BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perbankan (Bank) 2.1.1 Pengertian Bank Menurut Undang-undang RI nomor 10 tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun
dana
dari
masyarakat
dalam
bentuk
simpanan
dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentukbentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.(Kasmir, 2007:23). Verryn Stuart dalam bukunya “Bank Politics”, adapun dua tugas bank yaitu: 1. Sebagai perantara kredit yakni bank memberikan kredit kepada pihak ketiga atau debitur yang berasal dari simpanan pihak ketiga (masyarakat). 2. Menciptakan kredit yakni meminjamkan dana yang tidak berasal dari dana milik masyarakat.(Pandia, 2005:11). Ada tiga bentuk tugas atau operasi yang dilakukan bank yakni: 1. Operasi perkreditan secara aktif yakni tugas bank dalam rangka menciptakan atau memberikan kredit. 2. Operasi perkreditan secara pasif yaitu tugas bank dalam menerima simpanan atau dana pihak ketiga yang dipercayakan masyarakat. 3. Usaha bank sebagai perantara dalam pemberian kredit.
Universitas Sumatera Utara
2.1.2 Jenis-jenis Bank 1. Dilihat dari Segi Fungsinya Menurut Undang-undang Pokok Perbankan nomor tahun 14 tahun 1967 jenis perbankan menurut fungsinya terdiri dari: a. Bank Umum. b. Bank Pembangunan. c. Bank Tabungan. d. Bank Pasar. e. Bank Desa. f. Lumbung Desa. g. Bank Pegawai. h. dan bank lainnya. Namun setelah keluar UU Pokok Perbankan nomor 7 tahun 1992 dan ditegaskan lagi dengan dikeluarkannya Undang-undang RI. Nomor 10 tahun 1998, maka jenis perbankan terdiri dari: a. Bank Umum Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Bank Umum sering disebut bank komersil.
Universitas Sumatera Utara
b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. 2. Dilihat dari Segi Kepemilikkannya Jenis bank dilihat dari segi kepemilikkannya tersebut adalah: a.
Bank milik pemerintah Dimana baik akte pendirian maupun modalnya dimiliki oleh pemerintah
sehingga seluruh keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah pula. Sebagai contoh adalah BNI, BRI, BTN, dan BPD (bank milik pemerintah daerah). b. Bank milik swasta nasional Bank jenis ini seluruh atau sebagian besarnnya dimiliki oleh swasta nasional serta akte pendiriannya pun didirikan oleh swasta, begitu pula pembagian keuntungannya untuk swasta pula. Sebagai contoh adalah BCA, Bank Danamon, BII, dan bank lainnya. c. Bank milik koperasi Kepemilikan saham-saham bank ini dimiliki oleh perusahaan yang berbadan hukum koperasi. Sebagai contoh adalah Bank Umum Koperasi Indonesia. d. Bank milik asing Bank jenis ini merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri , baik milik swasta asing atau pemerintah asing dan kepemilikannya dimiliki oleh
Universitas Sumatera Utara
pihak luar negeri. Sebagai contoh adalah City Bank, Bank of Tokyo, dan bank lainnya. e. Bank milik campuran Kepemilikan saham bank campuran dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta nasional. Kepemilikan sahamnya secara mayoritas dipegang oleh warga negara Indonesia. Sebgai contoh adalah Bank Perdania, Ing Bank, Bank Merincorp, dan bank lainnya. 3. Dilihat dari Segi Status Dilihat dari segi kemampuannya dalam melayani masyarakat, maka bank umum dapat dibagi ke dalam dua macam yaitu: a. Bank devisa Merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan, misalnya transfer ke luar negeri, inkaso ke luar negeri, travelers cheque, dan lain-lain. b. Bank non devisa Merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan transaksi sebagai bank devisa sehingga tidak dapat melaksanakan transaksi seperti halnya bank devisa. 4. Dilihat dari Segi Cara Menentukan Harga Jenis bank jika dilihat dari segi atau caranya dalam menentukan harga baik harga jual maupun harga beli terbagi dalam dua kelompok yaitu:
Universitas Sumatera Utara
a. Bank yang berdasarkan prinsip konvensional Dalam mencari keuntungan dan menentukan harga kepada para nasabahnya, bank yang berdasarkan prinsip konvensional menggunakan dua metode yaitu: 1) Menetapkan bunga sebagai harga, baik untuk produk simpanan seperti giro, tabungan, dan deposito maupun produk pinjaman yaitu kredit. 2) Untuk jasa-jasa bank lainnya dengan menerapkan biaya-biaya. Sistem pengenaan biaya ini dikenal dengan istilah fee based. b. Bank yang berdasarkan prinsip syariah Dalam menentukan harga atau mencari keuntungan bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah adalah sebagai berikut: 1) Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah). 2) Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musharakah). 3) Prinsip
jual
beli
barang
dengan
memperoleh
keuntungan
(murabahah). 4) Pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa pilihan (ijarah). 5) atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).
Universitas Sumatera Utara
2.1.3 Kegiatan-kegiatan Bank Adapun kegiatan-kegiatan perbankan yang ada di Indonesia dewasa ini adalah: 1. Kegiatan-kegiatan Bank Umum a. Menghimpun dana dari masyarakat (funding) dalam bentuk: 1) Simpanan Giro (Demand Deposit). 2) Simpanan Tabungan (Saving Deposit). 3) Simpanan Deposito (Time Deposit). b. Menyalurkan dana ke masyarakat (Lending) dalam bentuk: 1) Kredit Investasi. 2) Kredit Modal Kerja. 3) Kredit Perdagangan. c. Memberikan jasa-jasa bank lainnya (Services) seperti: 1) Transfer (Kiriman Uang). 2) Inkaso (Collection). 3) Kliring (Clearing). 4) Safe Deposit Box. 5) Bank Card. 6) Bank Notes (Valas). 7) Bank Garansi. 8) Referensi Bank. 9) Bank Draft. 10) Letter of Credit.
Universitas Sumatera Utara
11) Cek Wisata (Travellers Cheque). 12) Jual beli surat-surat berharga. 13) Menerima setoran-setoran yaitu untuk pembayaran pajak, telepon, air, listrik, dan uang kuliah. 14) Melayani
pembayaran-pembayaran
untuk
gaji/pensiun/honorarium, deviden, kupon, dan bonus/hadiah. 15) Di dalam pasar modal perbankan dapat memberikan atau menjadi penjamin emisi (underwriter), penjamin (guarantor), wali amanat (trustee), perantara perdagangan efek (pialang/broker), pedagang efek (dealer), perusahaan pengelola dana (investment company), dan jasa-jasa lainnya. 2. Kegiatan-kegiatan Bank Perkreditan Rakyat a. Mennghimpun dana dalam bentuk simpanan tabungan dan simpanan deposito. b. Menyalurkan dana dalam bentuk kredit investasi, kredit modal kerja, dan kredit perdagangan. c. Larangan-larangan bagi Bank Perkreditan Rakyat adalah menerima simpanan giro, mengikuti kliring, melakukan kegiatan valuta asing, dan melakukan kegiatan perasuransian. 3. Kegiatan-kegiatan Bank Campuran dan Bank Asing a. Dalam mencari dana bank asing dan bank campuran dilarang menerima simpanan dalam bentuk simpanan tabungan.
Universitas Sumatera Utara
b. Kredit yang diberikan lebih diarahkan ke bidang-bidang tertentu seperti: perdagangan internasional, bidang industri dan produksi, penanaman modal asing/campuran, kredit yang tidak dapat dipenuhi oleh bank swasta nasional. c. Untuk jasa-jasa lainnya juga dapat dilakukan oleh bank umum campuran dan asing sebagaimana layaknya bank umum yang ada di Indonesia.
2.2 Kredit 2.2.1 Pengertian Kredit Secara etimologi, istilah kredit berasal dari Bahasa Latin, yaitu “credere”, yang berarti kepercayaan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kredit adalah pinjaman sampai batas jumlah tertentu yang diizinkan oleh bank atau badan lain. Menurut Undang-undang Perbankan nomor 10 tahun 1998, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
2.2.2 Unsur-Unsur Kredit Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1. Kepercayaan Yaitu suatu keyakinan pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan (berupa uang, barang atau jasa) akan benar-benar diterima kembali di masa tertentu di masa datang. 2. Kesepakatan Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masingmasing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing. 3. Jangka waktu Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Jangka waktu tersebut bisa berbentuk jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. 4. Resiko Adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu resiko tidak tertagihnya/ macet pemberian kredit. Semakin panjang suatu kredit semakin besar resikonya demikian pula sebaliknya. Resiko ini menjadi tanggungan bank, baik resiko yang disengaja oleh nasabah yang lalai, maupun oleh resiko yang tidak sengaja. Misalnmya terjadi bencana alam atau bangkrutnya usaha nasabah tanpa unsur kesengajaan lainnya. 5. Balas jasa Merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa tersebut yang kita kenal dangan nama bunga. Balas jasa dalam bentuk bunga dan biaya administrasi kredit ini merupakan keuntungan bank. Sedangkan bagi
Universitas Sumatera Utara
bank yang berdasarkan prinsip syariah balas jasanya ditentukan dengan bagi hasil.
2.2.3 Tujuan dan Fungsi Kredit Adapun tujuan utama pemberian suatu kredit antara lain: 1. Mencari keuntungan Yaitu bertujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit tersebut. Hasil tersebut terutama dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah. 2. Membantu usaha nasabah Tujuan lainnya adalah untuk membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik dana investasi maupun dana untuk modal kerja. Dengan dana tersebut,
maka
pihak
debitur
akan
dapat
mengembangkan
dan
memperluaskan usahanya. 3. Membantu pemerintah Keuntungan bagi pemerintah dengan menyebarnya pemberian kredit adalah: a. Penerimaan pajak, dari keuntungan yang diperoleh nasabah dan bank. b. Membuka
kesempatan
kerja,
dalam
hal
ini
untuk
kredit
pembangunan usaha baru atau perluasan usaha akan membutuhkan tenaga kerja baru sehingga dapat menyedot tenaga kerja yang masih menganggur.
Universitas Sumatera Utara
c. Meningkatkan jumlah barang dan jasa, jelas sekali bahwa sebagian besar kredit yang disalurkan akan dapat meningkatkan jumlah barang dan jasa yang beredar di masyarakat. d. Menghemat devisa negara, terutama untuk produk-produk yang sebelumnya diimpor dan apabila sudah dapat diproduksi di dalam negeri dengan fasilitas kredit yang ada jelas akan dapat menghemat devisa negara. e. Meningkatkan devisa negara, apabila produk dari kredit yang dibiayai untuk keperluan ekspor. Disamping tujuan di atas, suatu fasilitas kredit memiliki fungsi sebagai berikut: a. Untuk meningkatkan daya guna uang. b. Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang. c. Untuk meningkatkan daya guna barang. d. Meningkatkan peredaran barang. e. Sebagai alat stabilitas ekonomi. f. Untuk meningkatkan kegairahan berusaha. g. Untuk meingkatkan pemerataan pendapatan. h. Untuk meningkatkan hubungan internasional.
Universitas Sumatera Utara
2.2.4 Jenis-Jenis Kredit Secara umum jenis-jenis kredit dapat dilihat dari berbagai segi antara lain: 1. Dilihat dari segi kegunaan a. Kredit investasi Biasanya digunakan untuk
keperluan perluasan usaha atau
membangun proyek/pabrik baru atau untuk keperluan rehabilitasi. Contoh kredit investasi misalnya untuk membangun pabrik atau membeli mesin-mesin. b. Kredit modal kerja Digunakan
untuk
keperluan
meningkatkan
produksi
dalam
operasionalnya. Sebagai contoh kredit modal kerja diberikan untuk membeli bahan baku, membayar gaji pegawai atau biaya-biaya lainnya yang berkaitan dengan proses produksi perusahaan. 2. Dilihat dari segi tujuan kredit a. Kredit produktif Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang atau jasa. Sebagai contohnya kredit untuk membangun pabrik yang nantinya akan menghasilkan barang, produk pertanian atau kredit pertambangan menghasilkan bahan tambang atau kredit industri lainnya. b. Kredit konsumtif Kredit yang digunakan untuk dikonsumsi secara pribadi. Dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan karena
Universitas Sumatera Utara
untuk digunakan atau dipakai oleh seseorang atau badan usaha. Sebagai contoh kredit untuk perumahan, kredit mobil pribadi, kredit perabotan rumah tangga dan kredit konsumtif lainnya. c. Kredit perdagangan Kredit yang digunakan untuk perdagangan, biasanya untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari penjualan barang dagangan tersebut. Kredit ini diberikan kepada supplier atau agen-agen perdagangan yang akan membeli barang dalam jumlah besar. Contoh kredit ini misalnya kredit ekspor dan impor. 3. Dilihat dari segi jangka waktu a. Kredit jangka pendek Merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari 1 tahun atau paling lama 1 tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja. b. Kredit jangka menengah Jangka waktu kreditnya berkisar antara 1 tahun sampai dengan 3 tahun, biasanya untuk investasi. c. Kredit jangka panjang Merupakan kredit yang masa pengembaliannya di atas 3 tahun atau 5 tahun, biasanya untuk investasi jangka panjang.
Universitas Sumatera Utara
4. Dilihat dari segi jaminan a. Kredit dengan jaminan Kredit yang diberikan dengan suatu jaminan, jaminan tersebut berbentuk barang berwujud atau tidak berwujud atau jaminan orang. Artinya setiap kredit yang dikeluarkan akan dilindungi senilai jaminan yang diberikan si calon debitur. b. Kredit tanpa jaminan Merupakan kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu. Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha dan karakter serta loyalitas atau nama baik si calon debitur selama ini. 5. Dilihat dari segi sektor usaha a. Kredit pertanian, merupakan kredit yang dibiayai untuk sektor perkebunan atau pertanian rakyat dapat berupa jangka pendek atau jangka panjang. b. Kredit peternakan, dalam hal ini untuk jangka pendek misalnya peternakan ayam dan jangka panjang misalnya kambing atau sapi. c. Kredit industri, yaitu kredit untuk membiayai industri kecil, menengah, dan besar. d. Kredit pertambangan, jenis usaha tambang yang dibiayainya biasanya dalam jangka panjang seperti tambang emas. e. Kredit pendidikan, merupakan kredit
yang diberikan untuk
membangun sarana dan prasarana pendidikan atau dapat pula berupa kredit untuk para mahasiswa.
Universitas Sumatera Utara
f. Kredit profesi, diberikan kepada para professional seperti dosen, dokter, dan pengacara. g. Kredit perumahan, yaitu kredit untuk membiayai pembangunan atau pembelian perumahan. h. dan sektor-sektor lainnya.
2.2.5 Jaminan Kredit Kredit dapat diberikan dengan jaminan atau tanpa jaminan. Kredit tanpa jaminan sangat membahayakan posisi bank, menginngat jika nasabah mengalami suatu kemacetan maka akan sulit untuk menutupi kerugian terhadap kredit yang disalurkan. Sebaliknya, dengan jaminan kredit relatif lebih aman mengingat setiap kredit macet akan akan dapat ditutupi oleh jaminan tersebut. Adapun jaminan yang dapat dijadikan jaminan kredit oleh calon debitur adalah sebagai berikut: 1. Dengan jaminan a. Jaminan benda berwujud yaitu barang-barang yang dapat dijadikan jaminan seperti: tanah, bangunan, kendaraan bermotor, mesinmesin/peralatan, barang dagangan, tanaman/kebun/sawah, dan lainnya. b. Jaminan benda berwujud yaitu benda-benda yang merupakan suratsurat yang dijadikan jaminan seperti: sertifikat (saham, obligasi, tanah, deposito), rekening tabungan dan giro yang dibekukan, promes, wesel, dan surat tagihan lainnya
Universitas Sumatera Utara
c. Jaminan orang yaitu jaminan yang diberikan oleh seseorang dan apabila kredit tersebut macet maka orang yang memberikan jaminan itulah yang menanggung resikonya. 2. Tanpa jaminan Kredit tanpa jaminan maksudnya adalah bahwa kredit yang diberikan bukan dengan jaminan barang tertentu. Biasanya diberikan untuk perusahaan yang
benar-benar
bonafit
dan professional, sehingga
kemungkinan kredit tersebut macet sangat kecil. Dapat pula kredit tanpa jaminan hanya dengan penilaian terhadap prospek usahanya atau dengan pertimbangan untuk pengusaha-pengusaha ekonomi lemah.
2.2.6 Prinsip-Prinsip Pemberian Kredit Dalam melakukan penilaian kriteria-kriteria serta aspek penilaiannya tetap sama. Begitu pula dengan ukuran-ukuran yang ditetapkan sudah menjadi standar penilaian setiap bank. Biasanya kriteria penilaian yang harus dilakukan oleh bank untuk mendapatkan nasabah yang benar-benar menguntungkan dilakukan dengan analisis 5C dan 7P. Adapun penjelasan untuk analisis dengan 5C kredit adalah sebagai berikut: 1. Character Suatu keyakinan bahwa sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberikan kredit benar-benar dapat dipercaya, hal ini tercermin dari latar belakang si nasabah baik yang bersifat latar belakang pekerjaan maupun yang bersifat pribadi seperti: cara hidup atau gaya hidup yang dianutnya,
Universitas Sumatera Utara
keadaan keluarga, hoby dan sosial standingnya. Ini semua merupakan ukuran “kemauan” membayar. 2. Capacity Untuk melihat nasabah dalam kemampuannya dalam bidang bisnis yang dihubungkan dengan pendidikannya, kemampuan bisnis juga diukur dengan kemampuannya dalam memahami tentang ketentuan-ketentuan pemerintah. Begitu pula dengan kemampuannya dalam menjalankan usahanya selama ini. Pada akhirnya akan terlihat “kemampuannya” dalam mengembalikan kredit yang disalurkan. 3. Capital Untuk melihat penggunaan modal apakah efektif, dilihat dari laporan keuangan (neraca dan laporan rugi laba) dengan melakukan pengukuran seperti dari segi likuiditas, solvabilitas, rentabilitas dan ukuran lainnya. Capital juga harus dilihat dari sumber mana saja modal yang ada sekarang ini. 4. Collateral Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik maupun non fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan. Jaminan juga harus diteliti keabsahannya, sehingga jika terjadi suatu masalah, maka jaminan yang dititipkan akan dapat dipergunakan secepat mungkin.
Universitas Sumatera Utara
5. Condition Dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi dan poltik sekarang dan di masa yang akan datang sesuai sektor masingmasing, serta prospek usaha dari sektor yang ia jalankan. Penilaian prospek bidang usaha yang dibiayai hendaknya benar-benar memiliki prospek yang baik, sehingga kemungkinan kredit tersebut bermasalah relatif kecil. Kemudian penilaian kredit dengan metode analisis 7P adalah sebagai berikut: 1. Personality Yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya sehari-hari maupun masa lalunya. Personality juga mencakup sikap, emosi, tingkah laku dan tindakan nasabah dalam menghadapi sesuatu. 2. Party Yaitu mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi tertentu atau golongan-golongan
tertentu
berdasarkan
modal,
loyalitas
serta
karakternya. Sehingga nasabah dapat digolongkan ke golongan tertentu dan akan mendapatkan fasilitas yang berbeda dari bank. 3. Perpose Yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit, termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah. Tujuan pengambilan kredit dapat bermacam-macam. Sebagai contoh apakah untuk modal kerja atau investasi, konsumtif dan produktif.
Universitas Sumatera Utara
4. Prospect Yaitu untuk menilai usaha nasabah di masa yang akan datang menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain mempunyai prospek atau sebaliknya. Hal ini penting mengingat jika suatu fasilitas kredit yang dibiayai tanpa mempunyai prospek, bukan hanya bank yang rugi akan tetapi juga nasabah. 5. Payment Merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian kredit. Semakin banyak sumber penghasilan debitur, maka akan semakin baik. Sehingga jika salah satu usahanya merugi akan dapat ditutupi oleh sektor lainnya. 6. Profitability Untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari nasabah. Profitability diukur dari periode ke periode apakah akan tetap sama atau semakin meningkat, apalagi dengan tambahan kedit yang akan diperolehnya. 7. Protection Tujuannya adalah bagaimana menjaga agar usaha dan jaminan mendapatkan perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan barang atau orang atau jaminan asuransi.
Universitas Sumatera Utara
Di samping menggunakan 5C dan 7P, maka penilaian suatu kredit layak atau tidak untuk diberikan dapat dilakukan dengan menilai seluruh aspek yang ada. Penilaian dengan seluruh aspek yang ada dikenal dengan nama studi kelayakan usaha. Penilaian dengan model ini bisanya digunakan untuk proyekproyek yang bernilai besar dan berjangka waktu panjang. Aspek-aspek yang dinilai antara lain: 1. Aspek yuridis/hukum Yang kita nilai dalam aspek ini adalah masalah legalitas badan usaha serta izin-izin yang dimiliki perusahaan yang mengajukan kredit. Penilaian dimulai dengan akte pendirian perusahaan, sehingga dapat diketahui siapa-siapa saja pemiliknya dan besarnya modal masing-masing pemilik. 2. Aspek pemasaran Dalam aspek ini yang kita nilai adalah permintaan terhadap produk yang dihasilkan sekarang ini dan di masa yang akan datang prospeknya bagaimana. 3. Aspek keuangan Aspek yang dinilai adalah sumber-sumber dana yang dimiliki untuk membiayai usahanya dan bagaimana penggunaa dana tersebut. Di samping itu, hendaknya dibuat cash flow dari keungan perusahaan. 4. Aspek teknis/operasi Aspek ini membahas masalah yang berkaitan dengan produksi seperti kapasitas mesin yang digunakan, masalah lokasi, lay out ruangan, dan mesinmesin termasuk jenis mesin yang digunakan.
Universitas Sumatera Utara
5. Aspek manajemen Untuk menilai struktur organisasi perusahaan, sumber daya manusia yang dimiliki serta latar belakang pengalaman sumber daya manusia. Pengalaman perusahaan dalam mengelola berbagai proyek yang ada dan pertimbangan lainnya. 6. Aspek sosial ekonomi Menganalisis dampaknya terhadap perekonomian dan masyarakat umum seperti meningkatkan ekspor barang. 7. Aspek amdal Menyangkut analisis terhadap lingkungan baik darat, air atau udara jika proyek atau usaha tersebut dijalankan. Analisis ini dilakukan secara mendalam apakah apabila kredit tersebut disalurkan, maka proyek yang dibiayai akan mengalami pencemaran lingkungan di sekitarnya.
2.3 Pertumbuhan Ekonomi 2.3.1 Pengertian Pertumbuhan Ekonomi Prof.
Simon
Kuznets
dalam
kuliahnya
pada
peringatan
Nobel
mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak jenis barangbarang ekonomi kepada penduduknya; kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi, dan penyesuaian kelembagaan dan ideologis yang diperlukannya.(Jhingan, 2008:57). Selain itu, pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai suatu ukuran kuantitatif yang menggambarkan perkembangan suatu
Universitas Sumatera Utara
perekonomian dalam suatu tahun tertentu apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya.(Sukirno, 2006:9). Menurut pandangan kaum ekonomi klasik (Adam Smith, David Ricardo, Thomas Robert Malthus, dan John Stuart Mill) maupun ekonom neoklasik (Robert Solow dan Trevor Swan), pada dasarnya ada empat faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yaitu jumlah penduduk, jumlah stok barang modal, luas tanah dan kekayaan alam, dan tingkat teknologi yang digunakan. Menurut Boediono (1985), pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang. Pengertian tersebut mencakup tiga aspek, yaitu: proses, output perkapita, dan jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses, bukan gambaran ekonomi pada suatu saat . Mencerminkan aspek dinamis dari suatu perekonomian yaitu melihat bagaimana suatu perekonomian berkembang atau berubah dari waktu ke waktu. Pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan kenaikan output perkapita. Dalam hal ini berkaitan dengan output total (GDP) dan jumlah penduduk. Output perkapita adalah output total dibagi dengan jumlah penduduk. Jadi kenaikan output perkapita harus dianalisis dengan melihat apa yang terjadi dengan output total di satu pihak dan jumlah penduduk di pihak lain. Dengan perkataan lain, pertumbuhan ekonomi mencakup GDP total dan pertumbuhan penduduk. Aspek ketiga dari pengertian pertumbuhan ekonomi adalah perspektif jangka panjang. Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan apabila dalam waktu yang cukup lama mengalami kenaikan output perkapita. Tentu saja dalam waktu tersebut bisa terjadi kemerosotan output perkapita, misalnya gagal panen. Tetapi
Universitas Sumatera Utara
bila dalam waktu yang cukup panjang, output perkapita menunjukkan kecenderungan yang meningkat sehingga terjadi pertumbuhan ekonomi. Adanya kenaikan output perkapita harus diikuti kenaikan output yang bersumber dari proses intern perekonomian tersebut. Dengan kata lain proses pertumbuhan ekonomi harus bersifat self-generating, yang berarti bahwa proses pertumbuhan itu sendiri menghasilkan kekuatan bagi timbulnya kelanjutan pertumbuhan dalam periode-periode selanjutnya.
2.3.2 Teori-Teori Pertumbuhan Ekonomi Teori pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai penjelasan mengenai faktorfaktor apa yang menentukan kenaikan output perkapita dalam jangka panjang dan bagaimana faktor-faktor tersebut berinteraksi satu sama lain sehingga terjadi proses pertumbuhan. Teori-teori pertumbuhan ekonomi dapat dikelompokkan menjadi beberapa teori, yaitu: 1. Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik Kaum klasik merupakan ahli-ahli ekonomi yang mengemukakan analisisnya sebelum tahun 1870. Yang termasuk kaum klasik antara lain Adam Smith, David Ricardo, Robert Malthus, dan John Stuart Mill. Beberapa kesimpulan dari teori kaum klasik antara lain: a. Tingkat perkembangan suatu masyarakat tergantung kepada empat faktor, yaitu jmlah penduduk, jumlah stok barang-barang modal, luas tanah, tingkat teknologi yang dicapai.
Universitas Sumatera Utara
b. Pendapatan nasional suatu masyarakat dapat dibedakan menjadi tiga jenis pandapatan, yaitu upah para pekerja, keuntungan para pengusaha, dan sewa tanah yang diterima pemilik tanah. c. Kenaikan upah akan menyebabkan pertambahan penduduk. d. Tingkat keuntungan merupakan faktor yang menentukan besarnya pembentukan modal; apabila tidak terdapat keuntungan maka pembentukan modal tidak akan terjadi dan perekonomian akan mencapai tingkat stationary state. e. Hukum hasil lebih yang makin berkurang berlaku untuk segala kegiatan ekonomi sehingga mengakibatkan tanpa adanya kemajuan teknologi, pertambahan penduduk akan menurunkan tingkat upah, menurunkan tingkat keuntungan, akan tetapi menaikkan tingkat sewa tanah. f. Faktor-faktor bukan ekonomi yang mempunyai peranan penting seperti kepercayaan masyarakat, kebiasaan berpikir, adat istiadat, dan corak institusi yang ada (menurut Mill). 2. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo-Klasik Sejak pertengahan tahun 1950-an berkembang serangkaian analisis mengenai pertumbuhan ekonomi yang didasarkan pada pandangan ahli-ahli ekonomi Klasik. Oleh sebab itu, dewasa ini teori tersebut dikenal sebagai teori pertumbuhan Neo-Klasik. Ahli ekonomi yang menjadi perintis mengembangkan teori tersebut adalah Solow.(Sukirno, 2006:263). Selain itu
Universitas Sumatera Utara
ada ahli-ahli ekonomi Neo-Klasik antara lain: Trevor Swan, Alfred Marshal, dan Joseph Schumpeter. Pandangan menurut Neo-Klasik antara lain: a. Pertumbuhan ekonomi tergantung kepada pertambahan penawaran faktor-faktor produksi dan tingkat kemajuan teknologi sehingga perekonomian akan berkembang. b. Rasio modal produksi dapat dengan mudah mengalami perubahan. Adanya fleksibilitas ini, suatu perekonomian mempunyai kebebasan yang tidak terbatas dalam menentukan gabungan modal dan tenaga kerja yang akan digunakan dalam menghasilkan sejumlah produksi tertentu. c. Pembangunan ekonomi terutama diciptakan oleh inisiatif dari golongan pengusaha yang inovatif atau golongan entrepreneur (menurut Schumpeter). 3. Teori Pertumbuhan Ekonomi Modern Yang termasuk golongan ini antara lain: Harrod-Domar, Rostow, Kuznets dan Chenery. Teori pertumbuhan Harrod-Domar dikembangkan oleh dua orang ahli ekonomi sesudah Keynes, yaitu Evsey Domar dan R.F.Harrod. Pada dasarnya teori tersebut sebenarnya dikembangkan oleh kedua ahli ekonomi itu secara terpisah. Tetapi, karena inti dari teori tersebut sama, maka dewasa ini ia dikenal sebagai teori Harrod-Domar.(Sukirno: 2006:255). Teori Harrod-Domar merupakan perluasan dari analisis Keynes mengenai kegiatan ekonomi nasional dan masalah penggunaan tenaga kerja.
Universitas Sumatera Utara
Dengan perkataan lain, teori Harrod-Domar pada hakikatnya berusaha untuk menunjukkan syarat yang diperlukan agar pertumbuhan yang mantap atau steady growth – yang dapat didefinisikan sebagai pertumbuhan yang akan selalu menciptakan penggunaan sepenuhnya barang-barang modal – akan selalu berlaku dalam perekonomian. Menurut Rostow, proses pembangunan ekonomi dapat dibedakan dalam lima tahap dan setiap negara di dunia dapat digolongkan ke dalam salah satu dari kelima tahap pertumbuhan ekonomi yang dijelaskannya. Kelima tahap pertumbuhan itu adalah: masyarakat tradisional (the traditional society), prasyarat untuk lepas landas (the preconditions for take off), lepas landas (the take off), gerakan ke arah kedewasaan (the drive to maturity), dan masa konsumsi tinggi (the age of high massconsumption).(Sukirno, 2006:167).
2.4 Hubungan Kredit Perbankan dan Pertumbuhan Ekonomi Dalam rangka pembiayaan kegiatan perekonomian untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, pemberian kredit perbankan mempunyai peranan penting. Peranan kredit perbankan di dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dapat berarti penciptaan lapangan kerja, baik melalui perluasan produksi dan kegiatan usaha lainnya maupun melalui pengaruhnya dalam mendorong munculnya unit-unit usaha baru. Selain itu, kredit perbankan dapat diarahkan untuk pemerataan kesempatan berusaha yang antara lain melalui alokasi pemberian kredit menurut prioritas pembangunan dan golongan ekonomi sehingga pada gilirannya dapat memperluas pemerataan hasil-hasil pembangunan.
Universitas Sumatera Utara
Dalam kaitan ini, kebijakan pemerintah yang ditempuh dalam bidang perkreditan diarahkan untuk membiayai sektor-sektor ekonomi yang mempunyai produktivitas tinggi sehingga alokasi dana secara makro dapat dicapai dengan lebih efisien. Pemberian kredit perbankan yang dibiayai oleh bank sentral, baik dalam bentuk kredit likuiditas maupun kredit langsung, akan menambah jumlah uang primer (reserve money) dan memberikan dampak inflatoir. Berkaitan dengan hal itu, pemberian kredit perbankan yang sepenuhnya dibiayai dana masyarakat yang dihimpun melalui perbankan dan dipergunakan untuk kegiatan ekonomi yang produktif akan mendorong perekonomian tanpa menimbulkan dampak inflatoir. Oleh karena itu, untuk mengatasi dampak inflatoir, sedapat mungkin kredit perbankan dibiayai dari pengerahan dana masyarakat. Selain itu, perlu diperhatikan hubungan antara kredit yang disalurkan perbankan terhadap pertumbuhan ekonomi yang ingin dicapai dan juga harus memperhatikan kondisi perekonomian. Secara teori, kredit perbankan memiliki hubungan kausalitas yang positif dengan pertumbuhan ekonomi. Hubungan timbal balik tersebut terjadi karena semakin tinggi kredit yang disalurkan oleh pihak perbankan, maka akan memacu pertumbuhan ekonomi pada sektor yang disalurkan kredit dan akhirnya dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Sebagai contoh pemberian kredit perbankan untuk investasi atau modal kerja kepada sektor-sektor ekonomi. Kredit investasi biasanya dipergunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyek/pabrik baru atau untuk keperluan rehabilitasi seperti membangun pabrik atau membeli mesin-mesin. Sedangkan kredit modal kerja untuk membeli bahan baku dan hal-hal lain yang
Universitas Sumatera Utara
berkaitan dengan proses produksi. Kedua kredit itu dapat memacu produktivitas setiap sektor yang ada sehingga meningkatkan pertumbuhan ekonomi pada sektorsektor tersebut yang pada akhirnya dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Dalam hal ini, kredit digunakan sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi, dimana kredit sebagai fungsi pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan menyebabkan permintaan kredit yang semakin tinggi juga. Misalnya pertumbuhan ekonomi yang meningkat menunjukkan berkembangnya usaha atau
kegiatan produksi dari perusahaan (sektor-sektor). Dengan
berkembangnya usaha tersebut, maka diperlukan pembiayaan dari kredit perbankan untuk produktivitas dan pengembangan perusahaan tersebut. Namun perlu dilihat apabila kondisi perekonomian kurang bergairah atau tidak stabil maka permintaan kredit juga akan berkurang. Dalam hal ini, pertumbuhan ekonomi merupakan fungsi dari kredit.
2.5 Penelitian Empiris Berbagai studi empiris yang mengaitkan hubungan antara kredit perbankan dan pertumbuhan ekonomi antara lain penelitian yang dilakukan Pradhan (2009) dalam jurnal The Nexus between Financial Development and Economic Growth in India: Evidence from Multivariate VAR Model. Dalam jurnal tersebut, pertumbuhan ekonomi diproxy dengan indeks produksi industri sedangkan perkembangan sektor keuangan menggunakan empat proxy yang salah satunya adalah kredit bank. Penelitian itu membuktikan bahwa terdapat hubungan kointegrasi dan bidirectional causality antara kredit perbankan dan pertumbuhan
Universitas Sumatera Utara
ekonomi di India. Begitu juga hasil studi Jordan Shan dalam Financial Development and Economic Growth: The Empirical Evidence from China mengindikasikan adanya hubungan kausalitas (dua arah) antara kredit dan pertumbuhan ekonomi di China. Dalam jurnal tersebut, perkembangan sektor keuangan diproxy dengan total kredit. Selain itu, hasil studi yang dilakukan Inggrid (2006) dalam jurnal Sektor Keuangan dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia: Pendekatan Kausalitas dalam Multivariate Vector Error Correction Model (VECM) juga membuktikan adanya hubungan kointegrasi dan kausalitas (dua arah) antara kredit perbankan dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Dalam jurnal tersebut, pertumbuhan ekonomi diproxy dengan produk domestik bruto sedangkan perkembangan sektor keuangan menggunakan dua proxy yang salah satunya adalah kredit perbankan.
Universitas Sumatera Utara