Jurnal Biosains Vo. 1 No. 2 Agustus 2015
ISSN 2443-`1230 (print) ISSN 2460-6804 (online)
UJI ANTIHIPERGLIKEMIA EKSTRAK ETANOL DAUN KEMBANG BULAN (Tithonia diversifolia) PADA MENCIT (Mus musculus) YANG DIINDUKSI DIABETES DENGAN ALOKSAN Ronald Pasaribu1, Salomo Hutahaean2, dan Syafruddin Ilyas3 1Mahasiswa
Departemen Biologi FMIPA Universitas Sumatera Utara Pengajar Departemen Biologi FMIPA Universitas Sumatera Utara 3Staff Pengajar Departemen Biologi FMIPA Universitas Sumatera Utara 2Staff
E-mail :
[email protected]
Abstrak Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui aktifitas antihiperglikemia ekstrak etanol daun kembang bulan (Tithonia diversifolia) pada mencit yang diinduksi diabetes dengan aloksan. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap, 6 kelompok perlakuan dengan masing-masing 5 ulangan. Mencit KP, P1, P2, P3 dan P4 dipuasakan selama 16 jam kemudian diinjeksikan 5.04 mg aloksan secara intraperitoneal. Pada hari ke-4 pasca induksi, KP, P1, P2, P3 dan P4 positif diabetes. P1, P2 dan P3 diberi perlakuan 14; 42 dan 70 mg/Kg BB ekstrak etanol kembang bulan sedangkan P4 diberi 0,9 mg/Kg BB glibenklamid selama 12 hari. Hasil penelitian menunjukkan semua perlakuan dosis tidak berpengaruh nyata terhadap berat badan mencit diabetes (P>0,05). P1 dengan dosis 14mg/Kg BB mampu menurunkan kadar gula darah (P<0,05). Ekstrak etanol dengan dosis 14 mg/Kg BB (P1) berpengaruh terhadap penurunan jumlah sel raksasa limpa. Dapat disimpulkan ekstrak etanol kembang bulan mampu menurunkan KGD dan berpengaruh terhadap gambaran mikrostruktur limpa mencit yang diinduksi diabetes dengan aloksan.
Kata kunci: Aloksan, ekstrak etanol, Tithonia diversifolia, Kadar Glukosa Darah,
Test Antihyperglycemia Ethanol Leaf Extract Kembang Bulan ( Tithonia diversifolia) in Mice ( Mus musculus ) The Induced Diabetes With alloxan Abstract A research was conducted to invenstigate antihyperglycemic activity ethanol extract of leaf kembang bulan (Tithonia diversifolia) in mice with alloxan induced diabetes. The experiment used completely randomized design, 6 treatment groups with 5 replicates each. KP mice, P1, P2, P3 and P4 fasted for 16 hours and then injected intraperitoneally alloxan 5.04 mg. On day 4 post induction, KP, P1, P2, P3 and P4 positive diabetes. P1, P2 and P3 were treated 14; 42 and 70 mg/Kg of ethanol extract of kembang bulan while P4 were 0.9 mg/Kg glibenclamide for 12 days. The results showed that all treatment doses did not significantly affect body weight of diabetic mice (P>0.05). P1 obtained with a dose of 14 mg/Kg body weight is able to decrease blood glucose levels (P<0,05). The ethanol extract at a dose of 14 mg/Kg body weight effect on decreasing the number of giant cells of the spleen. It can be concluded ethanol extract of kembang bulan can lower blood glucose levels and effect the microstructure spleen of mice with alloxan induced diabetes. Keywords : Alloxan , Ethanol Extract , Tithonia diversifolia , Blood Glucose Levels.
36
Jurnal Biosains Vo. 1 No. 2 Agustus 2015
ISSN 2443-`1230 (print) ISSN 2460-6804 (online)
Pendahuluan Kembang bulan merupakan salah satu tumbuhan yang digunakan masyarakat dalam mengatasi diabetes melitus, rebusan daun kembang bulan dipercaya berkhasiat dalam mengobati diabetes melitus (Wijayakesuma, 1997). Penelitian telah banyak dilakukan pada tumbuhan kembang bulan. Miura (2005), melaporkan pengaruh ekstrak kembang bulan terhadap penurunan kadar gula darah pada mencit yang diinduksi diabetes dengan aloksan. Owoyele (2004), melaporkan aktifitas antiinflamasi dan analgesic kembang bulan, Elofioye (2004) tentang aktifitas antimalarial ekstrak kembang bulan pada mencit secara in vivo. Berdasarkan latar belakang di atas diperlukan penelitian mengenai pengaruh ekstrak etanol daun kembang bulan terhadap berat badan, uji anti hiperglikemia dan gambaran mikrostruktur limpa pada mencit yang diinduksi diabetes dengan aloksan.
ulangan perkelompok, maka jumlah 𝑛𝑛 yang di harapkan (teoriditis) adalah 5. Sehingga jumlah hewan uji untuk penelitian berjumlah 30 ekor.
Pelaksanaan Penelitian Persiapan dan Pembuatan Mencit DM Mencit dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kontrol mencit normal (tidak diabetes) dan kelompok mencit diabetes. Pembuatan menjadi diabetes, tikus diinduksi aloksan sebanyak 180 mg/Kg BB dengan volume pemberian 0,1 ml/ 10 g BB (Etuk, 2010). Berdasarkan angka konversi, maka untuk membuat diabetes pada mencit, diinduksi aloksan 5,04 mg yang dilarutkan dalam 1 ml NaCl dan diberikan secara intraperitoneal dengan satu kali pemberian. Sebelum pemberian aloksan, mencit dipuasakan selama 16 jam (Etuk, 2010).
Bahan dan Metode Persiapan Alat dan Bahan Bahan penelitian adalah mencit jantan (Mus musculus L.) Strain Swiss Webster, daun kembang bulan, aloksan, dan CMC. Alat yang digunakan adalah Glukometer (EasyTouch® GCU), EasyTouch® blood glucose test strip, hemolet.
Ekstraksi Kembang Bulan Pengambilan sampel daun kembang bulan dilakukan secara purposive tanpa membandingkan dengan tumbuhan serupa di daerah lain. Daun kembang bulan yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Sidikalang Kab. Dairi. Daun kembang bulan dicuci dengan air dan dikering anginkan, kemudian dihaluskan dan diayak sampai diperoleh serbuk kering. Serbuk kering daun kembang bulan dimaserasi dengan etanol 70% selama 2 hari, selama perendaman dilakukan pengadukan beberapa kali, kemudian simplisia disaring dengan menggunakan kertas saring. Perendaman simplisia dilakukan sebanyak 2 kali, sampai diperoleh filtrat yang jernih. Kemudian filtrat yang diperoleh dipisahkan dengan rotavapor sehingga diperoleh ekstrak yang kental. Ekstrak kental yang telah di rotary evaporator ditempatkan di dalam beaker gelas dan ditutup dengan alumunium foil lalu disimpan dalam freezer untuk mencegah kerusakan ekstrak. Pelarut yang digunakan yaitu karboksil metal selulosa (CMC) dengan konsentrasi 0,5% sehingga dihasilkan ekstrak yang diinginkan.
Pemeliharaan Hewan Penelitian Penelitian menggunakan mencit (Mus musculus L.) Strain Swiss Webster, jenis kelamin jantan yang sehat, umur mencit ± 3 bulan, belum pernah digunakan untuk percobaan lain dan mempunyai berat badan antara 25 – 35 g. Mencit ditempatkan di dalam kandang yang terbuat dari bahan plastik ukuran (30x20x10 cm) yang ditutup dengan kawat kasa. Dasar kandang dilapisi dengan sekam padi setebal 0,5-1 cm dan diganti setiap tiga hari. Cahaya ruangan, suhu dan kelembaban ruangan dikondisikan pada kisaran alamiah. Pakan dan air minum disuplai setiap hari secara berlebihan. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan lima perlakuan dan lima kali ulangan. Jumlah hewan uji perkelompok ditentukan dengan rumus : (𝑡𝑡 − 1)(𝑛𝑛 − 1) ≥ 15 𝑡𝑡 adalah perlakuan (dalam penelitian 6 kelompok perlakuan), dan 𝑛𝑛 adalah jumlah
37
Pemberian Perlakuan dan Pemeliharaan Hewan Uji Mencit yang diabetes kemudian diberi ekstrak daun kembang bulan untuk menurunkan kadar
Jurnal Biosains Vo. 1 No. 2 Agustus 2015
ISSN 2443-`1230 (print) ISSN 2460-6804 (online)
gula darah. Kelompok mencit diabetes (MD) yang terdiri atas kontrol positif (KP), P1, P2, P3 dan P4. Kontrol positif (KP) diberikan aloksan 5,04 mg/kg BB dengan satu kali pemberian (Etuk, 2010). Sedangkan perlakuan kelompok P1, P2, P3, P4 diberikan ekstrak etanol daun kembang bulan dengan dosis yang berbeda yaitu: 14 mg/kg BB (P1), 42 mg/kg BB (P2), 70 mg/kgBB (P3) dan Glibenklamid dengan dosis 0,9 mg/kg BB (P4) yang diberi perlakuan secara oral dengan pencekokan 1 kali sehari selama 12 hari dengan volume pemberian 0,1 ml/ 10 g BB.
Gambar 1. Berat badan pada hari ke-4. Keterangan; KN = Kontrol Negatif (tanpa induksi aloksan); MD = Kelompok Mencit Diabetes (induksi aloksan, tanpa perlakuan ekstrak etanol daun kembang bulan).
Induksi aloksan bertujuan untuk mengkondisikan mencit dalam keadaan eksperimental diabetes dengan metode perusakan struktur pankreas. Kondisi eksperimental diabetes akan mengakibatkan mencit normal menjadi mencit penderita diabetes dengan ditandai salah satu ciri diagnosa klinis terjadi penurunan berat badan. Dari hasil analisis statistik data rata-rata berat badan kelompok mencit diabetes (MD), induksi aloksan tidak berpengaruh terhadap penurunan berat badan. Hal ini diduga karena durasi waktu penelitian belum mencukupi masa waktu reaksi akut aloksan pada mencit diabetes sehingga belum terjadi atau belum maksimal reaksi metabolisme lemak dan protein sebagai jalur metabolisme alternatif apabila asupan suplai glukosa tidak memadai sebagai dampak rusaknya struktur pankreas karena terpapar aloksan. Menurut Mistra (2004), parameter berat badan relatif tidak sama pada tiap diagnosa diabetes melitus, jika gula darah melewati ambang normal maka akan terlihat gejala-gejala berat badan menurun atau kadang berat badan cenderung bertambah.
Pengukuran Berat Badan Pengukuran berat badan dilakukan dengan menggunakan timbangan digital merck Camry pada hari ke-1, ke-4 dan hari ke-16 untuk melihat perubahan yang terjadi pada berat badan mencit ada masing-masing perlakuan sebelum dan sudah diberi perlakuan. Pengukuran Kadar Gula Darah Mencit Pengukuran kadar gula darah mencit dilakukan pada hari ke-1 (kadar gula darah puasa 16 jam), ke-4 (kadar gula darah diabetes setelah induksi aloksan) dan hari ke-16 (kadar gula darah pemulihan setelah pemberian ekstrak etanol daun kembang bulan dan Glibenklamid. Pengambilan darah dilakukan pada pembuluh darah ekor hewan coba.
Pengamatan Mikrostruktur Limpa Pengamatan preparat mikrostruktur limpa diamati di bawah mikroskop cahaya untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada limpa dilakukan melalui penghitungan jumlah sel raksasa pada lima luas bidang pandang yang berbeda.
Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Daun Kembang Bulan dan Glibenklamid Terhadap Rata-rata Berat Badan Hari ke 16 Pasca induksi diabetes dengan aloksan, maka kelompok mencit diabetes diberikan perlakuan pemberian ekstrak etanol daun kembang bulan dengan dosis bertingkat P1 dengan dosis 14 mg/Kg BB, P2 dengan dosis 42 mg/Kg BB, dan P3 dengan dosis 70 mg/Kg BB serta P4 dengan pemberian glibenklamid dosis 0,9 mg/Kg BB. Pengaruh pemberian tersebut dapat dilihat jelas pada Gambar 2.
Analisis Statistik Data dianalisis dengan ANOVA dan uji lanjut Bonferroni dengan tingkat signifikansi 5%.
Hasil dan Pembahasan Pengaruh Pemberian Induksi Aloksan Terhadap Rata-rata Berat Badan Pada Hari ke-4 Pengaruh induksi aloksan secara intraperitoneal terhadap rata-rata berat badan mencit normal (KN) tidak berbeda nyata terhadap rata-rata berat badan mencit diabetes (MD). Pengaruh pemberian aloksan tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.
38
Jurnal Biosains Vo. 1 No. 2 Agustus 2015
ISSN 2443-`1230 (print) ISSN 2460-6804 (online)
berpengaruh ekstrak etanol daun kembang bulan dan glibenklamid terhadap peningkatan berat badan mencit yang diinduksi diabetes dengan aloksan.
Pengaruh Ekstrak Etanol Daun Kembang Bulan (Tithonia diversifolia) Terhadap Kadar Gula Darah (KGD) Mencit Yang Diinduksi Diabetes dengan Aloksan
Gambar 2. Berat badan pada hari ke-16. Keterangan; KN = Kontrol Negatif (Kontrol Normal); KP = Kontrol Positif (Kontrol DM); P1 = Diabetes + ekstrak etanol daun kembang bulan 14 mg/Kg BB; P2 = Diabetes + ekstrak etanol daun kembang bulan 42 mg/Kg BB; P3 = Diabetes + ekstrak etanol daun kembang bulan 70 mg/Kg BB; P4 = Glibenklamid 0,9 mg/Kg BB.
Hasil analisis statistik data rata-rata berat badan mencit, kelompok mencit perlakuan yang diberikan ekstrak etanol daun kembang bulan dengan dosis bertingkat (P1, P2 dan P3) serta pemberian glibenklamid (P4) tidak berpengaruh terhadap peningkatan berat badan mencit perlakuan jika dibandingkan dengan kelompok mencit kontrol positif (KP). Faktor penyebab tidak berpengaruhnya ekstrak etanol daun kembang bulan dan glibenklamid terhadap peningkatan berat badan mencit diduga karena masa waktu reaksi induksi aloksan secara intraperitoneal belum mengakibatkan efek reaksi yang akut sehingga metabolisme lemak dan protein sebagai jalur metabolisme alternatif pengganti asupan glukosa dari darah belum maksimal. Menurut Suharmiati (2003), apabila mencit diinduksi diabetes dengan aloksan, maka akan mengakibatkan mencit dalam kondisi diabetes. Kondisi diabetes bisa ditandai dengan adanya penurunan berat badan akibat rusaknya struktur pankreas oleh radikal bebas dan radikal aloksan sehingga sekresi insulin terganggu (Szkudelski, 2001). Terganggunya sekresi insulin ini berdampak pada penumpukan gula didalam darah karena gula tidak bias memasuki organ-organ dan sel-sel target untuk memasuki tahapan metabolisme, akibat kekurangan suplai gula, maka tubuh akan melakukan metabolisme dalam jumlah besar sehingga tubuh akan kehilangan cadangan lemak dan protein yang berdampak pada penurunan berat badan. Kurangnya waktu reaksi akut aloksan pasca induksi diduga kuat menjadi penyebab tidak
Kadar Gula Darah (KGD) Hari Ke-1 Setelah Puasa Pada hari ke-1 mencit diabetes (MD) dikondisikan puasa selama 16 jam, pada tahapan ini belum diberikan perlakuan aloksan, ekstrak etanol daun kembang bulan ataupun glibenklamid. Sedangkan KN tidak dikondisikan puasa dan diberi makanan secara ad libitum. Dari hasil analisis statistik menunjukkan ada perbedaan yang nyata pada KGD mencit yang dipuasakan dibandingkan dengan mencit yang tidak dipuasakan (P<0,05). Hasil pengamatan terhadap rata-rata KGD, mencit puasa mengalami penurunan KGD yang signifikan dibandingkan dengan mencit yang tidak dipuasakan (KN), analisis data dapat dilihat pada Gambar 3. Rata-rata kadar gula darah (KGD) menunjukkan ada perbedaan yang nyata antara penurunan KGD mencit tidak puasa (KN) dengan mencit puasa (MD), hal ini disebabkan karena KN (128,8) mendapat perlakuan tidak puasa dan diberikan makanan secara ad libitum sehingga kadar gula darahnya normal. Perlakuan tidak puasa dengan makanan secara ad libitum mengakibatkan asupan glukosa kedalam darah dari hasil pencernaan dan metabolisme pakan menjaga tingkat kadar glukosa darah, sedangkan perlakuan puasa, tidak mendapatkan asupan makanan sehingga mengakibatkan terpotongnya jalur asupan glukosa dari sistem pencernaan kedalam darah. Terpotongnya jalur suplai glukosa dari sistem pencernaan berdampak langsung pada penurunan kadar glukosa darah.
39
Jurnal Biosains Vo. 1 No. 2 Agustus 2015
ISSN 2443-`1230 (print) ISSN 2460-6804 (online)
intraperitoneal berdampak pada rusaknya substansi esensial sel beta pankreas yaitu berkurangnya granula-granula insulin didalam sel beta pankreas. Rusaknya sel beta pankreas akan mengakibatkan berkurangnya insulin yang berperan sebagai sentral pengaturan kadar glukosa darah. Lebih lanjut, menurut Suharmiati (2003), induksi aloksan dalam rentang waktu 2-3 hari sesudah induksi akan mengakibatkan hiperglikemia atau peningkatan kadar glukosa diatas kadar normal ≥ 200 mg/dl.
Gambar 3. Kadar gula darah mencit pada hari ke-1. Keterangan; KN = Kontrol Negatif (tanpa puasa); MD = Mencit Diabetes
Kadar Gula Darah Diabetes Hari Ke-4 Setelah Induksi Aloksan Pengaruh induksi aloksan terhadap rata-rata kadar gula darah mencit normal (KN) berbeda nyata dengan kadar gula darah mencit diabetes (P<0,05).
Kadar Gula Darah Hari Ke-16 Setelah Pemberian Ekstrak Etanol Daun Kembang Bulan dan Glibenklamid Pasca induksi diabetes dengan aloksan secara intraperitoneal, mencit diabetes diberi perlakuan ekstrak etanol daun kembang bulan dengan 3 dosis bertingkat P1 (14 mg/Kg BB), P2 (42 mg/Kg BB) dan P3 (70 mg/Kg BB) serta P4 (glibenklamid 0,9 mg/Kg BB) selama 12 hari masa pemberian secara oral. Hasil pengamatan terhadap rata-rata kadar gula darah (KGD) mencit pada hari ke-16 dimana pemberian ekstrak etanol daun kembang bulan menyebabkan penurunan KGD pada P1, P2, P3, dan P4 jika dibandingkan dengan kontrol positif (KP). Penurunan KGD pada P1 (150,8 mg/dl) berbeda nyata dengan penurunan KGD pada KP (261,4 mg/dl) (P<0,05). Akan tetapi dosis P1 lebih mampu menurunkan KGD pada mencit jika dibandingkan dengan dosis P2 (162.6 mg/dl), dan P3 (177.4 mg/dl). Dari hasil analisis statistik menunjukkan adanya perbedaan yang nyata KGD kontrol positif (KP) jika dibandingkan dengan KGD mencit normal (KN) dan jika dibandingkan KGD P1, P2, P3, dan P4 dengan KGD kontrol positif (KP) berbeda nyata terhadap penurunan kadar gula darah. Dan jika dibandingkan KGD P1 dengan P4 (198.4) berbeda nyata dalam penurunan kadar gula darah, hal ini berarti P1 lebih berpengaruh dalam menurunkan kadar gula darah dibandingkan P4. Jika dibandingkan KGD P1, dan P2 dengan KGD mencit normal (KN) berbeda nyata dalam penurunan KGD.
Gambar 4. Kadar gula darah mencit pada hari ke-4. Keterangan; KN = Kontrol Negatif (tanpa penginduksian aloksan atau KGD Normal); MD = Kelompok Mencit Diabetes
Induksi diabetes dengan aloksan pada kelompok mencit diabetes (MD) dilakukan setelah mencit dikondisikan puasa selama 16 jam. Induksi dengan aloksan secara intraperitoneal bertujuan untuk mengkondisikan mencit menderita diabetes, pada tahapan ini mencit diabetes (MD) belum diberikan perlakuan pemberian ekstrak etanol daun kembang bulan ataupun glibenklamid. Hasil pengamatan terhadap rata-rata kadar gula darah mencit pada hari ke-4, mencit yang sudah diinduksi diabetes dengan aloksan secara intraperitoneal menyebabkan terjadinya peningkatan kadar gula darah mencit diabetes (MD) jika dibandingkan dengan KN (tidak diinduksi diabetes dengan aloksan). Peningkatan kadar gula darah mencit diabetes (MD) tersebut dikarenakan oleh penginduksian aloksan yang diberikan pada mencit. Menurut Szkudelski (2001), induksi aloksan secara
40
Jurnal Biosains Vo. 1 No. 2 Agustus 2015
ISSN 2443-`1230 (print) ISSN 2460-6804 (online)
kelenjar pankreas. Sifat perangsangan ini berbeda dengan perangsangan oleh glukosa karena pada saat glukosa gagal merangsang sekresi insulin (kondisi hiperglikemia), senyawa-senyawa obat ini masih mampu meningkatkan sekresi insulin (Ganiswara, 1995). Pengaruh Ekstrak Etanol Daun Kembang Bulan (Tithonia diversifolia) Terhadap Gambaran Mikrostruktur Limpa Mencit Yang Diinduksi Diabetes dengan Aloksan Pasca induksi diabetes dengan aloksan, maka diberikan perlakuan pemberian ekstrak etanol daun kembang bulan dengan dosis bertingkat selama 12 hari untuk mengetahui perngaruh pemberian perlakuan terhadap gambaran mikrostruktur limpa.
Gambar 5. Kadar gula darah mencit pada hari ke-16. Keterangan; KN = Kontrol Negatif (Kontrol Normal); KP = Kontrol Positif (Kontrol DM); P1 = Diabetes + ekstrak etanol daun kembang bulan 14 mg/Kg BB; P2 = Diabetes + ekstrak etanol daun kembang bulan 42 mg/Kg BB; P3 = Diabetes + ekstrak etanol daun kembang bulan 70 mg/Kg BB; Glibenklamid = 0,9 mg/kg BB.
Penurunan KGD ini diduga karena adanya senyawa aktif polifenol pada kembang bulan yang berikatan dengan radikal hidroksil dan radikal aloksan terpapar pada sel beta pankreas sehingga jumlah radikal bebas penyebab diabetes melitus pada mencit berkurang, sebagai akibatnya terjadi peningkatan sekresi insulin dari sel beta pankreas yang akhirnya berdampak pada penurunan KGD mencit. Menurut Thongsom et al., (2013), kembang bulan berpengaruh nyata terhadap KGD mencit yang diinduksi dibetes dengan aloksan. Penurunan KGD disebabkan senyawa polifenol kembang bulan yang berfungsi meningkatkan sekresi insulin dari sel beta pankreas dengan cara mengurangi kadar radikal bebas aloksan. Kembang bulan mengandung senyawa aktif polifenol yang berperan sebagai antioksidan, penetral efek diabetogenik senyawa aloksan dengan menghambat reaksi oksidasi melalui mekanisme penangkapan radikal (radical scavenging) dengan cara menyumbangkan satu elektron pada elektron yang tidak berpasangan dalam radikal bebas sehingga banyaknya radikal bebas menjadi berkurang. Miura (2005) melaporkan efek antidiabetik Nitobegiku (bahasa Jepang) atau kembang bulan, mencit diabetes yang diberikan perlakuan ekstrak daun kembang bulan menunjukkan penurunan KGD yang signifikan. Penurunan KGD dengan pemberian Glibenklamid berbeda nyata dengan KP disebabkan karena Glibenklamid merupakan obat oral hipoglikemik golongan sulfonilurea yang berfungsi merangsang sekresi insulin di
Gambar 6. Gambaran mikrostruktur limpa mencit (Mus musculus L.). SR = Sel Raksasa; pewarnaan Gomori, perbesaran 400x. Ket ;KN = Kontrol Negatif (Kontrol Normal); KP = Kontrol Positif (Kontrol DM); P1 = Diabetes + ekstrak etanol daun kembang bulan 14 mg/Kg BB; P2 = Diabetes + ekstrak etanol daun kembang bulan 42 mg/Kg BB; P3 = Diabetes + ekstrak etanol daun kembang bulan 70 mg/Kg BB; Glibenklamid = 0,9 mg/Kg BB.
41
Dari hasil pengamatan yang dilakukan pada sediaan limpa, mencit yang diinduksi diabetes dengan aloksan mengalami perubahan mikrostruktur dibandingkan dengan mencit KN (mencit tanpa perlakuan aloksan). Secara umum perubahan yang terjadi adalah terjadinya pembengkakan pada mikrostruktur limpa yang berakibat pada terbentuknya sel raksasa. Diduga perubahan struktur ini sebagai
Jurnal Biosains Vo. 1 No. 2 Agustus 2015
ISSN 2443-`1230 (print) ISSN 2460-6804 (online)
respon immnunitas terhadap masuknya senyawa radikal aloksan kedalam tubuh. Menurut Tizard (2004), struktur limpa akan mengalami perbesaran jika ada partikel asing yang dianggap antigen masuk kedalam tubuh. Struktur yang membesar disebabkan oleh adanya antigen yang masuk kedalam limpa. Antigen tersebut ditangkap oleh makrofag sel limpa. Kemudian makrofag akan membawa antigen ke folikel primer, reaksi immun berikutnya akan terjadi migrasi sel B untuk menghasilkan antibodi. Sel B akan menempati area tertentu pada limpa. Setelah adanya rangsangan dari antigen ini maka terjadilah perubahan folikel primer menjadi pusat germinal dan berakibat terjadinya perbesaran limpa (hiperplasia). Respon immunitas limpa diduga akan memperbaiki struktur pankreas yang terpapar aloksan. Menurut Kodama et al., (2007), tikus memiliki suatu bagian populasi stem sel yang ada di limpa yang apabila dimasukkan ke dalam inang yang sakit dapat bermigrasi ke pankreas dan menjadi pulau-pulau Langerhans yang fungsional yang dapat memperbaiki kadar gula darah menjadi normal. Lebih lanjut, Alexandra et al., (2007), stem sel limpa pada mencit diabetes akan berdegenerasi untuk menghasilkan sel beta pankreas. Akan tetapi pada sediaan limpa atau gambaran mikrostruktur limpa yang terlihat adalah sekelompok penumpukan sel yang sering disebut dengan sel raksasa. Adanya sel raksasa ini yang merupakan sel yang terbentuk sebagai respon sel terhadap adanya infeksi dari luar berupa virus, bakteri ataupun zat kimia sebagai imunitas sel tersebut.
jumlah sel raksasanya tidak berbeda nyata dalam penurunan jumlah sel raksasa.
Gambar 7. Jumlah Sel Raksasa. KN = Kontrol Negatif (Kontrol Normal); KP = Kontrol Positif (Kontrol DM); P1 = Diabetes + ekstrak etanol daun kembang bulan 14 mg/Kg BB; P2 = Diabetes + ekstrak etanol daun kembang bulan 42 mg/Kg BB; P3 = Diabetes + ekstrak etanol daun kembang bulan 70 mg/Kg BB.
Jumlah sel raksasa pada mikrostruktur limpa akan semakin banyak dibentuk sebagai pertahanan tubuh untuk melawan partikel asing yang masuk kedalam tubuh. Jumlah sel raksasa pada kelompok yang diinduksi diabetes dengan aloksan jika dilihat dari Gambar 10 pada KP, P1, P2, P3 jumlah sel raksasa lebih banyak jika dibandingkan dengan jumlah sel raksasa kelompok KN, hal ini mungkin disebabkan karena aloksan atau senyawa kimia ini yang menyebabkan adanya radikal bebas didalam tubuh mencit sehingga jumlah sel raksasa semakin banyak yang dibentuk didalam limpa. Pada kelompok P1 jumlah sel raksasa tidak berbeda nyata dengan kelompok KN, hal ini diduga senyawa aktif polifenol seperti flavonoid berdampak positif terhadap penurunan jumlah sel raksasa. Sedangkan pada perlakuan lain tidak terjadi penurunan jumlah sel raksasa hal ini mungkin disebabkan dosis pada P2, P3 kurang efektif terhadap penurunan jumlah sel raksasa. KN (5,6) dengan P1 (6,6) tidak berbeda nyata, hal ini diduga P1 dengan dosis ekstrak etanol Kembang bulan 14 mg/Kg BB hal ini diduga karena kandungan senyawa aktif polifenol Kembang bulan pada dosis ini menunjukkan
Rata-rata Jumlah Sel Raksasa pada Limpa Hasil pengamatan terhadap rata-rata jumlah sel raksasa pada mencit pasca pemberian ekstrak etanol daun kembang bulan, pada dosis P1 (14 mg/Kg BB) mampu menurunkan jumlah sel raksasa. Akan tetapi, pemberian ekstrak etanol daun kembang bulan pada dosis P2 (42 mg/Kg BB), P3 (70 mg/Kg BB) belum mampu menurunkan jumlah sel raksasa. Dari hasil analisis statistik menunjukkan pada kelompok KP jika dibandingkan dengan kelompok KN jumlah sel raksasanya berbeda nyata dan jika dibandingkan kelompok P2, P3, P4 dengan KP
42
Jurnal Biosains Vo. 1 No. 2 Agustus 2015
ISSN 2443-`1230 (print) ISSN 2460-6804 (online) Suharmiati. 2003. Pengujian Bioaktivitas Anti Diabetes Mellitus Tumbuhan Obat. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Pelayanan dan Teknologi Kesehatan. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Surabaya. Szkudelski, T. 2001. The Mechanism of Aloksan and Streptozotocin Action in β Cells of The Rat Pancreas. Journal Physiol. Res. 15(1): 6. Tizard IR. 1988. Veterinary Immunology an Introduction. 3th Ed. Masduki P, Penerjemah. Airlangga University Press. Surabaya. Thongsom, M., Chunglok. W., Kuanchuea and Tangpong, J. 1995. Antioxidant and Hypoglycemic Effects of Tithonia diversifolia Aqueous Leaves Extract in Alloxan-induced Diabetic Mice. Biomedical Science Program. Walailak University, Nakhon Si Thammarat. Thailand. Wijayakusuma, H. 2000. Tanaman Berkhasiat di Indonesia. Jilid II. Pustaka Kartini. Jakarta.
respon positif terhadap penangkapan radikal bebas aloksan sehingga mengakibatkan penurunan jumlah sel raksasa yang berperan dalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap masuk benda asing, senyawa asing, infeksi bakteri dan virus. Senyawa aktif polifenol berperan sebagai antioksidan menghambat reaksi oksidasi radikal bebas aloksan melalui mekanisme penangkapan radikal (radical scavenging) dengan cara menyumbangkan satu elektron pada elektron yang tidak berpasangan dalam radikal bebas sehingga banyaknya radikal bebas menjadi berkurang. diduga tereduksinya radikal bebas aloksan oleh senyawa aktif polifenol pada struktur pankreas, berdampak pada perbaikan struktur pankreas dan respon immun limpa menurun sehingga terjadi normalisasi limpa dengan berkurangnya jumlah sel raksasa.
Daftar Pustaka Alexandra, E. Huang, A. Rao, N. Bhushan, A. Hogan, J. Rizza, Rand and Butler, P. 2007. Hematopoietic Stem Cells Derivid From Adult Donors Are Not a Source of Pancreatic ß In Adult Nondiabetic Human. Department of Phatology and Laboratory Medicine. University of California Los Angeles. California. Diabetes. Elofioye T.O and Agbedahunsi. J. M, 2004. Antimalarial activities of Tithonia diversifolia (Asteraceae) and Crossopteryx febrifuga (Rubiaceae) on mice in vivo. J. Ethnopharmacol. Etuk. E. U.2010. Animals Model for Studying Diabetes Melitus. Agriculture and Biology Journal of North America. Ganiswarna, S, Nafrialdi, Purwantyastuti, R. Setiabudi, dan Suyatna. 1995. Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. Kodama, S., Miriam, D., and Faustman., 2005. Regenerative Medicine: a Radical Reappraisal of The Spleen. Journal Molecular Medicine. Miura, T., Nosaka, K., Ishii. H and Ishida, T. 2005. Antidiabetic Effect of Nitobegiku, the Herb Tithonia diversifolia, in KK-Ay Diabetic Mice. Suzuka University of Medical Science. Japan. Owoyele, B.V., O.C. Wuraola, A.O. Soladoye and S.B. Olaleye. 2004. Studies on anti-inflammatory and analgesic properties of Tithonia diversitolia leaf extract. J. Ethnopharmacology.
43