BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Tumbuhan 2.1.1 Habitat dan daerah tumbuh Tumbuhan Kembang Bulan (Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray) umumnya tumbuh liar di tempat-tempat curam, misalnya di tebing-tebing, tepi sungai dan selokan. Tumbuhan ini sekarang banyak ditanam sebagai tanaman hias karena warna bunganya yang kuning indah dan sebagai pagar untuk mencegah kelongsoran tanah. Termasuk tumbuhan tahunan yang kerap tumbuh di tempat terang dan banyak sinar matahari langsung. Tumbuh dengan mudah di tempat atau di daerah berketinggian 5-1500 m di atas permukaan laut (Anonim, 2012). 2.1.2 Morfologi Tumbuhan Kembang Bulan merupakan tumbuhan perdu yang tegak dengan ketinggian lebih kurang 5 m. Batang tegak, bulat, berkayu, dan berwarna hijau. Daunnya tunggal, bertoreh sampai setengah panjang tulang daun, bergerigi, berseling, panjang 26-32 cm dan lebar 15-25 cm, ujung dan pangkal daun runcing, pertulangan menyirip, berwarna hijau. Bunga merupakan bunga majemuk yang terdapat di ujung ranting, berbentuk cawan, tangkai bulat, kelopak berbentuk tabung, berbulu halus, hijau. Mahkota berlekatan, berbentuk pita, halus, dan berwarna kuning. Benang sari bulat, kuning, putik melengkung, kuning. Buahnya bulat, jika masih muda berwarna hijau setelah tua berwarna coklat. Bijinya bulat, keras, dan berwarna coklat. Akarnya berupa akar tunggang berwarna putih kotor (Widyaningrum, 2011). 5
Universitas Sumatera Utara
2.1.3 Sistematika tumbuhan Sistematika tumbuhan kembang bulan (Hutapea, 1994) adalah sebagai berikut: Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledoneae
Bangsa
: Asterales
Suku
: Asteraceae
Marga
: Tithonia
Jenis
: Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray
2.1.4 Nama lain Tumbuhan kembang bulan memiliki nama lain yaitu Mirasolia diversifolia Hemsley (Widyaningrum, 2011), dengan nama daerah rondosemoyo, sibunga-bunga atau sipahit-pahit (Tapanuli Utara), harsaga (Jawa), kirinyu (Sunda), kayu paik (Minang). Nama asing adalah Mary Gold, Shrub Sunflower, Mexican Sunflower (Inggris), Mirasol (Guatemala), Yellow Flower (Portugis) (Anonim, 2012). 2.1.5 Khasiat dan penggunaan Tumbuhan kembang bulan digunakan sebagai obat luka atau luka lebam, dan sebagai obat sakit perut kembung. Untuk obat sakit perut kembung dipakai ± 7 gram daun segar, dicuci, direbus dengan 2 gelas air selama 25 menit, setelah dingin disaring. Hasil saringan diminum sekaligus (Widyaningrum, 2011).
6
Universitas Sumatera Utara
2.2 Kandungan Kimia Tumbuhan kembang bulan mengandung senyawa kimia yaitu steroid/triterpenoid, glikosida, flavonoid, saponin dan tanin. 2.2.1
Steroid dan Triterpenoid Steroid adalah triterpena yang kerangka dasarnya sistem cincin siklo
pentana perhidrofenantren. Uji yang biasa digunakan adalah reaksi Liebermann-Burchard yang dengan kebanyakan triterpen dan steroida memberikan warna hijau-biru (Harborne, 1987). Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonya berasal dari enam satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik, yaitu skualena. Senyawa triterpenoid dan steroid berstruktur siklik dengan berbagai gugus fungsi yang melekat padanya, seperti gugus alkohol, aldehid atau asam karboksilat. Mereka berupa senyawa tidak berwarna, berbentuk kristal, sering kali memiliki titik leleh tinggi dan bersifat aktif optik (Harborne, 1987). Triterpenoid
dapat
dipilah
menjadi
sekurang-kurangnya
empat
golongan senyawa : triterpena sebenarnya, steroid, saponin, dan glikosida jantung. Triterpena tertentu menjadi terkenal karena rasanya, terutama kepahitannya (Harborne, 1987). 2.2.2 Glikosida Glikosida adalah senyawa yang terdiri atas gabungan dua bagian, yaitu bagian gula dan bukan gula. Keduanya dihubungkan oleh ikatan berupa jembatan oksigen, jembatan nitrogen, jembatan sulfur maupun jembatan
7
Universitas Sumatera Utara
karbon. Bagian gula disebut glikon sementara bagian bukan gula disebut bagian aglikon atau genin. Apabila glikon dan aglikon saling terikat maka senyawa ini disebut sebagai glikosida. Jembatan oksigen yang menghubungkan glikon-aglikon ini sangat mudah terurai oleh pengaruh asam, basa, enzim, air dan panas. Semakin pekat kadar asam atau basa maupun semakin panas lingkungannya maka glikosida akan semakin mudah dan cepat terhidrolisis. Jika terhidrolisis maka molekul akan pecah menjadi dua bagian, yaitu gula dan bukan gula (Gunawan, 2004). Berdasarkan hubungan ikatan antara bagian gula dan bukan gula, glikosida dibagi (Robinson, 1995): 1. C-glikosida, jika atom C menghubungkan bagian gula dan bukan gula. Contoh: aloin. 2. O-glikosida, jika atom O menghubungkan bagian gula dan bukan gula. Contoh: salisin. 3. N-glikosida, jika atom N menghubungkan bagian gula dan bukan gula. Golongan ini sebagian gulanya bukan gula sebenarnya tetapi derivatnya. Contoh: vidarabin. 4. S-glikosida, jika thiol (SH) yang menghubungkan bagian gula dan bagian bukan gula. Contoh: sinigrin. 2.2.3 Flavonoid Flavonoid memiliki 15 atom karbon dalam inti dasarnya yang mempunyai struktur C6-C3-C6 yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan oleh satuan tiga karbon yang dapat atau tidak dapat membentuk cincin ketiga
8
Universitas Sumatera Utara
(Markham, 1988). Flavonoid merupakan salah satu golongan fenol alam terbesar. Flavonoid mencakup banyak pigmen dan terdapat pada seluruh dunia tumbuhan. Sebagai pigmen bunga, flavonoid berperan untuk menarik perhatian burung dan serangga penyerbuk bunga. Beberapa derivat flavonoid antara lain khalkon, auron, flavonon, dihidrokhalkon dan isoflavon. Derivat ini disebut “flavonoid minor” karena penyebaran masing-masing kelas ini terbatas terdapat secara sporadik (misalnya flavonon) atau terbatas pada sangat sedikit taksa tumbuhan misalnya isoflavon pada leguminosae dan iridaceae (Harborne, 1987). Menurut perkiraan, kira-kira 2% dari seluruh karbon yang difotosintesis oleh tumbuhan diubah menjadi flavonoid atau senyawa yang berkaitan erat dengannya. Berdasarkan struktur kimianya sebagian tanin adalah flavonoid. Flavonoid juga merupakan salah satu golongan fenol alam yang terbesar (Markham, 1988). 2.2.4 Saponin Saponin adalah glikosida triterpena dan sterol yang terdapat pada lebih dari 90 suku tumbuhan. Saponin merupakan senyawa aktif permukaan dan bersifat seperti sabun, serta dapat dideteksi berdasarkan kemampuannya membentuk busa dan menghemolisis sel darah. Saponin diberi nama demikian karena sifatnya yang seperti sabun (bahasa Latin “sapo” berarti sabun). Pada larutan yang sangat encer saponin sangat beracun untuk ikan dan tumbuhan yang mengandung saponin telah digunakan sebagai racun ikan sejak dahulu oleh masyarakat. Beberapa saponin bersifat antimikroba juga. Saponin menjadi
9
Universitas Sumatera Utara
penting karena dapat digunakan sebagai bahan baku untuk sintesis hormon steroid yang digunakan dalam bidang kesehatan (Robinson, 1995). Pembentukan busa yang mantap sewaktu mengekstraksi tumbuhan atau pada waktu memekatkan ekstrak tumbuhan merupakan indikasi akan adanya saponin (Harborne, 1987). 2.2.5 Tanin Tanin adalah senyawa yang berasal dari tumbuhan, yang mampu mengubah kulit hewan yang mentah menjadi kulit siap pakai karena kemampuannya menyambung silang proteina. Tanin tumbuhan dibagi menjadi dua golongan, yaitu tanin terkondensasi dan tanin terhidrolisis. Kadar tanin yang tinggi mempunyai arti penting bagi tumbuhan yakni pertahanan bagi tumbuhan dan membantu mengusir hewan pemakan tumbuhan. Tanin terkondensasi terdapat pada paku-pakuan, gimnospermae, dan angiospermae, sedangkan tanin terhidrolisis penyebarannya terbatas pada tumbuhan berkeping dua. Beberapa tanin terbukti mempunyai antioksidan dan menghambat pertumbuhan tumor (Harborne, 1987).
2.3 Ekstraksi Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak larut dengan menngunakan pelarut cair. Senyawa aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan kedalam golongan minyak atsiri, alkaloida, flavonoida dan lain-lain. Dengan diketahuinya senyawa aktif yang dikandung simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dengan cara yang tepat (Depkes, 2000).
10
Universitas Sumatera Utara
Pembagian metode ekstraksi menurut Depkes (2000) adalah: A. Cara Dingin 1.
Maserasi Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia menggunakan pelarut
dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan (kamar). Maserasi kinetik dilakukan dengan pengadukan yang kontinu (terus-menerus). Remaserasi dilakukan dengan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama dan seterusnya. 2.
Perkolasi Perkolasi adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang selalu
baru sampai penyarian sempurna, umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Proses ini terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara, dan tahap perkolasi sebenarnya (penetesan/penampungan ekstrak) yang terus menerus sampai ekstrak yang diinginkan habis tersari. Tahap pengembangan bahan dan maserasi antara dilakukan dengan maserasi serbuk menggunakan cairan penyari sekurang-kurangnya 3 jam, hal ini penting terutama untuk serbuk yang keras dan bahan yang mudah mengembang.
B. Cara Panas 1.
Refluks Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya,
selama waktu tertentu dan jumlah pelarut yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
11
Universitas Sumatera Utara
2.
Sokletasi Sokletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru,
umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinue dan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik. 4.
Digesti Digesti adalah maserasi dengan pengadukan kontinue pada temperatur
yang lebih tinggi dari temperatur ruangan yaitu pada temperatur 40-50oC. 5.
Infundasi Infus adalah penarikan sari larutan pada suhu 90oC-98oC, menggunakan
pelarut air selama 15 menit. 6.
Dekoktasi Dekok
adalah
penarikan
sari
larutan
pada
suhu
90oC-98oC,
menggunakan pelarut air selama 15 menit.
2.4 Bakteri Nama bakteri berasal dari kata “bakterion” (bahasa Yunani) yang berarti tongkat atau batang. Sekarang namanya dipakai untuk menyebutkan sekelompok mikroorganisme yang bersel satu, pembiakan dengan cara pembelahan diri, serta demikian kecilnya sehingga hanya tampak dengan mikroskop (Dwidjoseputro, 1978). 2.4.1
Klasifikasi bakteri Berdasarkan bentuk morfologinya, maka bakteri dapat dibagi atas tiga
golongan (Dwidjoseputro, 1978), yaitu:
12
Universitas Sumatera Utara
a.
Golongan basil Golongan basil berbentuk serupa tongkat pendek, silindris. Basil dapat
bergandengan dua-dua, atau terlepas satu sama lain, yang bergandenggandengan panjang disebut streptobasil, yang dua-dua disebut diplobasil. b. Bentuk kokus Golongan kokus merupakan bakteri yang bentuknya serupa bola-bola kecil. Golongan ini tidak sebanyak golongan basil. Kokus ada yang bergandeng-gandengan panjang berupa rantai, disebut streptokokus, ada yang bergandengan dua-dua, disebut diplokokus, ada yang mengelompok berempat, disebut tetrakokus, kokus yang mengelompok serupa kubus disebut sarsina. c.
Golongan spiral Golongan spiral merupakan bakteri yang bengkok atau berbengkok-
bengkok berupa spiral. Bakteri ini tidak banyak terdapat, karena itu merupakan golongan yang paling kecil, jika dibandingkan dengan golongan kokus maupun golongan basil.
Jenis bakteri yang digunakan dalam penelitian ini adalah Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, Escherichia coli dan Salmonella typhi. a.
Bakteri Staphylococcus aureus Sistematika bakteri Staphylococcus aureus menurut (Dwidjoseputro,
1988) adalah sebagai berikut: Divisi
: Protophyta
Kelas
: Schizomycetes
Bangsa
: Eubacteriales
13
Universitas Sumatera Utara
Suku
: Micrococcaceae
Marga
: Staphylococcus
Jenis
: Staphylococcus aureus Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif, aerob atau
anaerob fakultatif berbentuk bola atau kokus berkelompok tidak teratur, diameter 0,8–1,0 µm, tidak membentuk spora dan tifak bergerak, koloni berwarna kuning. Bakteri ini tumbuh cepat pada suhu 37oC tetapi paling baik membentuk pigmen pada suhu 20-25oC. Koloni pada pembenihan padat berbentuk bulat halus, menonjol dan berkilau membentuk berbagai pigmen. Bakteri ini terdapat pada kulit, selaput lendir, bisul dan luka. Dapat menimbulkan penyakit melalui kemampuannya berkembang biak dan menyebar luas dalam jaringan (Jawetz, et al., 2001). b. Bakteri Staphylococcus epidermidis Sistematika bakteri Staphylococcus epidermidis menurut (Breed, et al., 1957) adalah sebagai berikut: Divisi
: Protophyta
Kelas
: Schizomycetes
Bangsa
: Eubacteriales
Suku
: Micrococcaceae
Marga
: Staphylococcus
Jenis
: Staphylococcus epidermidis Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri gram positif, aerob atau
anaerob fakultatif berbentuk bola atau kokus berkelompok tidak teratur, diameter 0,8 - 1,0 µm tidak membentuk spora dan tidak bergerak, koloni
14
Universitas Sumatera Utara
berwarna putih bakteri ini tumbuh cepat pada suhu 37oC. Koloni pada pembenihan padat berbentuk bulat halus, menonjol, berkilau, tidak menghasilkan pigmen, berwarna putih porselen sehingga Staphylococcus epidermidis disebut Staphylococcus albus, koagulasi-negatif dan tidak meragi manitol (Jawetz, et al., 2001). c.
Bakteri Escherichia coli
Klasifikasi dari bakteri ini menurut (Breed, et al., 1957) adalah: Divisi
: Protophyta
Kelas
: Schizomycetes
Bangsa
: Eubacteriales
Suku
: Enterobacteriaceae
Marga
: Escherichia
Species
: Escherichia coli
Escherichia coli adalah bakteri Gram negatif, berbentuk batang panjang, berderet seperti rantai. Escherchia coli dapat menfermentasi glukosa dan lactosa membentuk asam dan gas. Escherichia coli dapat merombak karbohidrat dan asam-asam lemak menjadi asam dan gas serta dapat menghasilkan gas karbondioksida dan heterogen (Pelczar, 1998). Escherichia coli banyak di temukan didalam usus besar manusia sebagai flora normal, tetapi bila kesehatan menurun, bakteri ini dapat bersifat patogen terutama akibat toksin yang dihasilkan. Escherichia coli umumnya tidak menyebabkan penyakit bila berada dalam usus, tetapi dapat menyebabkan penyakit pada saluran kencing, paru, saluran empedu dan saluran otak (Jawet, et al., 1991). Escherichia coli dapat menyebabkan penyakit seperti
15
Universitas Sumatera Utara
diare, saluran kemih, pneumonia, meninggitis pada bayi yang baru lahir, dan infeksi luka (Gibson, 1996). d.
Bakteri Salmonella typhi
Klasifikasi dari bakteri ini menurut (Breed, et al., 1957) adalah: Divisi
: Protophyta
Kelas
: Schizomycetes
Bangsa
: Eubacteriales
Suku
: Enterobacteriaceae
Marga
: Salmonella
Species
: Salmonella typhi
Salmonella typhi merupakan bakteri gram negatif, bersifat motil (bergerak), bakteri anaerob fakultatif. Berbentuk batang pendek berderet seperti rantai. Salmonella typhi tidak dapat menfermentasi glukosa dan laktosa, tidak menghasilkan asam dan gas dari glukosa. Bakteri ini tumbuh secara optimal pada suhu sekitar 35-370C. Salmonella typhi
biasanya ditemukan pada
jaringan limfa saluran pencernaan kemudian masuk ke dalam nodus limfa dan aliran darah. Salmonella typhi dapat menyebabkan penyakit demam tifoid (Gibson, 1996). 2.4.2 Fase Pertumbuhan Bakteri Fase pertumbuhan bakteri meliputi fase lamban, fase logaritma, fase statis dan fase penurunan atau kematian (Lay, 1992).
16
Universitas Sumatera Utara
a. Fase Laamban (lag g phase) Fasee ini merupaakan fase ppenyesuaian n bakteri terrhadap suattu lingkung gan baru. Ciri – ciri fase ini yaitu tiidak ada peertambahan populasi, s el mengalami mposisi dan bertambah ukurannya. perubahann dalam kom b. Fase Loogaritma (eexponentiall phase) Fasee ini terjadi setelah sel bbakteri men nyesuaikan diri terhadaap lingkung gan baru. Ciri--ciri fase inii yaitu sel m membelah dengan d laju yang konstaan, jumlah sel s bakteri baaru mening gkat secara eksponenssial, massa menjadi ddua kali lip pat dengan lajju yang sam ma dan keaddaan pertum mbuhan seim mbang. c. Fase Sttatis (statio onary phasee) Dalaam fase ini kecepatan ttumbuh sam ma dengan kecepatan m mati. Ciri-cciri fase ini beeberapa sel mati m sedanggkan yang lain tumbuh h dan membbelah sehing gga jumlah sell yang hidup p menjadi teetap. d. Fase Peenurunan (period ( of ddecline) atau Fase Kem matian Cirri-ciri fase ini i yaitu sell yang matii lebih cepaat dari pada terbentukn nya sel-sel barru karena ju umlah nutriisi berkuran ng, terjadi akumulasi a zzat toksin dan d laju kemattian mengallami perceppatan menjadi eksponen nsial.
Gambar G 2.1: grafik pertu umbuhan baakteri 17
Universitas Sumatera Utara
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme meliputi temperatur, pH, tekanan osmotik, oksigen dan nutrisi dalam media pertumbuhan (Pratiwi, 2008). 1. Temperatur Pertumbuhan bakteri sangat dipengaruhi oleh temperatur. Setiap mikroorganisme mempunyai temperatur optimum yaitu temperatur di mana terjadi kecepatan pertumbuhan optimal dan dihasilkan jumlah sel yang maksimal. Temperatur yang terlalu tinggi dapat menyebabkan denaturasi protein sedangkan temperatur yang sangat rendah aktivitas enzim akan terhenti. Berdasarkan batas temperatur dibagi atas tiga golongan (Pratiwi, 2008): a. psikrofil, tumbuh pada temperatur -5 sampai 30oC dengan optimum 10 sampai 20oC. b. mesofil, tumbuh pada temperatur 10 sampai 45oC dengan optimum 20 sampai 40oC. c. termofil, tumbuh pada termperatur 25 sampai 80oC dengan optimum 50 sampai 60oC. 2. pH Bakteri memiliki pH optimum yang terletak antara 6,5 dan 7,5. Namun ada beberapa mikroorganisme yang dapat tumbuh pada keadaan yang sangat asam atau alkali (Pelczar, 1986). 3. Tekanan osmosis Osmosis merupakan perpindahan air melewati membran semipermeabel karena ketidakseimbangan material terlarut dalam media. Medium yang baik untuk pertumbuhan sel adalah medium isotonis terhadap sel tersebut. Dalam
18
Universitas Sumatera Utara
larutan hipotonik air akan masuk ke dalam sel sehingga menyebabkan sel membengkak, sedangkan dalam larutan hipertonik air akan keluar dari sel sehingga membran plasma mengerut dan lepas dari dinding sel (plasmolisis) (Pratiwi, 2008; Lay, 1996). 4. Oksigen Berdasarkan kebutuhan oksigen dikenal mikroorganisme dibagi menjadi 5 golongan yaitu (Pratiwi, 2008): a. Anaerob obligat, hidup tanpa oksigen, oksigen toksik terhadap golongan ini. b. Anaerob aerotoleran, tidak mati dengan adanya oksigen. c. Anaerob fakultatif, mampu tumbuh baik dalam suasana dengan atau tanpa oksigen. d. Aerob obligat, tumbuh subur bila ada oksigen dalam jumlah besar. e. Mikroaerofilik, hanya tumbuh baik dalam tekanan oksigen yang rendah 5. Nutrisi Nutrisi merupakan substansi yang diperlukan untuk biosintesis dan pembentukan energi. Berdasarkan kebutuhannya, nutrisi dibedakan menjadi dua yaitu makroelemen (elemen yang diperlukan dalam jumlah banyak) dan mikroelemen (trace element yaitu elemen nutrisi yang diperlukan dalam jumlah sedikit). Bahan nutrisi untuk pertumbuhan mikroorganisme terdapat pada media. Media juga dapat digunakan untuk membedakan mikroorganisme dengan mengetahui habitatnya (Pratiwi, 2008).
19
Universitas Sumatera Utara
Bermacam-macam media pertumbuhan yaitu: 1. Media sintetik yaitu media yang komponen penyusunnya sudah diketahui. 2. Media kompleks yaitu media yang tersusun dari komponen yang secara kimia tidak diketahui dan merupakan kebutuhan nutrisi mikroorganisme. 3. Media
selektif
mikroorganisme
adalah
media
tertentu
yang
dengan
mendukung menghambat
pertumbuhan pertumbuhan
mikroorganisme lainnya. 4. Media diferensial digunakan untuk membedakan kelompok mikroorganisme dan dapat digunakan untuk identifikasi (Pratiwi, 2008; Lay, 1996). 2.4.3
Uji aktivitas antimikroba Uji kepekaaan terhadap obat antimikroba pada dasarnya dapat
dilakukan melalui tiga cara, yaitu: a. Metode dilusi Cara ini digunakan untuk menentukan kadar hambat minimum (KHM) dan kadar bunuh minimum (KBM) dari obat antimikroba. Prinsip dari metode dilusi adalah sebagai berikut: Menggunakan satu seri tabung reaksi yang diisi media cair dan sejumlah tertentu sel mikroba yang diuji. Kemudian masing-masing tabung diuji dengan obat yang telah diencerkan secara serial. Seri tabung diinkubasi pada suhu 37oC selama 18-24 jam dan diamati terjadinya kekeruhan pada tabung. Konsentrasi terendah obat pada tabung yang ditunjukkan dengan hasil biakan yang mulai tampak jernih (tidak ada pertumbuhan mikroba) adalah KHM dari obat. Konsentrasi terendah obat pada biakan padat yang ditunjukkan
20
Universitas Sumatera Utara
dengan tidak adanya pertumbuhan koloni mikroba adalah KBM dari obat terhadap bakteri uji (Pratiwi, 2008). b. Metode difusi Metode yang paling sering digunakan adalah metode difusi agar dengan menggunakan cakram kertas, cakram kaca, pencetak lubang. Prinsip metode ini adalah mengukur zona hambatan pertumbuhan bakteri yang terjadi akibat difusi zat yang bersifat sebagai antibakteri di dalam media padat melalui pencadang. Daerah hambatan pertumbuhan bakteri adalah daerah jernih di sekitar cakram. Luas daerah hambatan berbanding lurus dengan aktivitas antibakteri, semakin kuat daya aktivitas antibakterinya maka semakin luas daerah hambatnya. Metode ini dipengaruhi oleh banyak faktor fisik dan kimia, misalnya: pH, suhu, zat inhibitor, sifat dari media dan kemampuan difusi, ukuran molekul dan stabilitas dari bahan obat (Jawetz, et al., 2001). c. Metode turbidimetri Pada cara ini digunakan media cair, pertama dilakukan penuangan media kedalam tabung reaksi, lalu ditambahkan suspensi bakteri, kemudian dilakukan pemipetan larutan uji, dilakukan inkubasi. Selanjutnya dilakukan pengukuran kekeruhan, kekeruhan yang disebabkan oleh pertumbuhan bakteri diukur dengan menggunakan instrumen yang cocok, misalnya nephelometer setelah itu dilakukan penghitungan potensi antimikroba (Depkes, 1995).
21
Universitas Sumatera Utara