BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Bank Pengertian bank menurut UU No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana telah diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998 adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya, dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak. Definisi ini mencerminkan dua peran utama bank sebagai financial intermediate maupun institute of development, atau memberi tekanan bahwa usaha utama bank adalah menghimpun dana dalam bentuk simpanan yang merupakan sumber dana bank dan dari segi penyaluran dananya, hendaknya bank tidak semata-mata memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya bagi pemilik tapi juga kegiatannya itu diarahkan pada peningkatan taraf hidup masyarakat. Hal tersebut merupakan komitmen baik setiap bank yang menjalankan usahanya di Indonesia. Sementara itu, menurut PSAK No.31 (2004;31.1), bank didefinisikan sebagai : Bank adalah lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang memerlukan dana, serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran. Falsafah yang mendasari kegiatan usaha bank adalah kepercayaan masyarakat. Hal tersebut tampak dalam kegiatan pokok bank yang menerima simpanan dari masyarakat dalam bentuk giro, tabungan, serta deposito berjangka dan memberikan kredit kepada pihak yang memerlukan dana.
Universitas Sumatera Utara
Dari pengertian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagai perantara keuangan (financial intermediary), bank menghimpun dana dari masyarakat yang kelebihan dana dan kemudian menyalurkan kredit kepada masyarakat yang kekurangan dana. Menurut Siamat (2005:6) “proses intermediasi dilakukan oleh lembaga keuangan dengan cara membeli sekuritas primer yang diterbitkan oleh unit defisit dan dalam waktu yang sama mengeluarkan sekuritas sekunder kepada penabung atau unit surplus.” Sekuritas primer misalnya saham, obligasi, commercial paper, perjanjian kredit, dan sebagainya, sedangkan sekuritas sekunder antara lain giro, tabungan, deposito berjangka, sertifikat deposito, polis asuransi, reksa dana , dan sebagainya.
2. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Sebagaimana layaknya manusia, di mana kesehatan merupakan hal yang paling penting di dalam kehidupannya. Tubuh yang sehat akan meningkatkan kemampuan kerja dan kemampuan lainnya. Begitu pula dengan perbankan harus selalu dinilai kesehatannya agar tetap prima dalam melayani para nasabahnya Untuk melihat suatu kesehatan bank dapat dilihat dari berbagai segi. Penilaian ini bertujuan untuk menentukan apakah bank tersebut dalam kondisi yang sehat, cukup sehat, kurang sehat, dan tidak sehat, sehingga Bank Indonesia sebgai pengawas dan pembina bank-bank dapat memberikan arahan atau petunjuk bagaimana bank tersebut harus dijalankan atau bahkan dihentikan kegiatan operasinya.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan Peraturan Gubernur Bank Indonesia Nomor 6/10/2004 Tahun 2004 mengenai tingkat kesehatan perbankan adalah hasil penilai kuantitatif dan atau penilaian kualitatif terhadap faktor-faktor permodalan, kualitas aset, manajemen, rentabilitas, likuiditas, dan sensitivitas terhadap risiko pasar (CAMELS). Sementara untuk Kantor Cabang Bank Asing penilaian hanya dilakukan pada faktor Kualitas aset dan manajemen. Menurut Siamat (2005:208) Penilaian kuantitatif adalah penilaian terhadap posisi, perkembangan, dan proyeksi rasio-rasio keuangan bank. Sedangkan penilaian kualitatif berkaitan dengan penilaian terhadap faktor-faktor yang mendukung hasil penelitian kuantitatif, penerapan manajemen resiko, dan kepatuhan bank.
Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor : 6/10/PBI/2004 pasal 3, Penilaian tingkat kesehatan bank mencakup penilaian terhadap faktor-faktor sebagai berikut 1. Permodalan (capital) Yang meliputi penilaian terhadap komponen-komponen ini adalah sebagai berikut : a. Kecukupan, komposisi, dan proyeksi (trend ke depan) permodalan serta kemampuan permodalan bank dalam mengcover aset bermasalah b. Kemampuan bank memelihara kebutuhan penambahan modal yang berasal dari keuntungan, rencana permodalan bank untuk mendukung pertumbuhan usaha, akses kepada sumber permodalan, dan kinerja keuangan pemegang saham untuk meningkatkan permodalan bank. 2. Kualitas Aset (asset quality) Yang meliputi penilaian terhadap komponen-komponen ini adalah sebagai berikut : a. Kualitas aset produktif, konsentrasi eksposur risiko kredit, perkembangan aktiva produktif bermasalah, dan kecukupan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP)
Universitas Sumatera Utara
3.
4.
5.
6.
b. Kecukupan kebijakan dan prosedur, sistem kaji ulang (review) internal, sistem dokumentasi, dan kinerja penanganan aktiva produktif bermasalah. Manajemen (management) Yang meliputi penilaian terhadap komponen-komponen ini adalah sebagai berikut : a. Kualitas manajemen umum dan penerapan manajemen resiko b. Kepatuhan bank terhadap ketentuan yang berlaku dan komitmen kepada Bank Indonesia dan atau pihak lainnya. Rentabilitas (earning) Yang meliputi penilaian terhadap komponen-komponen ini adalah sebagai berikut : a. Pencapaian Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), Net Interest Margin (NIM), dan tingkat efisiensi bank b. Perkembangan laba operasional, diversifikasi pendapatan, penerapan prinsip akuntansi dalam pengakuan pendapatan dan biaya, dan prospek laba operasional. Likuiditas (liquidity) Yang meliputi penilaian terhadap komponen-komponen ini adalah sebagai berikut : a. Rasio aktiva/pasiva likuid, potensi maturity mismatch, kondisi Loan to Deposit Ratio (LDR), proyeksi cash flow, dan konsentrasi pendanaan b. Kecukupan kebijakan dan pengelolaan likuiditas (assets and liabilities Management/ALMA), akses kepada sumber pendanaan, dan stabilitas pendanaan. Sensitivitas terhadap risiko pasar (sensitivity to market risk) Yang meliputi penilaian terhadap komponen-komponen ini adalah sebagai berikut : a. Kemampuan modal bank dalam mengcover potensi kerugian sebagai akibat fluktuasi (adverse movement) suku bunga dan nilai tukar b. Kecukupan penerapan manajemen risiko pasar
Menurut Kasmir (2004:260), disamping dengan penilaian analisis CAMELS yang juga mempengaruhi hasil penilaian terhadap kesehatan bank adalah penilaian terhadap : 1. Pelaksanaan pemberian Kredit Usaha Kecil (KUK) harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku 2. Pelaksanaan pemberian kredit ekspor sesuai dengan ketentuan yang telah diterapkan.
Universitas Sumatera Utara
3. Pelanggaran terhadap ketentuan Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK). 4. Pelanggaran terhadap Posisi Devisa Netto (PDN)
Menurut Rizky (2008:126), hasil penilaian faktor CAMELS tersebut ditetapkan dalam lima peringkat komposit (PK) yaitu: Sangat Baik (PK-1), Baik (PK-2), Cukup baik (PK-3), Kurang Baik (PK-4), dan Tidak Baik (PK-5). Menurut Siamat (2005:217), “peringkat komposit adalah peringkat akhir hasil penilaian tingkat kesehatan bank. Penentuan peringkat komposit ini dilakukan dengan menetapkan peringkat setiap komponen berdasarkan perhitungan dan analisis.” Kriteria penetapan peringkat komposit bank umum diartikan sebagai berikut: a. PK-1 : Mencerminkan bank tergolong sangat baik dan mampu mengatasi pengaruh negatif dari kondisi perekonomian dan industri keuangan b. PK-2 : Mencerminkan bank tergolong baik dan mampu mengatasi pengaruh negatif kondisi perekonomian dan industri keuangan, namun bank masih memiliki kelemahan-kelemahan minor yang dapat segera diatasi oleh tindakan rutin c. PK-3 : Mencerminkan bank tergolong cukup baik, namun terdapat beberapa kelemahan yang dapat menyebabkan peringkat kompositnya memburuk apabila bank tidak segera melakukan tindakan korektif. d. PK-4 : Mencerminkan bank tergolong kurang baik dan sangat sensitif terhadap pengaruh negatif kondisi perekonomian dan industri keuangan atau bank memiliki kelemahan keuangan yang serius atau kombinasi dari kondisi beberapa faktor yang tidak memuaskan, yang apabila tidak
Universitas Sumatera Utara
dilakukan tindakan korektif yang efektif berpotensi mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya. e. PK-5 : Mencerminkan bank tergolong tidak baik dan sangat sensitif terhadap pengaruh negatif perekonomian dan industri keuangan serta mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya
3. Analisis Laporan Keuangan Menurut Halsey,dkk (2005:3) analisis laporan keuangan adalah aplikasi dari alat dan teknik analitis untuk laporan keuangan bertujuan umum dan data-data yang berkaitan untuk menghasilkan estimasi dan kesimpulan yang bermanfaat dalam analisis bisnis. Analisis laporan keuangan mengurangi ketergantungan pada firasat, tebakan, dan intuisi dalam pengambilan keputusan. Oleh karena itu, salah satu informasi penting yang perlu disediakan oleh perusahaan adalah informasi laporan keuangan. Mengapa informasi laporan keuangan ini penting ? Laporan keuangan ini penting karena melalui informasi laporan keuangan, kita bisa melihat sejauhmana perkembangan yang telah terjadi dalam suatu perusahaan dan juga berdasar informasi tersebut kita nantinya bisa menyusun langkah–langkah apa saja yang perlu dilakukan untuk memperbaiki kinerja perusahaan. Hal ini bisa juga dianalogikan dengan laporan kesehatan seseorang yang biasa dipakai oleh tenaga medis untuk melihat perkembangan seseorang atau untuk mengambil suatu tindakan medis untuk meningkatkan kesehatan seseorang. Informasi laporan keuangan ini sangat berguna, tidak saja bagi manajer seperti untuk mengetahui sejauhmana perkembangan finansial perusahaan selama suatu periode, tetapi juga bisa berguna bagi para investor saham untuk melihat
Universitas Sumatera Utara
prospek perusahaan di masa yang akan datang. Para kreditor (misalnya bank) perlu mengetahui informasi laporan keuangan ini untuk melihat risiko perusahaan Selain itu, pihak pemerintah juga memanfaatkan informasi ini untuk keperluan pajak. Menurut Kasmir (2004:240) secara umum tujuan pembuatan laporan keuangan suatu bank adalah sebagai berikut : 1. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah aktiva dan jenis-jenis aktiva yang dimiliki. 2. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah kewajiban dan jenis-jenis kewajiban baik jangka pendek (lancar) maupun jangka panjang. 3. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah modal dan jenis-jenis modal bank pada waktu tertentu. 4. Memberikan informasi tentang hasil usaha yang tercermin dari jumlah pendapatan yang diperoleh dan sumber-sumber pendapatan bank tersebut. 5. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah biaya-biaya yang dikeluarkan berikut jenis-jenis biaya yang dikeluarkan dalam periode tertentu. 6. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi dalam aktiva, kewajiban, dan modal suatu bank. 7. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen dalam suatu periode dari hasil laporan keuangan yang disajikan
Menurut Abdullah (2005:123) berdasarkan jenisnya, analisis laporan keuangan dapat dibedakan menjadi : a. Analisis Perbandingan Laporan Keuangan Analisis ini merupakan teknik analisis dengan membandingkan laporan keuangan 2 periode atau lebih dengan menggunakan perubahan baik dalam jumlah (absolut) maupun dalam persentase (relatif) b. Analisa trend (Tendensi Posisi) Teknik analisis ini digunakan untuk mengetahui tendensi keadaan keuangan apakah menunjukkan penaikan atau penurunan. Hal yang membedakan antara kedua teknik ini adalah tahun dan periode pembanding. Apabila analisa perbandingan menggunakan tahun sebelumnya (n-1) sebagai tahun pembanding, maka analisa trend menggunakan tahun dasar (Po) sebagai tahun pembanding. c. Analisa Persentase per Komponen (Common Size)
Universitas Sumatera Utara
Teknik analisa ini bermanfaat untuk mengetahui berapa besar poporsi setiap pos aktiva maupun hutang terhadap keseluruhan/total aktiva maupun hutang. Atau dengan kata lain, berguna untuk mengungkapkan perubahan proporsional pos dalam kelompok aktiva, kewajiban, beban, dan kategori lainnya. d. Analisa Sumber dan Penggunaan Modal Kerja Teknik analisa ini digunakan untuk mengetahui besarnya sumber dan penggunaan modal kerja melalui dua periode waktu yang dibandingkan. Selain untuk mengetahui posisi modal kerja juga dimaksudkan untuk mengetahu sebab-sebab terjadi perubahan modal kerja dalam suatu periode tertentu. e.Analisa Sumber dan Penggunaan Kas Analisis ini merupakan teknik untuk mengetahui kondisi kas disertai sebab-sebab terjadinya perubahan kas pada suatu periode waktu tertentu. f. Analisa Rasio Keuangan Analisis ini merupakan teknik analisis keuangan untuk mengetahui hubungan di antara pos-pos tertentu dalam neraca maupun laporan laba rugi baik secara individu maupun secara simultan. g. Analisa Perubahan Laba Kotor Teknik analisa ini bertujuan untuk mengetahui posisi laba dan sebab-sebab terjadinya perubahan laba. Analisa ini juga dimaksudkan untuk mengetahui posisi laba yang dibudgetkan dengan laba yang benar-benar dapat dihasilkan. h. Analisa Break Even Teknik analisa ini digunakan untuk mengetahui tingkat penjualan yang harus dicapai agar perusahaan tidak mengalami kerugian, tetapi pada tingkat penjualan tersebut perusahaan belum memperoleh keuntungan.
Sebagai tambahan, menurut Tangkilisan (2003:162) alternatif lain untuk menganalisis kinerja keuangan adalah dengan : menggunakan pendekatan berdasarkan metode MVA (market value added) dan EVA (economic value added). MVA adalah perbedaan antara nilai pasar (market value) ekuitas dengan modal ekuitas yang disetor oleh investor. Ukuran ini bisa dipakai untuk melihat sejauh manakah perkembangan nilai perusahaan selama suatu periode tertentu. Sedangkan EVA adalah nilai tambah kepada pemegang saham selama periode akuntansi tertentu. Ukuran ini bisa dipakai untuk melihat sejauh manakah efektivitas manajerial perusahaan selama periode tertentu.
Universitas Sumatera Utara
4. Pengertian Rasio Keuangan. Menurut Riyadi (2004:137), “rasio keuangan adalah hasil perhitungan antara dua macam data keuangan bank, yang digunakan untuk menjelaskan hubungan antara kedua data keuangan tersebut yang pada umumnya dinyatakan secara numerik, baik dalam persentase atau kali.” Hasil perhitungan rasio ini dapat digunakan untuk mengukur kinerja keuangan bank pada periode tertentu, dan dapat dijadikan tolok ukur untuk menilai tingkat kesehatan bank selama periode keuangan tersebut. Rasio perbankan yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah Capital Adequacy Ratio (CAR), Debt to Equity Ratio (DER), Non Performing Loan (NPL), Operating Ratio (OR), Loan to Deposit Ratio (LDR), dan Return On Equity (ROE)
a. Capital Adequacy Ratio Menurut Dendawijaya (2004:12) “CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung resiko (kredit penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) untuk dibiayai dari dana modal bank sendiri, disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di luar, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang) dan lain-lain.”
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut : CAR = Modal x 100% ATMR Modal bank bukan saja sebagai salah satu sumber penting dalam memenuhi kebutuhan dana bank, tetapi juga posisi modal bank akan mempengaruhi keputusan-keputusan manajemen dalam hal pencapaian tingkat laba, di satu pihak
Universitas Sumatera Utara
dan kemungkinan timbulnya resiko di pihak lain. Modal yang terlalu besar misalnya, akan dapat mempengaruhi jumlah perolehan laba bank. Sedangkan modal yang terlalu kecil di samping akan membatasi kemampuan ekspansi bank, juga akan mempengaruhi penilaian khususnya para deposan, debitur, dan juga pemegang saham bank. Dengan kata lain, besar kecilnya permodalan bank akan mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kemampuan keuangan bank yang bersangkutan. Hal itu semakin menguatkan argumen bahwa modal memiliki peranan penting dalam kelangsungan hidup suatu bank (Kasmir, 2004: 47). Menurut Peraturan Bank Indonesia No.3/21/PBI/2001 tanggal 13 Desember 2001 mewajibkan bank-bank untuk memenuhi rasio kewajiban penyediaan modal minimum sebesar 8%. Hal ini didukung oleh Peraturan Bank Indonesia No.5/12/PBI/2003 tanggal 17 Juli 2003 mewajibkan bank-bank di Indonesia dengan kualifikasi tertentu untuk memperhitungkan risiko pasar (market risk) dalam perhitungan rasio kewajiban penyediaan modal minimum dan wajib memenuhi rasio kewajiban penyediaan modal minimum sebesar 8% dengan memperhitungkan risiko pasar Menurut Riyadi (2003:150) minimum Capital Adequacy Ratio sebesar 8% ini, dari waktu ke waktu akan disesuaikan dengan kondisi dan perkembangan perbankan yang terjadi, dengan tetap mengacu pada standar internasional, yaitu Banking for International Settlement (BIS) yang berpusat di Geneva. Sementara itu, Bank Indonesia telah menetapkan kewajiban penyediaan modal inti minimum
Universitas Sumatera Utara
bank umum sebesar Rp.80 Milyar pada akhir tahun 2007 dan meningkat menjadi Rp.100 Milyar pada akhir tahun 2010. Tinggi rendahnya CAR suatu bank akan dipengaruhi oleh 2 faktor utama yaitu besarnya modal yang dimiliki bank dan jumlah Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR) yang dikelola oleh bank tersebut. Hal ini disebabkan penilaian terhadap faktor permodalan didasarkan pada rasio Modal terhadap Aktiva Tertimbang menurut Resiko (ATMR)
Menurut Kasmir (2004:257), dalam praktiknya modal terdiri dari dua macam yaitu modal inti dan modal pelengkap. Modal inti merupakan modal sendiri yang tertera dalam posisi ekuitas. Sedangkan modal pelengkap merupakan modal pinjaman dan cadangan revaluasi aktiva serta cadangan penyisihan penghapusan aktiva produktif. Rincian masing-masing komponen masing-masing modal bank di atas adalah sebagai berikut : 1. Modal inti terdiri dari : a. Modal disetor Merupakan modal yang telah disetor oleh pemilik bank, sesuai dengan peraturan yang berlaku. b. Agio saham Merupakan kelebihan harga saham atas nilai nominal saham yang bersangkutan. c. Modal sumbangan Merupakan modal yang diperoleh kembali dari sumbangan saham, termasuk modal dari donasi dari luar bank d. Cadangan umum Merupakan cadangan yang diperoleh dari penyisihan laba yang ditahan atau dari laba bersih setelah dikurangi pajak. e. Cadangan tujuan Merupakan bagian laba setelah dikurangi pajak yang telah disisihkan untuk tujuan tertentu. f. Laba ditahan Merupakan saldo laba bersih setelah diperhitungkan pajak dan telah diputuskan RUPS untuk tidak dibagikan. g. Laba tahun lalu Merupakan seluruh laba bersih tahun lalu setelah diperhitungkan pajak. h. Rugi tahun lalu Merupakan kerugian yang telah diderita pada tahun lalu. i. Laba tahun berjalan
Universitas Sumatera Utara
Merupakan laba yang telah diperoleh dalam tahun buku berjalan setelah dikurangi taksiran hutang pajak. j. Rugi tahun berjalan Merupakan rugi yang telah diderita dalam tahun buku yang sedang berjalan. 2. Modal pelengkap terdiri dari : a. Cadangan revaluasi aktiva tetap Merupakan cadangan yang dibentuk dari selisih penilaian kembali aktiva tetap yang dimiliki bank. b. Penyisihan penghapusan aktiva produktif Merupakan cadangan yang dibentuk dengan cara membebankan kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat tidak diterima seluruh atau sebagian aktiva produktif (maksimum 1,25% dari ATMR) c. Modal pinjaman Merupakan pinjaman yang didukung oleh warkat-warkat yang memiliki sifar seperti modal (maksimum 50% dari jumlah modal inti). d. Pinjaman subordinasi Merupakan pinjaman yang telah memenuhi syarat seperti ada perjanjian tertulis antara bank dengan pemberi pinjaman, memperoleh persetujuan BI dan tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan dan perjanjian lainnya.
Menurut Siamat (2005:253), Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR) terdiri atas: (1) aktiva neraca yang diberikan bobot sesuai kadar resiko kredit yang melekat pada setiap pos aktiva, (2) beberapa pos dalam daftar kewajiban komitmen dan kontijensi (off balance sheet account) yang diberikan bobot dan sesuai dengan kadar resiko kredit yang melekat pada setiap pos, setelah terlebih dahulu diperhitungkan dengan bobot faktor konversi.
b. Debt to Equity Ratio “Debt to Equity Ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam menutup sebagian atau seluruh utang-utangnya, baik jangka panjang maupun jangka pendek, dengan dana yang berasal dari modal bank
sendiri.” (Dendawijaya,2005:121). Menurut Tangkilisan (2003:155)
Universitas Sumatera Utara
“Perhitungan yang menggunakan hutang jangka pendek maupun jangka panjang disebut juga dengan istilah struktur keuangan (financial structure).” Menurut Masyhud (2004:307), “Mengenai kemampuan permodalan yang dapat disediakan calon debitur sesuai dengan struktur permodalan atau DER yang disepakati, bank harus mendapatkan keyakinan bahwa dana sendiri tersebut benarbenar berasal setoran modal pemegang saham dan bukan berasal dari pinjaman dari pihak ketiga”
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut : DER = Total Kewajiban x 100% Total Ekuitas
Semakin besar DER menunjukkan bahwa struktur modal lebih banyak memanfaatkan hutang dibandingkan dengan ekuitas. Semakin besar Debt Equity Rasio
mencerminkan
solvabilitas
perusahaan
semakin
rendah
sehingga
kemampuan perusahaan untuk membayar hutangnya rendah, hal ini berarti bahwa risiko perusahaan (financial risk) relatif tinggi. Adanya risiko yang tinggi menyebabkan investasi pada suatu saham akan kurang menarik terutama bagi investor yang bukan risk taker, akibatnya harga saham akan turun
c. Non Performing Loan Menurut Siamat (2005:358), “Non Performing Loan atau sering disebut kredit bermasalah dapat diartikan sebagai pinjaman yang mengalami kesulitan pelunasan akibat adanya faktor kesengajaan dan atau karena faktor eksternal di luar kemampuan kendali debitur.” Apabila kredit dikaitkan dengan tingkat kolektibilitasnya, maka yang digolongkan kredit bermasalah adalah kredit yang
Universitas Sumatera Utara
memiliki kualitas dalam perhatian khusus (special mention), kurang lancar (substandard), diragukan (doubtful), dan macet (loss). Menurut Almilia (2002:7), “Rasio ini menunjukan bahwa kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank.” Sehingga semakin tinggi rasio ini maka akan semakin semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar maka kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin besar yaitu kerugian yang diakibatkan tingkat pengembalian kredit macet. Sebaliknya apabila semakin rendah NPL maka bank tersebut akan semakin mengalami keuntungan. Kredit dalam hal ini adalah kredit yang diberikan kepada pihak ketiga tidak termasuk kredit kepada bank lain. Menurut Rizky dan Majidi (2008:228), “Rasio NPL dapat dihitung dengan membandingkan total NPL dengan total kredit (dinyatakan dalam persen).”
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut : NPL = Kredit bermasalah x 100% Total kredit
Menurut Peraturan Bank Indonesia No. 6/9/PBI/2004 maksimal kredit bermasalah (non-performing loan) yang diperkenankan secara neto adalah maksimal 5% dari total kredit
Universitas Sumatera Utara
d. Operating Ratio “Operating Ratio atau rasio BOPO adalah kelompok rasio yang mengukur efisiensi
dan
efektivitas
operasional
suatu
perusahaan
dengan
jalur
membandingkan satu terhadap lainnya.” (Dendawijaya, 2005:119). Rasio biaya operasional adalah perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut : Operating Ratio =
Biaya Operasional
x 100%
Pendapatan Operasional
Semakin rendah BOPO berarti semakin efisien kinerja bank tersebut dalam mengendalikan biaya operasionalnya, dengan adanya efisiensi biaya maka keuntungan yang diperoleh bank akan semakin besar. Menurut Riyadi (2004:141) Besarnya rasio BOPO yang dapat ditolerir oleh perbankan di Indonesia adalah sebesar 93,52 %, hal ini sejalan dengan ketentuan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Mengingat kegiatan utama bank pada prinsipnya adalah bertindak sebagai perantara, yaitu menghimpun dan menyalurkan dana (misalnya dana masyarakat) maka biaya dan pendapatan operasional didominasi oleh biaya bunga dan pendapatan bunga. Secara teoritis, menurut Kasmir (2004:110) biaya operasional terdiri dari biaya bunga, biaya umum dan administrasi, biaya kirim, biaya tagih, biaya sewa, biaya iuran, dan biaya lain-lain. Sementara itu, pendapatan operasional sebagian besar diperoleh dari interest income (pendapatan bunga) dari
Universitas Sumatera Utara
jasa pemberian kredit kepada masyarakat, seperti bunga pinjaman, provisi kredit dan komisi, laba selisih kurs – bersih, keuntungan dari penjualan surat-surat berharga dan obligasi pemerintah, dan pendapatan operasional lain-lain.
e. Loan to Deposit Ratio Menurut Juli Irmayanto,dkk (2004:90) “LDR adalah rasio untuk mengukur seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar semua dana masyarakat serta modal sendiri dengan mengandalkan kredit yang telah didistribusikan ke masyarakat.” Dengan kata lain bank dapat memenuhi kewajiban jangka pendeknya, seperti membayar kembali pencairan dana deposannya pada saat ditagih serta dapat mencukupi permintaan kredit yang telah diajukan.
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut : LDR =
Jumlah Kredit yang diberikan
x 100%
Dana pihak Ketiga + KLBI + Modal Inti Dimana KLBI = Kredit Likuiditas Bank Indonesia
Menurut Riyadi (2004:147) “LDR dapat dijadikan tolok ukur kinerja lembaga intermediasi yaitu lembaga yang menghubungkan antara pihak yang kelebihan dana (unit surplus of funds) dengan pihak yang membutuhkan dana (unit deficit of funds).” Dalam tata cara penilaian tingkat kesehatan bank, Bank Indonesia menetapkan ketentuan sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
1.
Untuk rasio LDR sebesar 110% atau lebih diberi nilai kredit 0, artinya likuiditas bank tersebut dinilai tidak sehat.
2.
Untuk rasio LDR di bawah 110% diberi nilai kredit 100, artinya likuiditas bank tersebut dinilai sehat Melalui penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi Loan
to Deposit Ratio maka memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar. Menurut
Dendawijaya
(2005:117),
sebagian
praktisi
perbankan
menyepakati bahwa batas aman dari Loan to Deposit Ratio suatu bank adalah sekitar 80%. Namun, batas toleransi berkisar antara 85% dan 100%.
f. Return On Equity Menurut Sutrisno (2002:267) “ROE atau sering disebut Rate of Return on Net Worth, adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan modal yang dimiliki sendiri.” Rasio ini digunakan untuk mengukur kinerja manajemen bank dalam mengelola modal yang tersedia untuk menghasilkan laba setelah pajak. Semakin besar ROE, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Laba setelah pajak adalah laba bersih dari kegiatan operasional setelah dikurangi pajak sedangkan rata-rata total ekuitas adalah rata-rata modal inti yang dimiliki bank (Almilia,2002:8) Menurut Riyadi (2004:137), rumus yang digunakan adalah sebagai berikut : ROE =
Laba Setelah Pajak
x 100%
Modal Inti (Rata-rata)
Universitas Sumatera Utara
Menurut Siamat (2005:290), “Pemilik bank lebih tertarik pada seberapa besar kemampuan bank memperoleh keuntungan terhadap modal yang ia tanamkan. Alasannya adalah rasio ini banyak diamati oleh para pemegang saham bank serta para investor di pasar modal yang ingin membeli saham bank yang bersangkutan. Kenaikan dalam rasio ini berarti terjadi kenaikan laba bersih dan bank yang bersangkutan. Selanjutnya, kenaikan tersebut akan menyebabkan kenaikan harga saham bank.
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian di bidang perbankan sudah sering dilakukan. Adapun ringkasan penelitian terdahulu terdapat pada tabel 2.1 di bawah ini.
Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu PENELITI
JUDUL
Imam Gozali
Pengaruh CAR, FDR, BOPO, dan NPL terhadap profitabilitas bank syariah Mandiri
Wahyu Prasetyo
Pengaruh rasio CAMEL terhadap kinerja keuangan pada bank
Kamalia Saragih
Pengaruh Kecukupan Modal dan Likuiditas
VARIABEL & SAMPEL Variabel Independen : CAR, FDR, BOPO, NPL Variabel Dependen : ROE. (Sampel Penelitian : Bank Syariah Mandiri Periode Januari:2004 – Juli: 2006) Variabel Independen : CAR, NPL, LDR, GWM, BO/PO, dan NIM Variabel Dependen : Kinerja keuangan bank. (Sampel Penelitian : 20 bank go public di BEJ periode 2001-2005) Variabel Independen: CAR, LDR, QR, LAR Variabel Dependen: ROA.
HASIL PENELITIAN Variabel FDR dan BOPO berpengaruh positif dan signifikan, sedangkan variabel CAR dan NPL berpengaruh negatif dan signifikan.
Secara parsial hanya variabel CAR, NPL, BO/PO,dan NIM yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja keuangan bank. Sedangkan secara bersama semua variabel tersebut pengaruh yang mempunyai signifikan. Hasil penelitian mengindikasikan bahwa CAR secara parsial mempengaruhi ROA, sedangkan LDR dan QR secara parsial tidak
Universitas Sumatera Utara
Ira Windi Raya
Luciana Spica Almilia dan Winny Herdinigtyas
terhadap profitabilitas pada bank umum di Indonesia
(Sampel Penelitian : 32 bank yang terdaftar di Bank Indonesia periode 2004-2006 )
Pengaruh struktur modal terhadap profitabilitas pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta Analisis Rasio CAMEL terhadap prediksi kondisi bermasalah pada lembaga perbankan periode 20002002
Variabel Independen : Debt to Asset Ratio dan Equity to Asset Ratio Variabel Dependen : Return On Equity (Sampel Penelitian : 22 bank yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta periode 2004-2006)
CAR, ATTM, APB, NPL, PPAP terhadap Aktiva Produktif, Pemenuhan PPAP, ROA, ROE, NIM, BOPO, LDR (sampel penelitian:terdiri dari dari 16 bank sehat, 2 bank yang mengalami kebangkrutan dan 6 bank yang mengalami kondisi kesulitan keuangan)
mempengaruhi ROA. Hasil lainnya menunjukkan bahwa CAR, LDR, dan QR secara simultan mempengaruhi ROA. Sementara itu LAR dikeluarkan dari penelitian ini untuk mengatasi masalah multikolonieritas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial debt to asset ratio dan equity to asset ratio berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap return on equity Sementara itu, secara bersamasama debt to asset ratio dan equity to asset ratio tidak berpengaruh terhadap return on equity.
rasio yang memiliki perbedaan yang signifikan antara bank-bank kategori bermasalah dan tidak bermasalah periode 2000 – 2002 adalahCAR, APB, NPL, PPAPAP, ROA, NIM, BOPO. Dimana CAR mempunyai pengaruh yang negatif dan signifikan,APB,ROA,dan NIM mempunyai pengaruh yang negatif dan tidak signifikan, NPL dan PPAPAP berpengaruh positif dan tidak signifikan, sedangkan BOPO berpengaruh signifikan dan positif.
Sumber : Diolah dari berbagai sumber, 2009
C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian A. Kerangka Konseptual Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor–faktor yang penting yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu (Erlina dan Mulyani,2007:28). Kerangka konseptual akan menghubungkan antara variabel–variabel penelitian, yaitu variabel bebas dan variabel terikat.
Universitas Sumatera Utara
Adapun yang menjadi kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah :
Variabel Independen (X) Capital Adequacy Ratio (X1) Debt to Equity Ratio (X2)
Variabel Dependen (Y) H1
H2
Non Performing Loan (X3)
H3
Operating Ratio (X4)
H4
Loan to Deposit Ratio (X5)
H5
Return On Equity (ROE) (Y)
H6 Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
B. Hipotesis Penelitian Hipotesis merupakan proposisi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris (Erlina dan Mulyani, 2007 : 41). Hipotesis merupakan dugaan atau jawaban sementara terhadap masalah yang akan diuji kebenarannya, melalui analisis data yang relevan dan kebenarannya akan diketahui setelah dilakukan penelitian. Berdasarkan tinjauan teoritis dan kerangka konseptual yang diuraikan sebelumnya, dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
H1 :
Capital Adequacy Ratio berpengaruh signifikan terhadap Return On Equity (ROE)
H2 :
Debt to Equity Ratio berpengaruh signifikan terhadap Return On Equity (ROE)
H3 :
Non Performing Loan berpengaruh signifikan terhadap Return On Equity (ROE)
H4 :
Operating Ratio berpengaruh signifikan terhadap Return On Equity (ROE)
H5 :
Loan to Deposit Ratio berpengaruh signifikan terhadap Return On Equity (ROE)
H6 :
Capital Adequacy Ratio, Debt to Equity Ratio, Non Performing Loan, Operating Ratio, dan Loan to Deposit Ratio secara bersama–sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Return On Equity (ROE).
Universitas Sumatera Utara