis kanker dan fasenya saat didiagnosa. Bisa untuk penyembuhan,
pengontrolan dan bila kanker sudah menyebar luas digunakan paliatif untuk memberikan kualitas hidup yang lebih baik. Agen kemoterapi bekerja pada fase siklus sel
yang
berbeda,
paling
efektif
ketika
sel-sel
secara
aktif
sedang
membelah.(Gale,1999) c. Pemberian agen kemoteraupetik Rute pemberian dengan
melalui rute topikal, oral, intravena,
intramuskuler,
subkutan, arteri, intratekal, Rute pemberian biasanya tergantung pada tipe obat, dosis yamg dibutuhkan, jenis, lokasi dan luasnya tumor yang diobati. Dosis, didasarkan pada area permukaan tubuh total pasien, respon
terhadap
kemoteraupetik, fungsi organ utama dan status kinerja fisik. d. Toksisitas kemoterapi ( Smeltzer & Bare, 2001) 1) Sistem gastrointestinal ,mual dan muntah yang terjadi menetap hingga 24 jam setelah pemberian obat 2) Sistem hematopoietik Agen kemoteraupetik mendepresi fungsi sumsum tulang, yang mengakibatkan menurunnya produksi sel-sel darah baik sel-sel darah merah (anemia), leukosit
(leukopeni), trombosit (trombositopenia) dan meningkatkan resiko infeksi dan perdarahan. 3) Sistem ginjal Agen kemoteraupetik dapat merusak ginjal karena efek langsung nya selama ekskresi dan akumulasi produk akhir setelah lisis sel.Lisis sel tumor dengan cepat setelah kemoterapi mengakibatkan meningkatnya ekskresi asam urat, yang dapat menyebabkan kerusakan ginjal. 4) Sistem kardiopulmonal Antibiotik antitumor menyebabkan toksisitas jantung kumulatif Yang irreversibel dan efek toksik pada fungsi paru.
5) Sistem reproduksi Fungsi testis dan ovarium dapat dipengaruhi oleh preparat kemoteraupetik, yang mengakibatkan kemungkinan sterilitas. Pada perempuan dapat terjadi menoupause dini, atau sterilitas permanen.Jika dilihat dari gejala klinik kanker serviks pada stadium lanjut sepert keputihan yang gatal dan berbau busuk, pendarahan kontak, pendarahan spontan dan nyeri yang hebat, maka penyakit ini mengganggu fungsi seksual. Hal ini sangat ditakuti oleh kaum perempuan karena perubahan fungsi seksual merupakan perubahan yang sangat berarti bagi seorang perempuan
dikaitkan dengan fungsi dan perannya dalam
keluarga yaitu sebagai seorang istri dan ibu. 6) Sistem neurologis
Dapat menyebabkan kerusakan neurologis seperti neuropati perifer, kehilangan refleks tendon profunda. Efek samping ini bersifat reversibel, menghilang setelah selesainya kemoterapi D. Hubungan dukungan keluarga terhadap kecemasan pasien kanker serviks yang menjalani kemoterapi Penyakit kanker serviks yang diderita kaum perempuan dapat menimbulkan bermacam-macam perasaan negatif
yang dapat menjadi sangat berat apabila sudah
ditentukan stadium dari kankernya, serta pengobatan yang tepat yaitu dengan kemoterapi ataupun radiasi (Baradero,2006). Beberapa reaksi negatif yang timbul antara lain,perasaan marah, malu, hilang harapan, tidak berdaya, kecemasan, kesepian, hilangnya citra tubuh, perubahan peran, harga diri, bahkan sampai tahap depresi. Dan cara mengekspresikan reaksi emosional tersebut tergantung pada kepribadian dasar pasien, persepsi terhadap situasi dan besarnya dukungan keluarga (Smeltzer & Bare,2001) Dukungan keluarga khususnya suami dapat memberikan rasa
aman, nyaman,
perasaan dihargai, diperhatikan dan dicintai. Dan besarnya dukungan keluarga diperlukan untuk membantu menerima reaksi emosional yang terjadi pada pasien agar siap menerima keadaan dirinya dan menghadapi kenyataan saat ini, sehingga dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan kecemasan pasien (Smeltzer & Bare,2001) E.Kerangka teori Faktor yang mempengaruhi kecemasan: Umur Tingkat kecemasan: Jenis kelamin Cemas ringan Lingkungan Cemas sedang Tipe kepribadian Keadaan fisik Pendidikan & st.ekonomi
Cemas berat panik
Tingkat Kecemasan
(Smeltzer & Bare, 2001)
F.
( Stuart, 2006 )
Kerangka konsep Dukungan keluarga :
-Dukungan informatif -Dukungan emosional -Dukungan penilaian -Dukungan instrumental
(Friedman,1998) (Variabel independent)
G.
(stuart,2006) (Variabel dependent)
Variabel penelitian Dukungan keluarga, Tingkat Kecemasan, Pasien kanker serviks yang
H.
Hipotesis
kemoterapi
Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pasien serviks yang menjalani kemoterapi.
kanker