PEMANFAATAN Tithonia diversifolia (Hamsley) A Gray UNTUK PERBAIKAN TANAH DAN PRODUKSI TANAMAN J. Purwani Balai Penelitian Tanah ABSTRAK Tithonia diversifolia (Hamsley) A. Gray merupakan gulma tahunan yang berpotensi sebagai sumber bahan organik karena produksi biomassnya tinggi yaitu sekitar 5,6-8.1 t/ha/th dalam dua kali pengkasan., sebagai sumber hara T. diversifolia (Hamsley) A. Gray mengandung (2.7-3.59% N, 0.14-0.47% P, 0.254.10% K). Keunggulan tanaman ini dapat tumbuh baik pada lahan yang kurang subur. Pemanfaatannya dapat sebagai pupuk hijau ataupun melalui pengomposan. Aplikasi kompos T. diversifolia (Hamsley) A. Gray dapat meningkatkan kandungan P dan K tanah, meningkatkan produksi jagung, selada, tomat dan caisim. Disamping itu dapat berfungsi sebagai bioakumulator logam berat. Akumulasi Pb tertinggi pada akar, sedangkan akumulasi Zn tertinggi pada bagian daun. Logam berat yang lain yang diserap dalam jumlah banyak adalah Cd, Cu, Ag.
PENDAHULUAN Tanaman ini berdaun dan bercabang lunak, warna bunga kuning. batangnya biasa digunakan petani sebagai kayu bakar (Anonim, 2009). berasal dari Meksiko, dan secara luas didistribusikan ke seluruh daerah tropika basah dan sub tropika di Amerika Tengah dan Selatan, Asia dan Afrika (Sonke. 1997). Tithonia diversifolia diperkenalkan ke Afrika sebagai tanaman hias telah dilaporkan di Kenya (Niang et al., 1996), Malawi (Ganunga et al., 1998), Rwanda (Drechsel and Reck. 1998), selain itu juga dikenal di Kamerun, Uganda dan Zambia. Tithonia diversifolia merupakan gulma tahunan yang berpotensi sebagai sumber hara karena mengandung 3,50% N, 0,37% P, dan 4,10% K (Hartatik W. 2007). Sedangkan hasil penelitian Bintoro et al (2008) kandungan hara T. diversifolia adalah sebesar 3.59% N, 0.34% P, 2.29% K. Kotoran kambing mengandung 1.15% N, 0.47% P dan 1.46% K (Bintoro et al., 2008), 0,7% N, 0,4% P2O5 dan 0,25% K2O (Pinus Lingga. 1991). Mutuo et al. (2000), melaporkan kandungan hara T. diversifolia adalah 2,7% N, 0.14%P, 4.2% dan Ca, Mg dan
253
J. Purwani
unsur Zn. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan hara T. diversifolia dapat disetarakan dengan kandungan hara dalam kotoran kambing. Keunggulan lain dari tanaman ini adalah dapat tumbuh baik pada lahan yang kurang subur. Pemanfaatan T. diversifolia sebagai sumber bahan organik yang efektif telah digunakan pada padi (Nagaraj dan Nisar, 1982) dan untuk Okra (Olabode et al., 2007) dan jagung di Nigeria. Keuntungan menggunakan gulma ini khususnya untuk perbaikan tanah termasuk kelimpahan biomas, adaptasi serta kemampuan untuk tumbuh pada lahan di sepanjang jalan utama dan lingkungan. Pemanfaatan tanaman ini sebagai bahan organik segar , terutama pupuk hijau, T. diversifolia mengandung berbagai senyawa yang larut air (gula, asam amino, dan beberapa pati), serta bahan kurang larut (seperti pektin, protein, dan pati yang lebih kompleks) dan yang tidak larut (selulosa dan lignin). Tithonia diversifolia memiliki potensi tinggi terhadap pemulihan kesuburan tanah, dampak positif terhadap kesuburan tanah terutama pada status fosfor (Phiri et al., 2001). Semakin besar jumlah bahan organik di dalam tanah, sifat fisik tanah semakin baik. Bahan organik juga meningkatkan aktivitas mikroba tanah, fiksasi N, dekomposisi bahan organik, mineralisasi, nitrifikasi dan antagonis terhadap patogen tular tanah (Alam SM and Khan MA. 2001). Bahan organik tanah dianggap kunci dari kualitas tanah dan kualitas lingkungan (Smith et al., 2000.). Jadi, kualitas tanah dianggap sebagai elemen kunci dari pertanian berkelanjutan. Hal ini terkait dengan banyak sifat kimia, fisik, dan biologi tanah, memiliki fungsi memperbaiki struktur tanah, aerasi, kelembaban, gerakan dan retensi air. dengan demikian dapat meningkatkan hasil panen. Produksi hijauan biomas T. diversifolia dengan dua kali pangkasan 5,68.1 t/ha/th. Produksi biomassa Tithonia diversifolia sangat mudah untuk diperbanyak, biasanya diperbanyak dengan cara pemotongan cabang untuk setek atau dengan biji (King’ara. 1998). Biji berkecamabah secara alami di bawah kanopi, maka setelah tumbuh kemudian bibit digali dan ditanam di tempat lain. Biji akan sulit berkecambah apabila biji ditutupi oleh tanah yang berlempung, penutupan biji dengan tanah pasir yang tipis dan mulsa rumput akan meningkatkan perkecambahan biji (King’ara, 1998). Perbanyakan dengan setek lebih mudah dibandingkan dengan biji. Setek ditanam pada tanah yang lembab dan terlindung dari matahari. Panjang setek 20-40-cm, penanaman pada posisi tegak atau
254
Pemanfaatan Tithonia diversifolia (Hamsley) A Gray untuk Perbaikan Tanah
miring dan dimasukkan ke dalam tanah dengan kedalaman 10 cm dengan jarak 10 cm. Produksi biomas kering (batang+daun) 2,0-3,9 t/ha setelah delapan bulan penanaman setek. Pada Tabel 1 menunjukkan produksi hijauan biomas T. diversifolia di Kenya pada berbagai waktu pemangkasan. Dari hasil pengamatan di lapangan dengan menggunakan setek lunak dan berkayu menunjukkan bahwa setek batang berkayu produksi biomasnya lebih tinggi dibandingkan dengan setek batang lunak, namun setek berkayu lebih rentan terhadap rayap. Sehingga penggunaan setek batang lunak dapat digunakan apabila aktivitas rayap di lapangan tinggi. Tabel 1. Pengaruh jenis bahan setek T. diversifolia terhadap produksi hijauan biomassa (batang dan daun) berdasarkan berat kering pada tiga kali pemangkasan di Kenya Produksi biomassa kering Tipe bahan setek
Pangkasan ke-1
Batang lunak Batang berkayu
Pangkasan ke-2
Pangkasan ke-3
Total
........................................ t/ha ........................................ 2,2 3,4 2,3 7,9 3,4 4,7 4,5 12,6
Sumber : King’ara (1998)
Tithonia untuk peningkatan kesuburan dan produksi tanaman Sumberdaya organik sering diusulkan sebagai alternatif untuk menggantikan pupuk mineral komersial. Bahan organik seperti sisa tanaman dan kotoran hewan tidak bisa dengan sendirinya membalikkan penurunan kesuburan tanah karena biasanya tidak tersedia dalam jumlah yang cukup pada kebanyakan petani, rendah nutrisi dan kebutuhan tenaga kerja yang banyak untuk aplikasinya (Palm, 1997). Selain itu, beberapa jenis bahan organik memiliki kegunaan kompetitif, seperti pakan untuk ternak. Penambahan bahan organik seperti pupuk hijau dan pupuk kandang adalah praktek umum yang digunakan untuk meningkatkan kandungan hara dan struktur tanah. Bahan organik seperti T. diversifolia dan Lantana camara telah ditemukan sangat bermanfaat, dilaporkan memiliki kandungan N dan P tinggi, dan menemukan bahwa P lebih cepat tersedia (Nziguheba et al., 2000) .
255
J. Purwani
Hasil penelitian Jama et al dalam Jama et al. (2000) menunjukkan bahwa kandungan hara tanah pada lapisan olah lebih tinggi pada perlakuan T. diversifolia dibandingkan perlakuan Urea, namun hasil jagung lebih rendah dibandingkan perlakuan Urea (Tabel 2). Dekomposisi yang cepat dari biomassa daun T. diversifolia menyebabkan lebih cepat melepas N. (Gachengo et al. (1999). Ngu Yen VS et al. (2010), melaporkan terjadinya peningkatan kandungan hara pada tanah setelah ditanam T. diversifolia (Tabel 3). Tabel 2. Pengaruh hijauan biomassa T. diversifolia dan pemupukan N pada lapisan olah tanah dan produksi jagung Perlakuan Kontrol Tithonia N
N 2 minggu setelah tanam
N
Hasil jagung
…………………….. kg/ha …………………….. 0 13 60 33 60* 23
t/ha 3,0 4,8 6,4
Keterangan : * pemupukan dilakukan secara bertahap, 20 kg N/ha pada saat tanam, 40 kg/ha diberikan pada 4 minggu setelah tanam (MST) Sumber : Jama et al. (2000)
Tabel 3. Karakteristik kimia tanah setelah ditanami T. diversifolia Kriteria
Sebelum ditanami
Karbon (%) Nitrogen (%) Total P2O5 (%) Total K2O (%) N tersedia (mg/100g tanah) K tersedia (mg/100g tanah)
2,93 0,188 0,068 0,574 16,0 3,71
Setelah ditanami 3,08 0,19 0,114 0,783 19,3 3,71
Sumber : Ngu Yen VS et al .2010
Setyorini et al. (2004) meneliti pengaruh kompos T. diversifolia terhadap produksi tanaman selada, kangkung, tomat dan caisim menunjukkan bahwa dengan menggunakan kompos T. diversifolia hasil selada lebih tinggi dibandingkan kompos pupuk kandang sapi, namun sebaliknya pada kangkung. Pada kangkung penggunaan kompos T. diversifolia hasil kangkung lebih rendah dibandingkan kompos pukan sapi. (Table 4).
256
Pemanfaatan Tithonia diversifolia (Hamsley) A Gray untuk Perbaikan Tanah
Tabel 4.
Produksi selada, kangkung, tomat dan caisim di Permata Hati Farm Perlakuan
Kompos Tithonia (3 t/ha) Kompos pukan sapi (20 t/ha) Kompos pukan sapi +Tithonia Kompos pukan ayam+Tithonia
Selada Kangkung Tomat Caisim ................................. t/ha ................................. 5,04 1,64 21,66 9,4 4,02 2,24 14,79 8,9 5,76 2,29 18,87 10,1 7,00 2,39 24,45 13,4
Sumber : Setyorini et al. 2004
Pada produksi tanaman tomat dan caisim, penggunaan kompos T. diversifolia lebih baik dibandingkan kompos pukan sapi atau kompos pukan sapi + T. diversifolia. Kombinasi kompos pukan ayam + T. diversifolia memberikan produksi tomat tertinggi yaitu 24,45 t/ha. Hasil panen jagung yang rendah (1.1 dan 1.3 t/ha) dengan aplikasi yang hanya 6 kg P/ha pada perlakuan T. diversifolia atau atau pupuk NPK. Aplikasi pupuk sebesar 50 kg P/ha sebagai P larut (triplesuperfosfat) secara dramatis meningkatkan hasil panen jagung baik pada perlakuan T. diversifolia maupun pupuk NPK. Hasil jagung cenderung lebih tinggi pada perlakuan Tithonia+50 kg P/ha (TSP (4,2 t/ha) dibandingkan dengan pupuk NPK+50 kg P/ha (TSP) dengan produksi jagung sebesar 3,6 t/ha, hal ini menunjukkan integrasi dari T. diversifolia dan pupuk P memberikan manfaat tambahan dari penggunaan pupuk tunggal untuk produksi jagung. T. diversifolia memberikan pengaruh yang lebih baik dibandingkan penggunaan pupuk NPK saja (Tabel 5) Tabel 5.
Hasil jagung pada aplikasi pupuk NPK dan T. Diversifolia di Kenya Barat Perlakuan
Kontrol Tithonia Pupuk NPK Tithonia+50 kg/ha P (TSP) Pupuk NPK+50 kg P/ha (TSP)
N 0 60 60 60 60
Penambahan hara P 0 6 6 6 6
Hasil jagung K 0 56 56 56 56
t/ha 0,5 1,3 1,1 4,2 3,6
Sumber : Jama B dalam Jama B et al. 2000
Aplikasi T. diversifolia dapat dilakukan dengan berbagai bentuk dan cara yaitu dalam bentuk segar atau dikomposkan. Hasil penelitian dengan aplikasi T. diversifolia yang dikeringkan atau diabukan juga telah diteliti oleh Olabode et al.
257
J. Purwani
(2007) pada tanaman okra (Abelmoschus esculentus) yang dilakukan pada musim penghujan dan musim kemarau menunjukkan pengaruh yang berbeda (Tabel 6). Jumlah dan berat buah okra per tanaman dalam pot yang diberi T. diversifolia yang dicacah mempunyai pengaruh yang nyata lebih tinggi (40-43%) dibandingkan dari perlakuan abu atau kontrol. Perlakuan Tithonia segar yang dicacah dan Tithonia kering secara statistik tidak berbeda nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman (Tabel 6). Kenampakan tanaman yang kurus dalam pot yang diperlakukan dengan abu Tithonia disebabkan karena menurunnya konsentrasi N pada abu, akibat penguapan yang dihasilkan dari pembakaran. Pembakaran juga menyebabkan penurunan kandungan bahan organik tanah akibat hilangnya karbon organik (C) selama pembakaran [Akobundu. 1987 ; Obatolu CR et al. 1995). Tabel 6:
Pengaruh bentuk aplikasi Tithonia terhadap okra (Abelmoschus esculentus)
Bentuk Tithonia
Tinggi tanaman
Jumlah daun
cm
Helai
Dicacah (segar) Kering Abu Kontrol
69,5a 67,8a 49,7b 42,5b
Dicacah (segar) Kering Abu Kontrol
52,4a 53,6a 37,8a 33,5b
Jumlah buah/tanaman
buah Musim hujan 12,7a 7,8a 14,1a 9,0a 9,4b 4,0b 8,0b 3,5b Musim kemarau 8,9a 5,4a 9,1a 5,4a 4,3b 2,3b 4,6b 2,3b
Bobot buah/tanaman g/tanaman 110,5a 105,7a 70,6b 67,6b 81,5a 78,7a 39,5b 40,4b
Sumber : Olabode OS et al. (2007)
Tithonia diversifolia sebagai phytoremediator logam berat Kasus keracunan logam berat telah banyak dilaporkan dan masalahnya banyak yang berbeda. Pada tanah yang terkontaminasi logam berat Pb dan Zn yang ditanami dengan T. diversifolia menunjukkan konsentrasi Pb pada 4, 6, dan 8 minggu setelah tanam (MST) pada kompartemen daun adalah 87.3, 71.3, dan 71.5 mg/kg. Konsentrasi Pb pada akar adalah 99,4 mg/kg, 97,4 mg/kg, dan 77,7 258
Pemanfaatan Tithonia diversifolia (Hamsley) A Gray untuk Perbaikan Tanah
mg/kg, sedangkan pada kompartemen tanah adalah 181.3 mg/kg, 142.4 mg/kg, dan 112.2 mg/kg pada 4, 6, dan 8 MST dan berbeda nyata antar waktu pengambilan sampel. Konsentrasi Pb pada kompartemen daun tidak berbeda nyata pada pengambilan sampel 6 dan 8 MST. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi Pb pada biomas T. diversifolia di atas tanah (batang+daun) lebih tinggi dibandingkan pada akar pada tiga periode sampling, akar memiliki konsentrasi Pb tertinggi diikuti oleh daun dan batang pada 4 dan 8 minggu MST. Secara umum, konsentrasi Pb pada semua kompartemen tanaman dan konsentrasi pada tanah menurun dengan meningkatnya periode sampling (Tabel 7). Tabel 7.
Konsentrasi Pb dan Zn pada tanaman T. diversifolia dan tanah pada waktu pengambilan contoh berbeda Kompartemen
Minggu setelah tanam 4
6 8 ................ mg/kg ................
Konsentrasi Pb Daun Batang Akar Tanah
87,3 79,3 99,4 181,3
71,3 77,8 97,4 142,4
71,5 60,7 77,7 112,2
Konsentrasi Zn Daun Batang Akar Tanah
246,9 183,8 200,7 304,1
254,3 180,2 198,3 300,7
198,8 119,5 148,0 281,3
Sumber : Adesodun JK. 2010.
Konsentrasi Pb pada tanaman T. diversifolia tertinggi pada 4 MST, hal ini berarti bahwa efisiensi tanaman dalam membersihkan tanah yang terkontaminasi logam berat berada pada tahap awal pertumbuhannya. Oleh karena itu, tanaman ini harus dipanen sekitar 4 MST dan biji ditanam kembali selama siklus dari proses remediasi. Jumlah Zn dalam kompartemen berbeda (akar, batang, dan daun) pada tanah terkontaminasi yang ditanami T. diversifolia, menunjukkan bahwa pada 4 MST konsentrasi Zn di daun, batang, akar, dan tanah adalah 246,9; 183,8; 200,7; dan 304 mg/kg. Pada 6 MST, konsentrasi Zn pada daun, batang, akar, dan tanah adalah 254,3; 180,2; 198,3; dan 300,7 mg/kg. Sedangkan konsentrasi pada 8
259
J. Purwani
MST 198,8; 119,5; dan 148 mg/kg. Konsentrasi residu Zn dalam tanah pada 8 MST adalah 281,3 mg/kg. Hasil ini menunjukkan akumulasi Pb pada T. diversifolia lebih tinggi dalam kompartemen akar, akumulasi Zn tertinggi pada daun. Pola penurunan konsentrasi Pb dan Zn sesuai dengan urutan waktu yaitu 4 MST > 6 MST > 8 MST. Selain itu, penelitian T. diversifolia juga telah dilakukan di Guanajuato daerah penambangan bijih perak. Sampel T. diversifolia diambil dari tiga lokasi yaitu sekitar tempat penambangan, sungai yang berdekatan dengan penambangan , dan pada daerah perbukitan yang jaraknya jauh dari lokasi penambangan perak. Pada Tabel 8 disajikan kandungan logam berat pada tanah dan T. diversifolia yang diambil pada beberapa lokasi. Konsentrasi logam pada akar T. diversifolia lebih tinggi pada daerah yang terkontaminasi dibandingkan daerah yang tidak terkontaminasi (bukit). Tampak bahwa T. diversifolia pada lokasi dekat tempat penambangan mampu menyerap logam berat Ag, Cd, Cu, dan Pb yang cukup tinggi. Tabel 8.
Konsentrasai Cd, Pb, Ag, dan Cu pada sampel tanah dan T. diversifolia pada tiga lokasi penambangan bijih perak di Guanajuato, Meksiko
Sampel Tanah
Lokasi Tempat penambangan Sungai Bukit
Tempat penambangan Sungai Bukit Sumber : Figueroa JAL. 2007 T. diversifolia
Ag
Cd Cu Pb ……………µg/g …………….. 42.20 ± 0.65 0.373 ± 0.018 221 ± 7 362 ± 8 3.40 ± 0.07 3.20 ± 0.32
0.483 ± 0.010 20.6 ± 1.0 0.296 ± 0.011 17.0 ± 0.5
194 ± 7 19.4 ± 0.5
23 ± 2
9±1
530 ± 16
805 ± 18
35 ± 4 -
15 ± 2 -
592 ± 20 187 ± 7
445 ± 10 20.5 ± 0.6
KESIMPULAN Tithonia diversifolia dapat digunakan sebagai pupuk hijau maupun kompos karena hara N, P, K yang terkandung dalam tanaman setara dengan kandungan hara pupuk kandang. Pemanfatannya dapat memperbaiki kesuburan tanah, meningkatkan C-organik, N tersedia, P2O5, dan K2O5 total pada tanah dan meningkatkan hasil pada beberapa komoditas hortikultura dan tanaman pangan yaitu jagung, tomat, selada, dan caisim, namun tidak berpengaruh terhadap hasil
260
Pemanfaatan Tithonia diversifolia (Hamsley) A Gray untuk Perbaikan Tanah
kangkung. Penggabungan pemberian pupuk NPK dengan T. diversifolia meningkatkan produksi jagung dan selada dibandingkan dengan pupuk NPK saja. Penyediaannya sebagai bahan organik secara in situ perlu dipertimbangkan mengingat sampai saat ini usaha budidaya T. diversifolia belum dilakukan dan masih mengandalkan yang tumbuh liar, disamping itu penggunaannya tidak berbenturan dengan penggunaan lainnya seperti pakan ternak sehingga kemungkinan terpenuhinya bahan organik pada suatu lahan menjadi lebih pasti. Pemanfaatannya sebagai bioremediator logam berat Pb, Ag, Cu dan Zn karena tanaman ini mampu tumbuh pada lokasi yang tercemar dan telah diidentifikasi mengandung logam berat pada jaringan tanamannya. DAFTAR PUSTAKA Adesodun JK, Atayese MO, Agbaje TA, Osadiaye BA, Mafe OF, Soretire AA. 2010. Phytoremediation Potentials of Sunflowers (Tithonia diversifolia and Helianthus annuus) for Metals in Soils Contaminated with Zinc and Lead Nitrates Water Air Soil Pollut (2010) 207:195–201 Akobundu, I.O., 1987. Weed Science in the Tropics, Principles and Practices. John Wiley & Sons. NY., pp: 522. Alam S. M., and Khan, M. A. 2001. Organic and effective micro-organisms (EM) technology, http://www. pakistan economist.com/issue2001/ issue26/ i& e6.htm Anonim 2009. http://translate.google.co.id/translate?hl=id&sl= en&u=http: //www. Worldagro forestry.org/af/treedb/AFTPDFS/Tithonia_ diversi folia.pdf&ei=R5A2S-LVFMGGkQXR 1tmTCg&sa=X&oi=translate &ct=result&resnum=11&ved=0CC4Q7gEwCg&prev=/search%3Fq%3Dtit honia%2Bdiversifolia%26hl%3Did. 26 Desember 2009 Bintoro HMH, Saraswati R, Manohara D, Taufik E, dan Purwani J. 2008. Pestisida Organik Pada Tanaman Lada. Laporan Akhir Kerjasama Kemitraan Penelitian Pertanian antara Perguruan Tinggi dan Badan litbang Pertanian (KKP3T) Drechsel P and Reck B 1998. Composted shrub-prunings and other organic manures for smallholder farming systems in southern Rwanda. Agroforestry Systems 39: 1–12 Fasuyi AO, Dairo FAS and Ibitayo FJ. 2010. Ensiling wild sunflower (Tithonia diversifolia) leaves with sugar cane molasses. Livestock Research for Rural Development 22 (3) 2010
261
J. Purwani
Figueroa JAL, Wrobel K, Afton S, Caruso JA, Corona JFG. 2007. E.ect of some heavy metals and soil humic substances on the phytochelatin production in wild plants from silver mine areas of Guanajuato, Mexico Chemosphere xxx (2007) Gachengo CN, Palm CA, Jama B and Othieno C (1999) Tithonia and senna green manures and inorganic fertiliers as phosphorus sources for maize in western Kenya. Agroforestry Sytems 44: 21–36 Ganunga R, Yerokun O and Kumwenda JDT 1998 Tithonia diversifolia: an organic source of nitrogen and phosphorus for maize in Malawi. In: Waddington SR et al. (eds) Soil Fertility Research for Maize-Based Farming Systems in Malawi and Zimbabwe, pp 191–194. Soil Fert Net and CIMMYT-Zimbabwe, Harare, Zimbabwe Hartatik W. 2007. Tithonia diversifolia Sumber Pupuk Hijau.Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Vol.29,No 5. 2007 Jama B, Palm CA, Buresh RJ, Niang A, Gachengo C, Nziguheba G dan Amadalo B. 2000. Tithonia diversifolia as a green manure for soil fertility improvement in western Kenya. Agroforestry System 49 : 201-221. Nagaraj, S. and B.M. Nizar, 1982. Wild sunflower as a green manure for rice in the mid-country west zone. Tropical Agriculture 138: 69-78. Nguyen Van Sao, Nguyen Thi Mui and Đinh Van Binh. 2010. Biomass production of Tithonia diversifolia (Wild Sunflower), soil improvement on sloping land and use as high protein foliage for feeding goats. Livestock Research for Rural Development 22 (8) 2010 Niang A, Amadalo B, Gathumbi S and Obonyo C O 1996.Maize yield response to green manure application from selected shrubs and tree species in western Kenya: a preliminary assess-ment. In: Mugah JO (Editor) Proceedings of the First Kenya Agroforestry Conference on People and Institutional Participation in Agroforestry for Sustainable Development, pp 350–358. Kenya Forestry Research Institute (KEFRI), Muguga, Kenya Obatolu, C.R. and A.A. Agboola, 1993. The Potential of Siam weed (Chromolaena odorata) as a source of organic matter for soils in the humid tropics. In Mulongoy, K. and R. Merxckx, (Eds). Soil Organic Matter Dynamics and Sustainability in Tropical Agriculture, IITA/K.U. Leuven; John Wiley and Sons. NY., pp: 89-99. Olabode, OS; Ogunyemi S; Akanbi, W.B.; Adesina G.O. and P.A. Babajide. 2007. Evaluation of Tithonia diversifolia (Hemsl) A Gray for Soil Improvement. World Journal of Agricultural Sciences 3 (4): 503-507. Palm CA, Myers RJK and Nandwa SM (1997) Organic-inorganic nutrient interactions in soil fertility replenishment. In: Buresh RJ, Sanchez PA and
262
Pemanfaatan Tithonia diversifolia (Hamsley) A Gray untuk Perbaikan Tanah
Calhoun F (eds) Replenishing Soil Fertility in Africa. Soil Science Society of America Special Publication 51, pp 193–218. Soil Science Society of America, Madison, WI, USA Phiri S, Barrios E, Rao IM and Singh BR. 2001 Changes in soil organic matter and phosphorus fractions under planted fallows and a crop rotation system on a Colombian volcanic-ash soil. Plant and Soil Volume 231 (2) pp 211-223 Pinus Lingga. 1991. Jenis dan kandungan hara pada beberapa kotoran ternak. Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) ANTANAN Bogor. Setyorini D, Hartatik W, Widowati LR, dan Widati S. 2004. Laporan Akhir Teknologi Pengelolaan Hara pada Budidaya Pertanian Organik. Laporan Bagian Proyek Penelitian Sumberdaya Tanah dan Proyek Pengkajian Teknologi Pertanian Partisipatif. Smith, S. E., and Ready, D. J., 1997. Mycorrhizal symbiosis. Academic Press San Diego. Sonke D 1997 Tithonia weed – a potential green manure crop. Echo Develop ment Notes 57: 5–6
263