BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pengertian Bank Islam Di Indonesia, bank islam pertama adalah Bank Muamalat Indonesia (BMI) yang telah berdiri pada tahun 1992. Bank Syariah adalah bank yang menggunakan prinsip bagi hasil secara adil, berbeda dengan bank konvensional yang bersandarkan pada bunga. Bank Syariah juga dapat diartikan sebagai bank yang dalam prinsip, operasional, maupun produknya dikembangkan dengan berlandaskan pada nilai-nilai yang terkandung dalam Alqur‟an dan petunjuk-petunjuk operasional hadis Muhammad Rasulullah SAW. Menurut ketentuan yang tercantum di dalam peraturan Bank Indonesia nomor 2/8/PBI/2000, Pasal 1, Bank syariah adalah“ Bank umum sebagaimana yang dimaksudkan dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan dan telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariat islam, termasuk unit usaha syariah dan kantor cabang bank asing yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah. Terdapat perbedaan mendasar antara bank konvensional dengan bank islam/ bank syari’ah:
8
9
Pertama, dari segi akad dan aspek legalitas. Akad yang dipraktikkan dalam bank syariah memiliki konsekuensi duniawi dan ukhrawi. Dunia dan akhirat, karena akad yang digunakan berdasarkan hukum atau syariat islam. Kedua, dari sisi struktur organisasi, Bank Islam dapat memiliki struktur yang sama dengan bank konvensional, namun unsur yang membedakannya adalah bahwa bank syari’ah harus memiliki Dewan Pengawas Syari’ah yang bertugas mengawasi operasional dan produk-produk bank agar sesuai dengan ketentuan-ketentuan syari’ah islam. Eksistensi Dewan syari’ah di dalam struktur organisasi bank syari’ah adalah wajib, bahkan bagi setiap bank yang berskala kecil sekalipun, seperti Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) dan Baitul Maal Wattamwil (BMT) harus mempunyai Dewan Pengawas Syariah. Ketiga, berkenaan dengan bisnis dan biaya yang dibiayai, haruslah bisnis dan usaha yang diperkenankan atau dihalalkan oleh syariat islam. Kehalalan bisnis dan usaha merupakan syarat mutlak agar suatu bidang usaha itu halal untuk dibiayai oleh perbankan islam. Karena itulah, secara langsung maupun tidak langsung perbankan islam tidaklah semata-mata merupakan institusi ekonomi, tetapi juga sebagai institusi yang ikut bertanggung jawab menjaga moral dan akhlak manusia. Keempat, berkaitan dengan lingkungan bekerja dan budaya perusahaan perbankan. Dalam hal etika, sifat jujur (shiddiq), dapat dipercaya (amanah), cerdas dan professional (fathanah),serta komunikatif, ramah, keterbukaan (tabligh) harus melandasi setiap tindakan para pelaku perbankan islam. Dalam hal reward and
10
punishment yang berlaku dalam perbankan islam dipraktikkan dengan prinsip berkeadilan dan sesuai dengan syari‟ah. Dengan demikian perbankan islam adalah perbankan yang beroperasi atas dasar prinsip-prinsip syari‟ah islam. Dengan demikian bank islam didasarkan pada prinsip hukum islam. Sistem bank islam menawarkan fungsi dan jasa yang sama dengan sistem yang sama dengan bank konvensional meskipun diikat dengan prinsip-prinsip islam. Prinsip syariah di dalam bank islam adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang seuai dengan islam. Kegiatan Bank Islam antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip usaha patungan (musyarakah), jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa (ijaroh).
2.1.2. Prinsip Bank Islam Menurut UU No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan UU No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan disebutkan bahwa Bank Islam adalah Bank Umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip Islam yang dalam menjalankan kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Dalam menjalankan aktivitasnya, bank Islam menganut prinsip-prinsip berikut:
11
a. Prinsip keadilan, prinsip tercermin dari penerapan imbalan atas dasar bagi hasil dan pengambilan margin keuntungan yang disepakati bersama antara bank dengan nasabah. b. Prinsip Kemitraan atau kesederajatan, bank Islam menempatkan nasabah penyimpan dana, nasabah pengguna dana, maupun bank pada kedudukan yang sama atau berimbang atau sederajat antara nasabah penyimpan dana, nasabah pengguna dana maupun bank yang sederajat sebagai mitra usaha. c. Prinsip Ketentraman, produk-produk bank Islam telah sesuai dengan prinsip dan kaidah muamalah Islam, antara lain tidak adanya unsur riba serta penerapan zakat harta. Dengan demikian nasabah akan merasakan ketentraman lahir maupun batin. d. Prinsip transparansi atau keterbukaan, meliputi laporan keuangan bank yang terbuka secara kesinambungan, nasabah dapat mengetahui tingakat keamanan dana dan kualitas manajemen bank. e. Prinsip universalisme, bank dalam mendukung operasionalnya tidak membedabedakan suku, agama, ras, golongan dalam masyarakat dengan prinsip Islam adalah Rahmatin Lil ‘alamin. f. Tidak ribawi. g. Laba yang Asas dan Karakteristik Transaksi Islam. Dengan demikian, dalam operasinya bank Islam mengikuti aturan dan norma Islam seperti yang dijelaskan diatas yaitu: a. Bebas dari bunga (riba).
12
b. Bebas dari kegiatan spekulatif yang non produktif seperti perjudian (maysir). c. Bebas dari hal-hal yang tidak jelas dan meragukan (gharar). d. Bebas dari hal-hal yang rusak atau tidak sah (bathil). e. Hanya membiayai kegiatan usaha yang halal.
2.1.3. Fungsi Bank Syariah Berdasarkan pasal 4 UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, disebutkan bahwa Bank Syariah wajib menjalankan fungsi penghimpunan dana dan menyalurkannya kepada masyarakat. Bank Syariah juga menjalankan fungsi sosial dalam bentuk lembaga baitul mal yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infaq, sedekah, hibah atau dana sosial lainnya (antara lain denda terhadap nasabah atau ta’zir) dan menyalurkan kepada organisasi pengelola zakat. Dalam beberapa literatur Perbankan Syariah, Bank Syariah dengan beragam skema transaksi yang dimiliki dalam skema non riba memiliki sedikitnya empat fungsi, yaitu: a. Fungsi manajer Investasi Fungsi ini dapat dilihat dari segi penghimpunan dana oleh bank syariah, khususnya dana mudharabah. Dengan fungsi ini bank syariah bertindak sebagai manajer investasi dari pemilik dana (shahibul maal). b. Fungsi Investor
13
Dalam penyaluran dana, bank syariah berfungsi sebagai investor atau pemilik dana. c. Fungsi Sosial Ada dua instrumen yang digunakan oleh bank syariah dalam menjalankan fungsi sosialnya. Yaitu instrumen zakat, infaq, sedekah, wakaf atau (ZISWAF) dan instrumen qardul hasan.
2.1.4. Perbedaan Bank Konvensional dan Bank Islam Bank Islam memiliki beberapa karakteristik esensial yang membedakanya dengan bank konvensianal, seperti pada tabel 2.1 Tabel 2.1 Perbedaan Bank Konvensional dengan Bank Islam Parameter
Bank Konvensional
Bank Islam
Landasan Hukum
UU Perbankan
UU Perbankan dan Landasan Islam
Return
Bunga Komisi/fee
Hubungan dengan Debitur-Kreditur nasabah Fungsi dan kegiatan Intermediasi, jasa bank, mekanisme dan keuangan. objek usaha Prinsip dasar operasi Tidak anti riba dan tidak anti maysir Prinsip pelayanan Bebas nilai, Uang sebagai komoditi, Bunga Orientasi Kepentingan pribadi Bentuk usaha Keuntungan
Bagi hasil, margin Pendapatan sewa, komisi/fee Kemitraan,Investor-investor, Investorpengusaha Intermediasi,manager investasi, investor, sosial, jasa keuangan. Anti riba dan anti maysir Tidak bebas nilai, Uang sebagai alat tukar,Bagi hasil, jual beli,sewa Kepentingan public Tujuan sosial
14
Evaluasi nasabah
Bank komersial
Hubungan nasabah
Kepastian pengambilan pokok dan bunga Sumber likuiditas Terbatas debiturjangka pendek kreditor Pinjaman yang Pasar uang, bank diberikan sentral Prinsip usaha Komersial dan non komersial,berorientasi laba Pegelolaan dana Aktiva ke pasiva Lembaga penyelesaian Pengadilan, arbitrase sengketa Risiki investasi Risiko bank tidak terkait langsung dengan debitur, risiko debitur tidak terkait langsung dengan bank Kemungkinan terjadi negative spread Monitoring Terbatas pada pembiayaan administrasi Struktur organisasi Dewan komisaris pengawasan Kriteria pembiayaan
Bankable halal atau haram
Sumber: Islamic Banking. Veithzal dan arviyan, 2010
Bank komersial, bank pembangunan, bank universal atau multipurpose Lebih hati-hati karena partisipasi dalam resiko. Erat sebagai mitra usaha Terbatas Komersial dan komersial, berorientasi laba dan nirlaba Pasiva ke aktiva Pengadilan, badan arbitrase islam nasional Dihadapi bersama antara bank dan nasabah dengan prinsip keadilan dan kejujuran Tidak mungkin terjadi negative spread
Mamungkinkan bank ikut dalam manajemen nasabah Dewan komisaris, dewan pengawas islam, dewan islam nasional Bankable halal
15
2.1.5. Sistem Operasional Bank Syariah Gambar 2.1 Sistem operasioanal Bank Islam 4.menyalurkan pendapatan
3.menerima pendapatan
Bagi hasil/bonus
Bagi hasil, margin, fee Bank
Nasabah
Nasabah pemilik
1Penghimpunan dana
SyariahSebagai pengelola
lola
dan dana/penerima
investasi,pe
penitip
Sebagai dana titipan dana
mitra,penge
2.Penyaluran dana
mbeli,
pemilik
penyewa
dana/penjual/
Instrumen
Sebagai
penyaluran
pembe5. penyediaan jasa penyedia jasa ri sewa keuangan
dana lain Jasa administrasi yang tabungan,ATM, dibolehkan. transfer,kliring, littleof
credit,
valuta asing,dsb.
Sumber : Akuntansi Perbankan Syariah, Rizal dkk, 2009
16
2.1.6. Produk Bank Syariah a. Produk Pembiayaan, equity financing Ada dua macam kontrak dalam kategori ini yaitu: (a)Musyarakah Melalui kontrak ini, dua pihak atau lebih (termasuk bank dan lembaga keuangan bersama nasabahnya) dapat mengumpulkan modal mereka untuk membentuk sebuah perusahaan (syirkah al-inan) sebagai sebuah badan hukum. Setiap pihak memiliki bagian secara proporsional sesuai dengan kontribusi modal mereka dan mempunyai hak mengawasi perusahaan sesuai dengan proporsinya. Demikian halnya dengan keuntungan disesuaikan dengan kontribusi modal yang dikeluarkan. (b)Mudharabah Kontrak mudharabah juga merupakan equity financing namun berbeda dengan musyarakah. Di dalam mudharabah hubungan kontrak bukan antar pemberi modal melainkan antar penyedia dana (shahibul maal) dengan entrepreneur (mudharib). Dalam kontrak mudharabah, seorang mudharib memperoleh modal dari unit ekonomi lainnya. b. Produk pembiayaan, debt financing (a) Prinsip jual beli Ada tiga jenis kegiatan jual beli yaitu, Al- bai’ as-salam yaitu kontrak jual beli dimana harga atas barang yang diperjualbelikan dibayar dengan
17
segera atau sekaligus, sedangkan penyerahan atas barang tersebut dilakukan kemudian. Bai’al-istishna’, hampir sama dengan bai‟ as-salam yaitu kontrak jual beli dimana harga atas barang tersebut dibayar lebih dulu tetapi dapat dingsur sesuai dengan jadwal dan syarat-syarat yang disepakati bersama, sedangkan barang yang dibeli diproduksi dan diserahkan kemudian. Bai al murabahah yaitu kontrak jual beli dimana barang yang diperjualbelikan diserahkan segera, sedang harga (baik pokok maupun margin keuntungan disepakati bersama) dan pembayaran dapat dilakukan secara tunai maupun secara tangguh. (b) Prinsip sewa beli Sewa dan sewa beli (ijarah atau ijarah wa iqtina) model ini dalam konvensional dianggap sebagai lease atau financing lease. Ijarah atau sewa adalah kontrak yang melibatkan suatu barang (sebagai harga) dengan jasa atau manfaat atas barang lainnya. Dan ijarah wa iqtina adalah akad sewa yang terjadi antara bank (sebagai pemilik barang) dengan nasabah (sebagai penyewa) dengan cicilan sewanya sudah termasuk cicilan pokok harga barang. (c) Al-Qard Hasan Yaitu penyediaan pinjaman dana kepada pihak-pihak yang patut mendapatkannya.
Secara
syariah
peminjam
hanya
berkewajiban
membayar kembali pokok pinjamannya, walaupun syariah membolehkan
18
peminjam untuk memberikan imbalan sesuai dengan keikhlasannya tapi bank sama sekali dilarang untuk menerima imbalan apapun. c. Produk penghimpunan dana Bank islam menjalankan fungsi financing tersebut adalah dalam kapasitasnya sebagai mudharib dengan menggunakan dana-dana yang diperoleh dari para nasabah sebagai shahibul mal, yang menyimpan dan menanamkan dananya pada bank melalui rekening Koran dengan prinsip wadi‟ah (giro), rekening tabungan, rekening investasi umum (deposito), rekening investasi khusus (mudharabah muqayyadhah). d. Produk jasa-jasa Terdapat berbagai jenis yaitu rahn, wakalah, kafalah, hawalah, ji’alah, sharf.
2.1.7. Primsip-Prinsip Pembiayaan Syariah Prinsip pemberian kredit dengan analisis menggunakan 6C kredit dapat dijelaskan sebagai berikut: a.
Character Pengertian character adalah sifat atau watak seseorang dalam hal ini calon debitur. Tujuannya adalah untuk memberi keyakinan pada bank bahwa sifat atau watak dari orang-orang yang diberi kredit benar-benat dapat dipercaya. Hal ini tercermin dalam latar belakang sinasabah baik yang bersifat latar belakang
19
pekerjaan maupun yang bersifat pribadi seperti cara hidup atau gaya hidup yang dianutnya, keadaan keluarga, hobi dan social standingnya. Character merupakan ukuran untuk menilai kemauan nasabah untuk membayar kreditnya dengan berbagai cara. Dalam kenyataannya untuk menilai nasabah tidaklah mudah dan dibutuhkan waktu yang lama. b.
Capasity Untuk melihat kemampuan nasabah dalam bidang bisnis yang dihubungkan dengan kemampuannya mengelola bisnis serta kemampuannya mencari laba. Sehingga pada akhirnya akan terlihat kemampuannya dalam mengembalikan kredit yang disalurkan. Semakin banyak sumber pendapatan seseorang maka semakin besar kemampuan untuk membayar kredit.
c.
Capital Untuk melihat pengguanaan modal apakah efektif, dilihat dari laporan keuangan dengan melakukan pengukuran seperti likuiditas, solvabilitas, rentabilitas dan ukuran lainnya. Capital merupakan dana yang dimiliki nasabah untuk menjalankan dan memelihara kelangsungkan usahanya.
d.
Condition of economi Dalam menilai kredit hendaknya juga diperhatikan bagaimana keadaan ekonomi politik saat ini dan di masa yang akan datang sesuai dengan sektor masing-masing. Serta prospek usaha yang dijalankan. Jadi pada saat kondisi yang baik maka akan sedikit kemungkinan terjadinya kredit macet.
20
e.
Collateral Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik maupun non fisik. Sehingga terjadi suatu masalah, maka jaminan tersebut dipergunakan untuk melunasi hutang tersebut sesuai dengan jumlah pinjaman.
f.
Constrain Yaitu batasan dan hambatan yang tidak memungkinkan suatu bisnis untuk dilaksanakan pada tempat tertentu, misalnya pendirian suatu usaha pompa bensin yang disekitarnya terdapat banyak bengkel las atau pembakaran batu bata. Serta aspek lain seperti aspek pemasaran, aspek teknis, aspek manajemen, saspek yuridis, aspek sosial ekonomi, aspek finansial dan aspek Amdal.
2.1.8. Pembiayaan Murabahah 2.1.8.1. Pengertian Murabahah (Dr ahmad mujahidin, 2010:159-160) menurut Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah Islam (KHES) Pasal 20 (2), bai‟ adalah jual beli antara benda dengan benda atau pertukaran benda dengan uang. Pertukaran bai‟ menurut KHES ini dapat diartikan sebagai pertukaran harta atas dasar saling rela atau dapat diartikan juga memindahkan hak milik dengan ganti yang dapat dibenarkan menurut islam. Dan pengertian ba‟i (jual beli) menurut berbagai ulama, yaitu pertama ulama Hanafiyah. Memberikan pengertian jual beli adalah saling menukar harta dengan harta melalui cara tertentu atau tukar menukar sesuatu yang diingini atau yang
21
sepadan melalui cara tertentu yang bermanfaat. Dari definisi diatas dijelaskan bahwa yang diamksud dengan cara tertentu adalah berkaitan dengan ijab dan kabul atau bisa melalui saling memberikan barang dan menetapkan harga yang diperjualbelikan. Selain itu harta yang diperjualbelikan harus bermanfaat bagi manusia. Untuk itu menjual bangkai, minuman keras dan darah tidak dibenarkan menurut syariat islam. Kedua menurut Imam Nabawi, pengertian jual beli adalah saling menukar harta dengan harta dalam bentuk pemindahan hak milik. Ketiga menurut Abu Qudamah, pengertian jual beli adalah saling menukar harta dengan harta dalam bentuk pemindahan milik dan pemilikan. Bentuk perikatan jual beli adalah merupakan sarana tolong menolong antara sesama manusia dan memiliki landasan kuat dalam syariat islam. Hal ini ditemukan dalam Qs.Al-Baqarah ayat (275) yang artinya: “Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”. Qs.An-Nisa‟ ayat (29) yang artinya: “ Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku suka sama suka diantara kamu”. Dalam Dr. Ahmad mujahidin, 2010. Murabahah adalah pembiayaan saling menguntungkan yang dilakukan oleh sahibul maal dengan pihak yang membutuhkan melalui transaksi jual beli dengan penjelasan bahwa harga pengadaan barang dan harga jual terdapat nilai lebih yang merupakan keuntungan atau laba bagi shahibul maal dan pengembaliannya dapat dilakukan secara tunai atau angsur.
22
Bai’ Al-Murabahah atau beli angsur (al bai bithaman ajil) atau diartikan pula dengan keuntungan (deffered payment sale). Dilihat dari asal kata (ribhu) atau keuntungan, merupakan transaksi jual beli dimana bank menyebutkan jumlah keuntungan tertentu. Disini bank bertindak sebagai penjual dan dilain pihak customer sebagai pembeli. Sehingga harga beli dari pemasok atau supplier atau produsen ditambah dengan keuntungan bank sebelum dijual kepada customer. (Veitzal dan Irawan, 2010; 760) (Sri Nurhayati Wasilah, 2009:161) Murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Penjualan atas akad jual beli dapat dilakukan secara tunai (bai’ naqdan) atau tangguh (bai’ muajjal/ bai’ bithaman ajil).secara luas,jual beli dapat diartikan sebagai pertukaran harta atas dasar saling rela. Menurut Sabiq, 2008 jual beli adalah memindahkan milik dengan ganti (iwad) yang dapat dibenarkan (sesuai syariah). Pertukaran dapat dilakukan antara uang dengan barang, barang dengan barang yang biasa kita kenal dengan barter dan uang dengan uang misalnya pertukaran nilai mata uang rupiah dengan yen. (Veithzal dan Arviyan, 2010) Pembiayaan ini merupakan bentuk pembiayaan berprinsip jual beli yang pada dasarnya merupakan penjualan dengan keuntungan (margin) tertentu yang ditambahkan diatas biaya perolehan. Pembayarannya bisa tunai maupun ditangguhkan atau di cicil. Murabahah dalam fikih islam merupakan bentuk jual beli yang tidak ada hubungannya dengan pembiayaan pada mulanya.
23
Murabahah dalam islam juga berarti jual beli ketika penjual memberitahukan kepada pembeli biaya perolehan dan keuntungan yang diinginkan. Akad (sering kali disinonimkan dengan transaksi) murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga asal dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli dimana pembayaran dapat dilakukan secara tunai dan kredit (tangguh). Akad murabahah berbeda dengan transaksi jual beli dagangan secara umum, terutama terkait dengan penentuan harga kesepakatan.terdapat dua jenis akad, pertama murabahah dengan pesanan. Dalam jenis murabahah ini, penjual membeli barang untuk dijual kembali berdasarkan pesanan dari pembeli. Model murabahah ini bisa mengikat atau tidak mengikat. Apabila sifatnya mengikat, maka penjual dan pembeli sebelumnya harus memberikan kejelasan standar barang sehingga perbedaan baik dari segi dimensi harga atau kualitas dapat diminimalkan. Jika terjadi perbedaan maka ketidaksesuaian dapat ditentukan kepada pihak yang bertanggung jawab. Kedua murabahah tanpa pesanan yaitu akad murabahahyang tidak mengikat pada penbeli. Penjual membeki barang untuk persediaan, dan selanjutnya persediaan tersebut diual. (Sony warsono, 2011 :48). Pembiayaan Murabahah adalah akad perjanjian penyediaan barang berdasarkan jual beli, dimana bank muamalat membiayai (membelikan) kebutuhan barang atau investasi nasabah dan menjual kembali kepada nasabah dengan menambah dengan keuntungan yang disepakati. Pembayaran dari nasabah dapat dilakukan dengancara angsur atau cicil dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Sistem pembayaran
24
secara angsuran tadi dikenal dengan istilah bai‟ bithaman ajil. (zainul arifin, 2000:116) Murabahah adalah kontrak penjualan. Murabahah digunakan untuk membantu pedagang membeli barang dagangannya. Di dalam prinsip murabahah, bank membeli barang atas nama klien dan kemudian menjualnya kembali pada harga yang lebih tinggi untuk menutup biaya pembelian dan risiko kepemilikan pada saat periode transsisi. Pembeli membayar harga yang lebih tiinggi dalam cicilan bulanan. Di Malaysia dan dibeberapa Negara Asia Tenggara lainnya, bentuk murabahah yang pembayarannya dibuat dalam bentuk cicilan setelah barang diterima disebut sebagai Bai Bithaman Ajil (BBA). Hal tersebut merupakan metode penjualan dengan rencana pembayaran yang dilakukan lewat cicilan bulanan berdasarkan prinsip jual beli. Murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Sedangkan dalam Fatwa Dewan Syariah nasional yang dimaksud dengan murabahah adalah menjual suatu barang dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya sesuai jenisnya dapat dikategorikan dalam murabahah tanpa pesanan (artinya ada yang beli atau tidak, bank syariah menyediakan barang) dan murabahah berdasarkan pesanan (artinya bank syariah baru akan melakukan transaksi jual beli apabila ada yang pesan, dapat bersifat mengikat maupun tidak mengikat).
25
2.1.8.2. Jenis Akad Murabahah Terdapat dua jenis akad murabahah yang lazim berlaku, yaitu: 1. Murabahah dengan pesanan (murabahah to the purchase order). Dalam murabahah jenis ini, penjual melakukan pembelian barang setelah ada pesanan dari pembeli. Murabahah dengan pesanan dapat bersifat mengikat (penjual melakukan pembelian berdasar pesanan dari pembeli tetapi kedua belah pihak berhak untuk membatalkan transaksi murabahah tersebut tanpa harus dikenai sanksi atau denda). Jika asset murabahah yang telah dibeli oleh penjual mengalami penurunan nilai sebelum diserahkan kepada pembeli maka nilai tersebut menjadi beban penjual dan akan mengurangi nilai asset. 2. Murabahah tanpa pesanan yaitu pembeli bertransaksi langsung dengan penjual yang telah memiliki persediaan barang yang akan dijual.
2.1.8.3. Dasar Hukum Murabahah a). Firman ALLAH 1. Firman ALLAH SWT di Al- Qur‟an (Qs.An-Nisa‟:29) Bahwa: “Hai orang–orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan cara yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku suka sama suka, dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya ALLAH adalah Maha Penyayang kepadamu”.(Qs An- Nisa‟:29) 2. Firman ALLAH dalam surat Al-Baqarah;275
26
“ Orang- orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jaul beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepada larangan tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba) maka baginya apa yang telah diambil dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (Qs.Al-Baqarah: 275). 3. Firman ALLAH Qs Al-Maidah ayat 1 “ Hai orang- orang yang beriman, penuhilah akad-akad itu. Dihalalkan bagimu binatang berternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. Dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum- hukum menurut yang dikehendaki-Nya”. 4. Firman ALLAH Qs Al Maidah ayat 2 “ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi‟ar-syi‟ar Allah,
dan
jangan
melanggar
kehormatan
bulan-bulan
haram,
jangan
(mengganggu) binatang-binatang hadyu, dan binatang-binatang qala-id, dan jangan (pula) menganggu orang-orang yang mengunjungi
Baitullah sedang
mereka mencari karunia dan keridhaan dari Tuhannya dan apabila telah
27
menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu, dan jangan sekali-sekali kebencian (mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolongmenolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolongmenolong kamu dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesunguhnya Allah sangat berat siksa-Nya”. 5. Firman ALLAH Qs 2: 280 “……..Dan jika (orang yang berutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai ia berkelapangan”. 6. Firman ALLAH Qs 2:282 “ hai orang- orang yang beriman! Jika kamu melakukan transaksi utang piutang untuk jangka waktu yang ditentukan, tuliskanlah”. b). Al-Hadist 1. Dari Abu Sa‟id Al-Khudri bahwa Rasulullah SAW bersabda; “Sesungguhnya jual beli itu harus dilakukan suka sama suka”.( HR. Al-Baihaqi,Ibnu Majah, dan shahih menurut Ibnu Hibban) 2. Rasulullah bersabda, “Ada tiga yang mengandung keberkahan: Jual beli secara tangguh, muqaradhah (mudharabah) dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah tangga bukan untuk dijual”. (HR. Ibnu Majah dari Shuhaib)
28
3. “Allah mengasihi orang yang memberikan kemudahan bila ia menjual dan membeli serta didalam menagih haknya”. (Dari Abu Hurairah) 4. “ Orang yang melepaskan seorang muslim dari kesulitannya di dunia,Allah akan melepaskan kesulitannya dihari kiamat; dan Allah senantiasa menolong hamba Nya selama ia (suka) menolong saudaranya”. (HR. Muslim) 5. “ Menunda-nunda (pembayaran) yang dilakukan oleh orang mampu menghalalkan harga diri dan pemberian sangsi kepadanya”. (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Ahmad) 6. “ Penundaan (pembayaran) yang dilakukan oleh orang mampu adalah suatu kezaliman”. (HR.Bukhari dan Muslim) 7. “ Sumpah itu melariskan barang dagangan, akan tetapi menghapus keberkahan”. (HR. Al- Bukhri)
2.1.8.4. Rukun dan ketentuan akad murabahah Rukun dan ketentuan akad murabahah (Sri nurhayati Wasilah, 2009;165-168) yaitu: 1. Pelaku Pelaku cakap hukum dan baligh (berakal dan dapat membedakan), sehingga jual beli dengan orang gila menjadi tidak sah sedangkan jual beli dengan anak kecil dianggap sah, apabila seijin walinya. 2. Objek jual beli, harus memenuhi:
29
a. Barang yang akan dijual adalah barang halal Maka tidak semua barang yang diharamkan oleh Allah, tidak dapat dijadikan sebagai objek jual beli, karena barang tersebut dapat menyebabkan manusia bermaksiat atau melanggar larangan Allah. Hal tersebut sesuai dengan hadist berikut ini: “ Sesungguhnya Allah mengharamkan jual beli khamar, bangkai babi, patungpatung”. (HR.Bukahri Muslim) “ sesungguhnya Allah apabila mengharamkan sesuatu juga mengharamkan harganya”.(HR Ahmad dan Abu Dawud) b. Barang yang diperjualbelikan harus dapat diambil manfaatnya atau memiliki nilai, dan bukan merupakan barang-barang yang dilarang diperjualbelikan, misalnya jual beli barang yang kadaluwarsa. c. Barang tersebut dimiliki oleh penjual. Jual beli atas barang yang tidak dimiliki oleh penjual adalah tidak sah karena bagaimana mungkin kepemilikan barang kepada orang lain atas barang yang bukan milknya. Jual beli oleh bukan pemilik barang seperti ini, baru akan sah apabila mendapat izin dari pemilik barang. Misalnya: seorang suami menjual harta milik istrinya, sepanjang si istri mengijinkan maka sah akadnya. Contoh lain, jual beli barang curian adalah tidak sah karena status kepemilikan barang tersebut tetap pada si pemilik harta.
30
“ Barang siapa membeli barang curian sedangkan dia tahu bahwa itu hasil curian, maka sesungguhnya ia telah bersekutu didalam dosa dan aibnya”. (HR. Al-Baihaqi) Contoh lainnya, Jika si penjual telah menjual barangnya kepada pembeli tertentu kemudian menjual kembali barang yang telah dijualnya pada pembeli lain yang mau membayar lebih tinggi, hal ini pun tidak dibolehkan karena barang tersebut bukan lagi miliknya. “ Janganlah seseorang menjual barang yang telah dijual…..”. (HR. Bukahari Muslim) “ Bawasanya orang telah membeli dari dua orang, maka ia harus mengambil dari orang pertama”. (HR. Ahmad, An Nasa‟i, Abu Dawud dan At Tirmidzi) d. Barang tersebut dapat diserahkan tanpa tergantung dengan kejadian tertentu dimasa depan. Barang yang tidak jelas waktu penyerahannya adalah tidak sah, karena dapat menimbulkan ketidakpastian (gharar), yang pada gilirannya dapat merugikan salah satu pihak yang bertransaksi dan dapat menimbulkan persengketaan. Misalnya saya jual mobil saya yang hilang dengan harga 40 juta. Pembeli berharap mobil itu akan ditemukan. Demikian juga jual beli atas barang yang sedang digadaikan atau diwakafkan. e. Barang tersebut harus diketahui secara spesifik.
31
Dapat
diidentifikasikan
oleh
pembeli
sehingga
tidak
ada
gharar
(ketidakpastian). Misalnya, saya jual salah satu tanaman hias yang saya miliki, tidak jelas tanaman hias mana yang akan dijual f. Barang tersebut dapat diketahui kuantitas dankualitasnya dengan jelas. Sehingga tidak ada gharar. Apabila suatu barang dapat dikuantifisir/ditakar/ ditimbang maka atas barang yang diperjualbelikan harus dikuantifisir terlebih dahulu agar tidk timbul ketidakpastian (gharar).sesuai dengan hadist, “ Bagaimana jika Allah mencegahnya berbuah, dengan imbalan apakah salah seorang kamu mengambil harta saudaranya?”. (HR. Al Bukhari dari Anas. g. Harga barang tersebut jelas. Harga atas barang yang diperjualbelikan diketahui oleh pembeli dan penjual berikut cara pembayarannya tunai atau tangguh sehingga jelas dan tidak ada gharar. h. Barang yang diakadkan ada ditangan penjual. Barang dagangan yang tidak berada di tangan penjual akan menimbulkan ketidakpastian (gharar). Hakim bin Hizam berkata: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku membeli barang dagangan, apakah yang halal dan apa pula yang haram dari padanya untukku?” Rasulullah bersabda:” Jika kamu telah membeli sesuatu, maka janganlah kau jual sebelum di tanganmu”.
32
3. Ijab Kabul Pernyataan dan ekspresi saling rida atau rela diantara pihak-pihak pelaku akad yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau menggunakan cara-cara komunikasi modern. Apabila jual beli dilakukan sesuai dengan ketentuan syariah maka kepemilikannya, pembayarannya dan pemanfaatan atas barang yang diperjualbelikan menjadi halal. Demikian sebalinya.
2.1.8.5. Syarat Murabahah Syarat Murabahah (Syafii Antonio, Bank syariah (dalam akuntansi perbankan syariah, 2006)) adalah : 1. Penjual memberitahu biaya barang kepada nasabah. 2. Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan. 3. Kontrak harus bebas dari riba. 4. Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat barang sesudah pembelian. 5. Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara utang.
2.1.9. Fatwa Dewan Nasional Syariah Fatwa Dewan Syariah Nasional nomor 04/DSN-MUI/IV/2000 tertanggal 1 April 2000 adalah sebagai berikut:
33
Pertama : Ketentuan Umum Murabahah dalam Bank Syariah 1. Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas riba. 2. Barang yang diperjualbelikan harus barang yang tidak diharamkan oleh syariat islam. 3. Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah disepakati kualifikasinya. 4. Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri, dan pembelian ini harus sah dan bebas riba. 5. Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara berhutang. 6. Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesan) dengan harga jual senilai harga beli plus keuntungan. Dalam kaitan ini bank harus memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan. 7. Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada jangka waktu tertentu yang disepakati. 8. Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad tersebut, pihak bank dapat mengadakan perjanjin khusus kepada nasabah. 9. Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang kepada pihk ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang, secara prinsip, menjadi milik bank.
34
Kedua : Ketentuan Murabahah Kepada Nasabah 1. Nasabah mengajukan permohonan dan perjanjian pembelian suatu barang atau asset kepada bank. 2. Jika bank menerima permohonan tersebut, ia harus membeli terlebih dahulu asset yang dipesannya secara sah dengan pedagang. 3. Bank kemudian menawarkan asset tersebut kepada nasabah dan nasabah harus menerima (membelinya) sesuai dengan perjanjian yang telah disepakatinya, karena secara hukum perjanjian tersebut mengikat; kemudian kedua belah pihak harus membuat kontrak jual beli. 4. Dalam jual beli ini bank dibolehkan meminta nasabah untuk membayar uang muka saat menandatangani kesepakatan awal pemesanan. 5. Jika nasabah kemudian menolak membeli barang tersebut, biaya riil bank harus dibayar dari uang muka tersebut. 6. Jika nilai uang muka kurang dari kerugian yang harus ditangguang oleh bank, bank dapat memint kembali sisa kerugiannya kepada nasabah. 7. Jika uang muka memakai kontrak‟ urbun sebagai alternatif dari uang muka, maka: a. Jika nasabah memutuskan untuk membeli barang tersebut ia tinggal membayar sisa harga. b. Jika nasabah batal membeli, uang muka menjadi milik bank maksimal sebesar kerugian yang ditanggung oleh pihak bank akibat pembatalan tersebut; dan jika uang muka tidsk mencukupi, nasabah wajib melunasi kekurangannya.
35
Ketiga : Jaminan dalam Murabahah 1. Jaminan dalam murabahah diperbolehkan, agar nasabah serius dengan pesanannya. 2. Bank dapat meminta nasabah untuk menyediakan jaminan yang dapat dipegang. Keempat : Hutang dalam Murabahah 1. Secara prinsip, penyelesaian hutang nasabah dalam transaksi murabahah tidak ada kaitannya dengan transaksi lain yang dilakukan nasabah dengan pihak ketiga atas barang tersebut. Jika nasabah menjual kembali barang tersebut dengan keuntungan atau kerugian, ia tetap berkewajiban untuk menyelesaikan hutangnya kepada bank. 2. Jika nasabah menjual barang tersebut sebelum masa angsuran berakhir, ia tidak wajib segera melunasi seluruhnya. 3. Jika
pelunasan
tersebut
menyebabkan
kerugian,
nasabah
tetap
harus
menyelesaikan hutangnya sesuai kesepakatan awal. Ia tidak boleh memperlambat pembayaran angsuran atau meminta kerugian itu diperhitungkan. Kelima : Penundaan Pembayaran dalam Murabahah 1. Nasabah yang memiliki kemampuan tidak dibenarkan menunda penyelesaian hutangnya. 2.
Jika nasabah menunda-nunda pembayaran dengan sengaja, atau jika asalkan salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya, maka penyelesaiannya dilakukan melalui badan Arbritase Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melaluai musyawarah.
36
Keenam : Bangkrut dalam Murabahah Jika nasabah telah dinyatakan pailit dan gagal menyelesaikan hutangnya, bank harus menunda tagihan hutang sampai ia sanggup kembali, atau berdasarkan kesepakatan. Sebagai keseriusan dalam melakukan pemesanan, bank syariah dapat meminta uang muka. Berkaitan dengan akuntansi perbankan syariah, uang muka harus dibayarkan oleh nasabah kepada bank islam, bukan kepada pemasok (PAPSI, hal III.33). Jadi pembayaran terlebih dahulu kepada pemasok, yang lazim disebut dengan pendanaan sendiri (self dinancing) tidak dapat dikategorikan sebagai uang muka, bahkan banyak yang berpendapat barang yang diberi dengan dana sebagian dari nasabah tersebut tidak sesuai dengan ketentuan pertama, butir 4/DSN-MUI/IV, ketentuan pertama, butir 4 yaitu: “Bank memebeli barang yang diperlukan nasabah”.
2.1.10. Perlakuan Akuntansi Murabahah Akuntansi Murabahah (PSAK 102) a. Akuntansi untuk penjual a.) Pada saat perolehan, asset murabahah diakui sebagai persediaan sebesar biaya perolehan. Dr. Aset murabahah Kr. Kas
xxx xxx
37
b.) Untuk murabahah pesanan mengikat, pengukuran asset murabahah setelah perolehan adalah dinilai sebesar biaya perolehan dan jika terjadi penurunan nilai asset karena usang, rusak, atau kondisi lainnya sebelum diserahkan kenasabah, penurunan nilai tersebut diakui sebagai beban dan mengurangi nilai asset. Jika terjadi penurunan nilai untuk murabahah pesanan mengikat, maka jurnalnya: Dr. Beban penurunan nilai
xxx
Kr. Aset murabahah
xxx
Untuk murabahah tanpa pesanan atau murabahah pesanan tidak mengikat maka asset dinilai berdasarkan biaya perolehan atau nilai bersih yang dapat direalisasi, dan dilihat mana yang lebih rendah. Apabila nilai bersih yang dapat direalisasi lebih rendah dari biaya perolehan, maka selisihnya diakui sebagai kerugian. Jika terjadi penurunan nilai untuk murabahah pesanan tidak mengikat, maka jurnalnya: Dr. Kerugian penurunan nilai Kr. Aset murabahah
xxx xxx
c.) Apabila terdapat diskon pada saat pembelian asset murabahah, maka perlakuannya adalah sebagai berikut: a. Jika terjadi sebelum akad murabahah akan menjadi pengurang biaya perolehan asset murabahah. Jurnal:
38
Dr. Aset murabahah
xxx
Kr. Kas
xxx
b. Jika terjadi setelah akad murabahah dan sesuai akad yang disepakati menjadi hak pembeli, menjadi kewajiban kepada pembeli, jurnal: Dr. Kas
xxx
Kr. Utang
xxx
c. Jika terjadi setelah akad murabahah dan sesuai akad yang disepakati menjadi hak penjual, menjadi tambahan keuntungan murabahah, jurnal: Dr. Kas
xxx Kr. Kentungan murabahah
xxx
d. Jika terjadi setelah akad murabahah dan tidak diperjanjikan dalam akad, maka akan menjadi hak penjual dan diakui sebagai pendapatan operasional lain, jurnal: Dr. Kas
xxx Kr. Pendapatan operasional
xxx
d.) Kewajiban penjual kepada pembeliatas pengembalian diskon tersebut akan tereliminasi pada saat: a. Dilakukan pembayaran kepada pembeli, sehingga jurnal: Dr.Utang Kas
xxx xxx
39
b. Akan dipindahkan sebagai dana kebajikan jika pembeli sudah tidak dapat dijangkau oleh penjual, sehingga jurnal: Dr.Utang
xxx
Kr. Kas
xxx
Dan Dr. Dana kebajikan-kas
xxx
Kr. Dana kebajikan-potongan pembelian xxx e.) Pengakuan keuntungan murabahah: a. jika penjualan dilakukan secara tunai atau secara tangguh sepanjang masa angsuran murabahah tidak melebihi satu periode laporan keuangan, maka keuntungan murabahah diakui pada saat terjadinya akad murabahah: Dr. Kas
xx
Dr. Piutang murabahah
xxx
Kr. Aset murabahah
xxx
Kr. Keuntungan
xxx
b. Namun bila angsuran lebih dari satu periode maka perlakuannya adalah sebagai berikut: (i) Keuntungan diaku saat penyerahan asset murabahah dengan syarat apabila risiko penagihannya kecil, maka dicatat dengan cara yang sama pada butir a.
40
(ii) Keuntungan diakui secara proporsional dengan besaran kas yang berhasil ditagih dari piutang murabahah, metode ini digunakan untuk transaksi murabahah tangguh dimana ada resiko piutang tidak tertagih relatif besar dan atau beban untuk mengelola dan menagih piutang yang relatif besar, maka jurnal: Dr. Piutang murabahah
xxx
Kr. Aset murabahah
xxx
Kr. Keuntungan tangguhan
xxx
Pada saat penerimaan angsuran Dr. Kas
xxx Kr. Piutang murabahah
Dr. keuntungan tangguhan Kr. Keuntungan
xxx xxx xxx
(iii) Keuntungan diakui saat seluruh piutang murabahah berhasil ditagih, metode ini dipergunakan untuk transaksi murabahah tangguh dimana resiko piutang tidak tertagih dan beban pengelolaan
pitang
serta
penagihannya
cukup
besar.
Pencatatannya sama dengan point (ii), hanya saja jurnal pengakuan keuntungan dibuat saat seluruh piutang telah selesai ditagih.
41
f.) Pada saaat akad murabahah piutang diakui sebesar biaya perolehan ditambah dengan keuntungan yang disepakati. Pada akhir periode laporan keuangan, piutang murabahah diakui sebesar nilai bersih yang dapat direalisasi sama dengan akuntansi konvensional, yaitu saldo piutang dikurangi penyisihan kerugian piutang. Jurnal untuk penyisihan piutang tak tertagih: Dr. beban piutang tak tertagih
xxx
Kr. Penyisihan piutang tak tertagih
xxx
g.) Potongan pelunasan piutang murabahah yang diberikan kepada pembeli yang melunasi tepat waktu atau lebih cepat dari waktu yang disepakati diaku sebagai pengurang keuntungan murabahah. a. Jika potongan diberikan saat pelunasan, maka dianggap pengurang keuntungan murabahah, dan jurnal: Dr. Kas
xxx
Dr. Keuntungan ditangguhkan
xxx
Kr. Piutang murabahah
xxx
Kr. Keuntungan murabahah
xxx
(porsi pengakuan keuntungan-potongan) b. Jika potongan diberikan setelah pelunasan yaitu penjual menerima pelunasan piutang dari pembeli dan kemudian membayarkan potongan pelunasannya kepada pembeli, maka jurnal:
42
Pada saat penerimaan piutang dari pembeli Dr. Kas
xxx Kr. Keuntungan ditangguhkan
xxx
(sesuai porsi pengungkapan keuntungan) Pada saat pengembalian pada pembeli Dr. keuntungan murabahah
xxx
Kas
xxx
h.) Denda dikenakan jika pembeli lalai dalam melakukan kewajibannya sesuai dengan akad dan denda yang akan diterima diakui sebagai dana kebajikan. Dr. Dana kebajikan-kas Kr. Dana kebajikan–denda
xxx xxx
i.) Pengakuan dan pengukuran penerimaan uang muka adalah sebagai berikut: a. Uang muka diakui sebagai uang muka pembelian sebesar jumlah yang diterima; b. Jika barang jadi dibeli oleh pembeli, maka uang muka diakui sebagai pembayaran piutang (merupakan bagian pokok); c. Jika barang batal dibeli oleh pembeli, maka uang muka dikembalikan kepada pembeli setelah diperhitungkan dengan biayabiaya yang telah dikeluarkan oleh penjual.
43
Jurnal yang terkait dengan penerimaan uang muka: Penerimaan uang muka dari pembeli Dr. Kas
xxx
Kr. Utang lain-uang muka murabahah
xxx
a. Apabila murabahah jadi dilaksanakan Dr. Utang lain-uang muka murabahah xxx Kr. Piutang murabahah
xxx
Sehingga untuk penentuan margin keuntungan didasarkan atas nilai piutang (harga jual kepada pembeli setelah dikurangi uang muka). b. Pesanan dibatalkan, jika uang muka yang dibayarkan oleh pembeli lebih besar dari pada biaya yang telah dikeluarkan oleh penjual dalam rangka memenuhi permintaan calon pembeli maka selisihnya dikembalikan pada calon pembeli. jurnal Dr. Utang lain-uang muka
xxx
Kr. Pendapatan operasional
xxx
Kr. Kas
xxx
c. Pesanan dibatalkan jika uang muka yang dibayarkan oleh calon pembeli lebih kecil dari pada biaya yang telah dikeluarkan oleh penjual dalam rangka memenuhi permintaan calon pembeli,
44
maka penjual dapat meminta pembeli untuk membayarkan kekurangannya. Jurnal Dr. Kas/piutang
xxx
Dr. Utang lain-uang muka
xxx
Kr. Pendapatan operasional
xxx
d. Jika perusahaan menanggung kekurangannya atau uang muka sama dengan beban yang dikeluarkan. Dr. Utang lain-uang muka
xxx
Kr. Pendapatan Operasional
xxx
j.) Penyajian Piutang murabahah disajikan sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan yaitu saldo piutang murabahah dikurangi penyisihan kerugian piutang. Margin murabahah tangguh disajikan sebagai pengurang (contra account) piutang murabahah. k.) Pengungkapan Penjual mengungkapkan hal-hal terkait dengan transaksi murabahah, tetapi tidak terbatas pada: a. Harga perolehan asset murabahah; b. Janji pemesanan dalam murabahah Jangka waktu murabahah tangguh. Berdasarkan pesanan sebagai kewajiban atau bukan; dan
45
c. Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No. 101 tentang penyajian Laporan Keuangan Syariah. Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK 101 penyajian laporan keuangan syariah. b. Akuntansi untuk (debitur) pembeli a. Uang muka Pembeli membayar uang muka Jurnal: Dr. Uang muka
xxx
Kr. Kas
xxx
Jika sudah memberikan uang muka, maka terjadi penyerahan barang maka Dr. Aset
xxx
Dr. Beban murabahah tangguhan
xxx
Kr. Uang muka
xxx
Kr. Utang murabahah
xxx
Jika pembeli membatalkan transaksi dan dikenakan biaya,diakui sebagai kerugian. Apabila biaya yang dikenakan lebih kecil dari uang muka. Dr. Kas
„xxx
Dr. Kerugian
xxx
Kr. Uang muka
xxx
46
Sedangkan biaya yang dikeluarkan lebih besar dari uang muka, jurnalnya: Dr. Kerugian
xxx
Kr. Uang muka
xxx
Kr. Kas dan utang b.
xxx
Aset yang diperoleh melalui transaksi murabahah diakui sebesar biaya perolehan melalui transaksi murabahah tunai. (Apabila tidak ada uang muka) Utang yang timbul dari transaksi murabahah tangguh diakui sebagai utang murabahah sebesar harga beli yang disepakati (jumlah yang wajib dibayarkan). Selisih antara harga yang disepakti dengan biaya perolehan tunai diakui sebagai beban murabahah tangguhan. Jurnal: Dr. Aset
xxx
Dr. Beban murabahah tangguhan
xxx
Kr. Utang murabahah
xxx
c. Beban murabahah tangguhan diamortisasi secara proporsional dengan porsi utang murabahah yang dilunasi, jurnal: Dr. Utang murabahah
xxx
Kas Dr. Beban
xxx xxx
Kr. Beban murabahah tangguhan
xxx
47
d. Diskon pembelian yang diterima setelah akad. Potongan pelunasan dan potongan utang murabahah diakui sebagai pengurang beban murabahah tangguhan. Jurnal untuk diskon pembelian diterima setelah akad murabahah Dr. Kas
xxx Kr. Beban murabahah tangguhan
xxx
Jurnal untuk potongan pelunasan dan potongan utang murabahah Dr. Utang murabahah
xxx
Dr. Beban
xxx Kr. Kas
xxx
Kr. Beban murabahah tangguhan
xxx
Keterangan: beban dihitung sebesar alokasi beban murabahah tangguhanpotongan e. Denda yang dikenakan akibat kelalaian dalam melakukan kewajiban sesuai dengan akad diakui sebagai kerugian. Jurnal: Dr. Kerugian
xxx Kr. Kas/utang
xxx
f. Penyajian Beban murabahah tangguhan disajikan sebagai pengurang (contra account) utang murabahah.
48
g. Pengungkapan Pembeli
mengungkapkan
hal-hal
yang
terkait
dengan
transaksi
murabahah, tetapi tidak terbatas pada: a) Nilai tunai asset yang diperoleh dari transaksi murabahah; b) Jangka waktu murabahah tangguh; c) Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No. 101 tentang Penyajian Laporan Keuangan Syariah.
49
2.2. Hasil Penelitian Terdahulu Emi Nurhayati (2009), Aplikasi mamajemen resiko pembiayaan Murabahah pada BMT Syariah Pare Kediri. Menggunakan analisis data kualitatif dan kuantitatif. Dengan hasil: Aplikasi manajemen resiko pembiayaan pada BMT Syariah Pare Kediri telah tersusun rapi sehingga sedikit resiko yang tidak bisa ditangani pada pembiayaan murabahah. As-Shidiq (2007) dalam penelitiannya yang berjudul,” Aplikasi Pembiayaan Murabahah sebagai pemberian pembiayaan konsumtif (Studi pada BPRS Bumi Rinjani Batu)”, menjelaskan bahwa pembiayaan murabahah sebagai pemberian pembiayaan konsumtif dan menganalisa pembiayaan yang telah berjalan, serta memberi solusi dan alternatif jika terjadi masalah dalam pelaksanaannya. Asmahani Muktar Gaffar (2009), dengan judul “Penerapan PSAK 102 tentang Pembiayaan Murabahah pada PT. Bank Syariah Mandiri cabang Medan”, menjelaskan bahwa PT. Bank Syariah Mandiri cabang Medan telah menerapkan system pembiayaan murabahah yang operasionalnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku yaitu Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK 102) tentang akuntansi murabahah.
50
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu No 1.
2.
3.
Nama Peneliti Emi Nurhayat i (2009)
Judul
Metode Penelitian
Aplikasi Kualitatif mamajemen kuantitatif resiko pembiayaan Murabahah,pada BMT Syariah Pare Kediri As2 Aplikasi Kualitatif Shidiq Pembiayaan (2007) Murabahah sebagai pemberian pembiayaan konsumtif (Studi pada BPRS Bumi Rinjani Batu)”, Asmahan 3 Penerapan Kuantitatif i Muktar PSAK Gaffar 102tentang (2009) Pembiayaan Murabahah pada PT. Bank Syariah Mandiri cabang Medan”,
Hasil dan Aplikasi manajemen resiko pada bank syariah pare kediri telah tersusun rapi, sehingga sedikit sekali resiko yang tidak bisa ditangani. pembiayaan murabahah sebagai pemberian pembiayaan konsumtif dan menganalisa pembiayaan yang telah berjalan, serta memberi solusi dan alternatif jika terjadi masalah dalam pelaksanaannya. menjelaskan bahwa PT. Bank Syariah Mandiri cabang Medan telah menerapkan system pembiayaan murabahah yang operasionalnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku yaitu Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK 102) tentang akuntansi murabahah.
51
2.3. Kerangka Pemikiran Bank yang merupakan bagian terdekat dengan masyarakat menawarkan berbagai jenis produk pembiayaan. Bank pula yang menyeleksi setiap pembiayaan yang akan dijalankan sesuai dengan syariah islam dan ketentuan Bank. Sesuai atau tidak pelaksanaan pembiayaan sesuai prinsip islam tergantung pada Bank tersebut. Demikian halnya Bank Muamalat yang merupakan bank yang pertama syariah danmurni syariah. Dan dalam melaksanakan pembiayaan murabahah harus sesuai dengant syarat dan ketentuan yang berlaku seperti yang berlaku pada bank islam dan ketentuan dalam Perbankan Islam. Serta terjauh dari sistem bunga yng berlaku pada bank konvensional. Apakah
perlakuan akuntansi yang dilakukan oleh Bank
Muamalat juga telah sesuai dengan PSAK 102 tentang akuntansi murabahah. Dengan demikian berdasarkan uraian kerangka pemikiran diatas dapat disimpulkan dalam bentuk gambar dibawah ini: Gambar 2.2 Kerangka Berpikir Prosedur pembiayaan Bank muamalat
Syarat dan ketentuan murabahah
Perlakuan akuntansi, PSAK 102