Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2013
AKTIVITAS ANTITRYPANOSOMA EKSTRAK AIR DAUN Tithonia diversifolia A. Gray dan Artemisia annua L. TERHADAP Trypanosoma evansi SECARA IN VITRO (In Vitro Antitrypanomosal Activity of Aqueous Exctract of Tithonia diversifolia and Artemisia annua leaves Against Trypanosoma evansi) Wardhana AH1, Merlina2, Yuningsih1, Subekti DT1 1
Balai Besar Penelitian Veteriner, Jl. RE Martadinata No. 30, Bogor 16114 Fakultas Farmasi, Universitas Pancasila, Jl. Srengseh Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan 12640
2
ABSTRACT Surra caused by Trypanosoma evansi remains a serious problem on livestock industry and drug of the disease are ineffective and expensive, so that it encourages scientists to find an alternative drug for Surra treatment based on herbal products use, e.g. Tithonia diversifolia and Artemisia annua. The aim of the study was to assess antitrypanosome activity of aqueous extract of those herbals against T. evansi. Three mice were used in this study to multiply the parasite. Each aqueous extract was mixed with PBSG and 10% DMSO as an emulgator. Three concentrations (12.5 mg/mL; 25 mg/mL; and 50 mg/mL) were examined and Cymerlasan® was used for a positive control. Each concentration consisted of five replications and anti T. evansi activity was investigated every 10 minutes for 1 hour. Collected data were analysed using ANOVA and followed by LSD test (95%). The results demonstrated that aqueous extract of T. diversifolia was able to reduce mortality level and survival time of T. evansi to 100% at concentration 50 mg/mL for 10 minute. However, the aqueous extract of A. annua needed longer time (50 minutes) to decrease until 92% of mortality level and survival time of T. evansi at the same concentration. This study indicated that T. diversifolia has a potency to develop as alternative drug of surra. Key Words: Trypanosoma evansi, Tithonia diversifolia, Artemesia annua, In Vitro ABSTRAK Penyakit surra yang disebabkan oleh Trypanosoma evansi masih menjadi permasalahan dalam industri ternak. Obat yang digunakan selama ini dilaporkan tidak efektif dan harganya sangat mahal sehingga perlu dicari obat alternatif yang berbasis pada tanaman obat, seperti Tithonia diversifolia dan Artemisia annua. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji aktivitas anti trypanosoma ekstrak air kedua tanaman tersebut. Sebanyak tiga ekor mencit digunakan untuk memperbanyak T. evansi. Ekstrak air masing-masing tanaman dilarutkan dalam PBSG dengan emulgator DMSO 10% dan dibagi menjadi tiga konsentrasi, yaitu 12,5 mg/mL, 25 mg/mL dan 50 mg/mL. Cymelarsan® digunakan sebagai kontrol positif sedangkan PBSG+DMSO 10% sebagai kontrol negatif. Masing-masing perlakuan terdiri dari lima ulangan. Aktivitas antitrypanosoma diamati setiap 10 menit selama 1 jam. Pengamatan dilakukan secara kualitatif (motilitas parasit) dan kuantitas (daya tahan hidup parasit). Data dianalisis dengan ANOVA dan dilanjutkan uji BNT 95% jika terdapat perbedaan antar perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak air daun T. diversifolia mampu menurunkan motilitas dan daya tahan hidup T. evansi hingga 100% pada konsentrasi 50 mg/mL di menit ke 10 sedangkan A. annua memiliki aktivitas yang lebih rendah, yaitu menurunkan motilitas dan daya tahan hidup parasit sebesar 92% pada menit ke-50. Studi ini mengindikasikan bahwa tanaman T. diversifolia berpotensi untuk dikembangkan sebagai obat alternatif surra. Kata Kunci: Trypanosoma evansi, Tithonia diversifolia, Artemesia annua, In Vitro
PENDAHULUAN Trypanosomiasis atau lebih dikenal dengan nama penyakit Surra merupakan penyakit
haemaprotozoa yang disebabkan darah, Trypanosoma evansi. tergolong spesies patogen yang luas di kawasan Asia Tenggara,
oleh parasit Parasit ini terdistribusi termasuk di
393
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2013
benua Afrika dan Amerika (Davison et al. 2000; Abdel-Rady 2008; Ravindran et al. 2008). Penyakit Surra ditularkan melalui vektor lalat penghisap darah (Tabanid sp dan Haematopota sp) dan menyerang seluruh jenis ternak termasuk hewan liar antara lain unta (Njiru et al. 2004); kerbau, sapi, unta, kuda serta anjing, coatis, capybaras, marsupial di Amerika Selatan (Omanwar et al. 1999). Akibat infeksi T. evansi ternak akan mengalami abortus, gangguan siklus birahi pada induk, penurunan bobot badan, demam intermitten, anemia, diare dan kematian sehingga menimbulkan kerugian yang cukup besar, khususnya bagi peternak (Payne et al. 1993; Nurulaini, 2007). Disamping itu, kasus Surra juga terjadi pada manusia seperti yang pernah dilaporkan di India (Joshi et al. 2005). Menurut Mastra (2011), Surra dapat bersifat akut dan mewabah pada ternak ruminansia, terutama ketika ternak mengalami stres karena dipekerjakan terlampau berat, kekurangan pakan atau air dan faktor kondisi lingkungan kritis, serta cuaca yang ekstrim. Laporan Dinas Peternakan Waingapu-Sumba Timur (2012) menyebutkan bahwa hasil analisis estimasi kerugian ekonomi berdasarkan jumlah ternak yang mati akibat Surra di delapan kecamatan daerah Waingapu Sumba Timur dari Januari- uni 2012 mencapai Rp. 1.416.500.000 dan apabila tidak dilakukan tindakan pencegahan dini diperkirakan mencapai Rp. 167.224.000.000. Analisis ini belum memperhitungkan biaya paramedik, pengobatan, pencegahan pada ternak termasuk biaya pengendalian vektor, sehingga kerugian eknomi dalam delapan kecamatan tersebut dapat melebihi dari hasil hitungan diatas. Wabah baru juga terjadi di daerah PerakMalaysia yang menyebutkan bahwa surra telah menyerang rusa, sapi, kerbau dan babi (Nurulaini et al. 2013). Oleh karena itu, penyakit ini kembali dimasukkan dalam daftar penyakit hewan menular strategis (PMHS) oleh Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) pada tahun 2012. Selama ini, pengobatan Surra masih menemui beberapa kendala di lapang. Disamping harganya yang mahal, langka di pasar, obat yang tersedia kurang efektif. Saat terjadinya wabah Surra di Sumba Timur (20112012), obat Trypamidium® (isometamidium -
394
golongan phenanthridine) banyak digunakan dan hasilnya kurang efektif. Obat ini tidak mampu membersihkan parasit dalam sirkulasi darah. Kondisi ini sesuai dengan laporan AL Mohammed (2008) yang menyebutkan bahwa obat golongan phenanthridine tidak efektif untuk surra. Obat lain yang digunakan adalah Tryponil® (diminazene diaceturate). Harga obat ini lebih mahal dibandingkan dengan Trypamidium® dan membutuhkan pengobatan berulang. Kondisi ini melahirkan pemikiran baru untuk mencari obat alternatif antitryapanosoma yang berbasis pada tanaman obat. Tithonia diversifolia (kipahit) dan Artemesia annua (anuma) adalah dua tanaman yang dilaporkan mempunyai aktivitas antiprotozoa (Aryanti et al. 2008; Oyewole et al. 2008; Olukunle et al. 2010; Ogwang et al. 2011). Kedua tanaman tersebut sangat mudah dijumpai di Kepulauan Indonesia dan tidak memerlukan perlakuan khusus dalam perawatannya. Senyawa seskuiterpen lakton yang terkandung dikedua tanaman tersebut mampu membunuh protozoa darah (Goffin et al. 2002; DE A Silvia et al. 2011). Berdasarakan uji in vivo, ekstrak air daun T. diversifolia mampu menurunkan tingkat parasitemia pada tikus putih yang diinfeksi dengan Trypanosoma brucei brucei pasca pemberian selama tiga hari (Olukunle et al. 2010). Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji aktivitas anti trypanosomiasis dari ekstrak air kedua tanaman tersebut secara in vitro terhadap T. evansi sehingga dapat digunakan sebagai obat alternative penyakit Surra pada ternak. MATERI DAN METODE Koleksi tanaman dan pembuatan simplisia Tanaman T. diversifolia dan A. annua dikoleksi dari Kebun Percobaan Balai Tanaman Rempah dan Obat (Balitro) di daerah Cipanas, Jawa Barat. Daun segar yang dikoleksi dicuci dengan air bersih dan dikeringkan dalam suhu kamar (kurang lebih selama 2 minggu). Daun yang telah kering dihaluskan menjadi serbuk (simplisia) dan disimpan dalam suhu 4oC hingga proses ekstraksi.
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2013
Pembuatan ekstrak air tanaman Sejumlah 50 g serbuk simplisia direndam dalam 500 mL air selama 2 hari, kemudian saring menggunakan kain putih halus. Hasil filtrat dikeringkan pada waterbath pada suhu 60-70oC sampai mengental (Adeiza et al. 2010). Sampel T. evansi Parasit T. evansi yang digunakan pada penelitian ini berasal dari Balitvet Culture Collection (BCC), yaitu isolat Bangkalan (kode Bakit 601) yang mempunyai daya patogenitas tinggi (membunuh hewan coba dalam waktu kurang dari satu minggu). Perbanyakan T. evansi Perbanyakan T.evansi pada hewan coba bertujuan untuk menyediakan stok isolat yang akan diuji dalam jumlah yang melimpah, yaitu dengan cara mempasasenya ke mencit. Stabilat T. evansi dalam bentuk cryopreservation di thawing dan diperiksa di bawah mikroskop untuk melihat daya motilitasnya. Selanjutnya, stabilat dicairkan dengan Phosphate Buffer Saline Glucose (PBSG) pH 8 hingga 0,2 mL dan diinfeksikan ke mencit jantan (strain DDY) sebanyak 0,1 mL/mencit secara intraperitoneal. Tiga hari pasca infeksi dengan status positif 3 atau 4, T. evansi dikoleksi dari jantung (cardiac puncture) setelah terlebih dahulu dieuthanasi. Konsentrasi parasite dalam darah dihitung menggunakan Haemasitometer (Neubauer, Germany). Untuk keperluan uji in vitro, konsentrasi T. evansi dalam darah harus diencerkan dengan PBSG pH 8 hingga diperoleh 20-25 parasit per lapang pandang dibawah mikroskop dengan pembesaran 400 kali. Perlakuan uji in vitro Penilaian aktivitas antitryapanosoma esktrak air T. diversifolia and A. annua secara in vitro dilakukan dengan lima kali ulangan pada tiap-tiap konsentrasinya, sebagai berikut: P0: Kontrol negatif (larutan PBSG yang mengandung T. evansi dan DMSO).
PI: T. evansi dalam larutan PBSG + DMSO + ekstrak air daun (T. diversifolia atau A. annua) dengan dosis 12,5 mg/mL. PII: T. evansi dalam larutan PBS + DMSO + ekstrak air daun (T. diversifolia atau A. annua) dengan dosis 25,0 mg/mL. PIII: T. evansi dalam larutan PBS + DMSO + ekstrak air daun (T. diversifolia atau A. annua) dengan dosis 50,0 mg/mL. PIV: Kontrol positif (larutan PBSG yang mengandung T. evansi dan DMSO + Cymelarsan®). Sebanyak 20 L larutan ekstrak dengan konsentrasi tertentu dimasukkan ke dalam microtitter 96 well plate yang telah berisi 80 L darah dengan kandungan T. evansi setara 104parasit/well. Seluruh perlakuan dihomogenisasi dengan cara digoyang dalam inkubator pada suhu 37oC. Aktivitas antitrypanosoma diobservasi setiap 10 menit dengan cara pembuatan slide dari mengambil 5 L campuran T. evansi dan larutan ekstrak yang selanjutnya diamati dibawah mikroskop dengan pembesaran 400 kali. Pengamatan aktivitas ini dilakukan selama 1 jam. Parameter dan analisis data Pengamatan aktivitas antitrypanosoma ekstrak air daun T. diversifolia dan A. annua terhadap T. evansi secara in vitro dilakukan dengan dua cara, yaitu pengamatan kualitatif dan kuantitatif. Pengamatan kualitatif Pengamatan ini dilakukan dengan melakukan skoring terhadap motilitas T. evansi pasca pemberian ekstraksi air daun tanaman pada waktu dan konsentrasi yang berbeda dibawah mikroskop, yaitu: + 3: T. evansi sangat aktif + 2: T. evansi lemah yang ditandai gerakan flagella lamban. + 1: T. evansi lemah dan sebagian parasit mati 0: T. evansi mati yang ditandai flagella tidak bergerak. Semakin pendek waktu motilitas dari parasit, ekstrak dianggap lebih aktif .
395
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2013
Pengamatan kuantitatif Pengamatan kuantitatif dilakukan dengan cara menghitung mortalitas T. evansi pasca pemberian ekstraksi air daun tanaman pada waktu dan konsentrasi yang berbeda dibawah mikroskop. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan ANOVA dengan taraf kepercayaan 95% melalui software STATS versi 2.6. Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) dilakukan apabila terdapat perbedaan yang nyata dari berbagai perlakuan yang diuji. HASIL DAN PEMBAHASAN Uji kualitatif ekstrak air daun T. diversifolia dan A. annua
Skoring
Skoring
Hasil uji kualitatif ekstrak air daun T. diversifolia dan A. annua dapat dilihat pada Gambar 1A dan 1B. Seluruh T. evansi pada kelompok kontrol negatif (P0) masih aktif hingga akhir waktu pengamatan yang ditandai dengan gerakan flagella yang cepat (Gambar 1A dan 1B). Kondisi ini mengindikasikan bahwa penurunan daya motilitas T. evansi yang terjadi pada pemberian esktrak air kedua daun tersebut karena kontak dengan senyawa aktif yang terkandung didalamnya dan bukan karena faktor lamanya waktu parasit berada di luar
tubuh induk semang (mencit). Sebaliknya pada kelompok kontrol positif (P IV), pemberian obat cymelarsan® telah mengakibatkan gerakan flagella parasit berhenti pada pengamatan 10 menit pertama. Ekstrak air daun T. diversifolia dengan konsentrasi 0,50 mg/mL pada 10 menit pertama telah mengakibatkan parasit melemah yang ditandai dengan gerakan flagella yang lamban (skoring 2, Gambar 1A). Daya motilitas terus melemah hingga pada menit ke 30, yaitu seluruh T. evansi tidak bergerak lagi atau parasit mengalami kematian. Adapun pemberian ekstrak air daun T. diversifolia pada konsentrasi 12,5 mg/mL (P I) dan 25,0 mg/mL (P II) yang menyebabkan parasit kehilangan daya motilitasnya secara total terlihat pada menit ke 60. Hasil ini membuktikan bahwa ekstrak air daun T. diversifolia secara in vitro memiliki aktifitas antitrypanosoma terhadap T. evansi. Berbeda dengan ekstrak air daun T. diversifolia, respon T. evansi terhadap penurunan daya motilitas pasca pemberian ekstrak air daun A. annua berjalan lebih lambat. Konsentrasi 12,5 mg/mL (PI) tidak berbeda nyata dengan kelompok kontrol negatif (P 0), yaitu T. evansi terlihat masih aktif hingga akhir waktu pengamatan. Pemberian ekstrak air daun A. annua pada konsentrasi 25,0 mg/mL (P II) dan 50,0 mg/mL
Waktu pengamatan (menit)
Waktu pengamatan (menit)
(B) A. annua (A) T. diversifolia Gambar 1. Motilitas T. evansi pada pengamatan secara kualitatif (skoring) pasca pemberian ekstrak air daun T. diversifolia (A) dan A. annua (B) dalam berbagai konsentrasi selama 1 jam
396
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2013
(P III) hanya menurunkan daya motilitas parasit hingga ke taraf lemah (skoring 2) tetapi tidak mampu menyebabkan kematian (gerakan flagella terhenti/scoring 0). Hasil ini membuktikan bahwa aktifitas antitrypanosoma ekstrak air daun A. annua kurang efektif terhadap T. evansi secara in vitro. Uji kuantitatif ekstrak air daun Kipahit dan A. annua
Daya tahan hidup T. evansi (%)
Daya tahan hidup T. evansi (%)
Hasil uji kuantitatif mempunyai pola yang serupa dengan hasil uji kualitatif. Parasit pada kelompok kontrol negatif (P 0) untuk kedua perlakuan (pemberian ekstrak air daun T. diversifolia dan A. annua) masih bertahan hidup hingga akhir waktu pengamatan, sedangkan pada kelompok kontrol positif (P IV) yang diterapi dengan obat cymelarsan®, daya tahan hidupnya menurun cepat dan akhirnya parasit mengalami kematian (kurang dari 10 menit) (Gambar 2A dan 2B). Persentase penurunan jumlah parasit yang hidup pasca pemberian ekstrak air daun T. diversifolia dengan konsentrasi terendah 12,5 mg/mL (P I) terdeteksi pertama kali pada menit ke 30, yaitu mengalami kematian sekitar 62% atau parasit yang masih hidup tersisa 38% (Gambar 2A). Daya tahan hidup T. evansi terus menurun dan pada menit ke 50 mencapai 0%,
atau dengan kata lain seluruh parasit mengalami kematian. Penurunan daya tahan hidup yang sangat tajam ditunjukkan pada kelompok yang diberi esktrak air daun T. diversifolia dengan konsentrasi 50,0 mg/mL. Presentase T. evansi yang masih hidup hanya berkisar 10% pada pengamatan menit ke 10. Analisis statistik terhadap kematian T. evansi menunjukkan bahwa kelompok yang diberi ekstrak air daun T. diversifolia pada konsentrasi 50,0 mg/mL (P III) tidak berbeda nyata dengan kelompok kontrol positif yang diterapi dengan cymelarsan ® (P IV) (p>0,05, Tabel 1). Kondisi ini juga menegaskan hasil uji kualitatif bahwa ekstrak air daun T. diversifolia mempunyai aktivitas antitrypanosoma terhadap T. evansi secara in vitro. Persentase penurunan daya tahan hidup parasit pasca pemberian ekstrak air daun annua menunjukkan pola yang berbeda dibandingkan dengan ekstrak air daun T. diversifolia. Kelompok yang diberi ekstrak air daun annua dengan konsentrasi 12,5 mg/mL, penurunan daya tahan hidup T. evansi pertama kali terlihat pada menit ke 50, yaitu menyebabkan kematian 55% pada akhir waktu pengamatan (Gambar 2B). Keadaan yang sama juga ditunjukkan pada kelompok konsentrasi 25,0 mg/mL (P II), tetapi penurunan daya tahan
Waktu pengamatan (menit) (A) T. diversifolia Gambar 2.
Waktu pengamatan (menit) (B) A. annua
Persentase daya tahan hidup T. evansi pasca pemberian ekstrak air daun T. diversifolia (A) dan A. annua (B) dalam berbagai konsentrasi selama 1 jam
397
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2013
hidup yang terjadi pada akhir waktu pengamatan lebih tajam, yaitu hanya tersisa sekitar 8%. Adapun pada kelompok konsentrasi 50,0 mg/mL (PIII), penurunan yang nyata terjadi pada menit ke 50 hingga mencapai 6% dan 5% parasit yang masih hidup sampai akhir waktu pengamatan. Analisis statistik terhadap jumlah kematian parasit menunjukkan bahwa kelompok yang diberi cymelarsan® (PIV) pada menit ke 10 tidak berbeda nyata kelompok P II dan P III, masingmasing pada menit ke 60 dan 50 (p>0,05, Tabel 2). Analisis tersebut sesuai dengan hasil pengamatan secara kualitatif yang mengindikasikan bahwa aktifitas antrypanosoma ekstrak air daun A. annua terhadap T. evansi kurang efektif. Potensi daun A. annua yang mengandung senyawa artemisin (golongan terpenoid
seskuiterpen lakton endoperoksida) sebagai anti protozoa pernah dilaporkan mampu membunuh Plasmodium falciparum (Aryanti et al. 2006). Senyawa ini mempunyai efek sebagai antimalaria, terutama untuk menanggulangi Plasmodium sp yang telah resisten terhadap klorokuin dan kuinin (Bhakuni et al. 2001). Disamping itu, ekstrak air tanaman ini juga dilaporkan mampu membunuh larva nyamuk Culex pipens dan nematode Meloidagyne incognita (Aryanti et al. 2006). Pereira et al. (1997) juga berhasil mengidentifikasi senyawa seskuterpen lakton dan turunannya dari tanaman T. diversifolia. Daun T. diversifolia juga dilaporkan mempunyai aktivitas antiprotoza oleh Goffin et al. (2002) dan De A Silvia et al. (2011), yang menyatakan bahwa esktrak tanaman ini mampu membunuh beberapa strain P. falciparum
Tabel 1. Nilai rata-rata (transformasi √n+0,5) dan simpangan kesalahan (SE) kematianT. evansi pasca pemberian ekstrak air daun T. diversifolia (T. diversifolia) dalam berbagai konsentrasi pada pengamatan setiap 10 menit selama 1 jam. Rataan kematian T.evansi SE pada menit ke-n
Perlakuan
10
20
30
40
50
60
P0
0,7 0,00
0,71 0,00
0,71 0,00
0,71 0,00
PI
0,71 0,00
0,71 0,00
3,51 0,40
4,42 0,06
4,53 ±0,00
4,53a±0,00
PII
0,71c0,00
3,73b0,30
4,46a
4,53a0,00
4,53a±0,00
4,53a±0,00
PIII
4,27a0,10
4,53a±0,00
4,53a±0,00
4,53a±0,00
4,53a0,00
4,53a0,00
PIV
4,53a±0,00
4,53a±0,00
4,53a±0,00
4,53a±0,00
4,53a±0,00
4,53a±0,00
c
c
c
c
c
b
c a
c
0,71 0,00
0,71c0,00
a
Superskrip a, b, dan c pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata(P<0,05) Tabel 2. Nilai rata-rata (transformasi √n+0,5) dan simpangan kesalahan (SE) kematian T. evansi pasca pemberian ekstrak air daun A. annua dalam berbagai konsentrasi pada pengamatansetiap 10 menit selama 1 jam. Perlakuan
Rataan kematian T. evansiSE pada menit ke-n 10
20
30
40
50
60
P0
0,71 0,00
0,71 0,00
0,71 0,00
0,71 0,00
0,71 0,00
0,71c0,00
PI
0,71c0,00
0,71c0,00
0,71c0,00
0,71c0,00
0,71c 0,00
3,38b0,14
PII
0,71c0,00
0,71c0,00
0,71c0,00
0,71c0,00
0,71c0,00
4,34a0,09
PIII
0,71c0,00
0,71c0,00
0,71c0,00
0,71a 0,00
4,39a0,14
4,41a0,12
PIV
c
a
4,53 ±0,00
c
a
4,53 ±0,00
c
a
4,53 ±0,00
c
a
4,53 ±0,00
c
a
4,53 ±0,00
Superskrip a, b, dan c pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05)
398
4,53a±0,00
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2013
dengan IC50 antara 2,16 - 4,36 g/mL. Lebih lanjut, Goffin et al. (2002) menyebutkan bahwa senyawa seskueterpen lakton tagitinin C bertanggung jawab terhadap aktivitas antiprotozoal ini. Studi yang lain juga membuktikan bahwa ekstrak air dan methanol daun T. diversifolia mempunya akitivitas antimalaria dan repellen untuk nyamuk Anopheles gambiae, Aedes aegypti dan Culex quinquefasciatus (Oyewole et al. 2008). Potensinya sebagai antitrypanosoma terhadap T. brucei brucei telah dibuktikan oleh Olukunle et al. (2010) dalam studi in vivo yang menyimpulkan bahwa pemberian ekstrak air daun T. diversifolia selama 7 hari berturut-turut pada dosis 400 mg/kg BB mampu menurunkan tingkat parasitemia dalam darah tikus putih setelah hari ke tiga pasca pemberian. Ekstrak daun A. annua mengandung senyawa seskuiterpen, misalnya artemisin (arteanuin A), arteanuin B, artemisiten dan asam artemisinat (Ferreira dan Janick, 2009). Kandungan artemisin dalam A. annua L bervariasi, yaitu 0,1-0,8% tergantung pada kondisi geografis dimana tanaman tersebut tumbuh (Khumar et al. 2004). Senyawa seskuiterpen lakton dilaporkan mampu mempengaruhi mekanisme transpor elektron dalam mitokondria sehingga terbentuk radikal bebas, menon-aktifkan mitokondria dan akhirnya menyebabkan kematian (Bhakuni et al. 2001; Cui dan Su 2009). Laporan lain menyebutkan bahwa artemesin dapat menyebabkan kerusakan membrane, mengoksidasi protein dan lemak serta menghambat sintesis asam nukleat pada parasite (Graz et al. 2011). Akibat gangunggan mekanisme ini, parasit tidak mampu memperbanyak diri. Berdasarkan hasil-hasil diatas membuktikan bahwa pemberian ekstrak air kedua tersebut tanaman mampu menyebabkan penurunan daya motilitas dan daya tahan hidup T. evansi dengan pola yang berbeda. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak air daun yang diberikan maka penurunan daya motilitas dan daya tahan hidup T. evansi semakin cepat terjadi.
secara in vitro pada konsentrasi 50,0 mg/mL yang mampu membunuh 100% parasit pada menit ke 10. Adapun ekstrak air daun A. annua pada konsentrasi yang sama memiliki aktifitas yang lebih rendah, yaitu membunuh 92% parasit pada menit ke 50. Hasil uji in vitro ini perlu dilanjutkan ke tahap uji in vivo termasuk uji toksisitas sehingga dapat diketahui potensinya sebagai obat surra pada ternak.
KESIMPULAN
Davison HC, Thrusfield MV, Husein A, Muharsini, S, Partoutomo S, Rae P, Luckins AG. 2000. The occurrence of Trypanosoma evansi in buffaloes in Indonesia, estimated using
Ekstrak air daun T. diversifolia mempunyai aktifitas antitrypanosoma terhadap T. evansi
UCAPAN TERIMA KASIH Kegiatan penelitian ini mendapat biaya dari APBN Tahun Anggaran 2011.Ucapan terima kasih disampaikan kepada Eko Setyo Purwanto, Farlin Nefho dan Edi Satria yang membantu dalam pelaksanaan penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Abdel-Rady A. 2008. Epidemiological studies (parasitological, serological and molecular techniques) of Trypanosoma evansi infection in camels (Camelus dromedarius) in Egypt. Vet World. 1:325-328. Adeiza AA, Muhammed A, Mamman M. 2010. Comparative in vivo evaluation of the trypanocidal activities of aqueous leaf, stembark and root extracts of Khaya senegalensis on Trypanosoma evansi. J Medic Plants Res. 4:1770-1777. Al Mohammed HI. 2008. Comparative in vivo activities of Diaminazene, Suramine, Qunapyramine and Homidium Bromide on Trypanosoma evansi infection in mice. Sci J King Faisal University. 9:139-146. Aryanti ETM, Prinadi KI, Dewi RM. 2006. Uji daya antimalarial Artemesia spp. terhadap Plasmodium falciparum. Majalah Farmasi Indonesia. 17:81-84. Bhakuni RS, Jain DC, Sharma RP, KUMAR S. 2001. Secondary metabolites of Artemesia annua and their biological activity. Current Sci. 80:35-48. Cui L, Su X. 2009. Discovery, mechanisms of action and combination therapy of artemesin. Expert Review of Anti Infective Therapy. 7:9991013.
399
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2013
various diagnostic tests. Epidemiol Infect. 124:163-172. de A Silva JR, de S Ramos A, Machado M, de Moura DF, Neto Z, Canto-Cavalheiro MM, Figuriredo P, do Rosario VE, Amaral ACF, Lopes D. 2011. A review of antimalarial plants used in traditional medicine in communitis in Portuguese-Speaking countries: Barzil, Mozambique, Cape Verde, Guinea-Bissau, Sao Tome and Principe and Angola. Mem Inst Oswaldo Cruz, Rio de Janeiro, 106 (Suppl. I): 142-158 Ferreira J, Janick J. 2009. Annual wormwood (Artemesia annua L). www.hort.purdue.edu/newcrop/cropfactsheets/ artemesia.pdf. Diunduh 11 Mei 2013. Graz B, Kitua AY, Malebo HM. 2011. To what extent can traditional medicine contribute a complementary or alternative solution to malaria control programme?. Malaria J. 10:1-7. Goffin E, ZiemonS E, De Mol P, de Madureira Mdo, Mdo C, Martins AP, da Chunha AP, Philippe G, Tits A, Angenot L, Frederich M. 2002. In vitro antiplasmodial activity of Tithonia diversifolia and identification of its main active constituent: Taginin C Planta Medica. 68:543-545. Joshi PP, Shegokar VR, Powar RM, Herdder S, Katti R, Salkar H, Dani, VS, Bhargava A, Janning J, Truc, P. 2005. Human Trypanosomiasis caused by Trypanosoma evansi in India: The first case report. Am J Trop Med Hyg. 73:491495 Khumar S, Gupta SK, Singh P, Bajpaj P, Gupta MM, Singh D, Gupta AK, Ram G, Shasany AK, Sharma S. 2004. High yields of artemesinin by multi harvest of Artemesia annua crops. Industrial Crops and Products. 19:77-90. Mastra IK. 2011. Seroprevalensi Trypanosomiasi di Pula Sumbawa, Propinsi Nusa Tenggara Barat. Bulletin Veteriner. 23:31-138. Njiru ZK, Constantine CC, Ndung’u JM, Robertson I, Okaye S, Thomson RCA, REID SA. 2004. Detection of Trypanosoma evansi in camels using PCR and CATT/T evansi test in Kenya. Veterinary Parasitologi. 124:187-199.
400
Nurulaini R, Jamnah O, Khadijah S, Rafiah 2007. Mortality of attributed to surra. 24:67-70.
Adnan M, Zaini CM, A, Chandrawathani P. domesticated java deer Tropical Biomedicine.
Nurulanini R, Premaalatha B, Zaini CM, Adnan M, Chandrawathani P, FAZLY AA, Aryanti E, Ramlan, M. 2013. Trypanosomiasis outbreak in deer, cattle, buffaloes and pigs in Perak. Malaysian J Veterinary Res. 4:55-58. Ogwang PE, Ogwal JO, Kasasa S, Ejobi F. 2011. Use of Artemesia annua L. infusion for malaria prevention: mode of action and benefits in a Ugandan community. Bri J Pharma Res. 1:124-132. Omanwar S, RAO JR, BasagoudanavaR SH, Singh RK, Butchaiah G. 1999. Direct and sensitive detection of Trypanosoma evansi by polymerase chain reaction. Acta Vet Hung. 47:351-359. Olukunle JO, Abatan MO, Soniran OT, Takeet MI, Idowu OA, Akande FA, Biobaku KT, Jacobs EB. 2010. In vivo antitrypanosomal evaluation of some medicinal plant extracts from Ogun State. Nigeria Sci World J. 5:17-19. Oyewole IO, Ibidapo CA, Moronkola DO, Oduola AO, Adeoye GO, Anyasor GN, OBANSA JA. 2008. Anti-malarial and repellent activities of Tithonia diversifolia (Hemsl.) leaf extracts. J Medic Plants Res. 2:171-175 Payne RC, Sukanto IP, Bazeley K, Jones TW. 1993. The effect of Trypanosoma evansi infection on the oestrous cycle of Friesian Holstein heifers. Vet Parasitol. 51:1-11. Pereira PS, Dias DA, Vichnewski W, Nasi AMTT, HERZ W. 1997. Sesquiterpene lactones from Brazilian Tithonia diversifolia. Phtyochemistry. 45:1445-1448. Ravindran R, Raol JR, Mishra AK, Pathak KML, Babu N, Satheesh CC, Rahul S. 2008. Trypanosoma evansi in camels, donkeys and dogs in India: comparison of PCR and light microscopy for detection-short communication. Vet Arch. 78:89-94.