BAB II TINJAUAN TEORI
A. Tinjauan Teori 1.
Remaja Putri a. Pengertian Remaja Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescence (kata bendanya adolescenta yang berarti remaja) yang berarti tumbuh menjadi dewasa. Adolescence artinya berangsur-angsur menuju kematangan secara fisik, akal, kejiwaan dan sosial serta emosional. Hal ini mengisyaratkan kepada hakikat umum, yaitu bahwa pertumbuhan tidak berpindah dari satu fase ke fase lainya secara tibatiba, tetapi pertumbuhan itu berlangsung setahap demi setahap (AlMighwar, 2006). Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak ke masa dewasa yang meliputi semua perkembangannya yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa. World Health Organization mengkategorikan batas usia remaja antara usia 10-21 tahun, dengan kriteria untuk masa pra-remaja 10-12 tahun, masa remaja awal usia 1215 tahun, remaja pertengahan 15-18 tahun, dan remaja akhir 18-21 tahun (Monks & Knoers, 2006). Menurut Kusmiran (2011), Definisi remaja sendiri dapat ditinjau dari tiga sudut pandang, yaitu:
9
10
1) secara kronologis, remaja adalah individu yang berusia antara 1112 tahun sampai 20-21 tahun; 2) secara fisik, remaja ditandai oleh ciri perubahan pada penampilan fisik dan fungsi fisiologis, terutama yang terkait dengan kelenjar seksual. 3) secara psikologis, remaja merupakan masa di mana individu mengalami perubahan-perubahan dalam aspek kognitif, emosi, sosial, dan moral, di antara masa anak-anak menuju masa dewasa. Berdasarkan berbagai pendapat tentang definisi remaja maka dapat disimpulkan, remaja putri adalah masa transisi/peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang berkisar antara usia 1021 tahun yang ditandai dengan perubahan fisik maupun psikologi. b. Tahap Perkembangan Remaja Menurut Sarwono (2006) ada 3 tahap perkembangan remaja dalam proses penyesuaian diri menuju dewasa : 1) Remaja Awal (Early Adolescence) Seorang remaja pada tahap ini berusia 10-12 tahun masih terheran–heran akan perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya
sendiri
dan
dorongan-dorongan
yang
menyertai
perubahan-perubahan itu. Mereka mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis, dan mudah terangsang secara erotis. Dengan dipegang bahunya saja oleh lawan jenis, ia sudah berfantasi erotik. Kepekaan yang berlebih-lebihan ini ditambah
11
dengan
berkurangnya
kendali
terhadap
“ego”.
Hal
ini
menyebabkan para remaja awal sulit dimengerti orang dewasa. 2) Remaja Madya (Middle Adolescence) Tahap
ini berusia 13-15 tahun. Pada tahap ini remaja
sangat membutuhkan kawan-kawan. Ia senang kalau banyak teman yang
menyukainya.
Ada
kecenderungan
“narastic”,
yaitu
mencintai diri sendiri, dengan menyukai teman-teman yang mempunyai sifat-sifat yang sama dengan dirinya. Selain itu, ia berada dalam kondisi kebingungan karena ia tidak tahu harus memilih yang mana: peka atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimis atau pesimis, idealis atau meterialis, dan sebagainya. Remaja pria harus membebaskan diri dari Oedipoes Complex (perasaan cinta pada ibu sendiri pada masa kanak-kanak) dengan mempererat hubungan dengan kawan-kawan dari lawan jenis. 3) Remaja Akhir (Late Adolescence) Tahap ini (16-19 tahun) adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai dengan pencapaian lima hal dibawah ini. a) Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek. b) Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain dan dalam pengalaman-pengalaman baru. c) Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.
12
d) Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain. e) Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan masyarakat umum (the public). c.
Karakteristik Masa remaja Menurut Gunawan (2011), masa remaja memiliki karakteristik yang khas jika dibanding dengan periode-periode perkembangan lainnya. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut : 1) Masa remaja adalah periode yang penting Periode ini dianggap penting karena memiliki dampak terhadap perkembangan fisik dan psikologis individu,dimana terjadi perkembangan fisik dan psikologis yang cepat dan penting. Kondisi ini yang menuntut individu untuk bisa menyesuaikan diri secara mental dan melihat pentingnya menetapkan suatu sikap dan nilainilai. 2) Masa remaja adalah masa peralihan Periode ini menuntut seorang anak untuk meninggalkan sifat-sifat kekanak-kanakannya dan harus mempelajari pola-pola perilaku dan sikap-sikap baru untuk menggantikan dan meninggalkan pola-pola perilaku sebelumnya.
13
3) Masa remaja adalah periode perubahan Terdapat lima karakteristik perubahan yang khas dalam perubahan ini yaitu: a) Peningkatan emosionalitas b) Perubahan yang cepat yang menyertai kematangan seksual c) Perubahan tubuh, minat dan peran yang dituntut oleh lingkungan yang menimbulkan masalah baru d) Karena perubahan minat dan pola perilaku maka terjadi pula perubahan nlai e) Kebanyakan remaja merasa ambivalent terhadap perubahan yang terjadi. 4) Masa remaja adalah usia bermasalah Pada periode ini remaja dituntut untuk bisa menyelesaikan masalahnya sendiri. Mereka dituntut untuk mandiri maka seringkali menolak untuk dibantu oleh orangtua atau guru, sehingga menimbulkan kegagalan-kagagalan dalam menyelesaikan persoalan tersebut. 5) Masa remaja adalah masa pencarian identitas diri Pada periode ini, konformitas terhadap kelompok sebaya memiliki peran penting bagi remaja. Mereka mencoba mencari identitas diri dengan berpakaian, berbicara dan berperilaku sebisa mungkin sama dengan kelompoknya.
14
6) Masa remaja adalah usia yang ditakutkan Gambaran-gambaran negatif yang ada dibenak masyarakat mengenai perilaku remaja mempengaruhi cara mereka berinteraksi dengan remaja. Hal ini membuat para remaja itu sendiri merasa takut untuk menjalankan peranya dan enggan meminta bantuan orangtua atau pun guru untuk memecahkan masalahnya. 7) Masa remaja adalah masa yang tidak realistis Remaja memandang dirinya dan orang lain sebagaimana mereka inginkan dan bukan sebagai dia sendiri. 8) Masa remaja adalah ambang dari masa dewasa Pada saat remaja mendekati masa dimana mereka dianggap dewasa secara hukum, mereka merasa cemas. Mereka merasa bahwa berpakaian dan berperilaku seperti orang dewasa seringkali tidak cukup, sehingga mereka mulai untuk memperhatikan perilaku atau simbol yang berhubungan dengan status orang dewasa seperti merokok, minum, menggunakan obat-obatan bahkan melakukan hubungan seksual. d.
Perubahan Fisik Remaja Menurut Polltekkes Depkes Jakarta 1 (2010), perubahan fisik dan psikologis remaja disebabkan oleh adanya perubahan hormonal. Hormon dihasilkan oleh kelenjar endokrin yang dikontrol oleh susunan saraf pusat, khususnya di hipotalamus. Beberapa jenis hormon yang berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan adalah
15
hormon pertumbuhan (growth hormone), hormon gonadoteropik (gonadotropic hormone), estrogen, progesteron, serta testosteron. 1) Percepatan berat badan dan tinggi badan Selama 1 tahun pertumbuhan, tinggi badan dan laki-laki dan perempuan rata-rata meningkat 3,5-4,1 inci.berat badan juga meningkat karena ada perubahan otot pada laki-laki dan penambahan lemak pada perempuan. 2) Perkembangan karakteristik seks sekunder Selama masa pubertas terjadi perubahan kadar hormonal yang mempengaruhi karakteristik seks sekunder, seperti hormon androgen
pada
laki-laki
dan
estrogen
pada
perempuan.
Karakteristik sekunder pada perempuan meliputi pertumbuhan bulu rambut di ketiak, serta menarche atau menstruasi pertama. Sedanfkan pada laki-laki terjadi pertumbuhan penis, pembesaran skrotum, perubahan suara, pertumbuhan kumis dan jenggot, meningkatnya produksi minyak, meningkatnya timbunan lemak, dan meningkatnya aktivitas kelenjar sehingga menimbulkan jerawat. 3) Perubahan bentuk tubuh Pada laki-laki terjadi perubahan bentuk dada yang membidang, serta jakun lebih menonjol. Sedangkan perubahan bentuk tubuh pada perempuan seperti pinggul dan payudara yang membesar, serta keadaan puting susu yang mejadi lebih menonjol.
16
e. Tugas Perkembangan Pada Masa Remaja Tugas-tugas perkembangan pada masa remaja antara lain (Hurlock, 2001): 1) Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita Tugas perkembangan pada masa remaja menuntut perubahan besar dalam sikap dan perilaku anak. Akibatnya, hanya sedikit anak lakilaki dan anak perempuan yang dapat diharapkan untuk menguasai tugas-tugas tersebut selama awal masa remaja, apalagi mereka yang matangnya terlambat. Kebanyakan harapan ditumpukkan pada hal ini adalah bahwa remaja muda akan meletakkan dasardasar bagi pembentukan sikap dan pola perilaku. 2) Mencapai peran sosial pria, dan wanita Perkembangan masa remaja yang penting akan menggambarkan seberapa jauh perubahan yang harus dilakukan dan masalah yang timbul dari perubahan itu sendiri. Pada dasarnya, pentingnya menguasai tugas-tugas perkembangan dalam waktu yang relatif singkat sebagai akibat perubahan usia kematangan yang menjadi delapan belas tahun, menyebabkan banyak tekanan menganggu para remaja.
yang
17
3) Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif Seringkali sulit bagi para remaja untuk menerima keadaan fisiknya bila sejak kanak-kanak mereka telah mengagungkan konsep mereka tentang penampilan diri pada waktu dewasa nantinya. Diperlukan waktu untuk memperbaiki konsep ini dan untuk mempelajari cara-cara memperbaiki penampilan diri sehingga lebih sesuai dengan apa yang dicita-citakan. 4) Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab Menerima peran seks dewasa yang diakui masyarakat tidaklah mempunyai banyak kesulitan bagi laki-laki; mereka telah didorong dan diarahkan sejak awal masa kanak-kanak. Tetapi halnya berbeda bagi anak perempuan. Sebagai anak-anak, mereka diperbolehkan bahkan didorong untuk memainkan peran sederajat, sehingga usaha untuk mempelajari peran feminin dewasa yang diakui masyarakat dan menerima peran tersebut, seringkali merupakan tugas pokok yang memerlukan penyesuaian diri selama bertahun-tahun. Karena adanya pertentangan dengan lawan jenis yang sering berkembang selama akhir masa kanak-kanak dan masa puber, maka mempelajari hubungan baru dengan lawan jenis berarti harus mulai dari nol dengan tujuan untuk mengetahui lawan
18
jenis dan bagaimana harus bergaul dengan mereka. Sedangkan pengembangan hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya sesama jenis juga tidak mudah. 5) Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lainnya Bagi remaja yang sangat mendambakan kemandirian, usaha untuk mandiri secara emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lain merupakan tugas perkembangan yang mudah. Namun, kemandirian emosi tidaklah sama dengan kemandirian perilaku. Banyak remaja yang ingin mandiri, juga ingin dan membutuhkan rasa aman yang diperoleh dari ketergantungan emosi pada orang tua atau orang-orang dewasa lain. Hal ini menonjol pada remaja yang statusnya dalam kelompok sebaya tidak meyakinkan atau yang kurang memiliki hubungan yang akrab dengan anggota kelompok. 6) Mempersiapkan karier ekonomi Kemandirian ekonomi tidak dapat dicapai sebelum remaja memilih pekerjaan dan mempersiapkan diri untuk bekerja. Kalau remaja memilih pekerjaan yang memerlukan periode pelatihan yang lama, tidak ada jaminan untuk memperoleh kemandirian ekonomi bilamana mereka secara resmi menjadi dewasa nantinya. Secara ekonomi mereka masih harus tergantung selama beberapa tahun sampai pelatihan yang diperlukan untuk bekerja selesai dijalani.
19
7) Mempersiapkan perkawinan dan keluarga Kecenderungan
perkawinan
muda
menyebabkan
persiapan
perkawinan merupakan tugas perkembangan yang paling penting dalam tahun-tahun remaja. Meskipun tabu sosial mengenai perilaku
seksual
yang
berangsur-ansur
mengendur
dapat
mempermudah persiapan perkawinan dalam aspek seksual, tetapi aspek perkawinan yang lain hanya sedikit yang dipersiapkan. Kurangnya persiapan ini merupakan salah satu penyebab dari masalah yang tidak terselesaikan, yang oleh remaja dibawa ke masa remaja. 8) Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk berperilaku mengembangkan ideologi Sekolah dan pendidikan tinggi mencoba untuk membentuk nilainilai yang sesuai dengan nilai dewasa, orang tua berperan banyak dalam
perkembangan
ini.
Namun
bila
nilai-nilai
dewasa
bertentangan dengan teman sebaya, masa remaja harus memilih yang terakhir bila mengharap dukungan teman-teman yang menentukan kehidupan sosial mereka. Sebagian remaja ingin diterima oleh teman-temannya, tetapi hal ini seringkali diperoleh dengan perilaku yang oleh orang dewasa dianggap tidak bertanggung jawab.
20
2. Seks Bebas a. Pengertian Seks Bebas Seks bebas adalah hubungan kelamin yang dilakukan oleh seorang laki-laki dan perempuan sebelum mereka diikat oleh tali perkawinan (Tukiran, 2010). Seks bebas adalah kontak seksual yang dilakukan berpasangan dengan lawan jenis (Kusmiran 2011). Berdasarkan definisi di atas maka dapat disimpulkan, seks bebas adalah hubungan kelamin yang dilakukan dengan lawan jenis sebelum mereka diikat oleh tali perkawinan. b. Faktor-Faktor Yang mendorong Remaja Melakukan Hubungan Seks Bebas Berdasarkan faktor penyebabnya, yang dapat mendorong remaja melakukan hubungan seks adalah faktor internal dan eksternal (Tukiran, 2010). 1) Faktor internal a) Kematangan biologis Dengan kematangan biologis, seorang remaja sudah dapat melakukan fungsi reproduksi sebagaimana layaknya orang dewasa lainnya, sebab fungsi organ seksualnya telah bekerja secara normal. Hal ini membawa konsekuensi bahwa seorang remaja akan mudah terpengaruh oleh stimulasi yang merangsang gairah seksualnya. Kematangan organ reproduksi tersebut,
21
mendorong individu untuk melakukan hubungan sosial baik dengan sesama jenis maupun dengan lawan jenis. Mereka berupaya mengembangkan diri melalui pergaulan, dengan membentuk teman sebayanya (peer-group). Pergaulan bebas yang tak terkendali secara normatif dan etika-moral antarremaja yang berlainan jenis, akan berakibat adanya hubungan seksual di luar nikah (sex pre-marital) (Dariyo, 2004). b) Rasa ingin tahu Masa remaja dapat dicirikan dengan banyaknya rasa ingin tahu pada diri seseorang dalam berbagai hal, tidak terkecuali bidang seks (Gunawan, 2011). Rasa keingintahuan yang besar, yang akhirnya membuat penasaran dan akhirnya menjadikan mereka mencoba-coba. Rasa ingin tahu yang membawa remaja pada tindakan coba-coba menjadi salah satu alasan yang mendasari remaja melakukan hubungan seksual (Tukiran, 2010). c) Pengetahuan tentang seks yang kurang Seks bebas mungkin merupakan eksplorasi, coba-coba, atau mungkin juga untuk bersenang-senang. Namun ada juga remaja yang menjadi korban seks bebas karena pada umumnya mereka belum paham mengenai seks. Remaja yang tidak mengetahui bahwa
perempuan
dapat
hamil
hanya
dengan
sekali
berhubungan seksual lebih beresiko untuk melakukan hubungan seksual,
dibandingkan
dengan
remaja
yang
mengetahui
22
perempuan dapat hamil hanya dengan sekali berhubungan seksual. Remaja yang tidak mengetahui bahwa perempuan dapat hamil hanya dengan sekali berhubungan seksual menganggap tidak masalah jika melakukan hubungan seksual. Dari remaja yang pernah melakukan hubungan seksual terjadi kehamilan yang tidak diinginkan, tidak menutup kemungkinan akan menambah banyaknya tindakan aborsi di kalangan remaja. d) Mis-persepsi terhadap pacaran Hubungan seks bentuk penyaluran kasih sayang yang salah dalam masa pacaran. Seringkali remaja mempunyai pandangan yang salah bahwa masa pacaran merupakan
masa di mana
seseorang boleh mencintai maupun dicintai oleh kekasihnya. Dalam hal ini, bentuk ungkapan rasa cinta (kasih sayang) dapat dinyatakan denagan berbagai cara, misalnya, pemberian hadiah, berpelukan, berciuman, dan bahkan melakukan hubungan seksual. Dengan anggapan yang salah ini, maka juga akan menyebabkan tindakan yang salah (Dariyo,2004) . 2) Faktor eksternal a) Religi Kehidupan beragama yang baik dan benar ditandai dengan pengertian, pemahaman dan ketaatan dalam menjalankan ajaranajaran agama dengan baik, tanpa dipengaruhi oleh situasi kondisi apapun. Dalam keadaan apa saja, orang yang taat
23
beragama selalu dapat menempatkan diri dan mengendalikan diri agar tidak berbuat hal-hal yang bertentangan dengan ajaran agama. Oleh karena itu, ia tak akan melakukan hubungan seksual sebelum menikah secara resmi. Sebaliknya, bagi individu yang rapuh imannya akan cenderung mudah melakukan pelanggaran terhadap ajaran-ajaran agamanya, kemungkinan besar orang tersebut dapat melakukan hubungan seksual pranikah. b) Peran keluarga Jika dalam keluarga seorang remaja tidak memperoleh perhatian yang diinginkan, mereka cenderung mencarinya di luar lingkungan keluarga. Cukup tidaknya kasih sayang dan perhatian yang diperoleh dari keluarganya, cukup tidaknya keteladanan yang diterima sang anak dari orangtuanya. Jika tidak, maka anak akan mencari tempat pelarian di tempat-tempat yang tidak mendidik mereka. Anak akan dibesarkan di lingkungan yang tidak sehat bagi pertumbuhan jiwanya. Anak akan tumbuh di lingkungan pergaulan bebas (Gunawan, 2011). c) Pengaruh teman sebaya Faktor teman menjadi salah satu faktor yang mendorong remaja melakukan hubungan seksual. Remaja memiliki dorongan untuk melakukan hubungan seksual karena mereka mempunyai teman yang sudah pernah melakukan hubungan seksual sebelum
24
menikah. Remaja sangat terpengaruh dengan teman sebaya sehingga bila ada teman yang menganjurkan mereka untuk berhubungan seksual sebelum menikah akan sangat berbahaya (Tukiran, 2010). 4) Media masa Aktivitas dan perilaku seksual remaja banyak dipengaruhi oleh kemajuan teknologi, seperti media cetak dan elektronik. Remaja mudah memperoleh hal-hal yang berbau pornografi dari majalah, televisi, vcd, dan internet, sedangkan remaja cenderung untuk meniru dan mencoba-coba hal yang baru demi menjawab rasa penasaran mereka. c. Kerugian Remaja melakukan Hubungan Seks Bebas Menurut Poltekkes Depkes Jakarta 1 (2010), remaja yang melakukan seks bebas akan mengalami kerugian sebagai berikut. 1) Risiko
menderita
penyakit
menular
seksual,
misalnya
gonore,sifilis, HIV/AIDS, herpes simpleks, herpes genetalis, dan lain sebagainya. 2) Remaja
putri
berisiko
mengalami
kehamilan
yang
tidak
diinginkan. Bila ini terjadi, maka berisiko terhadap tindakan aborsi yang tidak aman dan risiko infeksi atau kematian karena perdarahan. Bila kehamilan diteruskan, maka berisiko melahirkan bayi yang kurang/tidak sehat.
25
3) Trauma kejiwaan (depresi, rasa rendah diri, dan rasa berdosa karena berzina. 4) Remaja putri yang hamil berisiko kehilangan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan. 5) Akibat psikologi yang muncul pada pihak perempuan adalah perasaan kecewa, setelah pihak perempuan menyerahkan segalagalanya yang ada pada dirinya kepada si pria, maka dalam sikon free sex dia kehilangan perasaan aman, tentram, sejahtera, dan terjamin. Sebenarnya dia membutuhkan kasih, tetapi kasih yang diberikan di luar ikatan batin adalah nafsu belaka sehingga pihak perempuan akan mengalami kekecewaan walaupun tidak secara langsung. Terluka hatinya, malu, merasa tertipu, perasaan bersalah yang dapat menimbulkan depresi, frustasi, dan kekosongan jiwa (Wuryani, 2008). 6) Sedangkan pada pihak pria kemungkinan emosinya lebih stabil daripada pihak perempuan. Tetapi juga tidak bebas dari penderitaan mental. Perlahan-lahan pihak pria akan menyadari bahwa ia tidak dapat dipercaya. d. Masalah Kepribadian Dalam Perkembangan Seks Kepribadian adalah kebulatan sikap seseorang yang khas dan membedakannya dengan orang lain dalam berbagai hal, termasuk masalah seksual. Dengan demikian dapat dibedakan berbagai bentuk kepribadian sebagai berikut: (Sarwono,2011)
26
1) Kepribadaian terbuka Mereka sangat terbuka dalam masalah seksual dan dengan mudah dapat diterka oleh orang lain 2) Kepribadian tertutup Mereka mempunyai kepribadaian tertutp suka diterka, dan dapat menyampaikan kepada orang lain. 3) Kepribadian emosional Emosinya
menguasai
diri–sendiri.
Tingkah
laku
seksualnya
menonjol, sehingga setiap perasaan cinta harus diakhiri denga hubungan seksual. 4) Kepribadian rasional Dengan kepribadian ini, mereka tidak mudah jatuh cinta dan dicintai. Segala dipertimbangkan dengan baik, sehingga hasilnya memuaskan hatinya secara rasional e. Bentuk perilaku seks bebas pada remaja Bentuk-bentuk perilaku seksual pranikah pada remaja menurut Bachtiar (2005) adalah : 1) Berpegangan tangan Perilaku seksual ini biasanya dapat menimbulkan keinginan untuk mencoba aktivitas seksual lainnya, sehingga kepuasan seksual lainnya tercapai.
27
2) Berpelukan Perilaku seksual berpelukan akan membuat jantung berdegup lebih cepat dan menimbulkan rangsangan seksual pada individu. 3) Cium kering Perilaku seksual cium kering berupa sentuhan pipi dengan pipi dan pipi dengan bibir. Dampak dari cium pipi bisa mengakibatkan imajinasi atau fantasi seksual menjadi berkembang disamping juga dapat menimbulkan keinginan untuk melanjutkan ke bentuk aktifitas seksual lainnya yang lebih dapat dinikmati. 4) Cium basah Aktifitas cium basah berupa sentuhan bibir dengan bibir. Dampak dari cium bibir dapat menimbulkan sensasi seksual yang kuat dan menimbulkan dorongan seksual hingga tidak terkendali, dan apabila dilakukan terus menerus akan menimbulkan perasaan ingin mengulanginya lagi. 5) Meraba bagian tubuh yang sensitif Merupakan suatu kegiatan meraba atau memegang bagian tubuh yang sensitif seperti payudara, vagina dan penis. Dampak dari tersentuhnya
bagian
yang
paling
sensitif
tersebut
akan
menimbulkan rangsangan seksual sehingga melemahkan kontrol diri dan akal sehat, akibatnya bisa melakukan aktifitas seksual selanjutnya seperti intercourse.
28
6) Petting Merupakan keseluruhan aktifitas seksual non intercourse (hingga menempelkan alat kelamin), dampak dari petting yaitu timbulnya ketagihan. 7) Oral seksual Oral seksual pada laki-laki adalah ketika seseorang menggunakan bibir, mulut dan lidahnya pada penis dan sekitarnya, sedangkan pada wanita melibatkan bagian di sekitar vulva yaitu labia, klitoris, dan bagian dalam vagina. 8) Intercource atau bersenggama Merupakan aktifitas seksual dengan memasukan alat kelamin laki-laki ke dalam alat kelamin perempuan, dampak dari hubungan seksual pranikah adalah perasaan bersalah, dan berdosa terutama pada saat pertama kali, ketagihan, kehamilan sehingga terpaksa menikah dan aborsi, kematian dan kemandulan akibat aborsi, resiko terkena Perilaku Menular Seksual atau HIV, sangsi sosial, agama serta norma, hilangnya keperawanan dan perjakaan, merusak masa depan (terpaksa drop out sekolah). 3. Pencegahan Seks Bebas Dalam membicarakan masalah seksual adalah yang sifatnya sangat pribadi dan membutuhkan suasana yang akrab, terbuka dari hati kehati antara orang tua dan anak. Hal ini akan lebih mudah diciptakan antara ibu dengan anak perempuannya atau bapak dengan anak laki-lakinya
29
sekalipun tidak ditutup kemungkinan dapat terwujud bila dilakukan antara ibu dengan anak laki-lakinya atau bapak dengan anak perempuannya. Kemudian usahakan jangan sampai muncul keluhan seperti tidak tahu harus mulai sampai mana, kekakuan, kebingungan dan kehabisan bahan pembicaraan. Dalam memberikan pendidikan seks pada anak jangan tunggu sampai anak bertanya mengenai seks. Sebaiknya pendidikan seks diberikan dengan terencana, sesuai dengan keadaan dan kebutuhan anak. Sebaiknya pada saat anak menjeleng remaja dimana proses kematangan baik fisik, maupun mentalnya mulai timbul dan berkembang kearah kedewasaan. (Sarwono, 2011) Pendidikan seks adalah suatu cara untuk mengurangi atau mencegah penyalah gunaan seks. Khususnya untuk mencegah dampakdampak negative yang tdak diharapkan seperti kehamilan yang tidak direncanakan, penyakit menular seksual, depresi, dan perasaan berdosa. Dewasa ini, permasalahan remaja kita merupakan persoalan yang sangat serius. Jika permasalahan remaja yang ada di negeri ini tidak dikurangi dan diselesaikan dengan cepat maka dapat menyebabkan hancurnya tatanan bangsa di masa depan. Beberapa faktor yang mendorong anak remaja usia sekolah SMP dan SMA melakukan hubungan seks di luar nikah diantaranya adalah pengaruh liberalisme atau pergaulan hidup bebas, faktor lingkungan dan faktor keluarga yang mendukung ke arah perilaku tersebut serta pengaruh dari media massa. Seks bebas adalah perilaku seks di luar hubungan pernikahan. Menurut Sigmund Freud, seks
30
adalah naluri dasar yang sudah ada sejak manusia lahir. Sejak lahir, manusia sudah menjadi mahluk yang seksual atau memiliki libido (enerji seksual) yang mengalami perkembangan melalui fase yaitu: oral, anal, falik dan genital. Berikut beberapa saran yang bisa dilakukan untuk mencegah perilaku seks bebas pada remaja: a. Adanya kasih sayang, perhatian dari orang tua dalam hal apapun serta pengawasan yang tidak bersifat mengekang. Salah satu faktor terbesar yang mengakibatkan remaja kita terjerumus ke dalam prilaku seks bebas adalah kurangnya kasih sayang dan perhatian dari orang tuanya. Perilaku seks bebas pada remaja saat ini sudah cukup parah. Peranan agama dan keluarga sangat penting untuk mengantisipasi perilaku remaja tersebut. Sebagai makhluk yang mempunyai sifat egoisme yang tinggi maka remaja mempunyai pribadi yang sangat mudah terpengaruh oleh lingkungan di luar dirinya akibat dari rasa ingin tahu yang sangat tinggi. Tanpa adanya bimbingan maka remaja dapat melakukan perilaku menyimpang. Untuk itu, diperlukan adanya keterbukaan antara orang tua dan anak dengan melakukan komunikasi yang efektif. Mungkin seperti menjadi tempat curhat bagi anak-anak anda, mendukung hobi yang diinginkan selama kegiatan tersebut positif untuk dia. Harus ada kepercayaan orang tua terhadap remaja. Karena dapat bertanggung jawab terhadap dirinya dan keluarga. Dengan memberikan penghargaan remaja akan merasa dihargai, dan sebaliknya ereka pula
31
akan menghargai pula terhadap keluarga Pendidikan agama sejak dini. Saat ini pendidikan agama adalah mencipkan suasana agamis dikeluarga. Komunikasi yang lancar antara remaja dengan orang tua dan anggota keluarga lainnya. Dalam masa pacaran, anak hendaknya diberi pengarahan tentang idealisme dan kenyataan. Anak hendaknya ditumbuhkan kesadaran bahwa kenyataan sering tidak seperti harapan kita, sebaliknya harapan tidak selalu menjadi kenyataan. Demikian pula dengan
pacaran.
Keindahan
dan
kehangatan
masa
pacaran
sesungguhnya tidak akan terus berlangsung selamanya. Dalam memberikan pengarahan dan pengawasan terhadap remaja yang sedang jatuh cinta, orangtua hendaknya bersikap seimbang, seimbang antar pengawasan dengan kebebasan. Semakin muda usia anak, semakin ketat pengawasan yang diberikan tetapi anak harus banyak diberi pengertian agar mereka tidak ketakutan dengan orangtua yang dapat menyebabkan mereka berpacaran dengan sembunyisembunyi. Apabila usia makin meningkat, orangtua dapat memberi lebih banyak kebebasan kepada anak. Namun, tetap harus dijaga agar mereka tidak salah jalan. b. Pengawasan yang perlu dan intensif terhadap media komunikasi. Pada usia remaja, mereka selalu mempunyai keinginan untuk mengetahui, mencoba dan mencontoh segala hal. Seperti dari media massa dan elektronik yang membuat remaja seringkali terpicu untuk mengikuti
32
seperti yang ada dalam tayangan tersebut. Oleh karena itu, diperlukan adanya pengawasan dalam hal tersebut. Mungkin dengan mendampingi mereka saat melihat tayangan tersebut. c. Menambah kegiatan yang positif di luar sekolah, misalnya kegiatan olahraga. Selain menjaga kesehatan tubuh, kesibukan di luar sekolah seperti olahraga dapat membuat perhatian mereka tertuju ke arah kegiatan tersebut. Sehingga, memperkecil kemungkinan bagi mereka untuk melakukan penyimpangan prilaku seks bebas. d. Perlu dikembangkan model pembinaan remaja yang berhubungan dengan kesehatan produksi. Perlu adanya wadah untuk menampung permasalahan reproduksi remaja yang sesuai dengan kebutuhan. Informasi yang terarah baik secara formal maupun informal yang meliputi pendidikan seks, penyakit menular seksual, KB dan kegiatan lain juga dapat membantu menekan angka kejadian perilaku seks bebas di kalangan remaja. e. Perlu adanya sikap tegas dari pemerintah dalam mengambil tindakan terhadap pelaku seks bebas. Dengan memberikan hukuman yang sesuai bagi pelaku seks bebas, diharapkan mereka tidak mengulangi perbuatan tersebut.
33
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pencegahan Seks Bebas a. Faktor Predisposisi 1) Pengetahuan a) Pengertian Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognotif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior). Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru didalam diri seseorang
terjadi
proses
yang
berurutan),
yakni
(Notoatmojo,2003): (1) Awareness (kesadaran) Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
34
(2) Interest (merasa tertarik) Terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini sikap subjek sudah mulai timbul. (3) Evaluation (menimbang-menimbang) Terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. (4) Trial Sikap dimana subyek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus. (5) Adaption Dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini, dimana didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (longlasting). Sebaliknya, apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran akan tidak berlangsung lama. Jadi, Pentingnya pengetahuan disini adalah dapat menjadi dasar dalam merubah perilaku sehingga perilaku itu langgeng. b) Tingkat Pengetahuan Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif terdiri dari 6 tingkatan, yaitu (Notoatmojo,2003):
35
(1) Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai peningkatan suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengikat kembali (recoll) terhadap sesuatu spesifik dari seluruhan badan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima, oleh sebab itu “tahu” ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari
antara
lain:
menyebutkan,
menguraikan,
mengidentifikasi, menyatakan, dan sebagainya. (2) Memahami (Comprehention) Diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar
tentang
objek
yang
diketahui
dan
menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan.
meramalkan,
dan
Contoh,
sebagainya
terhadap
menyimpulkan, objek
yang
dipelajari. (3) Aplikasi (Aplication) Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sesungguhnya).
Aplikasi
disini
diartikan
sebagai
36
penggunaan hukum-hukum, rumus, metode dan prinsip dalam situasi yang lain. (4) Analisis (Analysis) Merupakan situasi kemampuan untuk menjabarkan materi suatu objek keadaan komponen-komponen tapi masih di dalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan tanda kerja : dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya. (5) Sintesis (Syintesis) Sintesis menunjukan pada suatu kemampuan untuk menghubungkan
bagian-bagian
dalam
suatu
bentuk
keseluruhan yang baru. Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. (6) Evaluasi (Evaluation) Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi. Penilaian-penilaian itu berdasarkan kriteria yang ditentukan atau menggunakan kriteria yang telah ada.
37
c) Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan (1) Pendidikan Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberi respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional terhadap informasi yang akan datang dan akan berfikir sejauh mana keuntungan yang mungkin mereka
peroleh
dari
gagasan
tersebut.
Ibu
yang
berpendidikan tentu akan banyak memberikan perubahan terhadap apa yang mereka lakukan di masa lalu. (2) Paparan Media Melalui berbagai media baik cetak maupun elektronik berbagai informasi dapat di terima masyarakat, sehingga seseorang yang lebih sering terpapar media masa (TV, radio,
majalah
dan
lain-lainnya)
akan
memperoleh
informasi yang lebih banyak dibanding dengan orang yang tidak pernah terpapar informasi media. Ini berarti paparan media masa mempengaruhi tingkat pengetahuan yang dimiliki seseorang. (3) Ekonomi Dalam memenuhi kebutuhan pokok (primer) maupun kebutuhan sekunder keluarga dengan status ekonomi baik akan lebih mudah tercukupi dibanding keluarga dengan
38
status ekonomi rendah. Hal ini akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan sekunder. Jadi dapat disimpulkan bahwa ekonomi dapat mempengaruhi kebutuhan seseorang tentang berbagai hal. (4) Pengalaman Pengalaman seseorang individu tentang berbagai hal biasa diperoleh
dari
lingkungan
kehidupan
dalam
proses
perkembangannya. Misalnya sering mengikuti kegiatankegiatan mendidik misalnya seminar, organisasi dapat memperluas
jangkauan
pengalamannya,
karena
dari
berbagai kegiatan tersebut informasi tentang sesuatu hal diperoleh adanya pengetahuan tentang sesuatu hayalan menyebabkan timbulnya suatu respon baik positif maupun negatif pada seseorang sehingga akan membuat ia bersikap dan berperilaku demi kesehatan merupakan faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan karena dari pengalaman orang lain dapat dijadikan sebagai acuan untuk dapat meningkatkan pengetahuan. (5) Hubungan Sosial Manusia adalah makhluk sosial dimana di dalam kehidupan saling berinteraksi antara satu dengan yang lain, individu yang dapat berinteraksi secara continue akan lebih besar terpapar informasi. Sementara faktor hubungan sosial juga
39
mempengaruhi kemampuan individu sebagai komunikan untuk menerina pesan sebagai model komunikasi media (Rahman, 2003). Support Sistem Lingkungan disekitar kita juga dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan manusia, karena dari lingkungan ini dapat pengetahuan serta mengetahui sesuatu yang belum diketahui. (6) Usia Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang.
Semakin
bertambah
usia
akan
semakin
berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia tengah(41-60tahun) seseorang tinggal mempertahankan prestasi yang telah dicapai pada usia dewasa. Sedangkan pada usia tua (> 60 tahun) adalah usia tidak produktif lagi dan hanya menikmati hasil dari prestasinya. Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai dan sehingga menambah pengetahuan (Cuwin, 2009).
Dua
sikap
tradisional
Mengenai
jalannya
perkembangan hidup : (a) Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang di jumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuannya.
40
(b) Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang sudah tua karena mengalami kemunduran baik fisik maupun mental. Dapat diperkirakan bahwa IQ akan menurun sejalan dengan bertambahnya usia, khusunya pada beberapa kemampuan yang lain seperti misalnya kosa kata dan pengetahuan umum. Beberapa teori berpendapat ternyata IQ seseorang akan menurun cukup cepat sejalan dengan bertambahnya usia. d) Parameter Tingkat Pengetahuan Menurut Wawan dan Dewi (2010), pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari obyek penelitian atau responden. Data yang bersifat kualitatif digambarkan dengan kata-kata, sedangkan data yang bersifat kuantitatif berwujud angka-angka, hasil hasil perhitungan atau pengukuran,
dapat
diproses
dengan
cara
dijumlahkan,
dibandingkan dengan jumlah yang diharapkan dan diperoleh persentase, setelah dipersentasikan lalu ditafsirkan ke dalam kalimat yang bersifat kualitatif sebagai berikut : 1) Kurang, jika dapat menjawab ≤55 % 2) Cukup, jika dapat menjawab 56%-75% 3) Baik, jika dapat menjawab kuesioner >75%
41
2) Sikap a) Pengertian Menurut Azwar (2011), sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favourable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavourable) pada objek tersebut. Sikap merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu. Dapat dikatakan bahwa kesiapan yang dimaksudkan merupakan kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara tertentu apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respons. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan seharihari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka (Notoatmodjo, 2003). b) Tingkatan Sikap Tingkatan sikap adalah :
42
(a) Menerima (receiving) : diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). (b) Merespon (responding) : memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut. (c) Menghargai (valuing) : mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. (d) Bertanggung jawab (responsible) : bertanggung jawab atas segala
sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko
merupakan sikap yang paling tinggi. c) Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Sikap Dalam
interaksi
sosialnya,
individu
bereaksi
membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologis yang dihadapinya. Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap menurut Azwar (2009) adalah :
43
(a) Pengalaman pribadi Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial. (b) Pengaruh orang lain yang dianggap penting Orang lain di sekitar kita merupakan salah satu diantara komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang kita anggap penting, seseorang yang kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak tingkah dan pendapat kita, seseorang yang tidak ingin kita kecewakan, atau seseorang yang berarti khusus bagi kita. (c) Pengaruh kebudayaan Kebudayaan
dimana
kita
hidup
dan
dibesarkan
mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. Apabila kita hidup dalam budaya yang mempunyai norma longgar bagi pergaulan heteroseksual, sangat mungkin kita akan mempunyai sikap yang mendukung terhadap masalah kebebasan pergaulan heteroseksual. (d) Media Massa Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dll mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang.
44
(e) Lembaga pendidikan dan lembaga agama Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. (f) Pengaruh Faktor Emosional Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang. Kadangkadang, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. d) Pengukuran Sikap Salah satu aspek yang sangat penting guna memahami sikap dan perilaku manusia adalah masalah pengungkapan (assessment)
atau
pengukuran
(measurement)
sikap.
Sesungguhnya sikap dapat dipahami lebih dari pada sekedar favorabel atau seberapa tidak favorabelnya perasaan seseorang, lebih daridapa sekedar positif atau seberapa negatifnya. Sikap dapat diungkap dan dipahami dari dimensinya yang lain. Beberapa karakteristik (dimensi) sikap yaitu :
45
(1) Arah Sikap mempunyai arah, artinya sikap terpilah pada dua arah kesetujuan yaitu apakah setuju atau tidak setuju, apakah mendukung atau tidak mendukung, apakah memihak atau tidak memihak terhadap sesuatu atau seseorang sebagai objek. Orang yang setuju, mendukung atau memihak terhadap suatu objek sikap berarti memiliki sikap yang arahnya positif sebaliknya mereka yang tidak setuju atau tidak mendukung dikatakan sebagai memiliki sikap yang arahnya negatif (2) Intensitas Sikap memiliki intensitas, artinya kedalaman atau kekuatan sikap terhadap sesuatu belum tentu sama walaupun arahnya mungkin tidak berbeda. Dua orang yang sama tidak sukanya terhadap sesuatu, yaitu sama-sama memiliki sikap yang berarah negatif belum tentu memiliki sikap negatif yang sama intensitasnya. Orang pertama mungkin tidak setuju tapi orang kedua dapat saja sangat tidak setuju. Begitu juga sikap yang positif dapat berbeda kedalamannya bagi setiap orang, mulai dari aspek agak setuju sampai pada kesetujuan yang ekstrim.
46
(3) Keluasan Sikap juga memiliki keluasan, maksudnya kesetujuan atau ketidaksetujuan terhadap suatu objek sikap dapat mengenai hanya aspek yang sedikit dan sangat spesifik akan tetapi dapat pula mencakup banyak sekali aspek yang ada pada objek sikap. (4) Konsistensi Sikap juga konsistensi, maksudnya adalah kesesuaian antara pernyataan sikap yang dikemukakan dengan responsnya terhadap objek sikap termaksud. Konsistensi dalam bersikap tidak sama tingkatannya pada setiap diri individu dan setiap objek sikap. Sikap yang tidak konsisten, yang tidak menunjukkan kesesuaian antara pernyataan sikap dan perilakunya, atau yang mudah berubah-ubah dari waktu ke waktu akan sulit diinterpretasikan dan tidak banyak berarti dalam memahami serta memprediksi perilaku individu yang bersangkutan. Harus dibedakan antara pengertian sikap yang tidak konsisten dan pengertian sikap yang tidak memihak. Sikap yang tidak memihak atau netral tetap disebut sikap juga walaupun arahnya tidak positif dan tidak negatif. Orang dapat saja bersikap netral secara konsisten.
47
(5) Spontanitas Karakteristik sikap yang terakhir adalah spontanitas, yaittu menyangkut
sejauhmana
kesiapan
individu
untuk
menyatakan sikapnya secara spontan. Sikap dikatakan memiliki spontanitas yang tinggi apabila dapat dinyatakan secara terbuka tanpa harus melakukan pengungkapan atau desakan lebih dahulu agar individu mengemukakannya. Hal ini tampak dari pengamatan terhadap indikator sikap atau perilaku
sewaktu
individu
berkesempatan
untuk
mengemukakan sikapnya. e) Kategori sikap Pembagian sikap antara lain: (1) Sikap mendukung (favourable) (2) Sikap tidak mendukung (unfavourable) 3) Nilai Individu lahir diantara kelompok, yaitu keluarga dan masyarakat. Hal ini akan membuat kemungkinan adanya suatu norma atau aturan yang diharapkan mampu memunculkan perilaku yang sesuai dengan ketentuan yang telah dibuat. Nilai ini diperoleh melalui sosialisasi dan emosi dikenakan kepercayaan mereka atas apa yang membuat orang berfikir apakah sesuatu itu penting sehingga dari nilai akan mempengaruhi keseluruhan berbagai tentang keluarga (Azwar, 2009).
48
4) Kepercayaan Kepercayaan merupakan keyakinan tentang kebenaran terhadap sesuatu yang dirasakan pada budaya yang ada pada masyarakat tersebut. Sehingga bila dalam masyarakat mempunyai kepercayaan yang salah tentang suatu maka dapat menghambat perubahan perilaku. Masyarakat yang mempercayai suatu keyakinan tertentu tentang pengetahuan dan sikap remaja putri tentang seks bebas, maka dapat mempengaruhi suatu perilaku yang akan berpengaruh terhadap pencagahan seks bebas (Notoatmodjo, 2003). 5) Persepsi Persepsi merupakan proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh seorang individu. Dikarenakan persepsi bertautan dengan cara mendapatkan pengetahuan tentang seks bebas pada kejadian tertentu, maka persepsi terjadi kapan saja stimulus menggerakkan indera untuk melakukan atau mencegah seks bebas.
b. Faktor Pendukung 1) Ketersediaan Sarana Faktor-faktor pendukung ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas
kesehatan bagi masyarakat, misalnya :
sarana pemeriksaan kesehatan reproduksi remaja, sarana dan prasarana kesehatan remaja di sekolah dan penyediaan layanan
49
konsultasi kesehatan seksual remaja di sekolah. Termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu, polindes, pos obat desa, dokter atau bidan praktek swasta dan sebagainya (Sarwono, 2011). 2) Sumber Daya atau Dana Dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi remaja perlu diupayakan pendekatan sarana pelayanan kesehatan dan biaya kesehatan diharapkan sesuai dengan kemampuan ekonomi. 3) Keterampilan Menambah kegiatan yang positif di luar sekolah, misalnya kegiatan olahraga atau sesuai dengan bakat yang dimilikim oleh remaja putri. Selain menambah pengetahuan dan keterampilan, kesibukan di luar sekolah seperti olahraga dapat membuat perhatian remaja tertuju ke arah kegiatan tersebut yang bersifat positif. Sehingga, memperkecil
kemungkinan
bagi
mereka
untuk
melakukan
penyimpangan prilaku seks bebas. 4) Keterjangkauan Pelayanan kesehatan yang baik adalah yang mudah dicapai (accessible) oleh masyarakat. Pengertian ketercapaian yang dimaksud disini terutama dari sudut lokasi. Dengan demikian untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang baik, maka pengaturan sarana kesehatan menjadi sangat penting. Sehingga untuk
50
mewujudkan pelayanan kesehatan yang baik, maka pengaturan sarana kesehatan menjadi sangat penting. c. Faktor pendorong 1) Motivasi Motivasi sebagai proses mempengaruhi atau mendorong dari luar terhadap
remaja
putri
atau
kelompok
agar
mereka
mau
melaksanakan sesuatu yang telah ditetapkan untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan atau keadaan serta kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan melakukan pencegahan seks bebas (Notoatmodjo, 2003). 2) Sikap dan Perilaku Masyarakat Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat (toma) dan tokoh agama (toga). Termasuk juga disini undang-undang, peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah daerah
yang terkait dengan kesehatan.
Untuk
berperilaku sehat, masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap positif serta dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan perilaku contoh atau acuan dari para tokoh masyarakat dan tokoh agama untuk memberikah contoh sikap dan perilaku yang baik kepada remaja khususnya untuk remaja putri dalam pencegahan seks bebas karena lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya dapat
51
mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok yang merupakan konsep moral dalam diri individu (Azwar, 2009). 3) Sikap dan Perilaku Petugas Kesehatan Suatu sikap dan perilaku petugas kesehatan dalam memberikan informasi maupun pelayanan kesehatan pada remaja, khususnya remaja putri. Perlu dikembangkan model pembinaan remaja yang berhubungan dengan kesehatan produksi. Perlu adanya wadah untuk menampung permasalahan reproduksi remaja yang sesuai dengan kebutuhan. Informasi yang terarah baik secara formal maupun informal yang meliputi pendidikan seks, penyakit menular seksual, KB dan kegiatan lain juga dapat membantu menekan angka kejadian perilaku seks bebas di kalangan remaja.
52
B. Kerangka Teori
a. Faktor predisposisi (predisposing factor) : 1. Pengetahuan seks bebas 2. Sikap Terhadap seks bebas 3. Nilai 4. Kepercayaan 5. Persepsi
b. Faktor pendukung (enabling factor) : 1. Ketersediaan sarana 2. Sumber daya / dana 3. Keterampilan 4. Keterjangkauan
Pencegahan seks bebas pada remaja putri
c. Faktor pendorong (reinforcing factor) : 1. Motivasi 2. Sikap dan perilaku masyarakat 3. Sikap dan perilaku petugas kesehatan
Bagan 2.1 Kerangka Teori Sumber : Green (1980) dalam Notoatmodjo (2003), Sarwono 2011
53
C. Kerangka Konsep
Variabel Independen
Variabel Dependen
Pengetahuan tentang seks bebas Pencegahan seks bebas Sikap terhadap seks bebas
Bagan 2.2 Kerangka Konsep
D. Hipotesis Notoatmodjo (2005), hipotesis penelitian adalah jawaban sementara penelitian, patokan duga atau sementara, yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut. Hipotesis dalam penelitian ini adalah : Ha
:
Ada hubungan pengetahuan remaja putri tentang seks bebas dengan pencegahan seks bebas pada remaja putri di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 5 Semarang.
Ha
:
Ada hubungan sikap remaja putri tentang seks bebas dengan pencegahan seks bebas pada remaja putri di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 5 Semarang.